Anda di halaman 1dari 17

PASAR DAN LEMBAGA KEUANGAN

(EMI 208M)
“Otoritas Moneter di Indonesia dan Amerika Serikat
dan Arsitektur Perbankan Indonesia”

Dosen Pengampu:
Dra. Nyoman Abundanti, M.M.

Disusun Oleh:
1. Anak Agung Ngurah Satria Partha W.D (1506205062)
2. I Gusti Agung Ngurah Pradnyana Baskara Putra (1807521202)
3. Ida Ayu Artika Pradnyani (2007521004)
4. Ketut Sri Wahyuni Indrayani (2007521021)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021/2022
2.1 Konsep Otoritas Moneter, Tugas dan Tujuannya

2.1.1 Konsep Otoritas Moneter

Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk


mengendalikan jumlah uang yang beredar pada sutau Negara dan memiliki hak untuk
menetapkan suku bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan
uang.

Menurut UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mempunyai tujuan


agar otoritas moneter dan menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter yang
efektif dan efesien melalui sistem keuangan yang sehat, transparan, terpecaya, dan
dapat dipertanggungjawabkan yang didukung oleh sistem pembayaran yang lancar,
cepat, tepat, dan aman, serta pengaturan dan pengawasan bank yang memenuhi prinsip
kehati-hatian.

Undang-undang tentang Bank Sentral yang baru ini pada dasarnya memberikan
kewenangan yang besar kepada Bank Indonesia untuk merumuskan dan melaksanakan
kebijakan moneter di Indonesia, sedangkan Dewan Moneter ditiadakan. Meskipun
otoritas moneter tidak terletak lagi pada pemerintah, tetap mempunyai akses tertentu
dalam mempengaruhi kebijakan moneter. Namun, pada akhirnya lahirlah UU No. 3
Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan Rupiah yang dimaksud
mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama kestabilan nilai Rupiah adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi.
Sementara itu, dimensi kedua terkait dengan kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap
mata uang negara lain. Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang (free
floating). Namun, peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas
harga dan sistem keuangan.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005
menerapkan kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF).
Kerangka kebijakan tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan aspek kelembagaan
yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Dalam kerangka ini, inflasi merupakan
sasaran yang diutamakan (overriding objective). Bank Indonesia terus melakukan
berbagai penyempurnaan kerangka kebijakan moneter, sesuai dengan perubahan
dinamika dan tantangan perekonomian yang terjadi, guna memperkuat efektivitasnya
2.1.2 Tugas dan Tujuannya
Tugas Bank Indonesia yaitu:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi bank
Disamping tugas-tugas tersebut, Bank Indonesia juga mempunyai tanggung jawab dan
kegiatan lain dalam kaitannya dengan pemerintah, hubungan internasional, akuntabilitas
dan anggaran.
 Tugas Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
 Tugas Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
 Tugas Mengatur dan Mengawasi Bank
 Hubungan dengan Pemerintah dan Internasional
 Dan, akuntabilitas dan Anggaran
Tujuan Bank Indonesia yaitu:
Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan ememlihara kestabilan nilai rupiah. Dan
untuk mencapai tujuan tersebut BI melaksanakan kebijakan moneter secara
berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum
pemerintah di bidang perekonomian.

2.2 Status dan Modal Bank Indonesia serta Tugas -Tugas Dewan Gubernur BI
2.2.1 Status dan Modal Bank Indonesia
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum
perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank
Indonesia berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan
tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat
bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan. Artinya
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga
Negara independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur
dalam undang-undang.
Modal Bank Indonesia sebagaimana yang sudah diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 23 tahun 1999 pada Pasal 6 yaitu modal Bank Indonesia
ditetapkan berjumlah sekurang-kurangnya Rp 2.000.000.000.000,00 (dua triliun
rupiah). Modal tersebut harus ditambah sehingga menjadi banyak 10% (sepuluh
perseratus) dari seluruh kewajiban moneter, dengan dana yang berasal dari Cadangan
Umum atau dari hasil revaluasi aset.
2.2.2 Tugas-Tugas Dewan Gubernur BI
Dalam pelaksanaan tugasnya, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur.
Dewan Gubernur terdiri atas seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan
sekurang-kurangnya 4 (empat) orang atau sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi
Gubernur. Pada tahun ini Bank Indonesia memiliki 4 (empat) Deputi Gubernur. Jumlah
anggota Dewan Gubernur akan disesuaikan setelah fungsi pengawasan dialihkan kepada
pengawasan sektor jasa keuangan dengan mempertimbangkan prinsip efiensi.
Tugas dan wewenang Dewan Gubernur sebagai pemimpin Bank Indonesia
yaitu:
1) Mengangkat dan memberhentikan pegawai Bank Indonesia, yang pelaksanaannya
ditetapkan dengan Peraturan Dewan Gubernur.
2) Menetapkan peraturan kepegawaian, sistem penggajian, penghargaan, pensiun, dan
tunjangan hari tua serta penghasilan lainnya bagi pegawai Bank Indonesia.
3) Gubernur, Deputi Gubernur Senior, Deputi Gubernur, dan atau pejabat Bank
Indonesia tidak dapat dihukum karena telah mengambil keputusan atau kebijakan
yang sejalan dengan tugas dan wewenangnya sebagaiman dimaksud dalam undang-
undang ini sepanjang dilakukan dengan itikad baik.
4) Gaji, penghasilan lainnya, dan fasilitas bagi Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan
Deputi Gubernur ditetapkan oleh Dewan Gubernur.
5) Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Dewan Gubernur dapat
menetapkan sanksi administratif terhadap pegawai Bank Indonesia serta pihak-pihak
lain yang tidak memenuhi kewajibannya seperti ditentukan dalam undang-undang
tersebut.

2.3 Pengertian API, 6 Pilar API, Program Kegiatan API dan Tahapan Implementasinya

2.3.1 Pengertian API

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) adalah suatu kerangka dasar sistem


perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan
tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Jadi dapat dikatakan bahwa API akan menjadi arah dan bentuk yang dituju oleh
perbankan nasional. Dengan arsitektur perbankan ini, perbankan nasional akan memiliki
fundamental yang kuat dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan dari sisi struktur
modal, regulasi, pengawasan, infrastruktur, operasional perbankan dan keamanan
nasabah.

Setelah melakukan penyelesaian cetak biru API, maka sejak tahun 2004 ini
secara bertahap dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh tahun API
diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah
menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan
kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. Krisis ekonomi 1998 menjadi bukti bahwa perbankan nasional sangat rapuh
menghadapi gejolak yang terjadi. Arsitektur Perbankan Indonesia akan menjadi pondasi
dasar dalam mewujudkan sebuah sistem perbankan nasional yang tangguh terhadap
gejolak yang terjadi dan mampu menjadi lembaga intermediasi bagi sektor riil dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

2.3.2 Enam Pilar API

Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan, maka


ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai yaitu :
1. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
2. Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu
pada standar internasional.
3. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi
serta memiliki ketahanan dalam menghadapi risiko.
4. Menciptakan good corporate governance dalam rangka memperkuat kondisi
internal perbankan nasional.
5. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri
perbankan yang sehat.
6. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan.
Keenam sasaran yang ingin dicapai API tersebut dituangkan kedalam enam Pilar
yang saling terkait satu sama lain guna menunjang pencapaian visi API. Enam Pilar API
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

2.3.3 Program Kegiatan API dan Tahapan Implementasinya

Arsitektur Perbankan Indonesia juga memuat program-program dan tahapan kegiatan


yang bersifat konkrit mengenai implementasinya guna mewujudkan pilar-pilar di atas.
Berikut ini adalah program-program yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia beserta
tahapannya.

1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional


Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum
(konvensional dan syariah) dalam rangka meningkatkan kemampuan bank
mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun
meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan
kredit perbankan. Cara pencapaiannya melalui :
a. Penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru.
b. Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk mencapai persyaratan
modal minimum baru.
c. Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal.
d. Penerbitan subordinated loan.
Struktur Perbankan Indonesia berdasarkan visi API akan mengarah pada
terdapatnya :
a. 2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan kapasitas dan
kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal di
atas Rp50 triliun.
b. 3 sampai 5 bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan
beroperasi secara nasional serta memiliki modal antara Rp10 triliun sampai
dengan Rp50 triliun.
c. 30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu
sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank
tersebut memiliki modal antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun.
d. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang
memiliki modal di bawah Rp100 miliar.

Selanjutnya tahap implementasi dari program penguatan struktur perbankan.


Kegiatan program penguatan struktur perbankan terdiri dari: penguatan modal bank,
penguatan daya saing BPR, dan peningkatan akses kredit.
2. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan serta
memenuhi standar pengaturan yang mengacu pada international best practices.
Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan proses penyusunan
kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core Principles for Effective
Banking Supervision secara bertahap dan menyeluruh. Dalam jangka waktu lima
tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah sejajar dengan negara-negara lain
dalam penerapan international best practices termasuk 25 Basel Core Principles for
Effective Banking Supervision. Dari sisi proses penyusunan kebijakan perbankan
diharapkan Bank Indonesia memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang
efektif yang telah melibatkan pihak-pihak terkait dalam proses penyusunannya.
Selanjutnya tahap implementasi dari Program Peningkatan Kualitas
Pengaturan Perbankan. Kegiatan program peningkatan kualitas pengaturan
perbankan terdiri dari dua kegiatan yaitu: memformalkan proses sindikasi dalam
pembuatan kebijakan dan implementasi secara bertahap 25 Basel Core Principles
for Effective Banking Supervision.

3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan


Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas
pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapai dengan
peningkatan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar lembaga
pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatan efektivitas
enforcement, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank Indonesia.
Melalui program ini diharapkan fungsi pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank
Indonesia akan lebih efektif dan sejajar dengan pengawasan yang dilakukan oleh
otoritas pengawas di negara lain.
Selanjutnya tahap implementasi dari Program Peningkatan Fungsi
Pengawasan Perbankan. Program peningkatan fungsi pengawasan ini terdiri dari
lima kegiatan yaitu meningkatkan koordinasi antar lembaga pengawas, melakukan
konsolidasi sector perbankan, meningkatkan kompetensi pemeriksa, mengembankan
system pengawasan berbasis resiko, dan meningkatkan efektivitas enforcement.

4. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan


Program ini bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance
(GCG), kualitas manajemen resiko dan kemampuan operasional manajemen.
Semakin tingginya standar GCG dengan didukung oleh kemampuan operasional
(termasuk manajemen risiko) yang handal diharapkan dapat meningkatkan kinerja
operasional perbankan. Melalui program ini diharapkan kondisi internal perbankan
nasional menjadi semakin kuat.
Selanjutnya tahap implementasi dari Program Peningkatan Kualitas
Manajemen dan Operasional Perbankan. Program peningkatan kualitas manajemen
dan operasional perbankan ini terdiri dari tiga kegiatan yaitu meningkatkan GCG,
meningkatkan kualitas manajemen resiko perbankan, dan meningkatkan
kemampuan operasional bank.

5. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan


Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung operasional
perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit domestik,
dan pengembangan skim penjaminan kredit. Pengembangan credit bureau akan
membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan kreditnya.
Penggunaan lembaga pemeringkat kredit dalam publicly-traded debt yang dimiliki
bank akan meningkatkan transparansi dan efektivitas manajemen keuangan
perbankan. Sedangkan pengembangan skim penjaminan kredit akan meningkatkan
akses kredit bagi masyarakat.
Selanjutnya tahap implementasi dari Program Pengembangan Infrastruktur
Perbankan. Program pengembangan infrastruktur ini terdiri dari dua kegiatan yaitu:
pengembangan Credit Bureau dan Mengoptimalkan credit rating agencies.
6. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah
Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan
standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga mediasi
independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan edukasi bagi
nasabah. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan program-
program tersebut dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada sistem perbankan.
Selanjutnya tahap implementasi dari Program Peningkatan Perlindungan
Nasabah. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah terdiri dari empat kegiatan
yaitu: penyusunan standar mekanisme pengaduan, pembentukan lembaga mediasi
independen, penyusunan transparansi informasi produk dan edukasi untuk nasabah.

2.4 The FED (Bank Sentral Amerika), Asal Usul, Struktur, dan Peran Khusus Federal
Reserve New York

2.4.1 Asal Usul The FED

Pada tahun 1863 pemerintah AS dalam usahanya dalam mengatasi krisis


keuangan seusai perang sipil, membuat sebuah Undang-undang perbankan yang diberi
nama National Currency Act. Standarisasi ini mengacu pada Bank Sentral AS kala itu
mengeluarkan obligasi pemerintah. Pada umumnya setiap Bank Sentral diseluruh
negara mempunyai dua masalah utama yaitu nilai mata uang yang inelastic dan tidak
liquid-nya uang yang beredar. Selama 4 bulan terakhir pada abad ke 19 dan awal abad
ke 20, perekonomian AS dilanda kepanikan. Peristiwa kepanikan terbesar adalah pada
tahun 1907 dimana pemerintah dituntut untuk merevisi undang-undang tentang nilai
mata uang dan tingkat permintaan akan uang. Pada tahun berikutnya Kongres membuat
Undang-Undang Aldrich-Vreeland Act yang didalamnya terdapat sistem keuangan
darurat dan mendirikan National Monetary sebagai pusat perbankan dan reformasi
keuangan.

Ketua dari National Monetary Commission (yang didukung oleh dua partai
politik lokal) adalah seorang yang ahli yang juga merupakan pemimpin Republik Senat
Nelson Aldrich. Aldrich membentuk dua buah komisi, yang pertama adalah Sistem
Moneter Amerika dan yang kedua adalah Sistem Bank Sentral Eropa yang dikepalai
oleh Aldich sendiri. Aldrich pergi ke Eropa yang sistem moneternya bertentangan
dengan sistem bank sentral Amerika, untuk mempelajari Bank Sentral Jerman yang
pulih dan yang percaya bahwa penerbitan obligasi pemerintah merupakan salah satu
obat mujarab dari pemulihan ekonomi. Sistem bank Sentral AS kala itu banyak
ditentang oleh politikus yang curiga bahwa Aldrich melakukan penipuan terhadap JP
Morgan (seorang banker kaya pada saat itu). Anak JP Morgan juga menikah dengan
John D. Rockefeller, Jr.

Aldrich melakukan perlawanan terhadap bank swasta dengan sedikit


mempengaruhi pemerintah, tapi dia juga menerima keputusan Dewan Gubernur kala
itu. Banyak orang Republik dan para Bankir mendukung rencana Aldrich, meski ada
juga yang terang-terangan tidak mendukungnya seperti anggota Kongres. Malahan,
Partai Demokrat Progresif secara frontal mendukung sistem penyimpanan individu yang
diawasi pemerintah dengan sistem “kepercayaan akan uang (money trust)” yang dibantu
oleh Wall Street dalam proses pengawasan dalam persediaan keuangan. Partai
Demokrat Konservatif melawan sistem kepemilikan swasta, yang juga disebut
desentralisasi, dan sistem cadangan yang luput dari pengawasan Wall Street. Pada akhir
tahun 1973 UU Fed diluncurkan, dan yang juga menggembirakan adalah Partai
Demokrat dan Republik sama-sama mendukung UU tersebut.

2.4.2 Struktur The FED

Struktur The Fed terdiri dari enam bagian, yaitu Board of Governors, bank Federal
Reserve, bank-bank anggota, institusi-institusi tempat penyimpanan lainnya, Federal
Open Market Committee (FOMC), dan Dewan Penasihat.

1. Dewan Gubernur (Board of Governors)


Dewan Gubernur (Board of Governors), atau yang disebut juga Federal
Reserve Board, berpusat di Washington D.C. Badan ini merupakan induk dari The
Fed yang terdiri dari tujuh anggota. Ketujuh anggota tersebut dipilih oleh presiden
dengan pertimbangan dan persetujuan dari Senat AS. Masing-masing anggota
dewan ini memiliki masa jabatan penuh selama 14 tahun, dengan ketua dan wakil
ketua mengalami pergantian setiap empat tahun sekali. Tujuan dari masa jabatan
yang relatif lama tersebut adalah untuk menjaga kestabilan dan kelangsungan
sistem. Dalam teorinya, presiden hanya akan menunjuk dua orang dari tujuh
anggota dewan dalam masa empat tahunan, namun dalam praktiknya, presiden
dapat menunjuk lebih dari dua anggota dalam masa yang sama disebabkan oleh
kematian dan pengunduran diri di antara para anggota. Meskipun sebenarnya
jabatan seorang dewan tidak dapat digantikan karena mengambil masa jabatan
penuh, tetap saja posisi tersebut dapat diambil alih jika terdapat situasi luar biasa
yang mengharuskan pergantian.
Tugas-tugas atau tanggung jawab dari Board of Governors adalah sebagai
berikut :
a. Berpartisipasi dalam Federal Open Market Committee (FOMC).
b. Melaksanakan kontrol pengawasan yang luas terhadap industri jasa finansial.
c. Mengontrol dan mengawasi reserve bank.
d. Membimbing penerapan kebijakan moneter.
e. Menganalisis kondisi-kondisi ekonomi dan finansial domestik maupun
internasional.
f. Memimpin sebuah panitia yang mempelajari tentang masalah-masalah ekonomi
yang sedang berlangsung.
2. Bank Federal Reserve
Berdasarkan Federal Reserve Act, Federal Reserve System tersusun oleh 12
bank Federal Reserve dan 24 reserve bank di bawah pengawasan Board of
Governors. Ketetapan tersebut membagi Amerika Serikat ke dalam 12 distrik atau
wilayah yang setiap distriknya mempunyai satu Bank Cadangan di kota besar. Dua
belas distrik tersebut disebut distrik Federal Reserve yang meliputi Boston, New
York, Philadelphia, Richmond, Cleveland, Atlanta, Chicago, Dallas, Kansas City,
St. Louis, Minneapolis, dan San Francisco. Di antara 12 Bank Cadangan tersebut,
terdapat tiga Bank Cadangan terbesar yang memiliki aset The Fed lebih dari 50
persen, yaitu Bank Cadangan New York, Chicago, dan San Francisco15. Masing-
masing Bank Cadangan memiliki sembilan anggota Dewan yang menetapkan
presiden untuk The Fed dan pegawai-pegawai untuk bank-bank perwakilan di setiap
kota besar.
Setiap Bank Cadangan juga mempunyai tugas yang signifikan dalam
perputaran roda finansial negara. Tugas-tugas tersebut meliputi pelayanan kepada
bank-bank, Perbendaharaan AS, dan masyarakat secara tidak langsung; pengawasan
terhadap bank-bank komersial di wilayah mereka masing-masing; penelitian pada
masalah-masalah ekonomi regional, nasional, dan internasional; dan lain
sebagainya. Dewan direksi dari Bank Cadangan mengawasi dan mengontrol
pengelolaan dan aktivitas-aktivitas bank Distrik.
3. Bank Anggota
Bank-bank anggota merupakan bank-bank nasional yang wajib menjadi anggota
dari The Fed serta chartered bank yang memenuhi syarat tertentu untuk bergabung
menjadi bank anggota. Bank anggota juga menjadi pemegang saham di Reserve
Bank di distrik mereka masing-masing. Saat ini, terdapat kurang lebih 38 persen
dari 8.038 bank komersil di AS yang menjadi bank anggota The Fed.
4. Institusi Tempat Penyimpanan Lainnya
Institusi-institusi ini bukan merupakan bagian formal dari The Fed yang terdiri dari
bank-bank komersil bukan anggota, bank-bank untuk menabung, asosiasi-asosiasi
simpan pinjam, dan perserikatan-perserikatan kredit (credit unions). Terdapat
sekitar 17.000 institusi tempat penyimpanan lain di AS yang menyediakan jasa-jasa
perbankan bagi masyarakat Amerika Serikat. Institusiinstitusi ini mempunyai peran
yang penting dalam penyelenggaraan regulasi Sistem The Fed, termasuk syarat-
syarat cadangan, dan memiliki akses ke pelayanan pembayaran Sistem.
5. Federal Open Market Committee (FOMC)
Federal Open Market Committee (FOMC) merupakan badan pembuat
kebijakan pokok dari The Fed. Panitia ini memiliki 12 orang anggota yang terdiri
dari tujuh orang anggota Dewan Gubernur dan lima dari 12 orang presiden Bank
Cadangan. Dari lima orang presiden tersebut, presiden dari Bank Cadangan New
York akan selalu mendapatkan posisi dan hak pilih permanen dalam FOMC ini
dikarenakan Bank Cadangan tersebut menerapkan kebijakan moneter sesuai dengan
instruksi FOMC. Tugas dari FOMC adalah merumuskan kebijakan moneter yang
dibuat untuk menjaga kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi dan mengawasi
penerapannya dalam praktik, sehingga dapat dikatakan bahwa panitia ini mengatur
persediaan uang negara.
Pertemuan FOMC diadakan delapan kali dalam satu tahun di Washington
D.C. secara tertutup dan agenda yang dibahas adalah mengenai pandangan terhadap
ekonomi AS dan pilihan-pilihan kebijakan moneter yang akan diberlakukan. Dalam
pertemuan tersebut, ketua Dewan Gubernur akan selalu memimpin jalannya rapat
dan semua presiden Bank-Bank Cadangan yang bukan merupakan anggota FOMC
juga turut serta dalam diskusi yang berlangsung dalam setiap pertemuan. Oleh
karena FOMC ini menggabungkan kepentingankepentingan dari struktur-struktur
penting The Fed, yaitu Dewan Gubernur dan 12 presiden dari Bank Cadangan,
maka panitia ini merupakan struktur paling signifikan dalam The Fed.
6. Dewan Penasihat
Dewan Penasihat terdiri dari tiga dewan, yaitu Dewan Penasihat Federal, Dewan
Penasihat Konsumen, dan Dewan Penasihat Lembaga Penghematan yang diambil
dari 12 distrik Federal Reserve. Ketiga dewan tersebut memberikan saran dan
nasihat kepada Dewan mengenai masalah kepentingan saat itu. Pertemuan mereka
merupakan pertemuan tahunan yang diadakan dua hingga empat kali. Setiap Bank
Cadangan juga memiliki panitia penasihatnya masing-masing.

2.4.3 Peran Khusus Federal Reserve New York

Peran khusus The Fed yang tercantum dalam Undang-Undang Fed adalah sebagai
berikut.

1. Institusi untuk mengatasi kepanikan bank.


2. Melakukan tugas Bank Sentral untuk negara Amerika Serikat.
3. Menjadi lembaga penyeimbang dari bank swasta dan bank pemerintah.
a. Mengawasi kebijakan Institusi Perbankan
b. Melindungi hak kredit dari konsumen.
4. Mengelola Persediaan Uang Negara melalui kebijakan moneter.
a. Tingkat tenaga kerja yang maksimal
b. Kestabilan harga
c. Tingkat suku bunga yang sedang dalam jangka panjang.
5. Menjaga kestabilan dari sistem keuangan dan mengawasi sistem resiko dari pasar
uang.
6. Menyediakan jasa keuangan seperti deposito, obligasi pemerintah, saham asing,
termasuk di dalamnya adalah berperan dalam sistem pembayaran antarnegara.
7. Fungsi nasional:
a. Memfasilitasi pembayaran antarnegara bagian dan internasional
b. Sebagai katalisator dalam pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
8. Fungsi regional:
a. Merespon kebutuhan keuangan di negara Amerika Serikat.

2.5 Perbankan Elektronik: Tantangan Baru untuk Regulasi Bank

Perbankan Elektronik adalah layanan bagi nasabah Bank untuk memperolerh


informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan memalui media
elektronik. Layanan Perbankan Digital adalah Layanan Perbankan Elektronik yang
mengoptimalkan pemanfaatan data nasabah dalam rangka melayani traksaksi keuangan
nasabah secara nyaman, cepat, dan mudah sesuai dengan kebutuhan nasabah (customer
experience) dengan pengamanan yang baik, dan dapat dilakukan secara mandiri oleh
nasabah. Dibalik layanan yang nyaman, cepat, dan mudah tersebut ada tantangan yang
harus dihadapi untuk regulasi bank, antara lain :

1. Pemulihan perekonomian global akan berjalan lebih lambat. Pemulihan


perekonomian global sangat dipengaruhi oleh beberapa hal. Kebijakan
kesehatan non-paramedis (lockdown). Kebijakan lockdown yang panjang akan
mengganggu perekonomian global karena potensi menurunnya produksi dan
konsumsi yang diiringi dengan meningkatnya volatilitas harga minyak dunia
dan harga komoditas, serta terganggunya rantai pasokan global. Dampaknya
akan memengaruhi proses pemulihan ekonomi nasional dan kondisi perbankan
nasional.
2. Resesi ekonomi masih mewarnai yang berakibatkan keuangan pelaku usaha
dan masyarakat menurun signifikan. Dampaknya, perbankan akan dihadapi
dengan potensi risiko kredit dan risiko likuiditas yang tinggi.
3. Kondisi pasar keuangan akan mengalami volatisitas yang tinggi akibat dari
sentiment pelaku pasar. Dampaknya, perbankan akan dihadapi dengan potensi
risiko pasar yang lebih tinggi.
4. Potensi berakhirnya kebijakan stimulus fiscal untuk pemulihan perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. 2020. Tujuan Kebijakan Moneter. https://www.bi.go.id. Diakses pada


tanggal 17 September 2021.
Bank Indonesia. 2020. Profil-Status dan Kedudukan Lembaga Negara yang Independen .
https://www.bi.go.id. Diakses pada tanggal 17 September 2021.
Dewan Perwakilan Republik Rakyat IndonesiaPresiden Republik Indonesia. Keputusan
Dewan Perwakilan Republik Rakyat Indonesia Presiden Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3843).
Mishkin, Frederic S. 2018. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets,
Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan Edisi ke 11 Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
/POJK.03/2017 tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital Oleh
Bank Umum.

Anda mungkin juga menyukai