05-Modul Psikologi Pendidikan - Keberagaman Sosiokultural - Fatma Nuraqmarina 2021
05-Modul Psikologi Pendidikan - Keberagaman Sosiokultural - Fatma Nuraqmarina 2021
MODUL PERKULIAHAN
W612100017-
Psikologi
Pendidikan
Keberagaman Sosiokultural
Abstrak Sub-CPMK 5
5.1.1 Kultur
5.1.3 Etnis
5.3 Gender
Latar Belakang
Cerita tentang Margaret Longworth dalam Santrock (2011) bagaimana ia mengajar
murid-muridnya dapat memberikan gambaran mengenai pembahasan pada pertemuan
kelima ini mengenai keberagaman sosiokultural. Ia mengajar di sekolah menengah
pertama dan mengajar seni bahasa di West Middle School di St. Lucia, Florida. Ia
mengajarkan bahwa sekolah seharusnya menjadi “user friendly” bagi orang tua. Ia
mengungkapkan bahwa banyak orang tua terutama orang tua minoritas etnis dari
kalangan kulit berwarna sangat ditekan sekolah. Mereka menganggap guru tahu
segalanya. Kepala sekolah tahu segalanya. Untuk memecahkan rintangan hubungan
antara sekolah dan orang tua diadakan sebuah pertemuan yang membahas tentang kelas
pendidikan khusus, kelas anak berbakat, program bahasa, dan beasiswa, dan mendorong
orang tua menyekolahkan anak-anaknya. Para orang tua menjadi percaya diri untuk
Kultur
Pola perilaku, keyakinan, dan semua produk dari kelompok orang tertentu yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya disebut kultur (Santrock, 2011). Kultur
ini berasal dari interaksi antarkelompok orang dengan lingkungannya selama bertahun-
tahun (Chun, Organizta, & Marin, 2002; Thomas, 2000 dalam Santrock, 2011).
Studi lintas-kultural
Ketertarikan para psikolog dan pendidik untuk membandingkan apa yang terjadi
dalam satu kultur dengan apa yang terjadi dalam satu atau beberapa kultur lain sehingga
memunculkan sebuah studi lintas-kultural (Santrock, 2011). Studi lintas kultural
menyediakan perbandingan informasi tentang seberapa jauh orang itu sama dan
seberapa jauh perilaku tertentu adalah perilaku khusus dari suatu kultur.
Perbedaan dalam kultur ini dideskripsikan dengan dua istilah: individualisme dan
kolektivisme (Triandis, 2001 dalam Santrock, 2011).
Etnis
Kata ethnic berasal dari kata Yunani yang berarti “bangsa”. Pola umum karakteristik
seperti warisan kultural, nasionalitas, ras, agama, dan bahasa disebut etnis (Santrock,
2011).
Isu Bahasa
Isu terkait bahasa ini salah satunya adalah pendidikan bilingual yang bertujuan
untuk mengajar mata pelajaran kepada anak imigran dengan menggunakan bahasa asal
mereka (kebanyakan Spanyol), sembari secara bertahap memberikan pengajaran bahasa
Inggris (Santrock, 2011)
1. Sadari bahwa semua anak terkait secara kognitif, linguistik, dan emosional dengan
bahasa dan kultur rumah mereka.
2. Akui bahwa anak dapat menunjukkan pengetahuan dan kapasitas mereka dalam
banyak cara.
3. Beri contoh pengetahuan bahasa Inggris yang tepat dan beri anak kesempatan
untuk menggunakan kosakata dan bahasa yang baru dikuasainya.
4. Libatkan orang tua dan keluarga secara aktif dalam pembelajaran anak.
5. Akui bahwa anak dapat dan akan bisa menggunakan bahasa Inggris walaupun
bahasa rumah mereka tetap dipakai dan dihormati.
6. Bekerja samalah dengan guru lain untuk mempelajari lebih banyak cara mengajar
anak yang berbeda secara kultural dan linguistik.
Pendidikan Multikultural
Pendidikan yang menghargai diversitas dan mewadahi perspektif dari beragam
kelompok kultural atas dasar basis reguler disebut pendidikan multikultural (Santrock,
2011).
Memberdayakan Murid
Gender
Gender adalah dimensi sosiokultural dan psikologis dari pria dan wanita (Santrock,
2011). Peran gender (gender role) adalah ekspektasi sosial yang merumuskan
bagaimana pria dan wanita seharusnya berpikir, merasa, dan berbuat.
Ada beragam cara untuk memandang perkembangan gender. Beberapa diantaranya lebih
menitikberatkan pada faktor-faktor dalam perilaku pria dan wanita, sedangkan yang
lainnya menekankan pada faktor sosial atau kognitif (Lippa, 2002 dalam Santrock, 2011).
Pandangan biologis
Pasangan kromoson ke-23 dalam diri manusia (kromosom jenis kelamin)
merupakan penentu apakah fetus (janin) itu akan jadi wanita (XX) ataukah pria (XY).
Pandangan sosialisasi
Bahwa pengalaman sosial memengaruhi perkembangan gender anak.
Pandangan kognitif
Terdapat dua pandangan kognitif terhadap gender yaitu (a) teori perkembangan
kognitif; dan (b) teori skema gender.
“Saya gadis, saya ingin melakukan hal-hal yang dilakukan gadis. Karena itu,
kesempatan melakukan kegiatan gadis sangatlah menyenangkan”. Pemahaman
gender secara konstan pada anak terjadi setelah anak mencapai tahap
pemikiran operasional konkret Piaget (pada usia sekitar tujuh tahun).
Apa perbedaan riil antara anak lelaki dan perempuan? Beberapa pertanyaan
berkaitan masalah stereotip gender perlu dibahas dahulu sebelum menjawab pertanyaan
tersebut.
Stereotip Gender
Kategori luas yang merefleksikan kesan dan keyakinan tentang apa perilaku yang
tepat untuk pria dan wanita (Santrock, 2011). Stereotip sering kali negatif dan dapat
diselubungi prasangka dan diskriminasi. Sexisme adalah prasangka dan diskriminasi
terhadap individu karena jenis kelamin seseorang (Santrock, 2011).
a. Penampilan fisik
Pada umumnya, anak lelaki lebih unggul dibanding anak wanita di bidang olahraga,
seperti lari, melempar, dan melompat. Ada level aktivitas di area fisik lain dimana
terdapat perbedaan gender. Sejak awal, anak lelaki lebih aktif ketimbang anak
wanita dalam hal bergerak. Oleh karena itu, di kelas, biasanya anak lelaki lebih
sering keluyuran dan berjalan-jalan di kelas daripada anak wanita, dan karenanya
anak lelaki kurang banyak memberi perhatian saat belajar di kelas. Dalam
pendidikan jasmani, anak lelaki mengeluarkan lebih banyak tenaga melalui
gerakan-gerakannya daripada anak perempuan.
c. Kemampuan verbal
- Kemampuan verbal anak perempuan lebih baik daripada anak lelaki (Maccoby &
Jacklin, 1974 dalam Santrock, 2011).
- Nilai tes pria dan wanita dalam kemampuan verbal dalam ujian SAT adalah sama
(Educational Testing Service, 2002 dalam Santrock, 2011).
d. Pencapaian pendidikan
- Anak lelaki lebih besar kemungkinan drop out dari sekolah daripada wanita,
meskipun perbedaannya kecil (15% vs 13%) (National Center for Educational
Statistics, 2001 dalam Santrock, 2011).
- Anak lelaki lebih buruk prestasi akademiknya di sekolah (DeZolt & Hull, 2001
dalam Santrock, 2011).
- Anak lelaki yang masuk perguruan tinggi turun menjadi kira-kira 45 persen
(DeZolt & Hull, 2001 dalam Santrock, 2011).
- Anak wanita lebih mungkin untuk mempelajari materi akademik, penuh perhatian
di kelas, mau belajar lebih tekun, dan berpartisipasi lebih banyak di kelas
daripada anak lelaki (DeZolt & Hull, 2001 dalam Santrock, 2011).
e. Keahlian hubungan
Deborah Tanen (1990) dalam Santrock (2011) membedakan antara rapport talk
dengan report talk.
Rapport talk : bahasa percakapan dan cara menjalin hubungan dan
menegosiasikan hubungan.
Repport talk : pembicaraan yang memberikan informasi seperti berpidato.
Pria menjadi pusat perhatian dengan bercerita, membuat lelucon, serta mengajar
dan memberi informasi. Wanita lebih suka percakapan pribadi dan percakapan
yang berorientasi hubungan.
Klasifikasi peran gender adalah mengevaluasi anak lelaki dan perempuan dari segi
kumpulan bakat personalitas (Santrock, 2011). Dimasa lalu anak lelaki yang baik adalah
anak yang independen, agresif, dan kuat. Anak perempuan yang baik adalah anak yang
penurut, pengasuh, dan tidak tertarik dengan kekuasaan. Tapi, pada saat yang sama
secara keseluruhan karakteristik maskulin dianggap baik dan bagus oleh masyarakat,
sedangkan karakteristik feminin dianggap sesuatu yang tidak diharapkan.
Androgini
Yakni kehadiran karakteristik maskulin dan feminin yang diinginkan dalam diri
satu orang (Bem, 1977; Spence & Helmreich, 1978 dalam Santrock, 2011).
Santrock, J.W. 2011. Educational psychology (5th ed.). New York, NY: McGraw Hill.