Oleh:
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II GAMBARAN UMUM RSAU dr. EFRAM HARSANA MADIUN 6
2.1 Data Umum 6
BAB III ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL RSAU dr. EFRAM HARSANA 15
3.1. Market Issues 15
3.1.1 Market Segments 16
3.1.2 Needs and Demands 2
3.1.3 Switching Cost 3
3.1.4 Revenue Attractiveness 3
3.2. Industry Forces 4
3.2.1 Competitors (Incumbent) 4
3.2.2 New Entrants (Insurgents) 6
3.2.3 Substitute Products and Services 7
3.2.4 Suppliers and Other Value Chain Actors 10
3.2.5. Stakeholders 11
3.3. Key Trend (Tren Kunci) 14
3.3.1. Tren Teknologi 14
3.3.2. Tren Regulasi 20
3.3.3. Tren Masyarakat dan Budaya 23
3.3.4. Tren Sosio Ekonomi 27
3.4. Kekuatan Makro Ekonomi 31
3.4.1. Kondisi pasar global 31
3.4.2. Pasar Modal 36
3.4.3. Komoditas dan Sumber lainnya 40
3.4.4 Infrastruktur Ekonomi 42
BAB I
PENDAHULUAN
b. Rawat Jalan
1) Medical Check Up
2) Poliklinik Umum
1. Pemeriksaan oleh Dokter Umum buka setiap jam kerja, hari Senin s/d
Sabtu, pukul 07.00 – 14.00 WIB.
2. Melayani pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan penyuluhan
kepada pasien agar tidak terjadi penularan dan komplikasi penyakit,
serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
bidang kesehatan.
3. Pasien yang memerlukan penanganan lebih lanjut oleh dokter
spesialis akan dikonsultasikan ke dokter spesialis, meliputi: Paru,
Saraf, Mata, THT, Penyakit Dalam, Gigi, Kebidanan & Kandungan,
Anak, Jantung & Pembuluh Darah, Kulit & Kelamin, Kedokteran
Jiwa, Kedokteran Fisik & Rehabilitasi.
2. Poliklinik Gigi
a. Pemeriksaan kesehatan gigi rutin
b. Perawatan endodontic:
c. Perawatan orthodonti;
d. Pembersihan karang gigi
e. Cabut gigi :
a. Pencabutan gigi anak
b. Pencabutan gigi dewasa
f. Gigi palsu
g. Penambalan
h. Restorasi dengan Lab Dental:
i. Pelayanan oleh Dokter Gigi buka selama jam kerja, hari Senin
s/d Jumat, pukul. 07.00 – 14.00 WIB
7. Instalasi Gizi
a. Kegiatan Produksi dan Distribusi Makanan
b. Kegiatan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap
c. Gizi klinik
d. Kegiatan Penelitian Gizi Terapan
Adanya Pandemi Covid-19 ini, membawa dampak yang cukup besar bagi
RSAU dr. Efram Harsana. Hal ini terlihat penurunan jumlah kunjungan pasien ke
RSAU dr. Efram Harsana.
Tabel 1 Perbandingan BOR Bulan Januari Sampai Dengan Juli Tahun 2019
Dengan Tahun 2020
BULAN TH.2019 TH.2020
Januari 49.7 50.21
Februari 54.3 54.86
Maret 59.3 41.48
April 53.0 26.52
Mei 44.5 22.27
Juni 43.0 21.51
Juli 46.7 23.35
Tabel 2 Perbandingan Kunjungan Poli Bulan Januari Sampai Dengan Juli Pada
Tahun 2019 Dengan Tahun 2020
BULAN TH.2019 TH.2020
Januari 4620 4712
Februari 5060 5110
Maret 4598 3219
April 4664 2332
Mei 4774 2387
Juni 4444 2222
Juli 5038 2519
Penurunan jumlah kunjungan pasien ini disebabkan oleh 2 hal, yaitu pasien
mengaku takut berkunjung ke RS dan beberapa dokter membatasi jam praktik
mereka. Pasien takut berkunjung ke RS karena takut tertular penyakit ini di
rumah sakit dan takut dengan sanksi sosial bila mereka menderita penyakit ini.
Sedangkan para dokter membatasi jam praktik untuk mengurangi risiko tertular
penyakit ini dengan mengurangi jumlah kontak dengan pasien sesuai dengan
himbauan dari Ikatan Dokter Indonesia
Dalam menghadapi trend pandemik ini, RSAU dr. Efram Harsana tetap
berpegang pada visi yang dimiliki, yaitu “Menjadi Rumah Sakit andalan TNI
dan masyarakat umum””. RSAU dr. Efram Harsana mencoba berbagai strategi
untuk menghadapi trend pandemik ini, salah satunya dengan pendaftaran online,
perencanaan pelayanan Telemedicine, dimana masyarakat dapat tetap
mendapat pelayanan kesehatan dengan dokter melalui media dan tidak bertemu
langsung untuk mengurangi risiko kontak.
1.
3.1.1 Market Segments
Mengidentifikasikan segmen pasar utama/penting yang akan memberikan
pertumbuhan yang potensial, mengidentifikasi segmen pasar yang menurun dan
segmen pasar baru yang perlu diperhatikan. Perbedaan kemampuan ekonomi
dalam masyarakat dilihat dari gambaran pekerjaan pasien, pendapatan per
kapita, daya beli dan pola pengeluaran pasien. Segmen pasar rumah sakit juga
bisa dilihat dari gambaran pilihan kelas pasien di rumah sakit, serta penjamin
pembiayaan pasien.
RSAU dr. Efram Harsana berada dalam wilayah Kecamatan Maospati.
Kecamatan Maospati merupakan kecamatan berpenduduk padat di Kabupaten
Magetan dengan jumlah penduduk 46.763 jiwa dan dengan luas wilayah 25,26
km2. Batas wilayah Kecamatan Kedungkandang adalah:
1) Sebelah Utara :Kabupaten Ngawi
2) Sebelah Selatan :Kabupaten Wonogiri
3) Sebelah Barat :Kabupaten Karanganyar
4) Sebelah Timur :Kabupaten Madiun
Dari data tersebut, market segment yang menjadi prioritas RSAU dr. Efram
Harsana adalah masyarakat yang ada di komplek lanuh iswahjudi, masyarakat
Kecamatan Maospati, dan masyarakat yang berada di batas wilayah dengan
Kecamatan Maospati.
Berdasarkan laporan kunjungan pada tahun 2020, RSAU dr. Efram
Harsana memiliki market segmentyang dibagi berdasarkan jenis kelamin, tingkat
ekonomi, usia, pendidikan, geografis. Berikut tabel daftar kunjungan RSAU dr.
Efram Harsana tahun 2020.
Tabel 3 Kunjungan RSAU dr. Efram Harsana tahun 2020 berdasarkan
Jenis Kelamin
No
. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki
2 Perempuan
Jumlah
Tabel 4 Kunjungan RSAU dr. Efram Harsana Tahun 2020 Berdasarkan Tingkat Ekonomi
No. Pekerjaan Umur Jml. Jml.Px. %
0-28 28<1 1-4 5-14 15-24 25-44 45-64 >65 MRS
1 PNS 0 0 0 0 3 60 289 26 378 10869 3,48
2 Pensiunan PNS 0 0 0 0 0 0 132 371 503 10869 4,63
3 BUMN 0 0 0 0 1 26 41 0 68 10869 0,63
4 Pensiunan BUMN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10869 0,00
5 TNI 0 0 0 0 4 18 36 8 66 10869 0,61
6 POLRI 0 0 0 0 0 0 0 1 1 10869 0,01
7 Pensiunan TNI/POLRI 0 0 0 0 0 3 6 17 26 10869 0,24
8 Dokter 0 0 0 0 0 17 6 19 42 10869 0,39
9 Perawat/Bidan 0 0 0 0 0 2 0 2 4 10869 0,04
10 Pendeta 0 0 0 0 0 0 1 10 11 10869 0,10
11 Biarawan/biarawawati 0 0 0 0 0 6 31 14 51 10869 0,47
12 Guru/ Dosen 0 0 0 0 11 63 112 29 215 10869 1,98
13 Karyawan Swasta 0 0 0 0 108 860 1042 193 2203 10869 20,27
14 Wiraswasta 0 0 0 0 27 268 568 220 1083 10869 9,96
15 Petani 0 0 0 0 2 32 222 153 409 10869 3,76
16 Buruh 0 0 0 0 0 1 14 1 16 10869 0,15
17 Tidak Bekerja 60 229 615 637 563 783 1746 1160 5793 10869 53,30
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10869 0,00
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10869 0,00
Jumlah 60 229 615 637 719 2139 4246 2224 10869 10869 100,00
Tabel 5 Jumlah Kunjungan RSAU dr. Efram harsana Tahun 2020 Berdasarkan
Usia Pendidikan
Pendidikan Jumlah
TDS 1521
TK 111
SD 2104
SMP 1217
SMA 3676
PT 2240
10869
Tabel 6 Detail Kunjungan RSAU dr. Efram harsana Tahun 2020 Berdasarkan
Usia Pendidikan
No Kela
. Umur s
VI
P I II III
0 - 28
1 hr 0 3 24 28
28 < 1
2 th 0 19 86 80
1 - 4
3 th 0 71 254 155
5 - 14
4 th 0 168 201 136
15 - 24
5 th 3 120 202 223
25 - 44
6 th 8 379 728 605
45 - 64 120 114
7 th 10 2 4 1111
8 > 65 th 10 659 515 457
262 315
Jumlah 31 1 4 2795
C.3. Magetan
N Kel Jml Jml.P
o. as . x. %
Wilayah Luar VVI VI VIP.
Kab. P P D I II III MRS
14 41 40 170 1086 15,6
1 Pulau Jawa 3 8 282 449 4 8 4 9 8
Luar Pulau 1086
2 Jawa 1 28 46 76 56 49 256 9 2,36
1086
3 Luar Negeri 0 0 1 0 2 0 3 9 0,03
17 47 45 196 1086 18,0
Jumlah 4 6 329 525 2 7 3 9 6
3.2.5. Stakeholders
Pada umumnya suatu organisasi memiliki stakeholder tertentu. Rumah
sakit memiliki keistimewaan, dimana organisasinya memiliki stakeholder yang
tidak terbatas, baik internal maupun eksternal. Stakeholder internal rumah sakit
terdiri dari berbagai macam profesi, pengetahuan dan ketrampilan. Tingkat
pendidikan yang ada di rumah sakit beragam, mulai dari yang paling rendah
hingga yang paling tinggi. Demikian pula stakeholder eksternal rumah sakit, tidak
hanya terbatas pada orang sakit, namun semua elemen masyarakat dan
Pemerintah adalah stakeholder eksternal rumah sakit. Dan kewajiban rumah
sakit memberikan kepuasan pada semua stakeholdernya baik internal maupun
eksternal.
Rumah sakit dikenal sebagai suatu organisasi yang paling unik. Rumah
sakit mempekerjakan berbagai macam profesi dalam satu organisasi dengan
jumlah yang banyak. Ada profesi dokter, perawat, apoteker, fisioterapis, analis,
sanitarian, radiografer dan lain-lain. Masing-masing profesi itupun terbagi lagi
dalam beberapa kelompok profesi yang lebih kecil. Jumlah kelompok profesi
yang lebih kecil ini, ada yang hanya terdiri dari 1 hingga 5 orang di satu rumah
sakit, namun ada juga yang hingga ratusan orang. Tetapi yang uniknya, mereka
terhubung dengan organisasi profesinya yang memiliki anggota lebih banyak
dengan budaya organisasinya sendiri, yang sedikit banyak mampu
mempengaruhi sistem di rumah sakit.
Stakeholder sendiri merupakan sebuah frasa yang terbentuk dari dua buah
kata, yaitu “stake” dan “holder”. Secara umum, kata “stake” dapat diterjemahkan
sebagai “kepentingan”, sedangkan kata “holder” dapat diartikan sebagai
“pemegang”. Jadi seperti yang telah diungkapkan diatas, stakeholder artinya
adalah pemegang kepentingan. (Etaswara, 2010)
BPJS adalah salah satu stakeholder yang berpengaruh karena pemegang
sebagian besar pasar pasien di RSAU dr. Efram Harsana adalah pasien dengan
asuransi BPJS.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah organisasi independen not
for profit dalam bidang akreditasi Rumah Sakit yang berkomitmen dan
mendedikasikan organisasinya untuk meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien (KARS, 2013). Akreditasi rumah sakit dilakukan setiap 3 tahun. Dalam
proses akreditasi, ada berbagai hal yang harus dipenuhi. Hal tersebut
dimaksudkan agar rumah sakit mengikuti peraturan dan perundang-undangan,
sehingga akreditasi yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dapat dicapai. (KARS, 2017)
Di dalam rumah sakit, ada berbagai macam profesi untuk memberikan
pelayanan terhadap pasien, termasuk dokter, perawat, bidan, apoteker dan
lainnya. Bagi sebagian profesi seperti medis dan paramedis memerlukan surat
ijin praktik dalam melaksanakan tugasnya di rumah sakit seperti yang telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah dan
organisasi profesi setempat terlibat dalam pemberian rekomendasi penerbitan
izin praktik. (Menkes RI, 2017)
Dengan pesatnya pengguna BPJS Kesehatan, terjadi pergeseran jumlah
pasien yang dilayani rumah sakit. Oleh karenanya, regulasi yang dibuat oleh
BPJS juga mempengaruhi kinerja dari RS. Regulasi BPJS yang dilaksanakan
saat ini sering berubah-ubah, terlambat disosialisasikan, dan terkadang jarang
ditindaklanjuti jika ada permasalahan (Arifin et al., 2018). Beberapa hal yang
mempengaruhi kinerja RS seperti keterlambatan proses klaim, adanya kebijakan
refund oleh RS jika pembayaran klaim berlebih dari BPJS dan lainnya
(Ramadhani et al., 2017). Keterlambatan proses klaim sering disebabkan oleh
keterlambatan penyerahan dan tidak lengkapnya dokumen (Sabriyah et al.,
2017). Adanya regulasi rujukan berjenjang, mempengaruhi akses pasien
terhadap RS. Pasien bisa mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
masalah yang sedang dialami, mulai dari tingkat pertama hingga RS dengan
permasalahan subspesialistik. (BPJS Kesehatan, 2018)
Bebarapa hal tersebut diatas yang menjadi perhatian RSAU dr. Efram
Harsana dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayanan publik, meskipun
kegagalan memahami keunikan sistem manajemen rumah sakit, bukanlah satu-
satunya penyebab rumah sakit masih sering mendapat banyak keluhan dari
berbagai pihak, namun dengan memahami sistem kita sudah selangkah lebih
maju. Dengan memahami sistem, jalan mencapai tujuan akan tampak lebih jelas.
Namun demikian, memahami sistem tidak bisa menjamin penerapannya akan
mudah. Ada banyak faktor yang turut berperan menentukan sistem bisa jalan
atau tidak. Salah satu faktor penting penerapan sistem, adalah otonomi rumah
sakit. Bagi rumah sakit, otonomi bisa diartikan seberapa luas kepala rumah
sait/Direktur rumah sakit diberikan kewenangan melakukan berbagai kebijakan
manajemen. Kepala / Direktur RSAU dr. Efram Harsana diberikan kewenangan
secara menyeluruh dalam mengatur strategi apa saja yang berkaitan dengan
pengelolaan internal maupun stakeholdereksternal agar pelaksanaan yang
berkaitan dengan yang terkait dapat terselesaikan dengan baik. Karena
…..kepercayaan ….
PCR covid dr dinkes gratis
Dukungan kesehatan
3.3. Key Trend (Tren Kunci)
3.3.1. Tren Teknologi
Saat ini semua hal termasuk dari sektor kesehatan juga tidak dapat
terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi digital 4.0 sehingga industri
kesehatan juga perlu mempersiapkan diri dan mau tidak mau harus selalu
mengikuti perkembangan dalam menuju era disrupsi kesehatan 4.0. Tentunya
hal itu tidak mudah, mengingat banyaknya tantangan serta permasalahan seperti
yang diungkapkan oleh PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia)
yakni permasalahan seperti dari segi keamanan data, big data, regulasi dan
sumber daya manusia yang tidak boleh menjadi penghambat dalam mewujudkan
sistem transformasi digital yang memiliki kualitas. Oleh karena itu, PERSI
kemudian mengidentifikasi dari keseluruhan kebutuhan rumah sakit yang ada
dapat menjadi solusi efektif untuk membenahi berbagai tantangan yang ada
sehingga pada akhirnya semua rumah sakit dapat berpartisipasi dalam
memberikan layanan kesehatan paripurna di era teknologi digital ini.
Berikut adalah tren digital di era kesehatan 4.0 pada tahun teripdate:
a. Meningkatnya Permintaan Terhadap Pelayanan Kesehatan Yang
Sesuai Kebutuhan Pasien.
Kini industri kesehatan sedang memasuki era inovasi digital,
dimana pasien mencari pelayanan yang langsung mampu menjawab
kebutuhan mereka dengan cepat dan akurat. Menurut data DMN3,
konsumen yang mencari informasi tentang medis di internet dengan
keywords dokter sebesar 47%, kemudian ada 38% konsumen yang
mencari informasi mengenai rumah sakit dan fasilitas kesehatan,
serta 77% untuk konsumen mencari informasi untuk melakukan
booking jadwal pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan fakta tersebut,
perlunya upaya dari tim manajemen rumah sakit untuk mencari tahu
kebutuhan target konsumen atau pasien dan menggabungkannya ke
dalam sistem digital.
b. Pentingnya Pemanfaatan Big Data Dalam Pelayanan Kesehatan.
Big Data secara umum adalah istilah yang menggambarkan
volume besar data – baik terstruktur maupun tidak terstruktur dan
menggabungkan informasi dalam jumlah yang sangat besar serta
format yang beragam. Selain itu, Big data dapat dianalisis demi
pemahaman yang mengarah kepada keputusan dan gerakan bisnis
strategis yang lebih baik seperti contoh e-commerce, transaksi
online, transaksi keuangan serta mengidentifikasi suatu tren
mendatang. Big Data sendiri dalam industri kesehatan dapat
memberikan keuntungan seperti lebih bisa memfasilitasi kesehatan
pencegahan, dapat membantu mengurangi tingkat kesalahan medis,
membantu untuk memprediksi ketika ada peningkatan jumlah pasien
dimasa tertentu, membantu menyimpan data rekam medis lebih
aman dan mudah diakses.
c. Pelayanan Berbasis Analisis Prediktif.
Informasi besar yang dikumpulkan dari big data dan sumber
lainnya (seperti media sosial) dapat membantu rumah sakit untuk
mengembangkan layanan rekomendasi kesehatan kepada pasien. Ini
yang disebut dengan pelayanan kesehatan prediktif, dimana kita
sekarang dapat memperkirakan penyakit dan kelainan apa saja yang
dapat mewabah di masa depan. Dari perkiraan penyakit atau wabah
yang akan terjadi, sarana kesehatan tentunya dapat mengantisipasi
hal tersebut dan mempersiapkan langkah-langkah pencegahan atau
penanganan yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, para dokter dan juga pegawai rumah sakit maupun klinik
tidak perlu lagi merasa ribet dalam menangani permasalahan yang ada di rumah
sakit, karena akan terbantu oleh teknologi terutama seperti teknologi seperti
Software Layanan Kesehatan berbasis Cloud milik Trustmedis. Sehingga dokter
tidak perlu khawatir untuk menyimpan data dan melihat data pasien, dimana pun
dan kapan pun, semua masalah rumah sakit pasti tuntas.
Industri jasa pelayanan masyarakat juga tidak terlepas dari persaingan
antar pelakunya, yaitu rumah sakit. Berbagai rumah sakit yang ada berupaya
memperoleh kepercayaan masyarakat dengan mengemukakan pelayanan yang
efisien dan berkualitas. Hal ini bisa diimplementasikan dari pelayanan dengan
menawarkan teknologi terbaru, kemudahan akses, dan memperhatikan kondisi
pasar (Supartiningsih, 2017).
Rumah sakit adalah organisasi yang melalui tenaga rekam medis
profesional yang terorganisir, serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien (Azwar, 1996). Penggunaan teknologi informasi dalam aspek kesehatan
sudah menjadi kebutuhan begitu penting terkait juga dengan pemahaman,
kemampuan dan sumber daya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. (Osborne, et. Al, 2013).
Pemerintah Indonesia sangat mendukung penggunaan sistem informasi di
sektor kesehatan, namun masih banyak industri dan rumah sakit di Indonesia
yang belum menjalankan sistem informasi kesehatan ini (e-health) secara
optimal, dikarenakan masih banyaknya kekurangan dari berbagai hal, mulai dari
jaringan komunikasi yang buruk, kekurangan kemampuan/pengetahuan
karyawan, budaya organisasi dan aspek lainnya. (Haryanto,2013)
Assauri dalam Aji dan Tjahjono, 2016 menjelaskan rumah sakit sebagai
industri jasa kesehatan tidak dapat terhindar dari perubahan. Perubahan
lingkungan yang begitu kompleks, membawa perubahan pandangan stakeholder
rumah sakit dan selanjutnya berdampak pada perubahan paradigma dalam
pelayanan jasa rumah sakit di Indonesia. Perencanaan strategis memungkinkan
rumah sakit untuk mengantisipasi kondisi yang selalu berubah-ubah dan
menyediakan peta perjalanan dan arah yang dituju serta cara mencapainya
Rumah sakit yang terlibat dalam perencanaan strategis cenderung lebih
berkembang di tengah persaingan yang berat dibandingkan yang tidak. Dalam
masa pandemi COVID-19 ini ada beberapa kecenderungan pandangan
masyarakat yaitu tidak mau berkunjung ke Rumah Sakit karena dianggap rawan,
kecenderungan untuk memilih menggunakan fasilitas jarak jauh dalam
mendapatkan akses pelayanan kesehatan namun tetap ingin mendapatkan
pelayanan terbaik untuk kondisi kesehatannya. Menurut analisis kami, tiga sudut
pandang ini yang ditangkap sebagai peluang oleh RSAU dr. Efram Harsana
dalam meningkatkan daya saing rumah sakit dalam kondisi saat ini.
Teknologi di RSAU dr. Efram Harsana saat ini masih berbasis LAN antar
komputer di dalam lingkup rumah sakit. Perubahan yang diharapkan bisa segera
hadir adalah pengoptimalan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Winter
AF dalam Hariana (2013) menjelaskan sistem informasi rumah sakit (SIRS)
dapat dicirikan dengan fungsinya melalui informasi dan jenis layanan yang
ditawarkan. Untuk mendukung perawatan pasien dan administrasinya, SIRS
mendukung penyediaan informasi, terutama tentang pasien, dalam cara yang
benar, relevan dan terbarukan, mudah diakses oleh orang yang tepat pada
tempat/lokasi yang berbeda dan dalam format yang dapat digunakan. Transaksi
data pelayanan dikumpulkan, disimpan, diproses, dan didokumentasikan untuk
menghasilkan informasi tentang kualitas perawatan pasien dan tentang kinerja
rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan bahwa sistem informasi rumah sakit
harus mampu mengkomunikasikan data berkualitas tinggi antara berbagai unit di
rumah sakit.
Kecenderungan pasien untuk tidak mau terlalu lama kontak dan berada di
rumah sakit, direspons baik oleh pihak rumah RSAU dr. Efram Harsana dengan
memberikan akses berupa pendaftaran online untuk mengurangi waktu antrean.
Penggunaan media whatsapp sebagai hotline didasarkan pada kemudahan
penggunaan dan masyarakat umumnya sudah memiliki aplikasi di gawai.
Gambar 1 Tampilan informasi pop up pendaftaran online di website
3.3.2.Tren Regulasi
UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Selain disebutkan
dalam UUD 1945, perhatian pemerintah dapat dilihat pada visi dan misi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025, yaitu masyarakat
diharapkan memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat
mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan
dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
profesi Pemerintah berperan penting dalam mengatur regulasi kesehatan
terutama rumah sakit (RPJPBK 2005-2025, Depkes RI 2009).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 maka dibentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
atau BPJS yang merupakan lemSAU dr. Efram Harsana sudah sejak 2014
menjadi rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS sebagai rumah sakit tipe
C. Oleh karena itu, regulasi yang mempengaruhi aktivitas kerja di rumah sakit
sebagian besar mengikuti regulasi BPJS.
Gambar Video penggunaan masker yang benar oleh RSAu dr. Efram
Harsana
3.3.4.Tren Sosio Ekonomi
Jumlah penduduk Kabupaten Magetan hasil registrasi (catatan administrasi
penduduk) di Kabupaten Magetan, pertumbuhan beserta kepadatannya dari
tahun 1986 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1. Pada akhir
tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 695.158 jiwa.
Dibandingkan denganjumlah penduduk tahun 2014 yang sebanyak 696.124 jiwa,
maka tingkat pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu satu tahun adalah 0,14
persen.
Kecamatan Magetan adalah kecamatan yang daerahnya memiliki
penduduk paling padat yaitu 2.227 jiwa per km2 sedangkan kecamatan yang
paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Poncol dengan kepadatan 593
jiwa per km2. Berdasarkan jenis kelaminnya penduduk laki-laki berjumlah
337.373 jiwa dan perempuan sebanyak 358.751 jiwa sedangkan dilihat dari seks
rasio dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, hal ini berarti bahwa
pertumbuhan penduduk laki-laki lebh besar daripada penduduk perempuan,
meskipun dari segi jumlah penduduk perempuan lebih banyak.
Kabupaten Magetan memiliki potensi di bidang pertanian dan pariwisata.
Pertanian merupakan sektor yang paling dominan di Kabupaten Magetan, karena
sebagian besar penduduk Magetan hidup dari bercocok tanam. Komoditas
tanaman bahan makanan, utamanya padi masih merupakan produk yang besar
peranannya bagi masyarakat Magetan. Industri pengolahan di Kabuapaten
Magetan sampai tahun 2010 masih didominasi oleh industri kecil baik formal
maupun non formal.
Kabupaten Magetan memiliki 2 gunung yaitu Gunung Lawu yang paling
tinggi dengan ketinggian 3.265 mdpl terdapat di bagian barat Kabupaten
Magetan, yakni perbatasan dengan Jawa Tengah dan Gunung Bancak yang
terletak di Kecamatan Kawedanan. Di daerah pegunungan ini terdapat Telaga
Sarangan di ketinggian 1000 m dpl, salah satu tempat wisata andalan kabupaten
ini, yang berada di jalur wisata Magetan-Sarangan-Tawangmangu-Karanganyar.
Dilihat dari tingkat kesuburan tanahnya, Kabupaten Magetan dapat dibagi dalam
6 tipologi wilayah:
1. Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian subur: Kecamatan Plaosan
2. Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian sedang: Kecamatan Panekan
dan Kecamatan Poncol
3. Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian kurang subur (kritis): sebagian
Kecamatan Poncol, Kecamatan Parang, Kecamatan Lembeyan, dan
sebagian Kecamatan Kawedanan
4. Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian subur: Kecamatan Barat,
Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Karangrejo, Kecamatan Karas,
Kecamatan Takeran dan Kecamatan Nguntoronadi
5. Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian sedang: Kecamatan Maospati,
sebagian Kecamatan Bendo, sebagian Kecamatan Kawedanan, sebagian
Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Ngariboyo, dan Kecamatan Magetan.
6. Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian kurang subur: sebagian
Kecamatan Sukomoro dan sebagian Kecamatan Bendo
Saat keputusan pemerintah mengambil berbagai kebijakan seperti bekerja
dari rumah, menjaga jarak, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal
ini berdampak pada berbagai sektor ekonomi akibat virus corona. Sektor
pertanian merupakan kebutuhan pangan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, baik hasil pertanian pangan dan perkebunan, peternakan,
sayuran dan buah-buahan. Walaupun peluang pasar produk pangan tetap
terbuka lebar, tetapi distribusi hasil pertanian terkendala karena pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) dan social distancing. Penerimaan pajak juga
mengalami penurunan akibat melemahnya kegiatan ekonomi dan harga
minyak dunia yang terus turun. Pajak memiliki fungsi yaitu sebagai salah
satu sumber dana pemerintahan pusat dan daerah untuk melaksanakan
pembangunan. Penurunan pajak juga diperparah karena adanya perlambatan
aktivitas ekonomi, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pemberian
stimulus dan fasilitas serta penurunan harga komoditas. Sektor yang paling
merasakan akibat dari virus corona adalah pariwisata. Saat ini sudah banyak
hotel dan restoran yang menutup usahanya sementara waktu karena tidak
adanya pemasukan. Tempat wisata dan biro perjalanan juga melakukan hal
yang sama. Padahal pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar bagi
Negara, sehingga menyebabkan penurunan penghasilan masyarakat dan
menambah pengangguran. (Muliati, N. K. (2020). Berdasarkan data yang
dihimpun oleh BPS untuk bulan Februari 2020 di Indonesia tercatat pada usia
angkatan kerja sejumlah 137,91 juta orang, terdapat 6,88 juta orang
pengangguran. Terjadi kenaikan sebesar 0.06 juta orang dibanding Februari
2019.
Adanya pengangguran memberikan dampak berkurangnya kualitas
kehidupan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan
pokok termasuk pangan dan kesehatan. Menurut data dari BPS Kota Magetan
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,41 persen dan inflasi terendah
terjadi di Kota Madiun sebesar 0,05 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Dari sebelas kelompok
pengeluaran, sembilan kelompok mengalami inflasi, satu kelompok mengalami
deflasi dan satu kelompok tidak mengalami perubahan. Kelompok pengeluaran
yang mengalami inflasi tertinggi adalah yaitu kelompok pakaian dan alas kaki
sebesar 1,22 persen , diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
sebesar 1,17 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,36
persen, kelompok transportasi sebesar 0,35 persen, kelompok perlengkapan,
peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,26 persen, kelompok
perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,17 persen,
kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,15 persen, kelompok
kesehatan sebesar 0,09 persen, serta kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 0,01 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang
mengalami deflasi adalah yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,01 persen, sementara kelompok pendidikan tidak
mengalami perubahan.
Tingkat inflasi tahun kalender Mei 2021 sebesar 1,03 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Mei 2021 terhadap Mei 2020) sebesar 1,61 persen.
Menurut Nursalam (2011) semakin baik tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi penduduk, tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan
merupakan sebuah elemen penting yang tidak dapat terpisahkan. Jacobalis
(2000), menyatakan bahwa faktor pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman
dan pengharapan. Variabel lain yang ikut menentukan persepsi adalah umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, budaya, lingkungan
fisik, dan kepribadian & pengalaman hidup pasien. Berdasarkan data internal
rumah sakit, 5 jenis pekerjaan terbanyak pasien yang datang ke RSAU dr. Efram
Harsana pada Tahun 2020 adalah sebagai berikut pensiunan TNI/PNS (….%),
Wiraswasta (….%), TNI/PNS (3.484%), Petani (…%), karyawan (….%).Dengan
melihat karakteristik objek pasar yang ada maka dapat digunakan untuk
menentukan kebijakan-kebijakan Rumah Sakit. Menurut analisis kami, meskipun
bertempat di Kota Magetan, sumber pasien yang datang ke RSAU dr. Efram
Harsana beragam. Serta jangkauan berdasarkan data Januari-Juli 2021
menyebutkan 52,6% dari kota Magetan, sisanya dari luar kota magetan. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan RSAU dr. Efram Harsana sudah
terkenal baik dan kedepannya untuk merencanakan strategi bisnis bisa
menerapkan jangkauan sektor yang lebih luas dengan memperhatikan
kompetitor yang lebih banyak.
3.3.5 Customer Relationship
Mengelola hubungan baik terhadap pelanggan merupakan cara
perusahaan mengikat loyalitas pelanggan melalui customer relationship
management (CRM), terutama perusahan yang bergerak dalam bidang jasa
(Jaber & Simkin, 2017). Dalam CRM prilaku pelanggan merupakan dasar dalam
mencari startegi bisnis untuk menjual produk dari suatu institusi dan tidak hanya
sebagai sasaran produk. Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan
pelayanan dituntut untuk selalu mengutamakan pelayanan yang masksimal, tidak
membedakan asal usul, latar belakang pasien, baik pengguna pasien umum
asuransi swasta, maupun asuransi pemerintah BPJS-KIS. Seperti dalam
perusahaan jasa, tujuan utama CRM pada institusi rumah sakit adalah berpusat
pada pelayanan konsumen atau pasien. Terkait pelayanan kesehatan rumah
sakit terhadap pasien, tugas CRM tidak hanya menangani pelayaanan untuk
pasien umum dan pasien asuransi swasta tetapi juga pasien dengan asuransi
pemeritah melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) (Nugraheni & Kirana, 2018).
Bentuk baru crm saat ini merupakan cerminan dari pendekataan terhadap
masyarakat melaui social media yang lebih popular disebut social-custumer
relationship management (CRM) atau CRM 2.0 (Ahani, Rahim, & Nilashi, 2017).
Sejalan dengan manajemen rantai pasokan dan perencanaan sumber daya
perusahaan(Olson, Johansson, & De Carvalho, 2018), dalam sosial CRM
pelanggan memungkinkan terlibat dalam proses peningkatan pelayanan, yang
pada akhirnya pelanggan dapat memperoleh solusi layanan yang cepat dan
tepat demi kepuasan pasien itu sendiri (Wang, 2018). Sehingga tidak ada
anggapan membedakan perlakuan pengguna asuransi BPJS- KIS dengan
pasien umum atau asuransi swasta. Untuk dapat berjalan dengan baik
kemampuan layanan sosial-CRM diharuskan mengelola informasi dari pasien
dengan baik. Manajemen tersebut terutama dalam penggunaan Informasi, dan
semua yang memiliki hubungan positif yang berasal dari informasi pasien malalui
media sosial(Mohiuddin AK, 2019). Selain itu, perkembangan crm tidak hanya
meningkatkan loyalitas (Ong, Lee, & Ramayah, 2018) pelanggan melainkan juga
menarik calon pelanggan baru. Social CRM atau CRM 2.0 dalam rumah sakit
memberikan suatu konsep manajemen yang menyuguhkan tingkat kepercayaan
pasien kepada rumah sakit dan dapat di akses oleh pasien lain maupun calon
pasien baru terutama melalui media sosial (Harrigan, Soutar, Choudhury, &
Lowe, 2015).
Gambar 6 Pertumbuhan ekonomi dunia berdasarkan Gross Domestic Product per capita
tahun 2020
Selain produk domestik bruto, indikator lain yang dapat digunakan untuk
mengukur kondisi makroekonomi suatu negara adalah tingkat pengangguran,
yang juga mengalami dampak akibat merebaknya COVID -19. Badan Pusat
Statistik (2020) merilis data tentang ketenagakerjaan di Indonesia hingga bulan
Agustus 2020, menunjukkan meningkatnya angka pengangguran sebesar 9,77
juta orang, angka tersebut meningkat 2.67 juta dari Februari 2020.
Tabel 9 Data Bed Occupancy Rate RSAU dr. Efram Harsana 2019 -2020
BULAN TH.2019 TH.2020 Kumulatif
Januari 52,33 % 48,67 % 48,67 %
Pebruari 57,18 % 43,1 % 43,15 %
Maret 62,38 % 38,52 % 41,57 %
April 55,84 % 25,44 % 41,57 %
Mei 46,89 % 27,54 % 40,31 %
Juni 45,29 % 35,14 % 39,41 %
Juli 49,15 % 35,28 % 33,67 %
Agustus 47,34 %
September 46,32 %
Oktober 46,75 %
Nopember 47,48 %
Desember 47,01 %
BOR Akhir Tahun 50,29 %
3.4.2.Pasar Modal
Sebelum adanya pandemi Covid-19, kondisi perekonomian global masih
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Walaupun sebelum Covid-19 ini
perekonomian global diselimuti dengan beberapa ancaman yaitu ketegangan
geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran, perang dagang antara Amerika
Serikat dan Uni Eropa yang dipicu oleh kesepakatan green deal UE, perang
dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta isu brexit yang belum selesai.
Namun, secara keseluruhan kondisi ekonomi global sebelum pandemi Covid-19
masih baik dan prospektif untuk melakukan investasi.
Kondisi Pasar Modal Setelah Pandemi, Virus covid-19 di Indonesia
pertama kali ditemukan sekitar awal atau pertengahan Maret 2020. Setelah virus
ini ditemukan tren IHSG menjadi menurun. Karena pada saat itu muncul isu-isu
mengenai Covid-19 yang mulai meluas dari Wuhan ke Jepang, Korea dan
Negara Singapura yang paling dekat dengan Indonesia. Sehingga penurunan ini
menyebabkan IHSG kita mengalami penurunan sampai di bawah level 4000.
Penurunan ini tentunya juga tidak lepas dari sentimen investor yang melihat
bahwa pemerintah Indonesia pada waktu itu belum serius dalam menangani
Covid-19 ini sehingga ketika krisis kesehatan terjadi dan sentimen-sentimen itu
ada, membuat para investor lebih memilih untuk menarik dananya dari pasar
modal sehingga hal tersebut tentunya membuat harga saham mengalami
penurunan.
Pengaruh Covid-19 terhadap Pergerakan Pasar Modal. Pergerakan pasar
modal apabila ini adalah investasi maka akan sangat dipengaruhi oleh
perusahaan. Ketika PSBB terjadi banyak perusahaan-perusahaan yang kolaps.
Jika kita lihat pada hari ini, perusahaan-perusahaan yang listing di pasar modal,
yang berperan di bidang pariwisata semuanya negatif. Sehingga kalau kita lihat,
tidak hanya aspek finansial perusahaan yang terpukul karena pandemi covid-19,
namun juga aspek riil dan fundamental juga ikut terkena imbasnya. Sehingga
wajar saja harga saham sempat jatuh atau bahkan sekarang harga saham
performance nya tidak sebaik sebelum terjadinya pandemi.
Perilaku Investor dalam Berinvestasi pada Masa Pandemi mengalami
Fluktuasi di pasar modal mempengaruhi perilaku investor dalam berinvestasi
karena kita menganalisis pasar modal tidak hanya sekedar melihat angka saja,
tetapi kita juga melihat dari aspek keuangan perilaku atau ekonomi perilaku
seorang investor. Apabila investor tersebut kecenderungannya adalah investor
yang menghindari risiko atau bahkan moderate, maka barangkali investor
tersebut akan memilih untuk menarik dananya dari pasar modal dan kemudian
menginvestasikan dananya pada skema atau instrumen-instrumen investasi
yang save haven atau investasi yang memiliki tingkat risiko rendah misalnya
adalah emas. Apabila investor tersebut merupakan investor yang risk taker
mungkin dia akan tetap mempertahankan investasinya.
Tidak hanya perekonomian global yang masih positif, sebelum pandemi
pun perekonomian nasional masih cukup baik dilihat dari IHSG pada awal
Januari 2021 yang sempat menyentuh angka 6300, hal ini adalah salah satu
capaian yang baik dan menarik bagi Indonesia. Tidak hanya itu prospek ekonomi
nasional juga masih stabil, dimana pertumbuhan ekonomi berada pada level lima
sampai lima setengah persen. Kemudian regulasi-regulasi yang dibuat oleh
pemerintah, kondisi rupiah yang cenderungnya lebih stabil dan cadangan devisa
kita yang bagus menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Menurut Undang-undang No 8 tahun 1995 “Pasar Modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, Pasar Modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu
sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil
untuk pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain Pasar Modal juga
merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan
menengah (Indonesia, 1995)
Indeks saham merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung
perkembangan Pasar Modal Indonesia. Indeks saham dapat digunakan untuk
menjadi tolak ukur kinerja Pasar Modal dan produk investasi. Selain itu indeks
saham dapat dibuat menjadi dasar produk investasi baik reksa dana maupun
Exchange Traded Fund(Bursa Efek Indonesia, 2019)
Pergerakan indek saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Secara internal kondisi pandemi
Covid-19 dan kebijakan social distancing (WFH dan PSBB) di dalam negeri
mempenagruhi dinamika pasar modal (terindikasi dari pergerakan indek IHSG di
BEJ). Secara eksternal, pandemic Covid-19 di Cina dan Spanyol ikut
mempengaruhi dinamika pasar modal di Indonesia (indeks IHSG). Demikian juga
dinamika pasar saham di Hongkong (Hangseng), London (FTSE100) dan News
York (NASDAQ) (Dedi Junaidi dan Faisal Salistia, 2020)
Gambar 11 IHSG dan nilai rata-rata perdagangan harian per bulan 2016-30 Januari 2021
dari Otoritas Jasa Keuangan
Tahun
Jenis Permukaan Jalan
Year
Type of Road Surface
2017 2018 2019
Aspal/Paved 524.41 524.41 524
Kerikil/Gravel - - -
Lainnya/Others - - -
Sumber/Source : Di na s Pekerja a n Umum da n Pena ta a n Rua ng Ka bupa ten Ma geta n/ Public Work Service, Magetan Regency
Dari data Badan Pusat Statistik Kota Magetan diketahui terdapat 525.81
km jalan di kota Magetan telah memiliki jenis permukaan berupa aspal. Jalan
aspal ini merupakan akses masyarakat sebagai konsumen RSAU dr. Efram
Harsana maupun akses bagi suplier yang akan membantu melengkapi
kebutuhan rumah sakit.
Jenis Jalan
Keadaan Jalan Negara Propinsi Kabupaten
(Km) (Km) (Km)
2. Kondisi Jalan / Road Condition :
a. Baik / Goods 12 34 285
b. Sedang / Medium - - 150
c. Rusak / Broken - - 60
d. Rusak Berat / Serously Broken - - 31
Jumlah 12 34 526
Tabel 11 Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Magetan tahun 2020
Data Badan Pusat Statistik Kota Magetan (2020) yang bersumber dari
Data Dinas Pekerjaan Umum Kota Magetan menjabarkan kondisi jalan di Kota
Magetan yaitu 60 km dalam kondisi rusak, dan 31 km dalam kondisi rusak berat,
kondisi sedang 150 km dan kondisi baik 285 km. . Data tersebut juga
menggambarkan selama periode tiga tahun pengumpulan data belum dilakukan
perbaikan jalan sehingga tidak ada pengurangan dari panjang jalan yang
mengalami kerusakan. Di sisi lain, data tentang jumlah kendaraan bermotor
menunjukkan adanya peningkatan penggunaan jumlah kendaraan bermotor di
Kota Magetan) untuk masing-masing jenis kendaraan (BPS Kota Magetan, 2020)
Indikator
Indicator
Tahun Mobil
Sepeda
Years Akhir Tahun1 Penumpang Bus Truk Jumlah
Motor
End of Year Passenger Buses Trucks Total
Motorcycles
Cars
2017 284874 22845 326 9690 252013 284874