Anda di halaman 1dari 23

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA

PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG DAUR AIR


DENGAN PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL
DI SD NEGERI WARU BARAT 6 KECAMATAN WARU PAMEKASAN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

NADIA ROSALINA

NIM. 837444927

nadiarosalina21@gmail.com

Abstrak

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan muatan pelajaran yang banyak mengandung
pengetahuan langsung dari Alam, oleh karena itu diperlukan media yang dapat memberikan kesan tidak
membosankan, dan menyenangkan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Meningkatan hasil
belajar dan respon siswa kelas 5 di SD Negeri Waru Barat 6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan
melalui media audio visual. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan materi yang berbeda.
Dari setiap tahapan siklus tindakan yang diambil yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan evaluasi
serta refleksi. Dari hasil penelitian yang dilakukan membuktikan hasil yang meningkat bagi prestasi
siswa. Hal ini terlihat dengan meningkatnya rata-rata nilai dari siklus I 62 menjadi 72,5 pada siklus II.
Penggunaan media ini juga dapat meningkatkan respon siswa, sehingga tidak ada lagi pembelajaran
yang membosankan dan menjenuhkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media audio visual
dapat meningkatkan hasil belajar dan respon siswa dalam kegiatan pembelajaran pada pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam terutama mengenai materi tentang daur air.

Kata Kunci : Hasil Belajar, IPA, Dau Air, Dan Media Audio Visual.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Air merupakan sumber kehidupan manusia, tanpa air manusia akan kehausan
tidak bisa melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan kegiatan lainnya.
Pada pendidikan sekolah dasar memuat materi daur air pada pembelajaran IPA, standart
kompetensi yang harus dicapai siswa yakni memahami perubahan alam dengan sumber
daya alam, sedangkan kompetensi dasar yang di capai yaitu proses daur air dan kegiatan
manusia yang mempengaruhi, serta siswa bisa mengetahui cara menghemat air.
Dalam pembelajaran ini sebagaian dari siswa belum mencapai KKM (Kretaria
Ketuntasan Minimal) yaitu 65. Guru mengendentifikasi dan mencari solusi dengan
teman sejawat untuk mencari solusi bagi masalah yang di hadapi. Dari masalah yang di
hadapi ini merupakan masalah yang komplek bagi kelas V. Kebanyakan siswa
mengalami kurang pemahan dalam pembelajaran ini.
Pembelajaran IPA mempunyai tujuan yaitu siswa dapat memahami dari beberapa
konsep secara singkat dan mampu mengetahui metode ilmiah pembelajaran IPA. Agar
tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dengan
menggunakan media Audio Visual. Pengguanan media Audio Visual diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas belajar mengajar, sehingga dalam proses belajar mengajar
tersebut aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan
terlibat secara fisik, emosional, dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep
gaya yang diajarkan oleh guru mudah dicerna dan dapat dipahami oleh siswa.
Dari hasil Penelitian terhadap situasi yang di rasakan penulis di temukan adanya
beberapa permasalahan yang dapat di identifikasi antara lain :
a) Dalam proses pembelajaran cederung berpusat pada guru.
b) Proses belajar mengajar terkesan membosankan.
c) Hasil nilai tugas siswa kurang baik sekitar 20 % siswa mencapai kkm,
sedangkan 80 % siswa belum mencapai kkm.
d) Kurangnya media pembelajaran pada proses belajar mengajar.
Dari hasil rekapitulasi nilai tugas harian mata pelajaran IPA diperoleh data tuga
harian pertama 63 dan tugas harian kedua 72,5. Dari data tersebut diperoleh nilai harian
terendah ditugas pertama. Hal ini disebabkan guru dalam mengajar kurang variasi dan
berkreasi dalam menerapkan media pembelajaran, serta tidak memberikan nilai tambah
atau penghargaan pada siswa yang bertanya maupun yang menjawab pertanyaan dari
guru, sehingga siswa kurang bergairah dan semangat untuk bertanya maupun menjawab
pertanyaan dari guru, serta siswa merasa bosan untuk mengikuti pelajaran.
Salah satu solusi untuk menyelesaikan masalah diatas dengan menggunakan
media Audio Visual. Penggunaan Media Audio Visual suapaya siswa lebih mampu
memamahami dan menguasai materi pembelajaran serta siswa lebih senanag dan
semanagat. Media Audio Visual dapat menggairahkan siswa untuk lebih banyak belajar
dan lebih banyak mengingat, karena dengan media ini secara emosional siswa terpancing
untuk mengejar posisi terbaik yang disimbolkan berupa nilai tambah atau penghargaan
terhadap jawaban benar yang diperoleh siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti melakukan penelitian
tindakan kelas yang dibahas dalam laporan Pemantapan Kemampuan Profesional(PKP)
dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 5 pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Tentang Daur Air dengan Penerapan Media Audio Visual di SD
Negeri Waru Barat 6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan Tahun Pelajaran
2021/2022.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana meningkatan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam tentang daur air dengan penerapan media audio visual di SDN
Waru Barat 6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan ?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana permasalahan tersebut di atas, maka Penelitian Tindakan Kelas ini
bertujuan, yaitu:
Mendeskripsikan meningkatan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam tentang daur air dengan penerapan media audio visual di SDN
Waru Barat 6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan ?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain :
1. Manfaat bagi siswa
a. Dapat meningkatkan pemahaman dan ke aktifan siswa untuk mengikuti mata
pelajaran Ilmu pengetahuan Alam.
b. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam.
2. Manfaat bagi guru
a. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam kelas V
b. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman baru atau keterampilan dalam
menerapkan media Audio Visual.
c. Dapat meningkatkan ketepatan dalam memilih media pembelajaran dalam proses
pembelajaran di kelas.
d. Dapat meningkatkan minat dalam melakukan penelitian, khususnya Penelitian
Tindakan Kelas.
3. Manfaat bagi sekolah
a. Dapat meningkatkan jumlah guru yang mempunyai kompetisi PTK.
b. Dapat meninbgkatkan ke efktifan sekolah dalam memperbaiki proses belajar
mengajar di sekolah Dapat meningkatkan kualitas siswa senghingga mampu
bersaing dan berkompitisi dengan sekolah lain dalam hal perestasinya.
c. Dapat meningkatkan kualitas danm profesionalitas guru.

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Siswa


1. Pengertian Hasil Belajar Siswa
Proses Belajar adalah suatu proses yang aktif dalam memahami tentang
pengetahuan ilmu yang di terima. Dalam proses ini terjadi penysuaian dari ilmu
pengathuan yang sudah di terima maupun yang sudah di miliki sejak yang artinya
terjadi beberapa tahapan evaluasi informasi yang tlah di dapatkan, dari pengetahuan
yang kita miliki kita harus memprbaharui ilmu pengetatuan sesuai dengan
perkembangan zaman.
Oemar Hamalik (2002:37), menyatakan bahwa belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman
dan latihan terjadi melalui interaksi antar individu dan lingkungannya, baik lingkungan
alamiah maupun lingkungan sosialnya.
Dalam pengertian tersebut belajar dapat berupa perubahan tingkah laku yang
terjadi baik lingkungan alamiah maupun lingkungan sosialnya. Dalam proses belajar ada
beberapa tahapan perubahan prilaku terhadap diri siswa. Perubahan tersebut bersifat
positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.
Maka dari itu ,proses belajar yang aktif melalui beberapa cara untuk menuju sebuah
perubahan melalui tahapan dari mengajar guru.
2. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari kita sendiri yaitu faktor yang berasal dari
dalam diri siswa. Adapun faktor internal antara lain:
1) Faktor jasmani, yaitu meliputi :
a) Faktor kesehatan yang artinya keadaan tubuh /fisik dalam keadaan baik dan
bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Dalam belajar siswa akan
mengalami atau terganggu jika kesehatan terganggu.
b) Cacat tubuh adalah suatu penyebab kurang sempurnanya tubuh kita.
2) Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan dan kesiapan.
a) Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapai dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan
efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
Untuk menjamin hasil proses belajar yang di inginkan ,maka siswa
membutuhkan perhatian dalam materi atau media yang akan di pelajari.
c) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya.
d) Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kesuksesan itu akan terjadi dengan
cara belajar dan berlatih. Jadi kemampuan dan bakan sangat mempengaruhi
proses, jika media pembelajaran harus di sesuaikan dengan bakan yang
dimiliki siswa. Jika haris proses belajar sukses dan siswa mampu dalam
belajar pastilah selanjutnya siswa lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
e) Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Dalam
menentukan sebuah tujuan kita harus menyadari dan perlu mengerjakan suatu
hal untuk mencapainya .Dari penyebab untuk menjadi pendorong motif kita
sendiri.
f) Keaktifan adalah sebuah fase kemampuan seseorang,perlu adanya beberapa
cara atau latihan dalam proses belajar.
g) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan
itu ada dalam diri kita sendiri dan berhubungan dengan kematangan dalam
melaksanakan kesiapan belajar .Kesiapan belajar perlu untuk proses belajar
yang efektif.
3) Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.
Kelelahan jasmani akan terlihat jika tubuh kita lemah. Sedangkan kelelahan
rohani akan terlihat jika adanya raut wajah kebosanan dan hilangnya minat
dalam belajar.
4) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang termasuk
kedalam faktor eksternal adalah :
a) Faktor keluarga.
Dalam proses belajar pasti ada pengaruh dari keluarga antara lain didikan orang
tua, keadaan ekonomi orang tua.
b) Faktor sekolah.
Dalam proses di sekolah yang mempengaruhi adalah metode mengajar,
kurikulum, disiplin, standart, serta penilaian siswa.
c) Faktor Masyarakat.
Di dalam lingkungan masyarakat sangat mempengarui belajar siswa anatara lain
yaitu, media pengaruh positif dan negatif dalam bergaul siswa dalam
lingkungan masyarakat.
3. Ciri-ciri Hasil Belajar Siswa
a) Terbentuknya tingkah laku baru berupa kemampuan aktual dan potensial.
b) Kemampuan baru tersebut berlaku dalam waktu yang relatif lama.
c) Kemampuan tersebut diperoleh melalui usaha.
B. Hasil Belajar IPA
1. Hakekat IPA
Dalam Ilmu Pengtahuan Alam di kenal dengan istilah “sains”. Sains adalah kata
brasal dari bahasa latin scintia yang artinya “saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata
sains berasal dari kata science yang berarti pengetahuan. Science kemudian berkembang
menjadi social science yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan
sosial (IPS) dan natural science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu
pengetahuan alam (IPA).
IPA adalah ilmu pengtahuan yang berasal dari fenomena alam yang di
definasikan sebagai kumpulan pengetahuan objk yang di perolh hasil pemikiran dan
penelitan ilmuan yang di lakukan dengan cara eksperimen menggunakan metod ilmiah.
Dari Pengertian ini di jelaskan bahawa IPA adalah cabang pengetahuan yang di bentuk
melalaui pengamatan data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum
yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data
terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan
hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode
ilmiah. Perkembangan seanjutnya ,metod ilmiah tidak berlaku pada ilmu IPA tapi ilmu
yang lain. Tapi perbedaannya hanyalah proses perolehannya. IPA meliputi dua cakupan
yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. Science is both of knowledge and a
process (Trowbridge and Sund, 1973:2).
Secara umum, kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen. Namun
dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran manusia atas gejala
yang terjadi di alam Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat memberikan sumbangan besar
kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa membuat suatu alat
atau tanpa melakukan observasi. Pembuktian teori Einstein secara ekperimental tidak
dilakukan oleh Einstein. Planet Neptunus pada awalnya tidak ditemukan berdasarkan
hasil observasi tetapi melalui perhitungan-perhitungan. Dengan demikian, IPA juga
merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, 1941).
Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang ilmuwan
dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan berupa teori yang diperoleh melalui hasil
perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan hasil
observasi, sehingga suatu teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh hasil
pengamatan. Planet Neptunus tidak akan dapat ditemukan secara teoritis jika
sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan
planet lainya. Jika IPA merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis yang diperoleh
dengan cara yang khusus, maka cara tersebut dapat berupa observasi, eksperimentasi,
pengambilan kesimpulan, pembentukan teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya.
Cara yang demikian ini dikenal dengan metode ilmiah (scientific method).
Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini
berdampak pada proses belajar IPA di sekolah. Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di
sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula,
cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga
proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan
dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda.
Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri. Uraian
karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut :
a) Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan
berbagai macam gerakan otot. Contoh, untuk mempelajari pemuaian pada benda, kita
perlu melakukan serangkaian kegiatan yang melibatkan indera penglihat untuk
mengamati perubahan ukuran benda (panjang, luas, atau volume), melibatkan
gerakan otot untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang
sesuai dengan benda yang diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh
data pengukuran kuantitatif yang akurat. Misalnya data panjang awal benda sebelum
dipanaskan dan data panjang akhir benda setelah dipanaskan dalam kurun waktu
tertentu. Proses ini melibatkan alat indra untuk mencatat data dan mengolah data
agar dihasilkan kesimpulan yang tepat.
b) Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).
Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. Termasuk teknik manakah yang
Anda gunakan ketika Anda belajar fenomena gerak jatuh bebas? Mengapa demikian?
c) Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu
pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu sangat
terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh hanya berdasarkan
pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang kurang obyektif, sementara
itu IPA mengutamakan obyektivitas. Misal, pengamatan untuk mengukur suhu benda
diperlukan alat bantu pengukur suhu yaitu termometer. Alat bantu ini membantu
ketepatan pengukuran dan data pengamatannya dapat dinyatakan secara kuantitatif.
Jika pengukuran dilakukan berulang-ulang dengan tingkat ketelitian yang sama maka
data yang diperoleh akan sama. Jika pengukuran dilakukan dengan panca indera saja,
maka data yang diperoleh akan berbeda-beda dan datanya bersifat kualitatif karena
didasarkan pada hal-hal yang dirasakan orang yang melakukan pengukuran. Data
kualitatif ini bersifat subyektif, karena sangat mungkin keadaan panas benda yang
sama, dirasakan oleh dua orang atau lebih yang berbeda, hasilnya berbeda-beda pula
sehingga data yang diperoleh tidak obyektif.
d) Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal seminar,
konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu objek,
penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita lakukan semata-mata
dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar
obyektif. Contoh, sebuah temuan ilmiah baru untuk memperoleh pengakuan
kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke persidangan ilmiah lokal,
regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat internasional untuk dikomunikasikan
dan dipertahankan dengan menghadirkan ahlinya.
e) Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang harus
siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam belajar IPA, siswa
mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan, memperoleh pengetahuan,
menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji penjelasan tersebut dengan cara-
cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan gagasannya pada pihak lain. Keaktifan
dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau
hands-on dan aktif berpikir atau minds-on (NRC, 1996:20). Keaktifan secara fisik
saja tidak cukup untuk belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman
berpikir melalui kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.
2. Pengertian Hasil Belajar IPA
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelahseseorang
melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar biasanya diberikan dalam bentuk nilai atau
angka. Untuk mendapatkan hasil belajar bisa dilakukan dengan cara tes maupun non tes,
bisa melalui ulangan, tugas dan sebagainya. Penelitian ini dibatasi pada hasil belajar
ranah kognitif. Hasil belajar ranah kognitif merupakan salah satu hasil belajar dimana
mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang setelah mengikuti
prosespembelajaran dalam hal berpikir seperti pengetahuannya bertambah,
pemahamannya meningkat, dan sebagainya. Mengacu pada penjelasan-penjelasan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah kemampuan kognitif
yang diperoleh seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar berupa Materi
daur air yang dapat dideskripsikan Kegunaan air bagi makhluk hidu serta kegiatan yang
melibatkan air dalam kehidupan sehari –hari dan meberikan gambaran tentang skema
Daur air.
3. Tujuan Pembelajaran IPA Kelas 5 SD
a) Mendeskripsikan meningkatan hasil belajar siswa kelas 5 pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam di SDN Waru Barat 6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan
melalui media Audio Visual.
b) Mendeskripsikan respon siswa kelas 5 dalam pembelajaran dengan media Audio
Visual pada materi daur air mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SDN Waru
Barat 6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.
C. Metode Pembelajaran
Pengertian Metode Belajar adalah merupakan cara yang di lakukan oleh seorang guru
dalam bentuk konkret yang berupa langkah-langkah untuk meng aktifkan suatu
pembelajaran dengan tujuan tertentu yaitu perubahan sikap positif pada peserta didik
D. Metode Pembelajaran Ceramah dan Diskusi
1. Pengertian Metode Pembelajaran Ceramah dan Diskusi.
a. Ceramah : Sebuah bentuk interaksi belajar mengajar dalam bentuk penerangan atau
penuturan lisan seorang guru kepada peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran
sedangkan peranan siswa mendengarkan dengan teliti serta mencatat yang pokok yang di
terangkan oleh guru.
b. Diskusi : Metode penyajian dalam proses pembelajaran dimana tugas siswa dihadapakan
pada satu masalah untuk dipecahkan bersama dalam bentuk kelompok ,dalam sebuah
kelompok terlihat dua individu atau lebih saling tukar menukar pendapat untuk
memecahkan suatu masalah.
2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Ceramah dan Diskusi.
a. Metode Ceramah
1) Persiapan : menciptakan kondusifnya siswa
2) Pelaksanaa :
- Penyampaian tahapan guru dalam mempersiapkan media pembelajaran
(metode ceramah).
- Asosiasi, adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk
membandingkan materi menggunakan metode ceramah melalui tanya
jawab.
- Kesimpulan adalah, mengevaluasi dengan membrikan tugas kepada siswa
untuk membuat kesimpulan materi yang telah di dapat.
3) Penutup :
Memberikan penilaian kepada siswa terhadap tugas yang telah dikerjakan oleh
siswa.
b. Metode Diskusi
1) Persiapan
- Menetukan topik masalah yang akan di pecahkan secara diskusi.
- Menyediakan alternative komunikasi kelompok.
2) Siswa dibentuk kelompok.
3) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling
dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban, serta
memperlihatkan dorongan dan pinjaman semoga anggota kelompok berpartisipasi
aktif dan diskusi sanggup berjalan lancar. Siswa di harapkan mampu cara
berdiskusi dan materi yang akan di diskusikan.
4) Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan
ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memperlihatkan
ulasan atau klarifikasi terhadap laporan tersebut.
5) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan
hasil diskusi dari setiap kelompok.
3. Kelebihan dan kelemahan Pembelajaran Ceramah dan diskusi
a. Metode Ceramah
Kelebihan :
1) Persingkat waktu seorang guru dalam proses belajar mengajar.
2) Apabila menggunakan sound system siswa banyak yang mendengarkan.
3) Bahan pelajaran sudah dipilih / dipersiapkan sehingga memudahkan untuk
mengklasifikasi dan mengkaji aspek-aspek bahan pelajaran.
4) Apabila bahan pelajaran belum dikuasai oleh sebagian siswa maka guru akan
merasa mudah untuk menugaskan dan memberikan rambu-rambu pada siswa
yang bersangkutan.
Kekurangan :
1) Sulit bagi yang tidak mempunyai kemampuan menyimak.
2) Menimbulkan verbelasi.
3) Materi cenerung di ingat.
4) Proses belajar otoritas guru.
b. Metode Diskusi
Kelebihan :
1) Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan, dan terobosan baru
dalam memecahkan persoalan.
2) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain.
3) Memperluas wawasan.
4) Membina untuk terbiasa musyawarah untuk mufakat dalam memecahkan suatu
masalah.
Kekurangan :
1) Pembicaraan terkadang menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang
panjang.
2) Tidak bisa dipakai pada kelompok besar.
3) Peserta mendapat informasi yang terbatas.
E. Karakterristik Siswa Kelas 5 SD
Siwa memapunyai penampilan yang beragam individual yang banyak dari segi
bidang antara lain keberagman intelegensi, kemampuan kognitif dan bahasa
perkembangan kepribadian fisik anak.

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian


Kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah kelas V SDN Waru Barat
6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dengan jumlah siswa sebanyak 12 orang,
yang terdiri dari 6 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di SDN Waru Barat 6 Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan. Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2021-
2022. Muatan pelajaran yang peneliti gunakan sebagai penelitian adalah Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) sedangkan materinya ”Daur Air”. Siswa kelas V SDN Waru
Barat 6 berdasasarkan hasil pembelajaran sebelumnya, yang termasuk berprestasi adalah
4 siswa ( 33,3 % ) dari 12 siswa yang ada, sedangkan yang berprestasi cukup adalah
(41,6 %) yaitu 5 orang, dan yang dikategorikan tidak berprestasi adalah 25 % yaitu 3
orang. Waktu Pelaksanaan yaitu Perbaikan Pembelajaran Siklus I 20 April 2022 dan
Perbaikan Pembalajaran Siklus II 12 Mei 2022.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas harus melalui beberapa
tahapan yang harus dilaluinya. Tahapan-tahapan tersebut akan diterapkan pada setiap
siklus perbaikan pembelajaran, tahapan-tahapan ini akan dijelaskan secara umum
mengenai hal-hal yang akan dilaksanakan pada setiap siklus.
1. SIKLUS I
a. Perencanaan
Rencana perbaikan pada siklus I dilaksanakan mulai tanggal 20 April 2022.
Dalam melakukan penelitian guru menyusun rencana perbaikan pembelajaran I (siklus
I) dengan indikator. Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya. Tujuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat memahami peta
konsep tentang air, menyebutkan kegunaan air, memahami daur air, dan mengambar
skema daur air.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran menggunakan media gambar ini dilakukan dengan
langkah-langkah pembelajaran dengan susunan sebagai berikut :
 Pertemuan Siklus 1
Mengadakan apersepsi sebagai kegiatan awal selama ± 5 menit,
dilanjutkan dengan kegiatan inti selama ± 25 menit untuk menjelaskan materi dan
dilanjutkan dengan kuis/penerapan metode tanya jawab pola kompetisi dan
kegiatan akhir ± 5 menit yang digunakan untuk menyimpulkan materi dan
penguatan, serta melanjutkan dengan memberikan pekerjaan rumah (PR) berupa
soal (terlampir) yang disampaikan oleh guru.
c. Pengamatan
Dalam data hasil tes evaluasi siklus I menggunakan rumus berikut ini :
Untuk mengetahui ketuntasan kelas digunakan rumus berikut :
Jumlah .. Siswa. . Yang. .Tuntas
Ketuntasan kelas = Jumlah . .Total. . Siswa x 100%

Adapun hasil respon siswa terhadap penggunaan media audio visual pada siklus I
menggunakan rumus berikut ini :
Untuk mengetahui respon siswa digunakan rumus :

R=
∑R
∑N
Dengan : R = Respon rata-rata siswa
∑ R= Jumlah semua respon siswa
∑ N = Jumlah respon.
Adapun hasil pengamatan pembelajaran aktivitas guru pada siklus I dengan
media audio visual dapat dipaparkan sebagai berikut :
Tabel 3.3
Data Pengamatan Pembelajara Aktivitas Guru Siklus I
dengan Media Audio Visual
Penilaian
NO Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
1 Pendahuluan
Menginformasikan tujuan Pembelajaran
Memberikan motivasi kepada siswa
2 Kegiatan Inti
Mempresentasikan materi yang akan dibahas
Penggunaan media pembelajaran
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
Penguasaan kelas
Penguasaan metode pembelajaran
Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan
balik
Membuat Rangkuman
3
Membimbing siswa membuat rangkuman
4 Penutup
Mengadakan Analisis/Evaluasi
Memberikan Penghargaan
5 Mengelola waktu
Pengamatan Suasana Kelas
6 Siswa antusias
Guru antusias

d. Refleksi
Dalam tahap ini, peneliti menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk
diringkas. Jika hasil penelitian menunjukkan target kriteria keberhasilan KKM 70,
respon siswa dalam pembelajaran juga meningkat, suasana kelas tidak lagi pasif, siswa
dapat memahami materi dengan menjawab soal-soal dengan benar pada setiap
pertemuan. Jika penelitian tidak dapat mencapai kriteria keberhasilan, maka peneliti
perlu mengubah pada siklus berikutnya.
2. SIKLUS II
a. Perencanaan
Rencana perbaikan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2022. Dalam
melakukan penelitian, langkah-langkah yang dilakukan oleh guru, yaitu dengan
menyusun rencana perbaikan pembelajaran II (siklus II) dengan indikator.
Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya.
Tujuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat memahami peta konsep tentang air,
menyebutkan kegunaan air, memahami daur air, dan menggambar skema daur air.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran menggunakan media Audio Visual pada siklus II ini
dilakukan dengan langkah-langkah pembelajaran dengan susunan sebagai berikut :
 Pertemuan Siklus 11
Mengadakan apersepsi sebagai kegiatan awal selama ± 5 menit,
dilanjutkan dengan kegiatan inti selama ± 25 menit untuk menjelaskan materi
dan dilanjutkan dengan kuis/penerapan metode tanya jawab pola kompetisi dan
kegiatan akhir ± 5 menit yang digunakan untuk menyimpulkan materi dan
penguatan, serta melanjutkan dengan memberikan pekerjaan rumah (PR) berupa
soal (terlampir) dan menginformasikan adanya ulangan untuk kompetensi dasar
yang baru saja disampaikan oleh guru.
c. Pengamatan
Tabel 3.4
Data Hasil Tes Evaluasi Siklus II
Nilai Ketuntasan
No Nama Siswa
Evaluasi Ya Tidak
1 Agus Tina Risky A
2 Alief Rizky
3 Faiqun Najwa
4 Hengky Kurniawan
5 Jessika Nur Aini
6 Moh Faisol Amin
7 Mohammad Kholid S
8 Mohammad Royhan F
9 NOR Hafida
10 Nurul Fauziyah
11 Qonitatus Sholehah
12 Zaenal Abidin
Rata-rata

Untuk mengetahui ketuntasan kelas digunakan rumus berikut :


Jumlah .. Siswa. . Yang. .Tuntas
Ketuntasan kelas = Jumlah . .Total. . Siswa x 100%

Adapun hasil respon siswa terhadap penggunaan media audio visual pada
siklus II dapat dipaparkan sebagai berikut :
Tabel 3.5
Respon Siswa Terhadap Penggunaan Media Audio Visual pada
Siklus II
Respon Siswa Rata-rata (%)
Tidak senang
Senang
Sangat Senang

Untuk mengetahui respon siswa digunakan rumus :


R=
∑R
∑N
Dengan : R = Respon rata-rata siswa
∑ R= Jumlah semua respon siswa
∑ N = Jumlah respon.
Adapun hasil pengamatan pemblajaran aktivitas guru pada siklus I dengan
media audio visual dapat dipaparkan sebagai berikut :
Tabel 3.6
Data Pengamatan Pembelajara Aktivitas Guru Siklus II
dengan Media Audio Visual
Penilaian
NO Aspek yang Dinilai
1 2 3 4
1 Pendahuluan
Menginformasikan tujuan Pembelajaran
Memberikan motivasi kepada siswa
2 Kegiatan Inti
Mempresentasikan materi yang akan dibahas
Penggunaan media pembelajaran
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
Penguasaan kelas
Penguasaan metode pembelajaran
Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan
umpan balik
Membuat Rangkuman
3
Membimbing siswa membuat rangkuman
4 Penutup
Mengadakan Analisis/Evaluasi
Memberikan Penghargaan
5 Mengelola waktu
Pengamatan Suasana Kelas
6 Siswa antusias
Guru antusias

d. Refleksi
Dari hasil observasi dan pengumpulan data yang dilakukan dapat dilihat adanya
peningkatan nilai. Rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus 1 adalah 63 dan meningkat
menjadi 72,5 pada siklus 2. Hal ini menunujukkan peningkatan yang signifikan, yang
artinya melalui pembelajaran dengan menggunakan media Audio Visual ini dapat
mengantarkan siswa ke prestasi yang lebih baik. Selain itu dapat kita lihat respon siswa
dalam pembelajaran juga meningkat, suasana kelas yang tidak lagi pasif, meskipun
tidak dipungkiri, masih ada beberapa siswa yang masih kurang merespon materi yang
diberikan, tetapi pada umumnya mengalami peningkatan dari sebelumnya.
C. Teknik Analisis Data
Patton menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Sedangkan menurut Taylor, mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci
usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada
hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan
pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan
analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi, analisis
data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data
bermaksud pertama-tama mengorganisasikanm data. Data yang terkumpul banyak
sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen,
berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini
ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan
menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
Akirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu proses.
Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data
dilakukan dan dikerjakjan secara intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan.
Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan
tenaga, pikiran peneliti. Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan masih perlu
mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk menjastifikasikan
adanya teori baru yang barangkali ditemukan.
Untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan
media Audio Visual pada muatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ini, peneliti
menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, yaitu analisis data yang sesuai dengan
peristiwa yang terjadi melalui gambaran-gambaran nyata tentang peristiwa tersebut.
Adapun beberapa analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ketuntasan kelas digunakan rumus berikut :
Jumlah .. Siswa. . Yang. .Tuntas
Ketuntasan kelas = Jumlah . .Total. . Siswa x 100%
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan rumus rata-rata.

X=
∑X
∑N
Dengan : X = Nilai rata-rata
∑ = Jumlah semua nilai siswa
X
∑ N = Jumlah siswa
3. Untuk mengetahui respon siswa digunakan rumus :

R=
∑R
∑N
Dengan : R = Respon rata-rata siswa
∑ R= Jumlah semua respon siswa
∑ N = Jumlah respon.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti sesuai dengan
data yang diperoleh. Adapun data yang diperoleh dari penelitian terdiri dari beberapa Siklus
yang diantaranya Siklus I, dan Siklus II yang dijabarkan pada setiap tahapan Siklus tindakan
yaitu merencanakan (Planning), melakukan tindakan (action), mengamati (observation),
evaluasi dan merefleksi (reflection) dengan menggunakan siklus belajar untuk mengamati
secara langsung.
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1. Hasil Pelaksanaan Siklus I
Pada Siklus I terdiri dari beberapa tahapan tindakan yang dilakukan. Tahapan-
tahapan tersebut terdiri dari :
a. Perencaaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan semua perlengkapan yang diperlukan
selama kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media Audio Visual
perlengkapan tersebut terdiri dari :
1) Perangkat pembelajaran seperti silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), buku siswa dan Buku Kerja Siswa (BKS), beserta perangkat media
pembelajaran.
2) Bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengamatan.
3) Instrumen penelitian seperti, lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran,
lembar penilaian proses atau psikomotor dan lembar evaluasi.
b. Pelaksanaan
1) Pendahuluan
Kegiatan ini dilakukan untuk memotivasi siswa dengan cara
menunjukkan sebuah gambar, kemudian guru bertanya “gambar apakah ini ?
dan apa yang kalian katahui tentang gambar berikut ini ?”. Jawaban siswa
bermacam-macam, selanjutkan guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai
yang ada di RPP.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menayangkan gambar tentang daur air melalui proyektor dan
menjelaskan materi tentang daur air tersebut.
b) Siswa diminta melihat langsung gambar yang telah disediakan di depan
kelas.
c) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dimengerti.
d) Guru melakukan tanya jawab kepada seluruh siswa.
3) Penutup
a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang
telah diterimanya.
b) Guru memberikan pekerjaan rumah.
c. Pengamatan dan Evaluasi
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dilakukan pengamatan
pembelajaran dengan media Audio Visual. Pengamatan ini dilakukan oleh observer
yang sudah berpengalaman. Berdasarkan hasil evaluasi siklus I dari 12 siswa terdapat
4 siswa yang tuntas atau mendapat nilai ≥ 65. Dengan dihitung persentasenya
(ketuntasan kelas) sebagai berikut:
4
Ketuntasan kelas = X 100 % = 33,3 %
12
Karena terdapat 33,3 % siswa yang mendapat nilai ≥ 65 dan nilai rata-rata kelas 62
maka dapat dikatakan bahwa pada siklus I ini siswa belum terbiasa dengan
pembelajaran menggunakan media Audio Visual. Berdasarkan hasil respon siswa
terhadap penggunaan media Audio Visual pada siklus I adalah siswa yang tidak
senang sebanyak 42%, siswa yang senang sebanyak 33% sedangkan siswa yang
sangat senang sebanyak 25%. Hal ini disebabkan kebiasaan siswa yang masih belum
terbiasa menanggapi suatu masalah yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan
pembelajara aktivitas guru siklus I aktivitas guru dalam proses pembelajaran yang
menggunakan media Audio Visual terdapat 1 aspek dengan skor 1 yang
dikategorikan kurang baik, 5 aspek dengan skor 2 dikategorikan cukup baik dan
terdapat 8 aspek dengan skor 3 yang termasuk kategori baik. Namun secara
keseluruhan aktivitas guru dapat dihitung dengan menggunakan rumus prosentase,
yaitu :
Jumlah .. Skor 1 x1+5 x2+8 x 3 34
Pr osentase= ×100 % ×100 % = ×100 %=60 , 7 %
Skor .. Maksimal = 4×14 56
Dengan demikian aktivitas guru dalam pembelajaran yang menggunakan media
Audio Visual pada mata pelajaran IPA hanya 60,7%.
d. Refleksi
Setelah selesai tahap dan pengamatan dilakukan, diperoleh gambaran tentang
kekurangan yang terjadi pada putaran pertama yaitu sebagai berikut :
1) Dalam tahap pendahuluan guru cukup maksimal dalam memberikan motivasi kepada
siswa sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Guru kurang maksimal dalam mengelola waktu.
3) Guru masih kurang menguasai kelas sehingga proses belajar mengajar tidak
terlaksana dengan yang direncanakan.
4) Guru sudah maksimal dalam memeriksa memahaman siswa sehingga siswa
memahami terhadap materi yang disampaikannya.
5) Guru cukup maksimal dalam penggunaan media pembelajaran
e. Revisi
Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada putaran kesatu di atas akan dijadikan
masukan untuk memperbaiki/ merevisi pada putaran II :
1) Memberikan motivasi yang lebih menarik dan semangat agar siswa lebih tertarik
dalam mengikuti proses pembelajaran.
2) Guru lebih memaksimalkan lagi dalam mengelola waktu pembelajaran.
3) Guru lebih memaksimalkan lagi dalam menguasai kelas dengan memberi nasehat
serta arahan kepada siswa.
4) Guru lebih memaksimalkan lagi dalam memeriksa pemahaman siswa sehingga siswa
memahami terhadap materi yang disampaikannya.
5) Guru lebih memaksimalkan lagi dalam penggunaan media pembelajaran
2. Hasil Pelaksanaan Siklus II
Pada Siklus II terdiri dari beberapa tahapan tindakan yang dilakukan. Tahapan-
tahapan tersebut terdiri dari :
a. Perencanaan
Pada Siklus II adalah rancangan yang dilakukan berdasarkan revisi dari
putaran pertama, yang perlu diperbaiki adalah:
1) Kemampuan seorang guru dalam memberikan motivasi.
2) Kemampuan seorang guru dalam mengelola waktu.
3) Kemampuan seorang guru dalam menguasai kelas.
4) Kemampuan seorang guru dalam penggunaan media pembelajaran.
5) Kemampuan seorang guru dalam memeriksa pemahaman siswa.
Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan diantaranya :
1) Materi yang akan diajarkan.
2) Perangkat pembelajaran seperti, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), buku siswa dan Buku Kerja Siswa (BKS), beserta perangkat media
pembelajaran.
3) Bahan-bahan yang akan digunakan untuk mengajar.
4) Instrument penelitian seperti, lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran,
lembar penilaian proses atau psikomotor dan lembar evaluasi.
b. Pelaksanaan
1) Pendahuluan
Pada awal pembelajaran guru memotivasi siswa dengan menunjukkan
beberapa gambar, dan mengkondusikan suasana kelas yang menyenangkan, dapat
dilakukan dengan bertepuk tangan bersama atau dengan kata-kata yang
menyemangati siswa untuk mengikuti pelajaran, kemudian guru menyampaikan
tujuan pembelajaran sesuai dengan yang di RPP.
2) Kegiatan Inti
a) Guru menjelaskan tentang daur air dan kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya.
b) Guru menjelaskan tentang kegiatan manusia yang berkaitan dengan air.
c) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang
belum dimengerti.
d) Guru melakukan tanya jawab kepada seluruh siswa.
e) Guru menunjukkan video tentang daur air.
f) Guru memberikan tugas kelompok kepada siswa.
3) Penutup
a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah
diterimanya.
b) Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.
c. Pengamatan dan Evaluasi
Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dilakukan pengamatan
pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan media Audio Visual pada muatan
pelajaran IPA. Pengamatan ini dilakukan oleh observer yang sudah berpengalaman.
Berdasarkan hasil Tes Evaluasi Siklus II dari 12 terdapat 10 siswa yang tuntas siswa
atau mendapat nilai ≥ 65. Dengan demikian dapat dihitung persentasenya (ketuntasan
kelas) sebagai berikut:
10
ketuntasan kelas = X 100 % = 83 %
12
Karena terdapat 83 % siswa yang tuntas dan mendapat nilai ≥ 65 dengan nilai rata-
rata kelas 72,5, maka dapat dikatakan prestasi siswa meningkat dibandingkan dengan
siklus 1. Meningkatnya ketuntasan ini karena adanya perbaikan/ refleksi dan revisi
dari siklus 1. Hal ini membuktikan bahwa proses belajar mengajar dengan
menggunakan media Audio Visual pada Siklus ini lebih maksimal. Berdasarkan
hasil respon siswa terhadap penggunaan media Audio Visual pada siklus II adalah
siswa yang tidak senang sebanyak 14,5%, siswa yang senang sebanyak 32,5%
sedangkan siswa yang sangat senang sebanyak 53%. Hal ini menunjukkan bahwa ada
peningkatan respon siswa yang senang dan sangat senang dibandingkan pada siklus
1. Berdasarkan hasil aktivitas guru dalam proses pembelajaran yang menggunakan
media Audio Visual terdapat 3 aspek dengan skor 3 dikategorikan baik, 11 aspek
dengan skor 4 yang termasuk kategori sangat baik. Namun secara keseluruhan
aktivitas guru dapat dihitung dengan menggunakan rumus prosentase, yaitu :
Jumlah .. Skor 3 x 3+11 x 4 53
Pr osentase= ×100 % ×100 % = ×100 % = 94 , 64
Skor .. Maksimal = 4×14 56
Dengan demikian aktivitas guru dalam pembelajaran yang menggunakan
media Audio Visual pada muatan pelajaran IPA hanya 94,64`%
d. Refleksi
Setelah tahap kegiatan dan pengamatan dilakukan, maka dapat diperoleh
gambaran mengenai hasil pembelajaran dengan menggunakan media Audio Visual
pada Siklus II ini. Dalam pembelajaran sangat tampak bahwa kelas menunjukkan
suasana tanya-jawab sesuai dengan media yang digunakan, dimana siswa lebih aktif
dibandingkan guru.
e. Revisi
Dalam pertemuan ini kegiatan pelaksanaan pembelajaran sudah baik, namun
guru lebih meningkatkan lagi kegiatan belajar mengajar dalam suasana kelas lain
dengan media yang sama serta permasalahan yang sama sehingga hasilnya tambah
baik.
3. Analisis Skor Perkembangan
Skor perkembangan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa setiap Siklus dapat dilihat
pada diagram di bawah :
Diagram
4.1 Skor Perkembangan Evaluasi Setiap Siklus
Diagram Perkembangan Evaluasi Siswa
100
90 83
80 72,5
70 62
60
50
40 33.3
30
20
10
0
Rata-rata Ketuntasan

Siklus I Siklus II

Dari diagram skor perkembangan evaluasi diatas dapat dilihat bahwa dari siklus I dan II
mengalami peningkatan dari 63 pada siklus I dengan ketuntasan 33,3% menjadi 72,5
dengan ketuntasan 83% pada siklus II.
Berdasarkan hasil persentase perkembangan respon siswa tentang respon siswa selama
KBM berlangsung, dari Siklus I dan II. Prosentase yang diperoleh dari Siklus pertama
sampai dengan Siklus yang terakhir respon siswa terhadap media Audio Visual semakin
positif pada tiap tahapannya, oleh karenanya dalam proses KBM siswa semakin aktif
dengan menggunakan media Audio Visual.
Diagram
4.2 Skor Perkembangan Respon Siswa

Diagram Perkembangan Respon Siswa


60
53
50
42
40
33 32.5
30
25

20
14.5

10

0
Tidak Senang Senang Sangat Sengat

Siklus I Siklus II
Berdasarkan diagram skor perkembangan diatas dapat dilihat bahwa respon siswa pada
setiap siklus juga semakin baik dan positif.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Proses perbaikan pembelajaran dengan penggunaan media Audio Visual di SDN
Waru Barat 6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan dapat dikatakan berhasil pada siklus
I dan II. Dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan media Audio Visual, hal ini
terlihat dari peningkatan aktivitas siswa pada proses pembelajaran yang berpengaruh pada
hasil tes pada pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran merupakan suatu proses
penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada
siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses,
maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar.
Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester
dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat
kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya (Hisyam Zaini,
2004: 4).
Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan pembelajaran adalah suatu
proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar,
pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah mempersiapkan
mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Ilmu Pengetahuan Alam
merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
penyajian gagasan-gagasan.
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang
satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD
yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada
prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau
melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam
(Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah
ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh
dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan
dan penyajian gagasan-gagasan. 
Selain itu, banyak sekali perubahan yang terjadi pada siswa, sebelum diterapkannya
media Audio Visual, siswa terlihat jenuh, bosan, dan kurang termotivasi untuk mengikuti
pelajaran dengan baik. Ini disebabkan karena materi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
sebagian besar adalah materi hafalan, sedangkan metode yang digunakan guru selama ini,
hanya metode ceramah dan tanya jawab klasik saja, sehingga siswa kurang ada motivasi
untuk menjadi lebih baik. Mereka hanya mendengarkan dan tanpa diketahui, apakah
mengerti atau tidak dengan materi yang diberikan oleh guru. Padahal mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam itu sendiri diketahui berperan dalam mengembangkan pengetahuan,
nilai, sikap, dan keterampilan sosial agar para siswa menjadi warga masyarakat, bangsa dan
negara Indonesia yang baik.
Di antara media pendidikan, gambar/ foto adalah media paling umum dipakai. Dia
merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh
karena itu ada pepatah Cina mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari
pada seribu kata.
Gambar ilustrasi fotografi adalah gambar yang tidak dapat diproyeksikan, dapat
dipergunakan, baik dalam lingkungan anak-anak maupun dalam lingkungan orang dewasa.
Gambar yang berwarna umumnya menarik perhatian. Semua gambar mempunyai arti,
uraian dan tafsiran sendiri. Karena itu gambar dapat dipergunakan sebagai media
pendidikan dan mempunyai nilai-nilai pendidikan bagi peserta didik yang memungkinkan
belajar secara efisien peserta didik yang berkaitan dengan pemanfaatan media Audio Visual
dalam data PBM
Penggunaan Audio Visual secara efektif disesuaikan dengan tingkatan anak, baik
dalam hal besarnya video, warna dan latar belakang untuk penafsiran. Dijadikan alat untuk
pengalaman kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki kekurang jelasan.
Audio Visual dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang
dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari Audio Visual sendiri dalam kegiatan
pengajaran dapat dilakukan cara, menulis pertanyaan tentang gambar, menulis cerita,
mencari gambar-gambar yang sama, dan menggunakan gambar untuk mendemonstrasikan
suatu obyek.
Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya efektif.
Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh
semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display gambar-gambar
dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa,
meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa. Oleh sebab itu
penggunaan media Audio Visual pola kompetisi pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam sangat berpengaruh pada hasil pembelajaran yang didapatkan oleh siswa. Sehingga
guru dituntut untuk sebisa mungkin menyesuaikan media yang digunakan pada setiap mata
pelajaran yang diajarkan.
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran dari siklus I dan siklus II
dengan penggunaan media Audio Visual pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
tentang daur air kelas 5 di SDN Waru Barat 6 Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan :
1. Penggunaan media Audio Visual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas 5 SDN Waru Barat 6 Kecamatan Waru
Kabupaten Pamekasan, yang ditunjukkan dengan peningkatan nilai dari siklus I rata-
rata 63 menjadi 72,5 pada siklus II.
2. Respon siswa dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan, tetapi masih
kurang memuaskan karena siswa yang tidak senang 42%, senang 33%, sangat senang
25% pada siklus I. Sedangkan pada siklus ke II respon siswa tidak senang 14,5%,
senang 32,5% dan yang sangat senang 53%. Dari data tersebut penggunaan media
Audio Visual sangat membantu dan memuaskan. Sehingga tidak ada lagi
pembelajaran yang membosankan atau menjenuhkan bagi siswa.
3. Aktivitas guru selama pembelajaran telah melakasanakan dengan baik, pembelajaran
IPA tentang Daur Air mengalami peningkatan. Pada siklus I aktivitas guru kurang
memuaskan guru hanya mendapat skor 60,7%. Sedangkan pada siklus ke II aktivitas
guru sudah memuaskan karena mencapai skor 94,64%.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka sebaiknya guru :
1. Menggunakan media Audio Visual pada muatan pelajaran yang lain, karena dengan
media ini dapat meningkatkan prestasi, dan selain itu dapat terlihat langsung siswa-
siswa yang berprestasi dalam pembelajaran sehingga dapat dipersiapkan untuk
lomba-lomba mata pelajaran yang lain.
2. Memperbaiki kekurangan dan ketidak sesuaian dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
3. Mengingat hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, kualitas siswa, guru dan sekolah, maka penting bagi guru untuk
mempelajari dan menerapkan dalam kegiatan pembelajaran melalui PTK. Selain itu
sekolah harus mempunyai komitmen yang kuat untuk meningkatkan kompetensi para
guru, yaitu khususnya kompetensi dalam pelaksanaan PTK dan pembuatan laporan
ilmiahnya.
4. Melalui sarana Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, guru dapat
meningkatkan profesionalisme dengan mengikuti program perkuliahan.
DAFTAR PUSAKA
Hakim, Thursan. 2000. Belajar Secara Efektif. Sindur Pres. Semarang. 
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.
Jakarta.
Sardirman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Sudjana, Nana. 2002. Cara Belajar Murid Aktif. Sinar Baru Algenso. Bandung.
Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E Kaligis. (1992/1993). Pendidikan IPA II. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013 .Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mansur, Muslich. 2007. KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) pemahaman &
pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.
Patta Bundu. 2010. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.
Rahayu, Nina. 2014. Implementasi Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA di
Kelas IV C SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman. Skripsi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Srini M. Iskandar. 1996/1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, lampiran 1 Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI.
Jakarta.
Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara
Arief S. Sadiman, dkk. (2006).  Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom. Dikbud. dan PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2005). Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ahmad Rohani. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai