Anda di halaman 1dari 3

BAB III.

OBYEK AGAMA

Objek Agama menyangkut: Yang Transenden atau Yang Kudus, Tempat suci dan Waktu Suci.
a. Yang Transenden dalam sistem kepercayaan dasar diyakini sebagai ‘Yang Kudus’ yang
dijadikan sebagai objek agama. Yang Kudus dimengerti sebagai yang terlindung dari
pelanggaran atau yang jahat, kekacauan dan kecemaran. Itulah yang dihormati,
dimuliakan dan diagungkan. Segala sesuatu yang berkaitan dengan Yang Kudus; tempat,
benda-benda, waktu, sikap, kebiasaan, tindakan akan dikhususkan dan mendapatkan
penghormatan tersendiri.
Yang Kudus biasanya dilawankan dengan yang profan (pro= terletak di depan,
fan=penampakan yang ilahi, atau bukan kudus). Segala sifat yang bertentangan dengan
Yang Kudus digolongkan sebagai yang profan demikian juga segala tindakan, benda,
kegiatan, kebiasaan yang tidak ada hubungannya dengan Yang Kudus disebut profan.Yang
Kudus merupakan sesuatu yang par exxelence, tidak boleh dan tidak dapat disentuh oleh
yang profan tanpa mengakibatkan hukuman.Yang profan dapat dikuduskan sejauh
bertalian dengan Yang Kudus berdasarkan suatu kepercayaan.
b. Konsep Yang Kudus:
1) Agama Hindu mengajarkan bahwa Yang Kudus ada dalam Veda (Pengetahuan suci),
Brahman (realitas suci), Dharma (kewajiban suci) dan mokhsa (Pembebasan). Veda
merupakan kumpulan teks yang merupakan wahyu. Brahman merupakan upacara-
upacara suci atau tata cara peribadatan. Dharma merupakan aturan atau norma yang
menjadi hukum abadi yang dilihat sebagai prinsip dalam memberikan patokan-
patokan yang baik dan yang jahat. Mokhsa merupakan tujuan akhir yaitu terbebasnya
manusia dari berbagai ikatan sehingga yang ada hanya kebenaran sejati. Buddha: Sang
Buddha diyakini sebagai kodrat kesucian tertinggi yang menjadi pola bagi semua
orang untuk mencapainya atau menjadi Buddha (Bodhisattva). Yang Kudus dicapai
dengan Jalan Kebijaksanaan (anna) yang akan membawa orang pada kebahagiaan,
dan pembebasan dari penderitaan serta mencapai Nirvana. Jalan Kebijaksanaan ini
dicapai dengan latihan dan praktek.
2) Tradisi Cina: Yang Kudus diyakini sebagai dewa tertinggi yang ada di puncak
pimpinan hirarki dunia supernatural dan suci. Dewa tertinggi itu disebut T’ien. Daya
atau kualitas suci dari T’ien dinamakan Te yang diperoleh dengan cara istimewa dan
diberikan oleh T’ien. Te adalah kekuatan ilahi dan rajawi yang digunakan untuk
kebaikan rakyat dan negara. Untuk mendapatkannya diperlukan sikap kesalehan
putra (hsiao) yaitu sikap taat penuh hormat seorang anak kepada orangtua dan
leluhur. Tao menjadi jalan yang harus dilewati untuk mencapai tujuan yang diatur oleh
surga. Apapaun boleh dilakukan asalkan tidak melanggar jalan surga itu.
3) Bangsa Israel: Yang Kudus dalam tradisi Israel dikenal dengan sebutan Yahweh.
Yahweh dipahami sebagai Yang Agung, Maha Tinggi, Maha Kuasa sehingga manusia
tidak berarti di hadapannya. Oleh karena itu, manusia tidak dapat bertemu atau
berhadapan secara langsung dengan Yahweh. Yahweh hadir melalui tanda-tanda
alam: api, angin, kilat, gempa. Yahweh berbicara dengan umat melalui nabi atau
utusannya. Kendati demikian, mereka percaya bahwa Yahweh selalu dekat dengan
manusia. Keselamatan terjadi bila manusia setia pada ikatan perjanjian antara
Yahweh dan manusia (Vasal) yaitu, Yahweh menjadi Allah Israel dan Israel menjadi
umat Yahweh. Yahweh akan senantiasa melindungi Israel, asalkan Israel setia kepada
Yahweh.
c. Tempat Suci:
Semua agama memiliki tempat-tempat suci.Tempat itu menjadi suci karena
dikhususkan bagi Yang Kudus dan kegiatan bagi Yang Kudus.Hal ini yang menjadikan
orang bertingkahlaku berbeda dengan di tempat-tempat lainnya yang profan.
d. Benda benda Suci:
Untuk keperluan peribadatan dan simbolisasi dari “Yang Kudus” setiap kelompok
religius memiliki benda-benda yang disucikan karena diyakini berhubungan dengan
Yang Kudus. Benda-benda itu dapat berupa patung untuk merepresentasikan dewa-
dewi mereka, emas atau benda berharga lainnya sebagai ungkapan persembahan, serta
benda-benda lain yang dipakai dalam ritual. Semua benda-benda yang sudah
dimasukan atau dikaitkan dengan dewa-dewi akan dijaga, dihormati dan ditempatkan
pada tempat terhormat. Tidak semua orang juga boleh menyentuh atau menggunakan
benda-benda tersebut di luar ketentuan yang disepakati.
e. Waktu Suci:
Manusia religius mulai secara khusus menyediakan waktu bagi rasa religiusitas
mereka dan ini menjadi waktu-waktu suci bagi mereka yang dipisahkan dari waktu
biasa (profan). Dalam sistem kepercayaan tradisional, waktu-waktu suci dipilih
berdasarkan kesatuan antara kepercayaan dasar akan Yang Transenden yang hadir
dalam historis kehidupan manusia dan fenomen kosmis. Oleh karena itu, waktu-waktu
suci disesuaikan dengan siklus hidup manusia seperti kelahiran, dan kematian.
Waktu-waktu suci juga dikaitkan dengan kehadiran dewa-dewi penguasa alam,
sehingga waktu-waktu suci kadang diselaraskan dengan musim-musim dalam dunia
pertanian.Dari tradisi tersebut, maka setiap kelompok kepercayaan memiliki waktu-
waktu suci atau kalender religius tersendiri.
f. Kosmos Suci:
Manusia religius memiliki pandangan kosmologis yang sudah diperhitungkan dalam
sistem kepercayaan.Mereka menghargai alam sebagai sarana bagi dewa-dewi untuk
hadir dan menyampaikan pesan bagi manusia.Oleh karena itu manusia tidak berani
sembarangan memperlakukan alam apalagi merusaknya.Harmoni antara manusia
dengan alam melukiskan harmoni hubungan manusia dengan dewa-dewi.Dalam
Tradisi cina, harmoni tersebut digambarkan dengan kesatuan Yin dan Yang.Pengaruh
timbal balik mereka menhasilkan segala sesuatu didunia.Dalam Kosmologi Buddha
semesta diyakini sebagai siklus atau perputaran dalam suatu evolosi.Setiap siklus
berbeda dan mengalami perkembangan. Dalam Hinduisme penciptaan merupakan
tindakan bermain (lila) Tuhan melalui maya. Dunia fisik maupun psikis terbentuk dari
tiga unsur yaitu unsur baik dan buruk (sattva), unsur tindakan dan nafsu (rajas) dan
unsur kegelapan dan kejemuan (tamas) dalam tingkatan yang bervariasi. Dari
kombinasi tersebut muncul 5 unsur asli yaitu eter, udara, api, air dan bumi.
g. Upacara Suci/ Ritus: Kepercayaan dasar akan Yang kudus, tempat-tempat suci,
waktu suci, alat-alat suci dan kosmos suci dipadukan dalam bentuk upacara-upacara
religius. Uapacara keagamaan atau ritus dilakukan dalam rangka menjaga hubungan
harmonis antara manusia dengan dewa-dewi agar manusia senantiasa selamat. Oleh
karena itu, ritus atau upacara diadakan berkaitan dengan pengalaman hidup manusia
seperti: Kelahiran, kematian, sakit, inisiasi, bencana, perang, musim bertanam atau
musim panen dsb.

Anda mungkin juga menyukai