Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KASUS PT.

BANK CENTURY

TUGAS MATA KULIAH AUDIT INTERNAL BANK

KELOMPOK 3

ARYA RIZKYNANDA MULYA (1806177050)

DEWI IRMA AWALYA (180617

FAULIA ULFA (1806176786)

FAUZAN SYAHPUTRA AMIRUL (1806176981)

OSVALDO TAMARO SIMARANGKIR (1806176861)

SITI KHODIJAH (180617

WILDAN MUHAMMAD AZKA (1806177012)

ADMINISTRASI KEUANGAN & PERBANKAN


PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, rahmat, serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah analisis temuan audit internal
PT. Bank Century Fraud.

Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis membuat tugas makalah ini untuk memenuhi
salah satu syarat pengambilan nilai kelompok mata kuliah audit internal bank Makalah ini telah
kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Suharno Eliandy S.E.Akt., M.Sc selaku dosen mata kuliah Audit Internal Bank
2. Kak Alifia Chesarina selaku asisten praktikum mata kuliah Audit Internal Bank.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu kami
mengundang pembaca memberikan masukan, saran serta kritik konstruktif untuk menjadi bahan
pertimbangan bagi kami dalam penyempurnaan penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 29 September 2020

Tim Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tujuan sebuah perusahaan dalam perekonomian adalah untuk mendapatkan laba yang sebesar-
besarnya dan mengembangkan kegiatan operasional secara efektif dan efisien. Untuk mencapai
tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan suatu alat yang dapat membantu dalam hal
pengendalian untuk mencapai tujuan perusahaan dan agar kinerja maksimal perusahaan dapat
tercapai dengan baik, yaitu dengan adanya pelaksanaan audit internal. (Hiro Tugiman, 2006;11).

Pelaksanaan audit internal ini tidak dimaksudkan untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya
kesalahan atau tindakan penyelewengan dalam suatu perusahaan, melainkan untuk mencegah
atau menekan terjadinya kesalahan atau kecurangan (fraud). Audit internal menjalankan fungsi
pengawasan terhadap operasional perusahaan, sehingga diharapkan mampu mencegah maupun
mendeteksi terjadinya fraud. Seperti yang ditegaskan oleh Allayne dan Howard (2005) yang
menyatakan bahwa pada perusahaan, audit internal mempunyai peran untuk mendeteksi fraud
yang terjadi.

Kasus kecurangan yang terjadi di Indonesia umumnya banyak terjadi di lingkungan perbankan,
seperti contoh kasus kecurangan yang terjadi di Bank Century pada tahun 2008. . Kasus yang
terjadi adalah pembengkakan suntikan modal dari Lembaga Penjamin Simpanan ke Bank
Century hingga mencapai Rp 6,7 triliun, padahal awalnya pemerintah hanya meminta
persetujuan Rp 1,3 triliun untuk Bank Century. Auditor internal Bank Century dan hasil audit
kantor akuntan publik memastikan adanya tindak kecurangan keuangan di Bank Century. Adanya
pembengkakan suntikan modal dari Lembaga Penjamin Simpanan ke Bank Century ini
merupakan salah satu contoh kasus kecurangan (fraud). (Hindra Liauw, 2010).

Bank Indonesia (BI) mengakui banyaknya kasus fraud atau pembobolan bank akhir-akhir ini
disebabkan karena lemahnya pengawasan internal. Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah
menyatakan kasus yang terjadi merupakan kesempatan perbankan Indonesia untuk introspeksi
untuk menyempurnakan pengawasan ke arah yang lebih berbasis risiko. (Endang Kusumawati,
2012).
Penelitian James (2003) menunjukkan bahwa struktur pelaporan audit internal mempengaruhi
kecenderungan pencegahan, pendeteksian dan pelaporan terhadap kecurangan disebabkan
pelaporan audit internal kepada manajemen memungkinkan manajemen untuk membatasi ruang
lingkup prosedur audit yang dilakukan. Hal ini menunjukkan perlunya objektivitas fungsi
internal audit melalui struktur pelaporan yang lebih kuat, yakni dengan tanggungjawab
pengawasan fungsi internal audit secara langsung oleh komite audit. (Mimin Nur Aisyah, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka menyusun
makalah di bidang tersebut dan atas dasar itu pula penulis mengambil judul “ Kasus PT.Bank
Century”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi kasus tindak kecurangan keuangan yang terjadi pada PT Bank
Century yang mengalami pembengkakan suntikan modal dari Lembaga Penjamin
Simpanan pada tahun 2008?
2. Bagaimana kinerja auditor internal PT Bank Century dalam menanggapi kasus tindak
kecurangan keuangan tersebut?
3. Apa hasil audit kantor akuntan publik sehingga bisa memastikan adanya tindak
kecurangan keuangan di Bank Century?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan menganalisis kronologi kasus tindak kecurangan keuangan yang terjadi
pada PT Bank Century yang mengalami pembengkakan suntikan modal dari Lembaga
Penjamin Simpanan pada tahun 2008
2. Mengetahui kinerja auditor internal PT Bank Century.
3. Mengetahui hasil audit kantor akuntan publik terkait kasus tindak kecurangan keuangan
di Bank Century.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Audit Internal

Audit internal merupakan sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan oleh
auditor internal, juga sebagai operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk
menentukan apakah informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan. Audit
internal bertujuan untuk membantu semua tingkatan manajemen dalam melaksanakan tanggung
jawabnya secara efektif.

Sedangkan Sawyer yang diterjemahkan oleh Ali Akbar (2009:9) menjelaskan bahwa: “Audit
internal adalah sebuah aktivitas konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara
independen di dalam organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk
meningkatkan operasional perusahaan.”

Definisi Audit Internal menurut Hiro Tugiman (2014:11) adalah: “Internal Auditing atau
pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi
untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.”

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa audit internal adalah proses pemeriksaan yang
dikelola secara independen di dalam organisasi terhadap laporan dan catatan akuntansi
perusahaan untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Audit
internal diarahkan untuk membantu seluruh anggota pimpinan, agar dapat melaksanakan
kewajiban-kewajiban dalam mencapai tujuan organisasi.

2.2 Pengertian Auditor Internal

Auditor internal merupakan seseorang yang bekerja dalam suatu perusahaan yang bertugas untuk
melakukan aktivitas pemeriksaan. Auditor internal memiliki peran penting dalam
keberlangsungan pengawasan intern perusahaan. Auditor internal menurut Mulyadi (2010:29)
adalah sebagai berikut: “Auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun
swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur
kegiatan organisasi serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
operasi.”

Auditor internal dalam perusahaan BUMN dikenal dengan sebutan Satuan Pengawasan Intern
(SPI). Ketentuan perundang-undangan yang mendukung eksistensi SPI BUMN diatur dalam
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 mengenai BUMN sebagaimana diatur lebih lanjut dalam
PP Nomor 45 Tahun 2005 perihal pendirian, pengurusan, pengawasan dan pembubaran BUMN.

2.3 Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal

Di dalam perusahaan, internal audit merupakan fungsi staf, sehingga tidak memiliki wewenang
untuk langsung memberikan perintah kepada pegawai, juga tidak dibenarkan untuk melakukan
tugas-tugas operasional dalam perusahaan yang sifatnya di luar kegiatan pemeriksaan.

Menurut Mulyadi (2010:211) fungsi audit internal dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fungsi audit internal adalah menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi
pelaksanaan fungsi sebagai tugas organisasi. Dengan demikian fungsi audit internal
merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah untuk mengukur dan menilai
efektifitas dari unsur-unsur pengendalian internal yang lain.

2. Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang terdapat dalam
organisasi, dan dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain,
untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka.

Dengan cara menyajikan analisis, penilaian rekomendasi, dan komentar-komentar penting


terhadap kegiatan manajemen, auditor internal menyediakan jasa-jasa tersebut. Auditor internal
berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada unit
atas catatan akuntansi. Menurut Mulyadi (2010:212), Ruang lingkup pemeriksaan internal
menilai keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas
pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan, pemeriksaan internal harus:
1. Mereview keandalan (reliabilitas dan integritas)

2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan

3. Merview berbagai cara yang dipergunakan

4. Mereview berbagai operasi atau program

Adapun penjelasan dari ruang lingkup audit internal di atas adalah :

1. Mereview keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi finansial dan operasi serta cara
yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklarifikasi dan melaporkan
informasi tersebut.

2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaian dengan
berbagai kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat berakibat penting
terhadap kegiatan organisasi, serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai
kesesuaian dengan hal-hal tersebut.

3. Merview berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan bila dipandang
perlu, memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut.

4. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber daya.

5. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan konsisten
dengan tujuan dan sarana yang telah ditetapkan dan apakah kegiatan atau program
tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

2.4 Tahap Pelaksanaan Audit Internal

Program pemeriksaan yang telah didukung dan disetujui oleh manajemen merupakan ketentuan
yang harus dilakukan dalam melaksanakan pemeriksaannya. Selai itu program pemeriksaan
internal dapat dipakai sebagai tolak ukur bagi para pelaksana pemeriksa.
The Institute of Internal Auditor (2017:39) mengemukakan pelaksanaan tugas audit sebagai
berikut: “Audit work should include planning the audit, examining and evaluating information,
communicating result, and following up”.

Berdasarkan pelaksanaan tugas audit di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Perencanaan Audit

Sebagai langkah awal perencanaan audit ini berisikan:

a) Menyusun tujuan dan lingkup audit

b) Mendapatkan informasi mengenai aktivitas yang akan diaudit

c) Menentukan sumber-sumber penting dalam melakukan audit

d) Memberitahukan kepada auditor mengenai pelaksanaan audit

e) Melaksanakan atau tepatnya survey terhadap risiko, pengendalian untuk mengetahui


luas audit yang akan dilaksanakan dan meminta komentar dan saran auditee

f) Menyusun program

g) Menentukan bagaimana, kapan dan siapa yang membutuhkan hasil dari pengesahan
rencana audit.

2. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi

Untuk melakukan pengujian dan pengevaluasian auditor internal harus mengumpulkan,


menganalisa, menginterpretasikan dan mendokumentasikan informasi untuk mendukung
hasil audit.

3. Menyampaikan Hasil Pemeriksaan Auditor internal harus menyampaikan atau


melaporkan temuan-temuan yang diperoleh dari hasil audit.
4. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan, Pemeriksaan internal harus terus meninjau atau
melakukan follow up untuk memastikan bahwa terdapat temuan-temuan pemeriksaan
yang dilaporkan telah dilakukan tindak lanjut tepat.

2.5 Tanggung Jawab Dan Kewenangan Auditor Internal

Bagian audit internal merupakan bagian integral dari organisasi dan berfungsi sesuai dengan
kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen senior atau dewan. Tujuan, kewenangan,
dan tanggung jawab bagian audit internal harus dinyatakan dengan dokumen tertulis yang
formal, misalnya dalam anggaran dasar organisasi. Pimpinan audit internal harus mendapatkan
persetujuan dari manajemen senior sehubungan dengan anggaran tersebut. Anggaran dasar harus
menjelaskan tentang tujuan bagian audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak
dibatasi, dan menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki kewenanagan atau
tanggung jawab dalam kegiatan yang mereka periksa.

Berdasarkan pengertian di atas, maka tujuan, wewenang dan tanggung jawab tersebut harus
didokumentasikan secara resmi dan tertulis atas persetujuan dari manajemen senior. Dokumen
berisikan mengenai:

 Keberadaan mengenai fungsi auditor internal dalam perusahaan,

 Kewenangan melakukan hubungan dengan catatan dan dokumen, personil dan property
perusahaan yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi audit,

 Ketentuan terhadap lingkup aktivitas audit.


BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Kronologi Kasus PT. Bank Century

Kasus pemberian dana talangan Bank Century (BC) adalah salah satu kasus besar dunia
perbankan Indonesia yang terjadi di tahun 2008. Kasus ini merampas uang negara lebih dari 7
trilyun dalam bentuk bailout (berupa FPJP dan PMS), dan pelarian dana investor sekuritas
Antaboga yang belum terdeteksi jumlahnya. Banyak pihak dilibatkan di dalam kasus ini, dari
pejabat bank,aparat kepolisian, lembaga-lembaga pembuat kebijakan perbankan, bahkan terdapat
isu keterlibatan Presiden di dalam kasus tersebut (Aditjondro, 2010). Selain itu, kasus ini
disebut-sebut merupakan cikal bakal perselisihan KPK dengan Polri dalam kasus Bibit-Chandra
dan Cicak vs. Buaya (Aditjondro, 2010). Hingga kasus ini ditutup pada 2016 oleh KPK,
pemecahannya masih simpang siur dan pengusutannya tidak menemukan titik temu, hingga
akhirnya kasus ditutup dengan penahanan salah seorang Deputi Bank Indonesia (BI).

Meskipun sudah berlalu sembilan tahun silam dan telah ditutup oleh KPK, kasus ini masih sering
diungkit oleh lembaga-lembaga tinggi terkait.Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Badan
Pemeriksa Keuangan Tahap I atas Bank Century, Tbk. (selanjutnya disebut LHP Tahap I), BC
dipermasalahkan karena dianggap menerima perhatian khusus‟ dari BI sejak awal berdirinya.
BC merupakan hasil merger dari bank Pikko, CIC, dan Danpac yang mana dua diantaranya
merupakan bank bermasalah, dan proses mergernya tidak memenuhi syarat-syarat merger.
Tabel 3.1

Di tahun 2008,hampir seluruh rasio kesehatan BC menurun drastis.Dapat diperhatikan bahwa


perubahan rasio-rasio di tahun 2008 cukup signifikan dibandingkan dengan fluktuasi rasio tahun-
tahun sebelumnya, terutama rasio BOPO (naik 1133,57% dari tahun 2007), ROE (turun 991,50%
dari tahun 2007), PDN (turun 233,52% dari tahun 2007), kemudian diikuti dengan rasio-rasio
lain seperti rasio aktiva produktif, rasio PPAP, ROA, KPMM (CAR) kredit dan pasar, LDR, dan
rasio aktiva tetap yang selisihnya mencapai 30% dari tahun lalu. Rasio-rasio tersebut jauh
dibawah standar kesehatan perbankan yang ditetapkan BI, yang berarti BC bukan lagi
merupakan bank yang dapat beroperasi secara normal. Hal ini menyebabkan BC kemudian
dikategorikan sebagai bank Dalam Pengawasan Khusus (DPK), pembatasan operasi bank, dan
pengambil alihan BC oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan menggulirkan sejumlah
dana talangan atas persetujuan BI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk kembali
"menyehatkan‟ bank tersebut.

Adanya dugaan fraud yang terjadi di BC kemudian memicu DPR dan KPK mengajukan adanya
pelaksanaan audit investigasi BPK atas bank tersebut. Dalam kasus BC 2008, BPK menyatakan
telah melakukan dua audit investigasi, salah satunya adalah audit tahap awal tertanggal 20
November 2009, sementara audit tahap kedua cenderung menjabarkan temuan audit pertama.
Dalam siaran pers BPK (2011) dikatakan bahwa audit forensik dilakukan untuk menemukan
transaksi-transaksi yang tidak wajar/dan/atau bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang merugikan Bank Century (BC)/negara dan/atau masyarakat, baik sebelum
maupun sesudah BC diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), termasuk
mengungkapkan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Berikut adalah sembilan
temuan yang dirangkum dari Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Investigatif BPK tahap I:

a. BI tidak tegas dan tidak prudent dalam menerapkan aturan dan persyaratan akuisisi dan
merger yang ditetapkannya sendiri dalam merger Bank CIC, Bank Pikko, dan Bank
Danpac.
b. BI tidak tegas dalam melaksanakan pengawasan atas BC sehingga permasalahan yang
dihadapi BC sejak merger tahun 2004 tidak terselesaikan sehingga pada akhirnya
ditetapkan sebagai bank gagal 6 berdampak sistemik dan diselamatkan oleh LPS pada
tanggal 21 November 2008.
c. Pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek kepada BC dilakukan oleh BI dengan cara
mengubah ketentuan dan pelaksanaan pemberiannya tidak sesuai ketentuan.
d. Penentuan BC sebagai bank gagal berdampak sistemik tidak didasarkan pada data dan
informasi yang lengkap dan mutakhir dari Bank Indonesia mengenai kondisi BC yang
sesungguhnya.
e. Penyerahan penanganan BC kepada LPS sesuai UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS
dan pembahasan tambahan penyertaan modal sementara (PMS) kepada BC dilakukan
oleh Komite Koordinasi (KK) yang kelembagaannya belum dibentuk berdasarkan
Undang-Undang, sehingga dapat mempengaruhi status hukum atas keberadaan KK dan
penanganan BC oleh LPS.
f. Proses penanganan BC oleh LPS tidak didukung perhitungan perkiraan biaya
penanganan, tidak dibahasnya penambahan PMS secara lengkap dengan Komite
Koordinasi, perubahan PLPS yang patut diduga agar BC dapat memperoleh tambahan
PMS untuk kebutuhan likuiditas, dan adanya penyaluran PMS kepada BC yang sejak 18
Desember 2008 tidak memiliki dasar hukum.
g. BC melakukan pembayaran dana pihak ketiga terkait bank selama BC berstatus sebagai
bank dalam pengawasan khusus sebesar Rp938.645 juta.
h. Penggelapan dana kas valas sebesar USD18 juta dan pemecahan 247 NCD masing-
masing nominal Rp2 miliar.
i. Praktik-praktik tidak sehat dan pelanggaran-pelanggaran oleh pengurus bank, pemegang
saham, dan pihak-pihak terkait dalam pengelolaan bank yang merugikan BC.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu penyebab jatuhnya BCadalah adanya
sejumlahfraud yang dilakukan oleh manajemen bank tersebut.Arens (2012) mendefinisikan fraud
dalam dua konteks: dalam konteks yang diketahui publik secara luas, dan khusus dalam konteks
audit atas laporan keuangan. Dalam konteks umum, fraud diartikan sebagai tindakan yang
dilakukan dengan sengaja dengan maksud untuk menipu dan memperoleh property atau hak
orang lain. Sementara itu, dalam konteks audit, fraud diartikan sebagai tindakan penyalah sajian
laporan keuangan yang dilakukan secara sengaja.

Periode 2002-2005

 5 Juli 2002

Izin akuisisi dari Bank Indonesia keluar. Meski demikian, BI mengendus perbuatan melawan
hukum yang melibatkan Chinkara pada Bank CIC. Tetapi proses merger tetap dilanjutkan
meskipun pemeriksaan Bank Indonesia menemukan pelanggaran signifikan tiga bank
tersebut. Antara lain terdapat transaksi surat berharga fiktif senilai US$ 25 juta di Bank CIC
yang melibatkan Chinkara.

Dalam perjalanannya, Bank CIC melakukan transaksi surat-surat berharga (SSB) fiktif senilai
US$ 25 juta yang melibatkan Chinkara. Selain itu terdapat pula SSB berisiko tinggi sehingga
Century wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Ini berakibat
CAR Bank CIC menjadi negatif. Kondisi ini membuat penarikan dana pihak ketiga besar-
besaran yang mengakibatkan bank mengalami keseretan likuiditas dan telah melanggar
ketentuan posisi devisa netto (PDN).

 6 Desember 2004

Bank Indonesia menyetujui merger CIC, Danpac, dan Pikko menjadi Bank Century. Mantan
Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution ikut andil berdirinya bank tersebut. Seketika
itu juga Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengesahkan Bank Century.
 Juni 2005

Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah terbesar Bank Century cabang Kertajaya,
Surabaya. Tak lama setelah itu Bank Indonesia mempermudah merger. Surat berharga Bank
CIC kemudian dinilai lancar (semula dinilai macet) dan akhirnya CAR seolah-oleh
memenuhi persyaratan merger. Selain itu kemudahan lain, hasil fit and proper test sementara
atas pemegang saham yang dinyatakan tidak lulus ditunda penilaiannya.

 Oktober 2005

Laporan Bank Indonesia tanggal 31 Oktober 2005 menyebutkan, dua bulan setelah merger,
rasio kecukupan modal (CAR) Bank Century per 28 Februari 2005 negatif 132,5 persen.
Dalam kondisi ini, seharusnya Bank Indonesia menetapkan Century sebagai bank dalam
pengawasan khusus, namun BI hanya memberi kategori bank dalam pengawasan intensif,
dimana Bank Century mempunyai masalah surat berharga dan perkreditan yang berpotensi
menimbulkan kesulitan keuangan.

BI menenukan pelanggaran batas maksimum pemberian kredit (BMPK) dalam kegiatan


Century. Namun Bank Indonesia tidak mengambil tindakan tegas. Bahkan sejak 2004
Century melakukan pelanggaran terhadap ketentuan PDN. Seharusnya Century diberi sanksi
denda sebesar Rp 22 miliar, tapi BI memberi keringanan Rp 11 miliar.

Periode 2008

Di tahun 2008, Krisis keuangan global mulai melanda dunia. Sejak pertengahan Juli-November
2008 Bank Century mengalami kesulitan likuiditas. Beberapa nasabah besar Bank Century
menarik dana yang disimpan di bank milik Robert Tantular itu, sehingga mengalami kesulitan
likuiditas. Di antara nasabah besar itu adalah Budi Sampoerna, PT Timah Tbk, dan PT
Jamsostek. Budi Sampoerna tidak dapat menarik uangnya yang mencapai Rp.2 triliun di Bank
Century. Sepekan kemudian, bos Bank Century Robert Tantular membujuk Budi dan anaknya
yang bernama Sunaryo, agar menjadi pemegang saham dengan alasan Bank Century mengalami
likuiditas.

 5 Oktober 2008

Likuiditas Bank Century memburuk, Bank Indonesia meminta pemegang saham pengendali
Hesham al-Warraq, pemegang saham Robert Tantular dan Rafat Ali Rizvi menyelesaikannya.
Pada tanggal 30 Oktober 2008 Bank Century mengajukan permohonan fasilitas pendanaan
jangka pendek Rp 1 triliun.

 6 November 2008

Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia menempatkan Bank Century sebagai bank “dalam
pengawasan khusus“. Kemudian Bank Century mengajukan pendanaan darurat karena sulit
mendapat pendanaan dari pasar uang antarbank. Tanggal 13 November 2008 Gubernur Bank
Indonesia (BI) Boediono menyatakan Bank Century kalah kliring atau tidak bisa membayar
dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush. Kemudian, Bank Indonesia menggelar
rapat konsulitasi melalui telekonferensi dengan Menteri Keungan Sri Mulyani, yang tengah
mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sidang G-20 di
Washington, Amerika Serikat.

 14 November 2008

Bank Century mengajukan permohonan fasilitas pendanaan darurat dengan alasan sulit
mendapat pendanaan. Budi Sampoerna setuju memindahkan seluruh dana dari rekening di
Bank Century cabang Kertajaya, Surabaya ke Cabang Senayan, Jakarta.

Bank Indonesia menyampaikan surat kepada Menkeu tentang Penetapan Status Bank Gagal
pada Bank Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Rapat Komite
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada 21 November 2008 yang dipimpin Sri Mulyani
Indrawati memutuskan untuk menyelamatkan Bank Century.

Bank Indonesia melalui data per 31 Oktober 2008 mengumumkan bahwa minimal kecukupan
modal Bank Century minus hingga 3,52 persen. Diputuskan, guna menambah kebutuhan
modal untuk menaikkan minimal kecukupan modal menjadi 8 persen adalah sebesar Rp 632
miliar. Dan menyerahkan Bank Century kepada lembaga penjamin. Rapat KSSK
memutuskan untuk menyerahkan penanganan Bank Century sebagai bank gagal yang
berdampak sistemik kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Delapan pejabat Bank Century dicekal, yaitu Sualiaman AB (Komisaris Utama), Poerwanto
Kamajadi (Komisaris), Rusli Prakarta (komisaris), Hermanus Hasan Muslim (Direktur
Utama), Lila K Gondokusumo (Direktur Pemasaran), Edward M Situmorang (Direktur
Kepatuhan) dan Robert Tantular (Pemegang Saham).
 23 November 2008

Bank Indonesia menemukan bahwa per 20 November 2008 diketahui rasio kecukupan
modalnya minus 35.92. Untuk menambal rasio hingga 8 persen, dibutuhkan tambahan modal
Rp 2.65 triliun. Lembaga penjamin langsung mengucurkan dana Rp. 2.776 triliun kepada
Bank Century. Bank Indonesia menilai minimal kecukupan modal 8% dibutuhkan dana
sebesar Rp.2.655 triliun. Dalam peraturan lembaga penjamin, dikatakan bahwa lembaga
dapat menambah modal sehingga minimal kecukupan modal bisa mencapai 10 persen, yaitu
Rp.2.776 triliun.

 26 November 2008

Robert Tantular ditahan dengan tuduhan menyelewengkan duit Century, banknya sendiri.
Robert Tantular ditangkap di kantornya di Gedung Sentral Senayan II lantai 21 dan langsung
ditahan di Rumah Tahanan Markas Besar Polri. Robert diduga mempengaruhi kebijakan
direksi sehingga mengakibatkan Bank Century gagal kliring. Pada saat yang sama, Maryono
mengadakan pertemuan dengan ratusan nasabah Bank Century untuk meyakinkan bahwa
simpanan mereka masih aman.

Selama periode November hingga Desember 2008, dana pihak ketiga yang ditarik nasabah
dari Bank Century sebesar Rp.5,67 triliun. Pada bulan Desember 2008, lembaga penjamin
mengucurkan untuk kedua kalinya sebesar Rp.2,201 triliun. Dana tersebut dikucurkan
dengan alasan untuk memenuhi ketentuan tingkat kesehatan bank.

Periode 2009

LPS kembali menyuntik dana Rp 1,155 triliun dan menambah Rp 630,22 miliar untuk menutupi
kebutuhan minimal kecukupan modal berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia, atas
perhitungan direksi Bank Century.

 April 2009

Pada tanggal 1 April penyidik KPK hendak menyergap seorang petinggi kepolisian yang
diduga menerima suap. Namun penyergarapan itu urung dilakukan lantaran suap batal
dilakukan. Dikabarkan rencana penangkapan itu sudah sampai ke Kepala Polri Jenderal
Bambang Hendarso Danuri. Sejak itulah Polri reaktif terhadap KPK.
Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji mengeluarkan surat klarifikasi kepada direksi Bank
Century. Isi surat tersebut adalah menegaskan uang US$18 juta milik Budi Sampoerna dari
PT Lancar Sampoerna Besatari tidak bermasalah.

 Mei 2009

Tanggal 29 Mei Kabareskrim Susno Duadji memasilitasi pertemuan antara pimpinan Bank
Century dan pihak Budi Sampoerna di kantornya. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa
Bank Century akan mencairkan dana Budi Sampoerna senilai US$58 juta dari total Rp 2
triliun dalam bentuk rupiah.

 Juni 2009

Bank Century mengaku mulai mencairkan dana Budi Sampoerna yang diselewengkan Robert
Tantular sekitar US$18 juta atau sepadan dengan Rp180 miliar. Namun, hal ini dibantah
pengacara Budi Sampoerna, Lucas, yang menyatakan bahwa Bank Century belum membayar
sepeserpun pada kliennya. Sebulan kemudian KPK melayangkan surat permohonan kapada
Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan audit terhadap Bank Century.

Akhir Juni 2009, Komisaris Jendral Susno Duadji mengatakan ada lembaga yang telah
sewenang-wenang menyadap telepon selulernya. KPK menggelar koferensi pers. Wakil
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad Riyanto mengatakan jika ada yang tidak
jelas soal penyadapan, diminta datang ke KPK.

 Juli 2009

Tanggal 21 Juli lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp.630 miliar untuk menutupi
kebutuhan minimal kecukupan modal Bank Century. Keputusan tersebut juga berdasarkan
hasil assesment Bank Indonesia atas hasil auditro kantor akuntan publik. Sehingga total dana
yang dikucurkan mencapai Rp.6,762 triliun.

 Agustus 2009

Tanggal 12 Agustus mantan Direktur Utama Bank Century Hermanus Hasan Muslim divonis
3 tahun penjara karena terbukti menggelapkan dana nasabah Rp.1,6 triliun. Dan tanggal 18
Agustus 2009, Komisaris Utama yang juga pemegang saham Robert Tantular dituntut
hukuman delapan tahun penjara dengan denda Rp.50 miliar subsider lima tahun penjara.
Komisi Keuangan DPR menyoroti pembengkakan suntikan dana Century, dari Rp 632 miliar
menjadi Rp 6,7 triliun dan meminta Badan Pemeriksa Keuangan melakukan audit investigasi.

Dewan Perwakilan Rakyat memanggil Menkeu Sri Mulyani, Bank Indonesia dan lembaga
penjamin untuk menjelaskan membengkaknya suntikan modal hingga Rp 6.7 triliun. Padahal
menurut DPR, awalnya pemerintah hanya meminta persetujuan Rp. 1.3 triliun untuk Bank
Century.

Dalam rapat tersebut Sri Mulyani kembali menegaskan bahwa jika Bank Century ditutup
akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama, Wakil Ketua KPK
Bibit Samad Riyanto menyatakan bahwa kasus Bank Century itu sudah ditingkatkan
statusnya menjadi penyelidikan.

Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan Sri Mulyani yang menyatakan bahwa
dirinya telah diberitahu tentang langkah penyelamatan Bank Century pada tanggal 22
Agustus 2008, sehari setelah keputusan KKSK. Justru Kalla mengaku dirinya baru tahu
tentang itu pada tanggal 25 Agustus 2008.

Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin Sugeng Riyono memutus
Robert Tantular dengan vonis hukuman 4 tahun dengan denda Rp. 50 miliar karena dianggap
telah memengaruhi pejabat bank untuk tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan
sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

 September 2009

Laporan awal audit Badan Pemeriksa Keuangan pada tanggal 30 September 2009 terhadap
Bank Century sebanyak 8 halaman beredar luas di masyarakat. Laporan tersebut
mengungkapkan banyak kelemahan dan kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank
Century dan ada dugaan pelanggaran kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank
Century.

 November 2009

Akibat kejanggalan temuan BPK tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung
membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mangkaji kasus Bank Century.
Lima hari kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut
kasus Bank Century menjadi perdebatan di DPR. Tanggal 12 November 139 anggota DPR
dari 8 Fraksi mengusulkan hak angket atas pengusutan kasus Bank Century.

Pada 23 November BPK menyerahkan hasil audit kasus Bank Century ke DPR. Fraksi
Demokrat mendukung usul pembentukan panitia hak angket kasus Bank Century yang
diajukan anggota Dewan.

3.2 Kinerja Auditor Internal PT. Bank Century Dalam Menanggapi Kasus Tindak
Kecurangan Keuangan

Terlihat ada penyelewengan kekuasaan oleh beberapa oknum, ini terlihat dari dugaan adanya
rekayasa aturan dengan dalih apabila Century ditutup maka akan berdampak sistemik pada
perbankan Indonesia padahal kita ketahui bank century adalah bank lokal bukan bagian dari
BUMN, dengan dalih itu pihak yang berwenang dalam hal ini ada mentri keuangan dan
gubernur BI saat itu menetapkan bahwa bila Bank Century diperlakukan sebagai bank gagal
yang akan dilikuidasi kemudian diputuskan untuk menyerahkan Bank Century kepada
Lembaga Penjamin Simpanan hingga dikucurkan dana sebanyak 6,7 triliun yang tentu sangat
merugikan negara.

Dalam kasus ini peran audit sangatlah dibutuhkan dalam upaya menemukan pokok
permasalahannya terutama audit di bidang hukum, sebelum itu mari kita fahami pengertian
audit hukum dan tujuan audit hukum.

Audit Hukum adalah pemeriksaan dan analisa hukum atas penerapan berbagai ketentuan
hukum atau ketentuan peraturan perundang-undangan oleh Auditor Hukum, berkenaan
dengan kepatuhan hukum atau legalitas yang bersangkutan, harta kekayaan dan
kewajibannya, transaksi dan perbuatan-perbuatan hukum, dan/atau kegiatan-kegiatannya,
serta berbagai permasalahan hukum yang dihadapi dan penanganan atau penyelesaiannya,
sehingga dapat diketahui kadar dan kualitas kesadaran dan kepatuhan hukumnya.

Audit Hukum bertujuan untuk memperoleh gambaran atau potret tingkat kualitas kesadaran
atau kepatuhan hukum, sehingga dapat diketahuI hal-hal sebagai berikut:

1. Ketentuan peraturan yang sudah dipenuhi atau dipatuhi secara benar dan baik;
2. Ketentuan peraturan yang belum dipenuhi atau dipatuhi dan harus dipenuhi atau
dipatuhi segera;
3. Ketentuan peraturan yang dilanggar dan rekomendasi solusinya;
4. Posisi hukum kekayaan (harta) dan kewajiban (utang);
5. Posisi hukum transaksi yang sudah, sedang, dan akan berjalan;
6. Posisi hukum perbuatan-perbuatan hukum yang sudah, sedang dan akan berjalan;
7. Posisi hukum sengketa atau potensi sengketa yang dihadapi dan rekomendasi solusi;

Dengan adanya audit maka akan di lihat akar permasalahan dari bank century yang seklas
melibatkan pejabat tinggi negara, bahkan dalam beberapa artikel disebutkan bahwa adanya
keterlibatan dari presiden RI ke 6 tersebut, namun masalah bank sentury hinga saat ini belum
tuntas, memang banyak pihak beranggapan masalah ini sudah selesai namun pada tanggal 11
apri 2018 zulkifli hasan selaku ketua MPR mengangkat kembali permasalahan itu ke
permukaan, namun beliau enggan berkomentar hanyas saja beliau menyampaikan supaya
masalah itu biar KPK yang mengurus.

3.3 Hasil Audit Kantor Akuntan Publik Sehingga Bisa Memastikan Adanya Tindak
Kecurangan Keuangan di PT. Bank Century

Berikut ini terdapat hasil pemeriksaan investigatif terhadap Bank Century:

A. Mengenai proses merger dan pengawasan Bank Century oleh BI.


1) Dalam proses akuisisi dan merger Bank Danpac, Bank CIC dan Bank Pikko
menjadi Bank Century, BI bersikap tidak tegas dan tidak prudent dalam
menerapkan aturan dan persyaratan yang ditetapkannya sendiri.
2) BI tidak menempatkan Bank Century sebagai bank dalam pengawasan khusus
meskipun CAR bank Century telah negatif 132,5%. BI memberikan keringanan
sanksi denda atas pelanggaran posisi devisa netto atau PDN sebesar 50% atau Rp
11 miliar dan BI tidak mengenakan sanksi pidana atas pelanggaran BMPK. Oleh
karena itu, BI dinilai tidak bertindak tegas dalam pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan Bank Century selama 2005 sampai 2008.
B. Pemberian FPJP (Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek)
BI patut diduga melakukan perubahan persyarakatan CAR dalam PBI agar Bank Century
bisa mendapatkan FPJP. Pada saat pemberian FPJP, CAR Bank Century negatif 3,53%.
Hal ini melanggar ketentuan PBI nomor 10/30/PBI/2008. Selain itu, nilai jaminan FPJP
yang diperjanjikan hanya sebesar 83% sehingga melanggar ketentuan PBI no
10/30/PBI/2008 yang menyatakan bahwa jaminan dalam bentuk aset kredit minimal
150% dari plafon FPJP.

C. Penetapan Century sebagai bank gagal berdampak sistemik dan penanganannya oleh LPS

1.a. BI tidak memberika informasi sepenuhnya, lengkap dan mutakhir pada


saat menyampaikan bank Century sebagai bank gagal yang ditengarai berdampak
sistemik kepada KSSK (Komite Stabilitas Sektor Keuangan). Informasi yang tidak
utuh tersebut terkait PPAP atas SSB (Surat-Surat Berharga), SSB valas yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang menurunkan kecukupan modal (CAR) dan
meningkatkan biaya penanganan. BI baru menerapkan secara tegas ketentuan PPAP
atas aktiva-aktiva produktif setelah Bank Century diserahkan penanganannya kepada
LPS, sehingga terjadi peningkatan biaya penanganan Bank Century dari yang semula
diperkirakan sebesar Rp632 miliar menjadi Rp6,7 triliun.

1.b. BI dan KSSK tidak memiliki kriteria yang terukur dalam menetapkan
dampak sistemik Bank Century tetapi penetapannya lebih pada judgement. Proses
pengambilan keputusan tersebut tidak dilakukan berdasarkan data kondisi bank yang
lengkap dan mutakhir serta tidak berdasarkan pada kriteria yang terukur. KSSK
menetapkan Bank Century sebagai bank gagal, berdampak sistemik serta menetapkan
penanganannya kepada LPS dengan mengacu pada Perppu No. 4 Tahun 2008.

2. Dari semua ketentuan yang ada menunjukkan bahwa pada saat penyerahan Bank
Century dari komite koordinasi kepada LPS tanggal 21 November 2008 itu
kelembaggan komite koordinasi yang beranggotakan Menkeu sebagai ketua,
Gubernur BI sebagai anggota dan Ketua Dewan Komisioner LPS sebagai anggota
belum pernah dibentuk berdasarkan UU.

3.a. Keputusan KSSK tentang penetapan Bank Century sebagai bank gagal dan
berdampak sistemik tanpa menyebutkan biaya penanganan yang harus dikeluarkan
oleh LPS. Sampai saat ini, LPS belum secara resmi menetapkan perhitungan
perkiraan biaya penanganan perkara. Hal tersebut melanggar ketentuan Peraturan LPS
No. 5/PLPS/2006 (PLPS No. 5) Pasal 6 ayat 1 yang menyatakan bahwa LPS
menghitung dan menetapkan perkiraan biaya penanganan gagal berdampak sistemik.

3.b. Penyaluran PMS (Penyerrtaan Modal Sementara) sebesar Rp6,7 triliun dilakukan
melalui 4 tahap. Keempat tahap tersebut tambahan PMS yang tahap II sebesar Rp2,2
triliun tidak dibahas dengan Komite Koordinasi. Hal ini bertentangan dengan pasal 33
PLPS No. 5. Dimana intinya, selama bank gagal sistemik dalam penanganan LPS,
maka LPS harus meminta komite koordinasi untuk membahas permasalahan bank
serta langkah-langkah yang diambil kepada komite koordinasi.

PMS tahap II yang sebesar Rp2,2 triliun tersebut disalurkan untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas dengan permintaan dari manajemen Bank Century. Padahal
ketentuan dalam PLPS No. 5 tidak memungkinkan LPS untuk memberikan bantuan
dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas. Kemudian LPS melakukan perubahan
ketentuan dari PLPS No. 5 dengan PLPS No. 3 Tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008
dimana LPS dapat memenuhi kebutuhan likuiditas bank gagal sistemik. Dan pada
tanggal yang sama, Dewan Komisioner LPS memutuskan untuk menambah biaya
penanganan Bank Century untuk memenuhi likuiditas sebesar Rp2,2 triliun.

Demikian patut diduga bahwa perubahan PLPS merupakan rekayasa yang dilakukan
agar Bank Century dapat memperoleh tambahan PMS.

3.C. Berdasarkan dokumen notulensi rapat paripurna DPR tanggal 18 Desember


2008, penjelasan Ketua DPR periode 2004-2009, surat Ketua DPR RI kepada Ketua
BPK pada tanggal 1 September 2009 perihal permintaan audit investigasi dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu terhadap Bank Century serta berdasarkan laporan
Komisi XI DPR mengenai pembahasan laporan kemajuan pemeriksaan investigasi
kasus Bank Century dalam rapat paripurna DPR tanggal 30 September 2009, DPR
menyatakan bahwa Perppu No. 4 tahun 2008 tentang JPSK ditolak oleh DPR.
Penyertaan Modal Sementara kepada Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun, dari
jumlah tersebut di antaranya sebesar Rp2,8 triliun disalurkan setelah tanggal 18
Desember 2008. Sebagian PMS tahap II sebesar Rp1,1 triliun, PMS tahap III sebesar
Rp1,15 triliun dan PMS tahap IV sebesar Rp630,2 miliar, BPK berpendapat bahwa
penyaluran dana PMS kepada Bank Century setelah tanggal 18 Desember 2008 tidak
memiliki dasar hukum.

D. Penggunaan Dana FPJP dan PMS


1) Penarikan dana dari pihak terkait dalam periode Bank Century ditempatkan dalam
pengawasan khusus yakni pada 6 November 2008 sampai 11 Agustus 2009 sebesar
ekuivalen Rp938,65 miliar melanggar ketentuan PBI No. 6 /9/PBI 2004 tentang
tindak lanjut pengawasan dan penetapan status bank sebagaimana diubah dengan PBI
No 7/38/PBI/2005 yang menyatakan bahwa bank berstatus dalam pengawasan
khusus dilarang melakukan transaksi dengan pihak terkait dan atau pihak-pihak lain
yang ditetapkan BI kecuali telah memperoleh eprsetujuan BI.
2) Bank Century telah mengalami kerugian karena mengganti deposito milik salah satu
nasabah Bank Century yang dipinjamkan atau digelapkan sebesar AS$18 juta dengan
dana yang berasal dari PMS. Selain itu, pemecahan deposito nasabah tersebut
menjadi 247 Negotiable Certificate Deposit (NCD) dengan nilai nominal masing-
masing Rp2 miliar dilakukan untuk mengantisipasi jika Bank Century ditutup maka
deposito nasabah tersebut termasuk deposito yang dijamin oleh LPS.
E. Praktik-praktik tidak sehat dan pelanggaran-pelanggaran ketentuan oleh pengurus bank,
pemegang saham dan pihak-pihak terkait dalam pengelolaan Bank Century yang
merugikan Bank Century.

Dalam penanganan Bank Century, LPS telah mengeluarkan biaya penanganan untuk penyertaan
modal sementara sebesar Rp6,7 triliun yang digunakan untuk menutupi kerugian Bank Century.
Dari jumlah tersebut sebesar Rp5,86 triliun merupakan kerugian Bank Century akibat adanya
praktik-praktik tidak sehat dan pelanggaran-pelanggaran ketentuan yang dilakukan oleh
pengurus bank, pemegang saham maupun pihak terkait Bank Century.

Karena Bank Century ditetapkan sebagai bank gagal, dan penanganannya dilakukan oleh LPS,
maka kerugian itu harus ditutup melalui penyertaan modal sementara oleh LPS yang merupakan
bagian dari keuangan negara. Permasalah-permasalahan yang timbul adalah permasalahan surat-
surat berharga dan transaksi-transaksi pada Bank Century yang mengakibatkan kerugian Bank
Century. Kemudian praktek-praktek perbankan yang tidak sehat yang dilakukan oleh pemegang
saham, pengurus dan pihak terkait lainnya diduga melanggar Pasal 8 ayat 1, Pasal 49 ayat 1 dan
Pasal 50 serta Pasal 50 a UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan telah merugikan Bank Century sekurang-kurangnya sebesar Rp6,32 triliun
yang pada akhirnya kerugian tersebut ditutup dengan dana PMS dari LPS.

Dari pelaporan tersebut, dapat dijelaskan apabila BI dianggap telah mengetahui permasalahan
Bank Century, namun tidak segera memberik sanksi yang tegas. Pada akhirnya terkuak fakta
apabila Bank Century mulai mengalami masalah likuiditas hingga harus ditangani oleh BI dan
LPS.

Tetapi, hasil audit BPK akan lebih berarti bila lembaga tersebut turut mencantumkan kemana
saja dana bailout itu mengalir. Sebab dari situ akan terlihat jelas apakah benar telah terjadi
konflik kepentingan dan siapa yang diuntungkan dari kebijakan tersebut. Maka pada hasil
pelaporan final, terdapat 17 temuan yang dapat memperkuat temuan awal:

a. BPK berkesimpulan patut diduga bahwa telah terjadi penggelapan hasil penjualan US
Treasury Strips yang menjadi hak Bank Century sebesar $US 29,77 juta oleh HAW dan
RAR sebagai pemilik FGAH yang merugikan bank dan membebani PMS.
b. BPK berkesimpulan pengalihan dana hasil penjualan Surat-surat Berharga (SSB) oleh DHI
menjadi deposito di PT AI di bank Century sebesar $ US 7 juta tidak wajar karena diduga
tidak ada transaksi yang mendasarinya dan merugikan bank Century.
c. mengenai SSB yang dijanjikan dalam skema Asset Management Agreement (AMA), BPK
berkesimpulan patut diduga THL telah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu tidak
memenuhi kewajiban mencairkan jaminan sebesar $ US 163,48 juta atau Rp 1.781 miliar
untuk keuntungan bank Century pada saat AMA jatuh tempo sebagaimana yang dijanjikan
AMA sehingga merugikan bank Century.
d. soal dana hasil pencairan kredit kepada 11 kreditur, BPK berkesimpulan bahwa kredit Rp
808,52 miliar tersebut diduga tidak wajar karena diberikan melanggar ketentuan.
e. mengenai hasil penjualan aset eks jaminan kredt PT TNS, BPK berkesimpulan diduga
terjadi penggelapan atas uang hasil penjualan 44 kavling aset jaminan kredit oleh TK yang
merupakan direktur utama PT TNS dengan tidak menyetorkan hasil penjualan kavling
senilai Rp 62,06 miliar.
f. mengenai pencairan margin deposit jaminan beberapa debitur L/C bermasalah, BPK
menilai pencairan jaminan margin sebagai jaminan L/C sebesar Rp 34,03 miliar digunakan
untuk keperluan yang tidak terkait dengan pelunasan L/C sehingga merugikan bank
Century.
g. mengenai DT (Dewi Tantular) yang menutup ketekoran valas sebesar US$ US18 juta milik
BS di bank Century, BPK menilai penggantian deposito BS di Bank Century digunakan
Dewi menutup kerugian kas valas seharusnya tidak dijadikan beban PMS dan hingga saat
ini DT belum mengganti deposito tersebut.
h. mengenai dana valas yang diduga digelapkan oleh DT dan mengalir ke ZEM tahun 2008,
BPK berkesimpulan transaksi Bank Century dengan ZEM sebesar $US 392,110 merupakan
bagian dari kerugian Bank Century dalam transaksi valas dan beban PMS.
i. mengenai aliran dana dari PT CBI kepada BM sebesar Rp 1 miliar, BPK berkesimpulan
bahwa terdapat aliran dana PT CBI kepada BM yang berpotensi menimbulkan konflik
kepentingan mengingat jabatan BM sebagai Deputi Gubernur BI.
j. mengenai penambahan rekening PT ADI yang terafiliasi di Bank Century sebesar Rp 23
miliar, BPK berkesimpulan bahwa aliran dana dari bank tersebut ke PT ADI diduga tidak
wajar karena tidak dapat dibuktikan adanya aliran dana.
k. Mengenai pemberian cashback sebagai kickback kepada BUMN/BUMD atau yayasan,
BPK berkesimpulan aliran dana kepada oknum direksi atau pengurus BUMN/BUMD dan
yayasan sebesar Rp 1,32 miliar patut diduga merupakan kickback kepada oknum pengurus
BUMN/BUMD dan yayasan.
l. mengenai aliran dana bank Century sebesar Rp 465,10 miliar kepada PT ADI dan
nasabahnya, BPK berkesimpulan bahwa aliran dana dari Bank Century tersebut tidak wajar
karena diduga tidak ada transaksi yang mendasarinya dan merugikan bank Century.
m. mengenai aliran dana Bank Century kepada AR, BPK berkesimpulan bahwa aliran kepada
AR melalui PT AII sebesar Rp 24 miliar dan PT AI sebesar Rp 68 miliar merupakan
transaksi tidak wajar karena tidak ada transaksi yang mendasarinya dan dinilai merugikan
bank Century.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kasus pemeberian dana talangan kepada bank century yang merampas uang negara lebih dari
7 triliyun dalam bentuk bailout (berupa FPJP dan PMS) melibatkan banyak pihak mulai dari
pejabat bank, kepolisian, dan lebaga pembuat kebijakan bank. Hingga kasus ini ditutup
dengan ditahannya Deputi Bank Indonesia (BI). Laporan Hasil Pemeriksaan atas bank
century mendapatkan perhatian khusus. bank century merupakan hasil dari penggabungan
bank-bank yang bermasalah dan proses mergernya tidak memenuhi persyaratan merger. LPS
kemudian mengambil alih untuk menyehatkan bank tersebut dengan diberikan dana talangan
yang telah disetujui oleh BI dan Lembaga keuangan.

Karena curiga bank century di investigasi audit oleh BPK, dalam hasil audit ditemukan
bahwa terjadi transaksi yang tidak wajar dan bertentangan dengan peraturan. Ditemukan ada
fraud yang dilakukan oleh manajemen bank tersebut. Kemudian kurang tegasnya BI dalam
menerapkan dan mentapkan aturan akuisisi yang ditetapkan dalam merger bank Century.
Dengan demikian BI sebenarnya sudah mengetahui ada fraud pada bank century namun
enggan memberikan sanksi yang tegas hingga akhirnya terkuak fakta bahwa bank century
mengalami masalah liquiditas sehingga harus didampingi oleh BI dan LPS.

4.2 Saran

Bank Indonesia dimana yang berfungsi sebagai pengatur dan pengawasan bank pada waktu
itu tidak tegas dalam memberikan sanksi kepada bank century, sehingga terjadi fraud yang
melibatkan banyak pihak. Kemudian apabila BI pada saat proses penggabungan yang
menjadi bank century sesuai dengan syarat dan ketentuan berlaku kemungkinan fraud pada
bank century dapat dihindari. Hasil dari audit BPK juga mengatakan bahwa adanya praktik
dan permainan dari internal. BI juga lamban dalam menetapkan bank century sebagai bank
gagal. Peraturan dan ketetapan menjadi hal penting dalam penggabungan bank, karena itu
sanksi tegas dan peraturan harus dijalankan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/54835/1/01_ELMANDA.pdf
https://gadingmahendradata.wordpress.com/2009/12/15/kronologi-skandal-bank-
century/
https://www.kompasiana.com/abdulkhalikfikri/5ce31f2b95760e6aff41fce9/pentingnya-
audit-dalam-mengungkap-skandal-bank-century?page=all
http://repository.maranatha.edu/7574/3/0951321_Chapter1.pdf
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b0aa11fcbe16/ini-dia-hasil-audit-
investigasi-bpk-atas-kasus-bank-century/
https://www.beritasatu.com/beritasatu/nasional/22862/hasil-final-audit-forensik-bank-
century

Anda mungkin juga menyukai