Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS I

Kewenangan Perawat Maternitas disemua Fase Pelayanan Kesehatan

OLEH KELOMPOK 6 :

1. Adlina Aipa 2011312054

2. Divayanta Putri 2011313018

3. Nora siti muawanah 2011311044

4. Wahyuni 2011311023

5. Yashifa Akhamel Putri 2011317002

Dosen Pembimbing :
Ns. Lili Fajria, S.kep., M.Biomed.

PROGAM STUDI KEPERAWATAN


JURUSAN ILMU KEPERWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah tentang “Kewenangan Perawat Maternitas disemua Fase

Pelayanan Kesehatan”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Maternitas I.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing

dan teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari

bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi penyusunan,

bahasan, ataupun penulisannya.

Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun,

khususnya dari dosen mata kuliah untuk menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami

untuk lebih baik pada masa yang akan datang.

Padang, 25 September 2021

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tanggung Jawab Hukum Secara Administrasi Maternitas dalam
Melakukan Tindakan Persalinan Praktik Mandiri................................ 3
2.2 Pelayanan Tingkat Pertama atau Faskes > Faskes Tingkat Pertama..... 5
2.3 Pelayanan Tingkat Rujukan.................................................................. 8

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 12
A. Saran .................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan maternitas adalah bagian dari bentuk pelayanan professional
keperawatan yang ditujukan kepada wanitas pada masa usia subur (WUS) yang berkaitan
dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan nifas, antara dua kehamilan dan bayi
baru lahir sampai usia 40 hari, beserta dengan keluarga, berfokus untuk pemenuhan
kebutuhan dasar dalam beradaptasi secaraa fisik dan psikososial untuk mencapai
kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
World Health Organization (WHO), (2010) Untuk melaksanakan tanggung jawab
tersebut maka program pendidikan spesialis keperawatan maternitas merupakan program
studi yang ditujukan untuk menghasilkan spesialis keperawatan maternitas yang
professional memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat yang diharapkan dapat
berperan aktif dalam mengatasi permasalahan kesehatan perempuan di Indonesia.
(Goverment in South of Australia, (2010) Tugas dan kewenangan bidan telah
diatur dalam Undang-undang No.4 tahun 2019 tentang Kebidanan (selanjutnya disebut
UU Kebidanan) sehingga jelas memberikan arahan dalam kegiatan praktik kebidanan.
Berbeda dengan keperawatan maternitas yang secara riil belum termuat dalam Undang-
undang No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan (selanjutnya disebut UU Keperawatan).
UU Keperawatan merupakan upaya perlindungan hukum yang dibentuk dengan adanya
profesi keperawatan.
Terkait tugas dan kewenangan perawat maternitas belum diatur dalam UU
Keperawatan, dalam menjalankan praktiknya perawat maternitas beracuan pada
kompetensi klinik perawat maternitas yang termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 10 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Khusus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana tanggung jawab jawab hukum secara administrasi maternitas dalam
melakukan tindakan persalinan praktik mandiri?
2. Apa itu pelayanan tingkat pertama ?
3. Apa itu pelayanan tingkat rujukan ?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana jawab hukum secara administrasi maternitas dalam melakukan
tindakan persalinan praktik mandiri
2. Mengetahui apa itu pelayanan tingkat pertama
3. Mengetahui apa itu pelayanan tingkat rujukan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Hukum Secara Administrasi Perawat Maternitas Dalam


Melakukan Tindakan Persalinan praktik mandiri
Perawat maternitas dikatakan telah melakukan pelanggaran administrasi manakala
perawat tersebut telah melanggar hukum administrasi. Secara prinsip,
pertanggungjawaban hukum administrasi lahir karena adanya pelanggaran terhadap
ketentuan hukum administrasi terhadap penyelenggaraan praktik perawat berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Permenkes No. 148/2010 telah memberikan ketentuan
administrasi yang wajib ditaati perawat yakni:
 Surat Izin Praktik Perawat bagi perawat yang melakukan praktik mandiri.
 Penyelengaraan pelayanan kesehatan berdasarkan kewenangan yang telah diatur
dalam
 Pasal 8 dan Pasal 9 dengan pengecualian Pasal 10
 Kewajiban untuk bekerja sesuai standar profesi

Ketiadaan persyaratan administrasi di atas akan membuat perawat rentan terhadap


gugatan malpraktik. Ketiadaan SIPP dalam menjalankan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan merupakan sebuah administrative malpractice yang dapat dikenai sanksi
hukum. Bentuk Sanksi administrasi yang diancamkan pada pelanggaran hukum
adminitarsi ini adalah:
 Teguran lisan;
 Teguran tertulis;
 Pencabutan izin SIKP dan SIPP

Menurut peraturan yang berlaku, seseorang yang telah lulus dan dinyatakan
sebagai perawat, harus mendapatkan lisensi agar memperoleh ijin bekerja atau yang biasa
disebut SIPP (Surat Ijin Praktik Perawat). Tidak dibenarkan melakukan pelayanan diluar
batas kewenangan seorang perawat, jika ketentuan tersebut dilanggar maka perawat
dianggap telah melakukan administrative malpractice dan dapat dikenai sanksi
administrative.

3
Dalam praktek pelaksanaannya tanggung jawab secara administrasi ini dapat
diberikan kepada perawat maternitas jika perawat tersebut melakukan pertolongan
persalinan yang tidak sesuai dengan kewenangannya bukan dalam keadaan darurat dan
dilakukan pada praktik mandiri tidak dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Apabila seseorang bersedia menolong orang lain dalam keadaan darurat, maka ia
harus melakukannya hingga tuntas dalam arti ada pihak lain yang melanjutkan
pertolongan itu atau korban tidak memerlukan pertolongan lagi. Dalam hal pertolongan
tidak dilakukan dengan tuntas maka pihak penolong dapat digugat karena dianggap
mencampuri/ menghalangi kesempatan korban untuk memperoleh pertolongan lain (Is,
2015)

Di USA dikenal penerapan doktrin Good Samaritan dalam peraturan


perundangundangan pada hampir seluruh negara bagian. Doktrin tersebut terutama
diberlakukan dalam fase pra-rumah sakit untuk melindungi pihak yang secara sukarela
beritikad baik menolong seseorang dalam keadaan gawat darurat. (Hanafiah, M. Jusuf,
2016)

Dengan demikian seorang pasien dilarang menggugat dokter atau tenaga


kesehatan lain untuk kecederaan yang dialaminya. Dua syarat utama doktrin Good
Samaritan yang harus dipenuhi adalah:

 Kesukarelaan pihak penolong. Kesukarelaan dibuktikan dengan tidak ada harapan


atau keinginan pihak penolong untuk memperoleh kompensasi dalam bentuk apapun.
Bila pihak penolong menarik biaya pada akhir pertolongannya, maka doktrin tersebut
tidak berlaku.
 Itikad baik pihak penolong. Itikad baik tersebut dapat dinilai dari tindakan yang
dilakukan penolong. Hal yang bertentangan dengan itikad baik misalnya melakukan
trakeostomi yang tidak perlu untuk menambah keterampilan penolong.

4
2.2 Pelayanan Tingkat Pertama atau Faskes > Faskes Tingkat Pertama
A. Jenis Faskes
Fasilitas kesehatan yang termasuk Faskes Tingkat Pertama adalah:
1. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. (Permenkes No. 128 Tahun 2004)

2. Praktik dokter umum


Praktik dokter umum adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
umum terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. (UU No. 29 Tahun
2004)

3. Praktik dokter gigi


Praktik dokter gigi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. (UU No. 29 Tahun 2004).

4. Klinik umum
Klinik umum adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh
seorang tenaga medis. (Permenkes No. 28 tahun 2011)

5. RS Kelas D pratama
RS Pratama adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan kesehatan dasar yang tidak membedakan kelas perawatan
dalam upaya menjamin peningkatan akses bagi masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan upaya kesehatan perorangan yang memberikan
pelayanan gawat darurat selama 24 jam, pelayanan rawat jalan, dan rawat inap.

5
B. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat
inap.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama diselenggarakan oleh fasilitas kesehatan
(faskes) tingkat pertama tempat peserta terdaftar.

Jenis Faskes Tingkat Pertama :

 Puskesmas
 Praktik Dokter Umum
 Praktik Dokter Gigi
 Klinik Pratama
 Rs Kelas D Pertama

C. Cakupan Pelayanan Medis


Pelayanan medis tingkat pertama meliputi:

a. Kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan Kesehatan


Tingkat Pertama;
b. Kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan rujukan;
c. Kasus medis rujuk balik;
d. Pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat pertama;
e. Pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh bidan atau
dokter;
f. Rehabilitasi medik dasar
g. Rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan secara
tuntas di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
h. Rawat inap pada pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
i. Rawat inap pada pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit
pervaginam bagi Puskesmas PONED;
j. Rawat inap pada pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan
k. Rawat inap pada pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas Kesehatan
dan/atau kebutuhan medis.

6
D. Pemilihan faskes tingkat pertama
Setiap peserta wajib terdaftar pada salah satu faskes tingkat pertama. Saat
pertama kali melakukan pendaftaran, BPJS Kesehatan memilihkan fasilitas kesehatan
peserta berdasarkan wilayah tempat tinggal. Sedangkan bagi peserta JKN yang
berasal dari program peralihan, pemilihan faskes pertama kali dilakukan dengan:

Tabel 1. Ketentuan Pemilihan Faskes Peserta JKN Program Peralihan

No Jenis Peserta Faskes Tingkat Pertama


1. Askes Sosial Sama dengan Faskes Tingkat Pertama sebelumnya
2. JPK Jamsostek Sama dengan Faskes Tingkat Pertama sebelumnya
3. TNI Faskes Tingkat Pertama TNI
4. POLRI Faskes Tingkat Pertama POLRI
5. Jamkesmas Faskes Tingkat Pertama terdekat dari tempat tinggal

Sumber: PT Askes. Penyiapan PT Askes (Persero) Menuju BPJS Kesehatan dan


Perluasan Kepesertaan Jaminan Kesehatan SJSN. Jakarta. 2013

Peserta JKN dapat merubah pilihan faskes tingkat pertama jika sudah terdaftar
minimal 3 (tiga) bulan pada faskes tingkat pertama sebelumnya.

E. Wewenang Keperawatan Maternitas


keperawatan maternitas yang secara riil belum termuat dalam Undang-undang
No.38 tahun 2014 tentang Keperawatan (selanjutnya disebut UU Keperawatan). UU
Keperawatan merupakan upaya perlindungan hukum yang dibentuk dengan adanya
profesi keperawatan. Terkait tugas dan kewenangan perawat maternitas belum diatur
dalam UU Keperawatan, dalam menjalankan praktiknya perawat maternitas beracuan
pada kompetensi klinik perawat maternitas yang termuat dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 10 tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Keperawatan Di Rumah
Sakit Khusus.

2.3 Pelayanan Tingkat Rujukan


A. Pengertian Sistem Rujukan

7
Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI
2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas
pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab
secara timbal-balik atas masalah yant timbul baik seara vertikal (komunikasi antara
unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit
yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih konpeten, terjangkau, rasional
dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Syarat-syarat tertentu harus dipenuhi
sebelum system rujukan dapat berfungsi secara tepat, seperti :
1. Kesadaran masyarakat dalam masalah kesehatan
2. Petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan yang adekuat dalam strategi
pendekatan resiko dan system rujukan
3. Setiap unit obstetric harus memiliki peralatan yang tepat
4. Komunukasi dan transportasi yang mudah harus tersedia

B. Tujuan Sistem Rujukan


Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.

Tujuan khusus sistem rujukan adalah :

a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dala rangka


menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan
kematian ibu maternal dan bayi
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja
puskesmas

C. Kegiatan dan Pembagian Dalam Sistem Rujukan

8
Rujukan dalam pelayanan kesehatan bidanan merupakan kegiatan pengiriman
orang sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
berupa rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk
didalamnya, pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi
atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari :

4. Rujukan Internal
5. Rujukan Eksternal

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :

1. Rujukan Medik
Jenis rujukan medik :
a. Transfer of patient
b. Transfer of specimen
c. Transfer of knowledge/personel

2. Rujukan Kesehatan

D. Alur Sistem Rujukan


1. Alur Rujukan
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu :
a. Klasifikasi Fasilitas Kesehatan
b. Lokasi/Wilayah Kabupaten/Kota
c. Koordinasi unsur-unsur pelaksana Teknis

2. Alur Rujukan Kasus Kegawat Daruratan :


a. Dari Kader
Dapat langsung merujui ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin atau bidan di desa
3) Puskesmas rawat inap
4) Rumah sakit swasta / RS pemerintah
b. Dari Posyandu

9
Dapat lansung merujuk ke :
1) Puskesmas pembantu
2) Pondok bersalin atau bidan di desa

E. Syarat Rujukan
1. Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang
untuk merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui
kondisi serta kebutuhan objek yang dirujuk
2. Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis
Daerah
3. Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai
4. Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama
perjalanan menuju ketempat rujukan
5. Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan
atau lengkap
6. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan
menentukan tujuan rujukan atas dasar kompetensi/imbalan dari Fasilitas
Pelayanan Kesehatan

F. Peran Perawat dalam Pelayanan Tingkat Rujukan


1. Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarganya
maupun dengan anggota tim kesehatan.
2. Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan lain yang lebih mampu
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dapat ditanggulangi
3. Comforter yaitu perawat berusaha memberikan kenyamanan dan rasa aman pada
klien atau pasien.
4. Protector dan advocat yaitu perawat dapat melindungi dan menjamin agar hak
dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan
kesehatan sebagaimana mestinya.
5. Communicator yaitu perawat dapat bertindak sebagai mediator antara klien
dengan anggota tim kesehatan lainnya.
6. Rehabilitator yaitu berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan
keperawatan yaitu mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh
dan dapat berfungsi secara normal.

10
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

11
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat
inap. Pelayanan kesehatan tingkat pertama diselenggarakan oleh fasilitas kesehatan
(faskes) tingkat pertama tempat peserta terdaftar. Adapun jenis faskes tingkat pertama
yaitu ; puskesmas, praktik dokter umum, praktik dokter gigi, klinik pratama, serta
rumah sakit kelas D pertama.
Rujukan dalam pelayanan kesehatan maternitas merupakan kegiatan
pengiriman orang sakit dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih
lengkap berupa rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk
didalamnya, pengiriman kasus masalah reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi
atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan spesialis.

1.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan untuk pembaca dapat memahami
apa kewenangan perawat maternitas di semua fase pelayanan kesehatan. Sehingga
dapat menambah ilmu dan sebagai bahan referensi. Selain itu, diharapkan pembaca
terutama tenaga kesehatan untuk dapat memahami tugas dan peran perawat dalam
pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Adibah Enggar Sulistioroni . 2019 . TANGGUNG JAWAB HUKUM PERAWAT


MATERNITAS DALAM MELAKUKAN TINDAKAN KEBIDANAN DI BIDANG

12
PERSALINAN . Volume .4. No. 2 . 2019, pp.112-119.
https://journals.ums.ac.id/index.php/laj/article/download/8684/4919 ( Diakses pada
tanggal 26 September 2021, pukul : 11.08)

Jannah, Evi Nur Miftahul. 204. Sistem – Sistem Rujukan Pelayanan di Indonesia. Stikes
Widya Cipta Husada. https://www.slideshare.net/evinurmiftahuljannah/makalah-
sistem-sistem-rujukan-pelayanan-di-indonesia (Diakses pada pukul 10.39 tanggal 25
September 2021)

13

Anda mungkin juga menyukai