Anda di halaman 1dari 18

PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI POKOK BAHASAN KEADAAN CUACA PADA

TEMA PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN MELALUI MEDIA SLIDE POWERPOINT BAGI


PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB NEGERI 2 PEMALANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Drajat Aditya Rahmawan Putra*)


drajat.kubo13@gmail.com

Abstrak : Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah melalui media slide
powerpoint dapat meningkatkan penguasaan materi pada pokok bahasan
keadaan cuaca pada tema peristiwa dalam kehidupan bagi peserta didik
tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri 2 Pemalang.
Rancangan penelitian berupa Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus dengan indikator keberhasilan adalah semua
siswa dapat memenuhi nilai KKM, yaitu 70. Hasil penelitian ini adalah
meningkatnya penguasaan materi pokok bahasan keadaan cuaca melalui
pembelajaran menggunakan media slide powerpoint pada peserta didik
tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri 2 Pemalang. Ketuntasan belajar klasikal
pada sikus II mengalami peningkatan sebesar 50% untuk penilaian pengetahuan
dan 50% untuk penilaian keterampilan. Selain itu, siswa menjadi lebih fokus
dalam pembelajaran dan lebih aktif dalam menjawab pertanyaan sehingga
kegiatan pembelajaran terasa menyenangkan.
Kata kunci : tunagrahita, pembelajaran keadaan cuaca, media slide powerpoint.

PENDAHULUAN
Proses pembelajaran materi keadaan cuaca pada tema peristiwa dalam
kehidupan bagi peserta didik yang mengalami hambatan berfikir (tunagrahita).
Tentunya berbeda dengan peserta didik yang tidak memiliki hambatan berfikir.
Hambatan yang dimiliki peserta didik tunagrahita didalam membentuk konsep
dan daya memori mengakibatkan prestasi belajar peserta didik tunagrahita
rendah didalam menerima materi.
Seperti yang disampaikan oleh Wibawa dan Mukti (2001: 2) “Di antara
faktor-faktor yang dianggap turut menghambat proses belajar peserta didik di
kelas berasal dari verbalisme, kekacauan makna, kegemaran berangan-angan,
atau persepsi yang tidak tepat”. Semiawan (2008: 104) menambahkan”…bahwa

*)Guru SLB Negeri 2 Pemalang


sains tidak bisa diajarkan semata dengan ceramah….” Kedua pendapat tersebut
menjelaskan bahwa penyampaian materi yang didominasi dengan verbalisme
dapat menghambat proses belajar peserta didik. Didalam penyampaian materi
pembelajaran mengenai keadaan cuaca, tidak bisa hanya dengan menggunakan
metode ceramah. Perlu adanya gambar nyata dalam pengajaran agar materi
mengenai keadaan cuaca dapat diterima oleh peserta didik tunagrahita.
Sehubungan dengan adanya hambatan atau permasalahan didalam
membentuk konsep dan daya memori peserta didik tunagrahita, maka kegiatan
belajar mengajar untuk memahami dan mencari hubungan sebab akibat tentang
materi keadaan cuaca sangat sulit dilakukan peserta didik tunagrahita karena
mereka mengalami kesulitan untuk dapat berfikir secara abstrak. Hal ini seperti
diungkapkan Apriyanto (2012:50), “ Kegiatan belajar peserta didik tunagrahita
hendaknya dilakukan dalam situasi yang konkrit”. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran peserta didik tunagrahita memerlukan media yang dapat
mempermudah peserta didik memahami materi keadaan cuaca.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti selama mengajar
peserta didik tunagrahita kelas V di SLB Negeri 2 Pemalang, peserta didik
tunagrahita mengalami kesulitan menguasai materi pembelajaran tentang
keadaan cuaca. Hasil tes formatif di semester I tahun pelajaran 2018/2019
menunjukkan bahwa : peserta didik yang berinisial QGR mendapatkan nilai 50,
KDA mendapatkan nilai 50, LZA mendapatkan nilai 80, FP mendapatkan nilai 40.
Menurut hasil refleksi diri peneliti, kondisi ini disebabkan oleh faktor
peserta didik, faktor guru, faktor metode pembelajaran dan faktor media
pembelajaran yang digunakan. Faktor dari peserta didik meliputi ; ada peserta
didik yang belum mampu membaca secara lancar dan peserta didik sulit
memahami konsep yang abstrak. Faktor guru meliputi ; cara mengajar guru
masih monoton, tidak kreatif, dan tidak membuat perencanaan pembelajaran
yang baik. Faktor metode pembelajaran, meliputi : hanya menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, dan penugasan, sehingga pembelajaran hanya berpusat
pada guru, yang menyebabkan peserta didik menjadi kurang aktif, dan metode
pembelajarannya masih berpusat pada guru, peserta didik hanya sekedar
memperhatikan dan terkadang menirukan dan menyalin saja, pembelajaran
kurang menarik dan kurang divisualisasikan. Faktor media pembelajaran yang
digunakan, meliputi ; menggunakan media pembelajaran sekedarnya saja,
sehingga pembelajaran tidak menarik.
Berangkat dari kondisi tersebut, peneliti sebagai guru Kelas V SLB
berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran, memperbaiki cara mengajar
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat, dan menggunakan
media yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik tunagrahita. Upaya yang
dilakukan peneliti adalah menerapkan media pembelajaran yang disesuaikan
dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik tunagrahita. Karakteristik
peserta didik yang mengalami hambatan didalam berfikir abstrak itu harus
dibantu dengan media yang konkrit untuk memperoleh informasi. Penggunaan
media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran
telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran yang diberikan . Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Sanjaya (2013)
Kelebihan dalam menggunakan media pembelajaran teknologi audio visual
adalah : memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
(dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka), mengatasi perbatasan ruang,
waktu dan daya indera, film atau model, obyek yang kecil dibantu dengan
proyektor micro, kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan
lagi lewat rekaman video, obyek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan
model, diagram dan konsep yang terlalu luas (bumi, bulan dan matahari) dapat di
visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar.
. Hasil penelitian tersebut memperkuat pendapat bahwa media
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dapat memperkuat prestasi belajar
peserta didik tunagrahita Hasil penelitian Zamfirov & Saeva (2012) menunjukkan
bahwa visualisasi dalam pembelajaran dikembangkan di kegiatan kelas pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk peserta didik dengan kebutuhan
khusus, sehingga semua peserta didik, terlepas dari gangguan dan peserta didik
bisa berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini
adalah apakah dengan media slide powerpoint dapat meningkatkan penguasaan
materi pada pokok bahasan keadaan cuaca pada tema peristiwa dalam
kehidupan bagi peserta didik tunagrahita ringan kelas V di SLB Negeri 2
Pemalang tahun pelajaran 2018/2019.
LANDASAN TEORETIS
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Peserta didik Tunagrahita
Peserta didik tunagrahita merupakan salah satu golongan anak
berkebutuhan khusus yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-
rata dan memiliki keterbatasan dalam berpikir abstrak, serta memusatkan
perhatian, daya ingatnya lemah, sukar berpikir abstrak, serta kurang mampu
berpikir logis.
Pendapat lain menyatakan bahwa Mental retardation is a syndrome of
delayed or disordered brain development evident before age 18 years that
results in difficulty learning information and skills needed to adapt quickly and
adequately to environmental changes. (Ainsworth & Baker, 2004: 3). Kurang
lebih dapat diartikan retardasi mental adalah sindrom keterlambatan atau
ketidakmampuan berkembangnya otak sebelum usia 18 tahun yang mengalami
hambatan dalam penyerapan informasi dan kemampuan beradaptasi secara
cepat dan tepat terhadap perubahan lingkungan.
Somantri (2012:105) menyatakan bahwa tunagrahita merupakan “Kondisi
di mana perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak
mencapai tahap perkembangan yang optimal”. Ada karakteristik umum anak
tunagrahita diantaranya ialah keterbatasan intelegensi, keterbatasan sosial dan
keterbatasan fungsi-fungsi mental yang lain.
Seseorang dikategorikan anak tunagrahita, jika secara signifikan memiliki
kecerdasan di bawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan
dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekiar. Hal itu disebabkan adanya
kerusakan dalam jaringan susunan saraf pusat yang menyebabkan tidak
berfungsinya susunan saraf itu sehingga proses kerjanya tidak berjalan dengan
baik. (Apriyanto, 2012: 21)
Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tunagrahita
adalah seseorang yang memiliki keterbatasan dalam tingkat intelegensi sehingga
menyebabkan hambatan dalam berpikir abstrak, beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan serta hambatan dalam kehidupan sosial.
Prestasi Belajar
Setiap melakukan sesuatu pasti akan memperoleh hasil. Begitu juga
dalam belajar. Siswa ingin mendapatkan prestasi belajar yang baik. Istilah
prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome).
Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan,
sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik (Arifin,
2011: 12).
Prestasi belajar menurut Usman (2013: 34) adalah “Hasil pengukuran
hasil belajar siswa yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan
rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya”. Sementara
itu, menurut Hamdani (2011: 138) “Prestasi belajar merupakan tingkat
kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar”. Prestasi
belajar seseorang dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengalami proses
belajar mengajar. Nilai yang dimaksud yaitu bisa berupa angka maupun huruf.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil proses belajar mengajar atau hasil
usaha belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai, baik itu angka maupun
huruf.

Ilmu Pengetahuan Alam


Ilmu pengetahuan (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam.
Menurut Hendro Darmojo Pengetahuan Alam merupakan segala sesuatu yang
diketahui manusia tentang alam semesta beserta isinya. IPA merupakan cara
atau metode untuk mengamati alam. (dalam Samatowa, 2010: 3). Menurut
Samatowa IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang ada di
alam ini.
Pengertian IPA dapat ditinjau dari istilah dan dari sisi dimensi IPA. Dari
istilah, IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta
isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa
dan gejala-gejala yang muncul di alam. Sedangkan dari dimensi IPA maka ilmu
dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat objektif. Jadi dari sisi
istilah menurut Gagne (2010) dalam Wisudawati (2013: 18) “scince should be
viwed as a way of thinking in the pursuit of understanding nature, as away of
investigating claims about phenomena, and as a body of knowlage that has
resulted from inquiry”. yang artinya Ilmu Pengetahuan Alam harus dipandang
sebagai cara berpikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia alam, sebagai
cara penyelidikan terhadap gejala alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan
yang dihasilkan dari inkuiri.
Wonoraharjo (2010:12) mengatakan sains adalah Sekumpulan
pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu. Proses pencairan ini telah
diuji kebenarannya secara bersama-sama oleh beberapa ahli sains dan
pemirsanya. Sains berusaha menjelaskan apa saja yang termasuk bidang
kajiannya dan untuk itu diperlukan objektivitas dan kejelasan metode. Selain itu
sains berusaha menguasai alam dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan
manusia, meningkatkan taraf hidup, efisiensi, dan efektifitas kerja.
Pembelajaran di SLB tidak hanya mempelajari membaca dan berhitung
saja akan tetapi ilmu pengetahuan alam merupakan salah satu pelajaran yang
dipelajari oleh peserta didik tunagrahita.
Dari pendapat yang telah dikemukakan mengenai pengertian IPA, dapat
ditarik kesimpulan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari fakta, konsep dan hukum tentang alam semesta
dan peristiwa-peristiwa/gejala-gejala yang terjadi di alam berdasarkan
pengamatan secara sistematis.

Media Pembelajaran Slide Powerpoint


Media dalam pembelajaran dapat meningkatkan interaksi antara guru dan
murid serta dapat membuat pembelajaran lebih menarik. Media berasal dari kata
“medius” yang artinya tengah, perantara atau pengatar. Bovee berpendapat
bahwa media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan
(Rusman, 2011: 60). Sedangkan pembelajaran menurut Rusman, (2011: 60)
adalah “Sebuah proses komunikasi antara peserta didik, guru, dan bahan ajar”.
Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau
media. Media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar
mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna
(Cecep dan Bambang, 2011:8).
Media pembelajaran slide powerpoint ini menggunakan aplikasi komputer
yaitu Microsoft Office PowerPoint yang merupakan aplikasi presentasi yang
populer dan yang paling banyak digunakan saat ini untuk berbagai kepentingan
presentasi, baik pembelajaran, presentasi produk, seminar, dan sebagainya
(Rusman, 2011: 295).
Menurut Anitah (2008) “Slide (film bingkai) adalah suatu film transparansi
yang berukuran 35 mm dengan bingkai 2x2 inci. Bingkai tersebut terbuat dari
karton atau plastik. Film bingkai diproyeksikan melalui slide projector” (hlm. 31).
Jumlah film bingkai yang akan ditayangkan untuk suatu program tergantung
kepada tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian, lama penayangan atau
panjangnya program sangat bervariasi.
Menurut Sanaky (2011) media slide merupakan program aplikasi
presentasi dari Micorosoft PowerPoint di komputer dan tampilan ke layar dengan
menggunakan bantuan LCD proyektor (hlm. 5). Slide dapat menggabungkan
berbagai unsur media seperti teks, gambar, animasi, dan video. Sehingga
tampilan akan terlihat lebih menarik.
Pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media slide adalah
suatu program yang menggabungkan teks dan gambar dari Microsoft Office
PowerPoint dioperasikan melalui komputer dan diproyeksikan menggunakan
LCD proyektor.

Kerangka Berfikir
Penyampaian materi yang kurang tepat di dalam kelas dapat
menimbulkan suatu permasalahan. Permasalahan itu salah satunya dapat
disebabkan karena salah dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran.
Agar pembelajaran dapat mencapai tujuan yang maksimal, maka dalam
pemilihan dan penggunaan media harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, kemampuan serta karakteristik anak sehingga
media pembelajaran yang digunakan dapat bermanfaat membantu anak dalam
meningkatkan prestasi belajarnya.
Karakteristik peserta didik tunagrahita adalah memiliki daya persepsi
yang rendah, sehingga kesulitan dalam pemahaman konsep secara utuh. Karena
faktor ini prestasi belajar peserta didik tunagrahita menjadi rendah. Agar peserta
didik tunagrahita dapat mencapai kemampuan hasil belajar yang maksimal,
diperlukan media yang sesuai dengan karakteristik anak yaitu menampilkan
gambar-gambar nyata dan menarik perhatian. Penggunaan media slide dapat
menarik perhatian peserta didik tunagrahita dalam proses pembelajaran karena
dapat menampilkan gambar-gambar nyata dan warna-warna yang disukai anak.
Dengan penggunaan media slide ini, anak dibantu untuk memahami konsep
materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

HIPOTESIS TINDAKAN
Apabila dengan adanya pembelajaran keadaan cuaca pada tema
peristiwa dalam kehidupan dengan media pembelajaran slide powerpoint,
sehingga kemampuan penguasaan materi pada pokok bahasan keadaan cuaca
akan meningkat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas model


Kemmis & Mc Taggart (2000). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara
bersiklus. Penelitian dimulai dengan studi pendahuluan (preliminary study)
dengan cara self-reflective inquiry atau penelitian melalui refleksi diri. Self-
reflective inquiry atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang
paling esensial (Wahyudi & Sujarwanto, 2015). Pada penelitian melalui refleksi
diri ini, peneliti mencoba mengingat kembali dan merenungkan apa yang sudah
dilakukan dalam mengajarkan Materi Keadaan cuaca selama ini. Dari refleksi diri
ditemukan kekuatan dan kelemahan dari tindakan guru selama ini, sehingga
berusaha memperbaiki kelemahan dan mempertahankan kekuataan yang sudah
dilakukan dalam pembelajaran. Selain refleksi diri, berdasarkan kenyataan
bahwa dari dokumentasi hasil tes formatif untuk materi Keadaan cuaca pada
tahun pelajaran 2018/2019 masih rendah, selanjutnya peneliti mengkaji literatur,
mengkaji tindakan apa yang dapat dilakukan sesuai dengan permasalah, dan
konsultasi dengan ahli dalam proses pembelajaran.
Setelah penelitian melalui refleksi diri, maka dilakukan penerapan
langkah-langkah dalam siklus terdiri dari empat fase yaitu perencanaan
(planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observing) serta refleksi
(reflecting).
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri 2 Pemalang. Subjek dari
penelitian ini adalah peserta didik tunagrahita jenjang SDLB di Kelas V yang
berjumlah empat orang terdiri dari dua laki – laki dan dua perempuan. Pemilihan
subjek penelitian ini karena jenjang SDLB merupakan awal diberikannya
pendidikan pengetahuan tentang alam terutama mengenai pengetahuan tentang
keadaan cuaca.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, observasi dan
tes. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal
yang diambil dari hasil nilai ulangan formatif siswa. Observasi dilakukan untuk
mengamati aktivitas siswa dan aktivitas peneliti saat proses pembelajaran dan
melihat kualitas pembelajaran yang dilakukan, dibantu oleh observer. Tes
dilakukan untuk mengetahui hasil ketercapaian setiap kompetensi.
Indikator keberhasilan tindakan pada penelitian tindakan ini adalah
apabila 75 % peserta didik tunagrahita untuk penilaian pengetahuan dan
penilaian keterampilan memperoleh N ≥ 70%. Apabila target ini belum tercapai
maka siklus akan dilanjutkan ke siklus-siklus berikutnya sampai target
keberhasilan tercapai.

HASIL DAN PEMBAHASANNYA


Penelitian ini difokuskan pada peningkatan KI-3 dan KI-4, namun
demikian dalam kegiatan pembelajaran mencakup Kompetensi Sikap Spiritual
dan Sosial (KI-1 dan KI-2). Kegiatan pembelajaran tentang materi keadaan
cuaca dengan media slide powerpoint, secara keseluruhan dilaksanakan 2 (dua)
putaran siklus penelitian. Setiap putaran siklus terdiri dari 2 (dua) kali pertemuan
dengan alokasi waktu pertemuan masing-masing 2 x 35 menit.
Pada siklus pertama, perencanaan dilakukan dengan (1) menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP dengan Tema Peristiwa dalam
Kehidupan, Subtema Macam-macam Peristiwa dalam Kehidupan, pada Materi
Keadaan cuaca ini, menggunakan media slide powerpoint, (2) menyiapkan slide
powerpoint yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, kemudian
menyusun alat evaluasi untuk paket pertemuan pertama, kedua, dan ketiga
pada Siklus I yaitu penilaian pengetahuan berupa soal pilihan ganda sebanyak
10 soal beserta kunci jawabannya, format penilaian keterampilan (instrumen
penilaian unjuk kerja), format penilaian sikap spiritual, dan format penilaian
sosial, (3) menyiapkan lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi
aktivitas siswa, lembar observasi sikap spiritual siswa, dan lembar observasi
sikap sosial siswa pada masing-masing pertemuan.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan.
Pada pertemuan pertama disampaikan materi tentang pengertian cuaca dan
berbagai jenis cuaca. Materi disampaikan melalui penayangan slide powerpoint.
Sesuai langkah-langkah pendekatan saintifik, pertama peserta didik tunagrahita
mengamati slide powerpoint yang ditayangkan, kemudian menanya dari apa
yang peserta didik tunagrahita belum pahami, mencari informasi (mencoba),
berdiskusi (menalar) dan selanjutnya mengkomunikasikan hasil diskusi
kelompok. Pada pertemuan kedua disampaikan materi tentang pengaruh cuaca
bagi kehidupan manusia dan menjelaskan simbol-simbol cuaca. Masih seperti
pada pertemuan pertama, materi disampaikan juga melalui penayangan slide
powerpoint yang proses pembelajarannya menggunakan langkah-langkah
pendekatan saintifik, pertama peserta didik tunagrahita mengamati penayangan
slide powerpoint tentang pengaruh cuaca bagi kehidupan manusia dan
menjelaskan simbol-simbol cuaca, kemudian peserta didik tunagrahita menanya
yang belum dipahami, mencoba dan menalar, selanjutnya mengkomunikasikan.
Evaluasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti
melakukan penilaian sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan
peserta didik tunagrahita. Penilaian sikap spiritual, sosial dan keterampilan dinilai
selama pembelajaran berlangsung dari pertemuan pertama sampai kedua,
sedangkan penilaian pengetahuan dilaksanakan setelah pertemuan kedua
berakhir berupa tes pengetahuan secara tertulis dengan soal pilihan ganda
sebanyak 10 soal.
Hasil yang didapat pada siklus I menunjukkan bahwa untuk penilaian
pengetahuan, sebanyak 2 peserta didik tunagrahita (50%) yang tuntas belajar,
sedangkan 2 peserta didik tunagrahita (50%) belum tuntas belajar. Hasil
penilaian pengetahuan tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan
tindakan yang ditentukan dalam penelitian yaitu penelitian dikatakan berhasil jika
75% peserta didik tunagrahita telah mencapai N ≥ 70%, sehingga pembelajaran
masih perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu siklus II. Untuk penilaian
keterampilan, sebanyak 2 peserta didik tunagrahita (50%) yang tuntas belajar,
sedangkan 2 peserta didik tunagrahita (50%) belum tuntas belajar. Hasil
penilaian kompetensi keterampilan tersebut juga belum memenuhi indikator
keberhasilan tindakan yang ditentukan dalam penelitian dikatakan berhasil jika
75% peserta didik tunarungu telah mencapai N ≥ 70%, sehingga pembelajaran
masih perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu siklus II.
Refleksi untuk siklus I yaitu guru masih kurang mengoptimalkan media
slide, sehingga peserta didik hanya fokus pada gambar yang disajikan, peserta
didik masih kurang memperhatikan slide yang ditayangkan, peserta didik
kesulitan mengerjakan soal karena lupa dengan materi yang telah disajikan,
sedangkan seluruh jawaban ada dalam slide, peserta didik kurang aktif dalam
pembelajaran karena hanya melihat slide dan menjawab pertanyaan lisan yang
diajukan peneliti.
Pada siklus II dilakukan upaya perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari
pembelajaran pada siklus I. Perencanaan ulang ditekankan persiapan
penayangan slide powerpoint yang diperbaiki pada teknik penayangannya yaitu
dengan menambahkan pertanyaan ke dalam media slide dan memberikan
kesempatan peserta didik untuk menjelaskan materi keadaan cuaca dengan
media slide setelah peneliti selesai menjelaskan.
Evaluasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I. Peneliti
melakukan penilaian sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan
peserta didik tunagrahita. Penilaian sikap spiritual, sosial dan keterampilan dinilai
selama pembelajaran berlangsung dari pertemuan pertama sampai kedua,
sedangkan penilaian pengetahuan dilaksanakan setelah pertemuan kedua
berakhir berupa tes pengetahuan secara tertulis dengan soal pilihan ganda
sebanyak 10 soal.
Hasil yang didapat pada siklus II menunjukkan bahwa untuk penilaian
pengetahuan, sebanyak 4 peserta didik tunagrahita (100%) yang tuntas belajar.
Hasil. Hasil penilaian pengetahuan tersebut sudah memenuhi indikator
keberhasilan tindakan yang ditentukan dalam penelitian yaitu penelitian
dikatakan berhasil jika 75% peserta didik tunagrahita telah mencapai N ≥ 70%,
Berdasarkan hasil tersebut, maka ketuntasan belajar untuk penilaian
pengetahuan peserta didik tunagrahita pada siklus II telah tercapai dan sudah
memenuhi target indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan. Untuk
penilaian keterampilan, sebanyak 4 peserta didik tunagrahita (100%) yang tuntas
belajar. Hasil penilaian kompetensi keterampilan tersebut sudah memenuhi
indikator keberhasilan tindakan yang ditentukan dalam penelitian ini. Ketuntasan
belajar pada kompetensi penilaian keterampilan pada siklus II telah tercapai dan
melampui target indikator keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan sebesar
75%.
Peningkatan penguasaan materi pembelajaran Keadaan cuaca, dapat
dilihat melalui hasil penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan pada
tabel berikut ini.

Tabel Data Hasil Penilaian Pengetahuan dan Penilaian Keterampilan pada


Siklus I dan Siklus II
Hasil Penilaian Hasil Penilaian
Inisial Siswa
Pengetahuan Keterampilan
Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II
QGR 80 90 80 80
FP 50 70 50 80
LZA 90 100 80 90
KDA 60 90 60 80
Jumlah 280 350 270 330
Rata-rata Kelas 70,00 87,50 67,50 82,50
Persentase
50% 100% 50% 100%

Dari hasil yang didapat, pembelajaran dengan menerapkan media slide


powerpoint dapat meningkatkan penguasaan materi pembelajaran tentang
keadaan cuaca pada tema peristiwa dalam kehidupan bagi peserta didik
tunagrahita.
Temuan pada penelitian ini, bahwa prestasi belajar pokok bahasan
keadaan cuaca meningkat dengan menerapkan media slide powerpoint. Pada
tes awal nilai prestasi belajar peserta didik sangat rendah, hal ini dikarenakan
guru menggunakan media seadanya dan hanya dengan metode ceramah. Hal
tersebut membuat peserta didik tunagrahita kesulitan karena karakteristik mereka
yaitu kesulitan dalam situasi yang baru dan juga mereka mudah menyerah
(Hildayani, 2007). Sehingga pada siklus I dan siklus II peneliti menggunakan
media slide powerpoint untuk menarik minat peserta didik tunagrahita pada
pembelajaran.
Prestasi belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari tes awal,
begitu juga dengan siklus II. Kenaikan siklus I ke siklus II sebesar 50%, dan
semua siswa sudah dapat melampaui nilai KKM. Kenaikan prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh penggunaan media slide dalam pembelajaran. Rusman (2011)
menyatakan media pembelajaran merupakan salah satu alat untuk mempertinggi
proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan dan
sebagai alat bantu mengajar dapat menunjang penggunaan metode mengajar
yang digunakan oleh guru dalam proses belajar. Peranan media dalam
pembelajaran sangat penting dalam menunjang proses pembelajaran di kelas.
Peningkatan prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan keadaan cuaca
tidak lepas dari penggunaan media slide dalam pembelajaran. Sanaky (2011)
menyatakan media slide merupakan program aplikasi presentasi dari Micorosoft
PowerPoint di komputer dan tampilan ke layar dengan menggunakan bantuan
LCD proyektor. Slide dapat menggabungkan berbagai unsur media seperti teks,
gambar, animasi, dan video. Sehingga tampilan akan terlihat lebih menarik.
Media slide merupakan jenis media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat
dengan menggunakan indra penglihatan yang terdiri atas media yang dapat
diproyeksikan yang biasanya berupa gambar diam atau gambar bergerak
(Rusman, 2011). Efendi (2006) menyebutkan anak tunagrahita memiliki kesulitan
dalam berkonsentrasi, dengan adanya gambar-gambar slide yang menarik,
mereka dapat fokus dan terus melihat gambar yang disajikan. Penelitian yang
dilakukan Raharjo (2010) menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan
lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari
yang dipelajari lewat indra pendengaran, sedangkan 83% lewat indra penglihatan
(Rusman, 2011: 65).
Media pembelajaran yang baik yaitu ketika pembelajaran menjadi lebih
menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanaky, 2009).
Gambar-gambar yang ada dalam media slide terbukti dapat menarik perhatian
siswa dalam pembelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Widiasih
(2007) yang menyatakan tujuan pengamatan dalam IPA agar siswa mampu
membangun sendiri konsep dalam struktur kognitifnya. Gambar-gambar dalam
media slide bertujuan agar siswa dapat mengamati kejadian-kejadian nyata
dalam kehidupan sehingga hambatan dalam menciptakan konsep pada anak
tunagrahita dapat teratasi.
Motivasi belajar siswa meningkat saat peneliti menggunakan media slide
dalam pembelajaran. Hal tersebut berdasarkan nilai prestasi belajar siswa yang
selalu meningkat dalam setiap tindakan. Peningkatan prestasi belajar siswa
tersebut dikuatkan oleh sebuh penelitian yang menyatakan bahwa media
pembelajaran berbasis IT dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA (Nurchaili, 2010). Penelitian tersebut mengisyaratkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan media slide dapat membantu anak
tunagrahita dalam pembelajaran IPA di sekolah untuk mengetahui gejala-gejala
alam di sekitarnya.
Selain peningkatan prestasi belajar, anak tunagrahita juga mengalami
peningkatan perilaku di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Saat observasi
awal, peneliti melihat siswa belum aktif dalam persiapan maupun saat proses
pembelajaran berlangsung. Siswa terlihat malas dan tidak memperhatikan
penjelasan guru. Hal itu bisa dipahami, karena media yang digunakan tidak
dapat menarik siswa, yaitu hanya berupa gambar dalam buku yang tidak
berwarna. Sehingga anak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran tersebut.
Pada perlakuan pertama, perhatian anak sudah mulai terfokus pada
media slide yang digunakan peneliti. Hal ini terlihat pada sikap siswa yang
mendengarkan penjelasan peneliti ketika megajar. Namun masih ada kelemahan
saat pelaksanaan tindakan pertama, yaitu siswa masih pasif dan hanya fokus
pada gambar. Kelemahan ini menjadi dasar peneliti untuk memperbaiki pada
tindakan kedua dengan mengoptimalkan media slide. Peneliti menambahkan
soal-soal yang disajikan dalam slide sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan
memperhatikan pelajaran. Selain itu peneliti juga mengubah metode
pembelajaran, dengan memberi kesempatan siswa untuk menjelaskan materi
keadaan cuaca menggunakan media slide setelah peneliti menjelaskan. Jadi
pembelajaran dengan menggunakan media slide dapat membuat anak tertarik
dan prestasi belajar siswa tunagrahita meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II menunjukkan


terjadinya peningkatan penguasaan materi pembelajaran keadaan cuaca pada
tema peristiwa dalam kehidupan yang dilihat dari hasil penilaian pengetahuan
dan hasil penilaian keterampilan. Pada siklus I berdasarkan analisis data hasil
penilaian pengetahuan seluruh siswa diketahui bahwa sebanyak 2 siswa (50%)
yang tuntas belajar, sedangkan 2 siswa (50%) belum tuntas belajar. Berdasarkan
analisis data penilaian keterampilan seluruh siswa diketahui bahwa sebanyak 2
siswa (50%) yang tuntas, sedangkan 2 siswa (50%) belum tuntas. Hasil penilaian
pengetahuan dan penilaian keterampilan belum memenuhi indikator keberhasilan
tindakan yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu penelitian dikatakan berhasil
jika 75 % siswa telah mencapai N ≥ 70%. Berdasarkan analisis tersebut maka
pembelajaran masih perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu siklus II.
Pada siklus II terjadi peningkatan ketuntasan belajar penilaian
pengetahuan sebesar 50% dan penilaian keterampilan sebesar 50%.
Berdasarkan perolehan persentase ketuntasan belajar klasikal penilaian
pengetahuan sebesar 100% dan penilaian keterampilan sebesar 100%, maka
disimpulkan bahwa ketuntasan belajar pada siklus II telah tercapai.

PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Melalui media slide powerpoint berhasil meningkatkan penguasaan materi
pada pokok bahasan keadaan cuaca pada tema peristiwa dalam
kehidupan bagi peserta didik tunagrahita ringan kelas V SLB Negeri 2
Pemalang.

2. Peningkatan penguasaan materi pada pokok bahasan keadaan cuaca


pada tema peristiwa dalam kehidupan dari siklus I ke siklus II
berdasarkan penilaian pengetahuan mengalami peningkatan sebesar
50% ( N klasikal penilaian pengetahuan siklus I = 50%, siklus II = 100%)
dan penilaian keterampilan mengalami peningkatan sebesar 50% (N
klasikal penilaian keterampilan siklus I=50%, siklus II=100%).
Penelitian ini dikatakan berhasil jika 75% siswa mencapai N ≥ 70. Target
keberhasilan untuk penilaian pengetahuan mencapai 100 % dan untuk
penilaian keterampilan 100 %.

B. Saran
Berdasarkan hasil diskusi penelitian dan simpulan penelitian, maka dapat
disarankan hal sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan pembelajaran untuk siswa tunagrahita guru harus
menggunakan berbagai macam media pembelajaran termasuk media slide
powerpoint agar dapat membantu siswa tunagrahita dalam proses
pembelajarannya.
2. Bagi guru yang memiliki masalah pembelajaran yang sama hendaknya
memakai media slide powerpoint dalam pembelajaran pokok bahasan
keadaan cuaca sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Ainsworth, P. & Baker, P. 2004. Understanding Mental Retardation. Mississippi:
University Press of Mississippi..

Anitah, S. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.

Apriyanto, N. 2012. Seluk beluk Tunagrahita dan strategi pembelajarannya.


Yogyakarta: Javalitera

Arifin, Z. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT.


Bumi Aksara.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Badung: Pustaka Setia.

Kemmis, S., & Mc Taggart, R. (2000) ‘Participatory Action Research’, in N Denzin


and Y. Lincoln. (eds.), Handbook of Qualitative Research. London: Sage..
Kustandi, Cecep dan Drs. Bambang Sutjipto. 2013. Media Pembelajaran.
Jakarta: Ghalia Indonesia

Nurchaili. 2010. Pengaruh Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi


Dalam Proses Pembelajaran Kimia Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 16 No. 6 November 2010.
Badan Penelitian dan Pengembangan: Kementerian Pendidikan Nasional.
Rusman, Kurniawan, D., & Riyana, C. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.

Samatowa, U. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks.

Sanaky, H.A.H. 2011. Pemanfaatan Teknologi dan Informasi (TIK) di Bidang


Pendidikan. Diperoleh 14 Maret 2019, dari
http://sanaky.staff.uii.ac.id/2011/09/04/pemanfaatan-teknologi-informasi-
dan-komunikasi-tik-di-bidang-pendidikan/.

Sanjaya, Doni. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model


Direct Intruction Dengan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IVB SDN
Gisikdrono 03 Semarang. PGSD UNNES

Semiawan, C.R. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah Dan Sekolah


Dasar. Jakarta : PT Indeks.

Somantri, T.S. 2012. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sunanto, J., Sadja’ah, E., & Suherman, Y. 2006. Penggunaan Teknologi Adaptif
Untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
di Sekolah Luar Biasa. Diperoleh 8 Januari 2019, dari
http://litbangkemdiknas.net/japati/indexx.php?module=detaildata&id=1175.

Usman, Moh. Uzer. 2013. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.
Wahyudi, Ari. & Sujarwanto. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan (SSR &
PTK). Surabaya: Unesa Unipress.

Wibawa, B. & Mukti, F. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana.

Widiasih. 2007. Penggunaan Peralatan Dari Lingkungan Sekitar Untuk


Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Vol.8 No.2
September 2007. LPPM-Universitas Terbuka.

Wisudawati, Asih dan Sulistyowati, Eka, (2013). Metodologi Pembelajaran IPA,


Yogyakarta : Bumi Aksara

Wonorahardjo, S. 2010. Dasar-Dasar Sains: Menciptakan Masyarakat Sadar


Sains. Jakarta: PT Indeks.
Zamfirov, M., Saeva, Sv.2012. School activities in natural sciences for students
with special needs in bulgaria. Journalof science education for students
with disabilities.

Anda mungkin juga menyukai