Anda di halaman 1dari 66

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. EFRAM HARSANA


LANUD ISWAHJUDI - MAGETAN

Oleh:

1. SABRINA AULIA RAHMA 216070201111006


2. TJATUR BUDI WINARKO 216070201111008
3. SILVY RAHMAH YANTHY 216070201111014
4. UMI KULSUM FUADY 216070201111017
5. JUAN SETIADI ZENNIKO 216070201111022

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II GAMBARAN UMUM RSAU dr. EFRAM HARSANA MADIUN 6
2.1 Data Umum 6
BAB III ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL RSAU dr. EFRAM HARSANA 15
3.1. Market Issues 15
3.1.1 Market Segments 16
3.1.2 Needs and Demands 2
3.1.3 Switching Cost 3
3.1.4 Revenue Attractiveness 3
3.2. Industry Forces 4
3.2.1 Competitors (Incumbent) 4
3.2.2 New Entrants (Insurgents) 6
3.2.3 Substitute Products and Services 7
3.2.4 Suppliers and Other Value Chain Actors 10
3.2.5. Stakeholders 11
3.3. Key Trend (Tren Kunci) 14
3.3.1. Tren Teknologi 14
3.3.2. Tren Regulasi 20
3.3.3. Tren Masyarakat dan Budaya 23
3.3.4. Tren Sosio Ekonomi 27
3.4. Kekuatan Makro Ekonomi 31
3.4.1. Kondisi pasar global 31
3.4.2. Pasar Modal 36
3.4.3. Komoditas dan Sumber lainnya 40
3.4.4 Infrastruktur Ekonomi 42
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fungsi rumah sakit menurut UU No. 44 tahun 2009 adalah
penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit, melakukan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna
tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, menyelenggaraan
penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika
ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Untuk itu, Rumah Sakit umum
menyelenggarakan kegiatan: pelayanan medis, pelayanan dan asuhan
keperawatan, pelayanan penunjang medis dan nonmedis, pelayanan kesehatan
kemasyarakatan dan rujukan, pendidikan, penelitian dan pengembangan dan
administrasi umum dan keuangan.
Rumah Sakit Angkatan Udara (RSAU) dr. Efram Harsana Rumah Sakit
merupakan rumah sakit pemerintah yang berada dibawah Pangkalan Udara
Iswahjudi Madiun. RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi awal berdirinya
dimulai dengan sebutan Seksi Kesehatan Detasemen AURI Maospati sekitar
tahun 1954. Kemudian berkembang sejalan dengan berkembangnya Detasemen
AURI Maospati menjadi Pangkalan Udara Iswahjudi pada tahun 1959. Pada
periode tahun 1960-an TNI AU yang pada waktu itu disebut AURI mengalami
perubahan yang sangat cepat dengan memasuki era pesawat jet dengan
ditempatkan pesawat-pesawat tempur seperti MIG-15, MIG-16, MIG-17 dan MIG-
19 di Pangkalan Udara Iswahjudi. Di awal tahun 1960 pula seksi kesehatan
mempunyai fasilitas sederhana seperti Tempat Perawatan Sementara,
Laboratorium sederhana dan Poli Umum. Kemudian pada tahun 1962 Pangkalan
Udara Iswahjudi berkembang lagi dengan ditempatkan pesawat MIG-21 dan TU-
16 KS. Seiring dengan perkembangan tersebut, fasilitas kesehatan bertambah
dengan didirikannya Poli BKIA dan Poli Gigi yang ditujukan untuk membantu
dukungan terhadap operasi udara dan sekaligus menangani kesiapan kesehatan
para awak pesawat. Selanjutnya pada tahun 1965 Seksi Kesehatan berubah
nama menjadi Gugus Kesehatan 044. Pada tahun 1971, Gugus Kesehatan 044
berubah menjadi Dinas Kesehatan. Dan pada tahun 1979 menjadi Rumkit
Integrasi ABRI yang melayani rujukan dari Rumkit/Instansi ABRI wilayah Madiun
dan sekitarnya sampai akhirnya tahun 1985 dengan adanya reorganisasi TNI
AU, Rumkit Lanud Iswahjudi dikukuhkan sebagai Rumkit Tk. III mandiri yang
secara struktural berada dibawah Komandan Lanud Iswahjudi.
Rumah sakit dengan pelayanan dan sumber daya yang begitu kompleks
membutuhkan strategi dalam pelaksanaannya. Strategi ini bertujuan untuk
mewujudkan visi dan misi rumah sakit, mengembangkan operasional dan
sumber daya yang ada serta memberikan daya saing dalam kompetisi pasar
rumah sakit. Dalam penyusunan strategi, langkah awal adalah melakukan
analisa eksternal dan analisa internal rumah sakit. Menurut David dalam Antari
dan Sudana (2016), strategi merupakan aksi potensial yang membutuhkan
keputusan manajemen puncak dan sumber daya yang besar. Strategi
memengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya lima tahun
ke depan, dan karenanya berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai
konsekuensi multi fungsional dan multidivisional sehingga diperlukan ukuran
kinerja yang tepat, jika pelaksanaan strategi diukur dengan tepat, maka pemilik
atau pengelola rumah sakit bisa menentukan faktor eksternal dan faktor internal
yang mempengaruhi pelaksanaan strategi, seberepa baik strategi telah
dilaksanakan dan perbaikan untuk strategi yang akan dilaksanakan kedepannya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana analisis faktor eksternal RSAU dr. Efram
Harsana?
2. Bagaimana posisi RSAU dr. Efram Harsana berdasarkan
analisis faktor eksternal?
3. Bagaimana strategi RSAU dr. Efram Harsana dalam
merespons hasil analisis eksternal?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui analisis faktor eksternal RSAU dr. Efram
Harsana.
2. Mengetahui posisi RSAU dr. Efram Harsana berdasarkan
analisis factor eksternal.
3. Mengetahui strategi RSAU dr. Efram Harsana dalam
merespons hasil analisis faktor eksternal.
BAB II
GAMBARAN UMUM RSAU dr. EFRAM HARSANA MADIUN

2.1 Data Umum


Adapun gambaran umum dari RSAU dr. Efram Harsana adalah sebagai
berikut:
1. Nama Rumah Sakit : RSAU dr. Efram Harsana
2. Alamat / Telpon / Fax : Jl. Marsma TNI Anumerta R. Iswahjudi,
Maospati, Magetan
3. Telepon : 0351-869705 - 081283339424(CS)
4. Fax : 0351-869705
5. Email : rsau.iswahjudi@gmail.com
6. Website : www.rsaudrefram.co.id
7. Status Kepemilikan : TNI AU
8. Nama Kepala : Kolonel Kes dr. Tjatur Budi W., SpB
9. Kelas RS & SK Menkes RI : Kelas C
10. Nomor Registrasi RS : 35200041
11. No. & tgl ijin operasional RS : 445.1/01/403.117/2019
12. Masa Berlaku : 02 Mei 2019 s/d 02 Mei 2024
13. Nomor IMB : SK-IMB-352011-10092020-01
14. Luas Lahan : 9.709.051 m2
15. Luas Bangunan : 5.206,75 m2
16. Kapasitas Tempat Tidur : 103 TT
17. Jumlah Karyawan : ± 383 karyawan
18. Standar Kualitas Pelayanan RS : Standar Kualitas Pelayanan RS.
Berdasarkan sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dari Komisi Akreditasi Rumah
Sakit Nomor : KARS-SERT/1175/III/2021 Tanggal 2 Maret 2021, RSAU dr.
Efram Harsana telah memenuhi standar akreditasi rumah sakit dan
dinyatakan lulus tingkat ”PARIPURNA”
19. Kapasitas Tempat Tidur Rumah Sakit :
Ruangan Jumlah TT
VIP 4
Kelas I 5
Kelas II 21
Kelas III 19
Isolasi 48
Total 103

20. Fasilitas Ambulance Rumah Sakit:


Ambulance Jumlah Kondisi
Baik /Rusak Ringan/Rusak Berat
Ambulans Transportasi 6 Baik
Ambulans Gawat Darurat 1 Baik
Ambulans Jenazah 2 Baik
Jumlah 8

21. Jenis Pelayanan


a. Rawat Inap
1) Instalasi Rawat Inap.
Instalasi Rawat Inap terdiri dari Kelas VIP, Kelas I, II, III dan
Isolasi. Perawatan dan pengobatan pasien secara berkesinambungan
selama 24 jam di ruang perawatan dengan menggunakan metode
asuhan keperawatan (PPJA), dan bekerjasama dengan dokter DPJP
serta PPA lainnya.
Ruangan Jumlah TT
VIP 4
Kelas I 5
Kelas II 21
Kelas III 19
Isolasi 48
Total 103

2) Instalasi Pelayanan Intensif


Instalasi Pelayanan Intensif meliputi :ICU sebanyak 3 tempat tidur.
Memberikan pelayanan di bidang penyakit bedah (syaraf, orthopedik),
penyakit dalam (penyakit infeksi dan endokrin, ginjal), penyakit jantung
secara berkesinambungan selama 24 jam. Memberikan pelayanan pasien
dengan bantuan ventilator untuk dewasa. Memberikan pelayanan pada
pasien yang memerlukan defibrilator.

b. Rawat Jalan
1) Medical Check Up
2) Poliklinik Umum
1. Pemeriksaan oleh Dokter Umum buka setiap jam kerja, hari Senin s/d
Sabtu, pukul 07.00 – 14.00 WIB.
2. Melayani pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan penyuluhan
kepada pasien agar tidak terjadi penularan dan komplikasi penyakit,
serta meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
bidang kesehatan.
3. Pasien yang memerlukan penanganan lebih lanjut oleh dokter
spesialis akan dikonsultasikan ke dokter spesialis, meliputi: Paru,
Saraf, Mata, THT, Penyakit Dalam, Gigi, Kebidanan & Kandungan,
Anak, Jantung & Pembuluh Darah, Kulit & Kelamin, Kedokteran
Jiwa, Kedokteran Fisik & Rehabilitasi.

3 )Poliklinik Spesialis dan Pelayanan Penunjang


1) Poliklinik anak
a. Pelayanan Imunisasi, meliputi program imunisasi wajib dan
imunisasi tambahan (MMR, Hib, Tifoid, Hepatitis A, dan Varicella).
b. Pemeriksaan rutin bayi baru lahir
c. Pemeriksaan dan pengobatan
d. Manajemen Tumbuh kembang meliputi pemeriksaan tinggi badan
dan berat badan (status gizi), deteksi perkembangan dengan
menggunakan (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) KPSP
anak serta alat peraga atau permainan.
e. Manajemen Laktasi
f. Pelayanan oleh Dokter Spesialis Anak buka selama jam kerja, hari
Senin s/d Jumat, pukul. 07.00 – 14.00 WIB.

2) Poliklinik Bedah Umum


a. Pemeriksaan oleh Dokter Spesialis Bedah Umum buka setiap jam
kerja, hari Senin s/d Jumat, pukul 07.00 – 14.00 WIB.
b. Melayani pemeriksaan pasien yang membutuhkan pelayanan
kesehatan dalam proses pembedahan umum.
c. Kasus bedah yang memerlukan tindakan subspesialis atau bedah
lainnya akan dikonsultasikan ke subspesialis bedah atau bedah
lainnya.

3) Poliklinik Kebidanan dan Kandungan


Pelayanan oleh Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan buka
selama jam kerja, hari Senin s/d Jumat, pukul. 07.00 – 14.00 WIB.
a. Pelayanan Kehamilan
b. Pelayanan Kandungan
c. Onkologis
d. Infertilitas
e. Pelayanan KB
1. Poliklinik Penyakit Dalam
a. Pengobatan pasien dengan kasus penyakit dalam: DM,
Hipertensi, Gastritis
b. Tindakan ECG
c. Pelayanan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam buka selama
jam kerja, hari Senin s/d Jumat, pukul. 07.00 – 14.00 WIB

2. Poliklinik Gigi
a. Pemeriksaan kesehatan gigi rutin
b. Perawatan endodontic:
c. Perawatan orthodonti;
d. Pembersihan karang gigi
e. Cabut gigi :
a. Pencabutan gigi anak
b. Pencabutan gigi dewasa
f. Gigi palsu
g. Penambalan
h. Restorasi dengan Lab Dental:
i. Pelayanan oleh Dokter Gigi buka selama jam kerja, hari Senin
s/d Jumat, pukul. 07.00 – 14.00 WIB

3. Instalasi Kamar Operasi 24 jam


a. Pelayanan pembedahan meliputi:
1) Bedah Umum
2) Bedah Kebidanan dan Kandungan
3) Bedah Saraf
4) Bedah Mata
5) Bedah Gigi dan Mulut
6) Bedah THT
7) Bedah Ortopedi
b. Pelayanan Anestesi dan Bedah yang adekuat, teratur dan
nyaman selama 24 jam

4. Instalasi Radiologi 24 jam


Pelayanan radiologi yang komprehensif meliputi :
a. Pelayanan Diagnostik Imaging
b. Pelayanan USG
c. Pelayanan CT Scan 160 Slice

5. Instalasi Sterilisasi Sentral 24 jam


a. Perencanaan instrumen medis, bahan habis pakai (kasa, kapas,
dan lain-lain) dan linen maupun bahan re-use
b. Dekontaminasi
c. Menangani, mengumpulkan dan transportasi benda-benda kotor
d. Menangani Alat-alat yang terkontaminasi di Point of Use
e. Menangani alat-alat yang terkontaminasi di ruang dekontaminasi.
f. Menghilangkan residu kotoran organik tanpa merusak alat
g. Mencuci Secara Manual.
h. Sterilisasi panas kering.
i. Sterilisasi uap panas jenuh (Autoclave).
j. Penyimpanan bahan steril dalam lemari yang tidak sering
dijamah, suhu sejuk dan kering dan tidak lembab (syarat
kelembaban berkisar antara 45 – 75%).
k. Distribusi bahan atau alat medis steril ke unit pelayanan.
l. Kontrol kualitas sterilisasi.

6. Instalasi Farmasi 24 jam


a. Memberikan pelayanan farmasi bagi pasien rawat inap, pasien
rawat jalan dan unit penunjang lain di lingkungan RSAU dr.Efram
Harsana.
b. Menyelenggarakan kegiatan perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, produksi, serta distribusi perbekalan
farmasi.
c. Menyelenggarakan survey kepuasan pasien, menganalisa, dan
mengevaluasi tingkat kepuasan pasien serta menindaklanjuti
hasil survey.
d. Melakukan pemantauan indikator mutu pelayanan.
e. Melakukan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) tentang
obat.
f. Melakukan kegiatan konseling pasien rawat jalan.
g. Melakukan kegiatan visite pasien rawat inap.
h. Melakukan kegiatan rekonsiliasi obat pasien rawat inap.
i. Melakukan kegiatan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
pasien rawat inap
j. Melakukan Monitoring Efek Samping Obat.

7. Instalasi Gizi
a. Kegiatan Produksi dan Distribusi Makanan
b. Kegiatan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap
c. Gizi klinik
d. Kegiatan Penelitian Gizi Terapan

8. Instalasi Rehabilitasi Medis


a. Layanan pasien rawat inap
▪ Konsultasi dan pemeriksaan oleh Dokter Spesialis
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Sp.KFR)
▪ Layanan terapi fisik/latihan oleh petugas fisioterapis
b. Pelayanan pasien rawat jalan
c. Penyuluhan dengan media audiovisual, leaflet, banner.

9. Instalasi Rekam Medis 24 jam


a. Pelayanan rekam medis berbasis kertas.
b. Pelayanan rekam medis manual dan registrasi komputerisasi.
c. Pendaftaran pasien dengan mengidentifikasi setiap pasien.
d. Memberikan informasi umum serta khusus yang terkait dengan
tata tertib rumah sakit, fasilitas pelayanan serta pelepasan
informasi medis yang perlu dipahami tentang kerahasiaannya.
e. Mengumpulkan, mengintegrasikan, menganalisis data pelayanan
kesehatan primer dan sekunder, menyajikan dan mendesiminasi
informasi, menata sumber informasi bagi kepentingan riset,
monitoring, dan evaluasi pelayanan kesehatan.
10. Instalasi Laboratorium 24 Jam
a. Pemeriksaan Hematologi
b. Pemeriksaan Urine
c. Pemeriksaan faeces
d. Pemeriksaan kimia darah
e. Pemeriksaan swab antigen
f. Pemeriksaan swab PCR

11. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat 24 jam


a. Pelayanan Triage : seleksi pasien berdasarkan tingkat
kegawatan pasien.
b. Tindakan life saving
c. Pelayanan kepada pasien gawat darurat rujukan dari rumah sakit
lain
d. Pelayanan pasien rujukan dengan kasus kegawatan obstetri
ginekologi
e. Pelayanan merujuk pasien IGD ke rumah sakit lain
f. Pelayanan Pasien False Emergency
g. Pelayanan Pasien dengan Jaminan Asuransi

12. Pelayanan Ambulans 24 jam


Jenis ambulan dan fungsinya:
a. Ambulan Ambulans Transportasi.Bisa digunakan untuk
mengantar pasien pulang tanpa kegawatan, untuk mengantar
spesimen atau rujukan laboratorium, mengambil darah di Palang
Merah Indonesia (PMI), mengantar petugas home care dan
menjemput petugas rumah sakit yang sedang mendapat panggilan
tugas CITO emergency.
b. Ambulans Gawat Darurat., digunakan untuk menjemput dalam
kota Magetan dan sekitarnya serta merujuk pasien dari dan atau
ke RS lain.
c. Ambulans Jenazah. Digunakan untuk mengantar jenazah yang
meninggal di IGD atau ruang rawat inap RSAU dr. Efram Harsana
khusus untuk pelayanan dalam kota Magetan dan sekitarnya saja.

1. Pelayanan Kamar Jenazah


a. Pelayanan yang dilakukan di RSAU dr. Efram Harsana:
● Pelayanan jenazah purna pasien atau mayat dalam
● Pelayanan jenazah dari IGD yang meninggal secara wajar
● Pelayanan jenazah dengan penyakit menular
b. Fasilitas pelayanan pengantaran jenazah dari dalam RSAU dr.
Efram Harsana menggunakan ambulance jenazah Rumah Sakit,
dengan ketentuan pengantaran jenazah dilakukan dalam Kota
Magetan dan sekitarnya

2. Layanan Unggulan di RSAU dr. Efram Harsana :


a. Panoramic.
b. Pelayanan Bank Darah.
c. Pelayanan Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
d. Pelayanan CT Scan.
e. Pemeriksaaan RT-PCR.
BAB III
ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL RSAU dr. EFRAM HARSANA

3.1. Market Issues


Dalam poin market issue, pendekatan yang dilakukan adalah dengan
mengidentifikasi inti dari sebuah permasalahan kesehatan yang terjadi saat ini
dilihat dari perspektif konsumen dan mentransformasikannya sehingga kita dapat
menguasai market itu sendiri. Identifikasi ini dimulai dengan mengidentifikasi
siapa konsumen kita, apa yang mereka inginkan dari kita dan produk apa saja
yang sesuai dengan keinginan konsumen kita, sehingga kita dapat menguasai
pasar (market) yang akan mendatangkan keuntungan untuk perusahaan kita
(Wind, Yoram David R. Bell. 2007).
Gambaran Tren Perkembangan saat ini berfokus pada adanya pandemi
Covid-19 yang tentu saja membawa imbas tidak hanya pada bidang
perekonomian, namun juga pada bidang kesehatan. Sejak kasus pertama Covid-
19 di Indonesia pada bulan Maret 2020, pertumbuhan angka penderita Covid-19
semakin melonjak tinggi. Tidak hanya di Indonesia, pandemi ini juga telah
memporakporandakan berbagai sektor bahkan di negara-negara maju sekalipun.
Di era pandemi seperti sekarang terjadi penurunan di berbagai sector dan hal ini
juga tak luput dari sector kesehatan. Hal seperti ini tentunya menjadi pemacu
bagi pengelola rumah sakit untuk mencari pemasukan dana lain (revenue
generated).

Adanya Pandemi Covid-19 ini, membawa dampak yang cukup besar bagi
RSAU dr. Efram Harsana. Hal ini terlihat penurunan jumlah kunjungan pasien ke
RSAU dr. Efram Harsana.

Tabel 1 Perbandingan BOR Bulan Januari Sampai Dengan Juli Tahun 2019
Dengan Tahun 2020
BULAN TH.2019 TH.2020
Januari 49.7 50.21
Februari 54.3 54.86
Maret 59.3 41.48
April 53.0 26.52
Mei 44.5 22.27
Juni 43.0 21.51
Juli 46.7 23.35

Tabel 2 Perbandingan Kunjungan Poli Bulan Januari Sampai Dengan Juli Pada
Tahun 2019 Dengan Tahun 2020
BULAN TH.2019 TH.2020
Januari 4620 4712
Februari 5060 5110
Maret 4598 3219
April 4664 2332
Mei 4774 2387
Juni 4444 2222
Juli 5038 2519

Penurunan jumlah kunjungan pasien ini disebabkan oleh 2 hal, yaitu pasien
mengaku takut berkunjung ke RS dan beberapa dokter membatasi jam praktik
mereka. Pasien takut berkunjung ke RS karena takut tertular penyakit ini di
rumah sakit dan takut dengan sanksi sosial bila mereka menderita penyakit ini.
Sedangkan para dokter membatasi jam praktik untuk mengurangi risiko tertular
penyakit ini dengan mengurangi jumlah kontak dengan pasien sesuai dengan
himbauan dari Ikatan Dokter Indonesia
Dalam menghadapi trend pandemik ini, RSAU dr. Efram Harsana tetap
berpegang pada visi yang dimiliki, yaitu “Menjadi Rumah Sakit andalan TNI
dan masyarakat umum””. RSAU dr. Efram Harsana mencoba berbagai strategi
untuk menghadapi trend pandemik ini, salah satunya dengan pendaftaran online,
perencanaan pelayanan Telemedicine, dimana masyarakat dapat tetap
mendapat pelayanan kesehatan dengan dokter melalui media dan tidak bertemu
langsung untuk mengurangi risiko kontak.

1.
3.1.1 Market Segments
Mengidentifikasikan segmen pasar utama/penting yang akan memberikan
pertumbuhan yang potensial, mengidentifikasi segmen pasar yang menurun dan
segmen pasar baru yang perlu diperhatikan. Perbedaan kemampuan ekonomi
dalam masyarakat dilihat dari gambaran pekerjaan pasien, pendapatan per
kapita, daya beli dan pola pengeluaran pasien. Segmen pasar rumah sakit juga
bisa dilihat dari gambaran pilihan kelas pasien di rumah sakit, serta penjamin
pembiayaan pasien.
RSAU dr. Efram Harsana berada dalam wilayah Kecamatan Maospati.
Kecamatan Maospati merupakan kecamatan berpenduduk padat di Kabupaten
Magetan dengan jumlah penduduk 46.763 jiwa dan dengan luas wilayah 25,26
km2. Batas wilayah Kecamatan Kedungkandang adalah:
1) Sebelah Utara :Kabupaten Ngawi
2) Sebelah Selatan :Kabupaten Wonogiri
3) Sebelah Barat :Kabupaten Karanganyar
4) Sebelah Timur :Kabupaten Madiun
Dari data tersebut, market segment yang menjadi prioritas RSAU dr. Efram
Harsana adalah masyarakat yang ada di komplek lanuh iswahjudi, masyarakat
Kecamatan Maospati, dan masyarakat yang berada di batas wilayah dengan
Kecamatan Maospati.
Berdasarkan laporan kunjungan pada tahun 2020, RSAU dr. Efram
Harsana memiliki market segmentyang dibagi berdasarkan jenis kelamin, tingkat
ekonomi, usia, pendidikan, geografis. Berikut tabel daftar kunjungan RSAU dr.
Efram Harsana tahun 2020.
Tabel 3 Kunjungan RSAU dr. Efram Harsana tahun 2020 berdasarkan
Jenis Kelamin
No
. Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki
2 Perempuan
Jumlah
Tabel 4 Kunjungan RSAU dr. Efram Harsana Tahun 2020 Berdasarkan Tingkat Ekonomi
No. Pekerjaan       Umur         Jml. Jml.Px. %
    0-28 28<1 1-4 5-14 15-24 25-44 45-64 >65   MRS  
1 PNS 0 0 0 0 3 60 289 26 378 10869 3,48
2 Pensiunan PNS 0 0 0 0 0 0 132 371 503 10869 4,63
3 BUMN 0 0 0 0 1 26 41 0 68 10869 0,63
4 Pensiunan BUMN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10869 0,00
5 TNI 0 0 0 0 4 18 36 8 66 10869 0,61
6 POLRI 0 0 0 0 0 0 0 1 1 10869 0,01
7 Pensiunan TNI/POLRI 0 0 0 0 0 3 6 17 26 10869 0,24
8 Dokter 0 0 0 0 0 17 6 19 42 10869 0,39
9 Perawat/Bidan 0 0 0 0 0 2 0 2 4 10869 0,04
10 Pendeta 0 0 0 0 0 0 1 10 11 10869 0,10
11 Biarawan/biarawawati 0 0 0 0 0 6 31 14 51 10869 0,47
12 Guru/ Dosen 0 0 0 0 11 63 112 29 215 10869 1,98
13 Karyawan Swasta 0 0 0 0 108 860 1042 193 2203 10869 20,27
14 Wiraswasta 0 0 0 0 27 268 568 220 1083 10869 9,96
15 Petani 0 0 0 0 2 32 222 153 409 10869 3,76
16 Buruh 0 0 0 0 0 1 14 1 16 10869 0,15
17 Tidak Bekerja 60 229 615 637 563 783 1746 1160 5793 10869 53,30
18   0 0 0 0 0 0 0 0 0 10869 0,00
19   0 0 0 0 0 0 0 0 0 10869 0,00
  Jumlah 60 229 615 637 719 2139 4246 2224 10869 10869 100,00
Tabel 5 Jumlah Kunjungan RSAU dr. Efram harsana Tahun 2020 Berdasarkan
Usia Pendidikan
Pendidikan Jumlah
TDS 1521
TK 111
SD 2104
SMP 1217
SMA 3676
PT 2240
  10869

Tabel 6 Detail Kunjungan RSAU dr. Efram harsana Tahun 2020 Berdasarkan
Usia Pendidikan
No Kela
. Umur       s
VI
    P I II III
0 - 28
1 hr 0 3 24 28
28 < 1
2 th 0 19 86 80
1 - 4
3 th 0 71 254 155
5 - 14
4 th 0 168 201 136
15 - 24
5 th 3 120 202 223
25 - 44
6 th 8 379 728 605
45 - 64 120 114
7 th 10 2 4 1111
8 > 65 th 10 659 515 457
262 315
  Jumlah 31 1 4 2795

C.3. Magetan
N Kel Jml Jml.P
o.       as     . x. %
Wilayah Luar VVI VI VIP.
  Kab. P P D I II III   MRS  
14 41 40 170 1086 15,6
1 Pulau Jawa 3 8 282 449 4 8 4 9 8
Luar Pulau 1086
2 Jawa 1 28 46 76 56 49 256 9 2,36
1086
3 Luar Negeri 0 0 1 0 2 0 3 9 0,03
17 47 45 196 1086 18,0
  Jumlah 4 6 329 525 2 7 3 9 6

3.1.2 Needs and Demands


Dalam pemikiran rasional, semua orang ingin menjadi sehat.Kesehatan
merupakan modal untuk bekerja dan hidup untukmengembangkan keturunan.
Timbul keinginan yang bersumber darikebutuhan hidup manusia. Pendekatan
needand demands yang mendasari dari pokok pelayanan Kesehatan.
Needsdidasari kepada pengertian tentang merit goods yaitu segala bentuk
pengeluaran masyarakat yang nampaknya dapat dipahami namun sulit untuk
diperhitungkan dengan teori permintaan biasa. Need (kebutuhan) adalah
kuantitas pelayanan untuk digunakan memperbaiki kondisi kesehatan pasien.
Need biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi kualitas pertimbangan dokter
tergantung pendidikan, peralatan, dan kompetensi dokter.
Sedangkan demand (permintaan) adalah pelayanan yang diinginkan oleh
pasien yang merupakan konsumen jasa pelayanan kesehatan. Ada 2
pendekatan yang dipergunakan untuk permintaan pelayanan kesehatan
yakni the agency relationship (supplier induced demand model) dan investment
model menurut Grossman (1974). Perbedaan utama kedua pendekatan tersebut
terletak dari asumsinya tentang posisi pasien dalam model demand. Pada
pendekatan pertama peranan pasien amat kecil dibandingkan peranan ahli
kesehatan atau dokter dalam membentuk demand pelayanan kesehatan.
Grossman (1972) menyatakan bahwa pasien cukup memiliki informasi dan
kebebasan dalam menentukan demand-nya sendiri.
Berdasarkan isu strategis yang diperoleh dari data renstra RSAU dr. Efram
Harsana, dikatakan bahwa lamanya waktu yang dibutuhkan oleh pasien dari
mulai mendaftar hingga mendapat pelayanan menjadi permasalahan yang
dihadapi RSAU dr. Efram Harsana. Lamanya waktu tunggu ini, karena sistem
pendaftaran dengan menggunakan SIMRS Online baru dilaksanakan, sehingga
masih proses penyesuaian, serta evaluasi. Serta kedatangan dokter yang tidak
tepat waktu sesuai jadwal praktek yang tertera.
Pengaruh lamanya waktu untuk mendapat pelayanan kesehatan ini,
membuat adanya pasien yang berpindah untuk mendapat pelayanan kesehatan
di rumah sakit lain dan juga adanya komplain. Hal ini tentu akan membuat
menurunnya angka kunjungan pasien di RSAU dr. Efram Harsana. Terutama
pada saat pandemic ini, jumlah angka kunjungan yang sudah menurun menjadi
semakin menurun.
Tapi sebelum pandemic sebenarnya kunjungan lebih dipercaya……

3.1.3 Switching Cost


Switching cost telah diidentifikasi sebagai faktor yang berkontribusi dalam
mempertahankan hubungan (Colgate dan Lang, 2001). Strategi yang digunakan
pada prinsip switching cost adalah untuk mengunci atau istilahnya “lock-in”
pelanggan sehingga tidak berpindah ke penyedia layanan lain. Switching cost
juga dapat menciptakan ketergantungan konsumen terhadap suatu provider
(Morgan dan Hunt, 1994). Dengan menciptakan atau memanfaatkan switching
cost, perusahaan dapat menurunkan persaingan harga, membangun keunggulan
kompetitif, dan mendapatkan keuntungan yang luar biasa sebagai sebuah
investasi (Klemperer, 1995).
RSAU dr. Efram Harsana sendiri sudah memiliki konsumer tetap tersendiri
yang berasal dari komunitas yang berkontribusi dalam pembentukan RSAU dr.
Efram Harsana sendiri yaitu prajurit TNI khususnya TNI AU. Selain itu, pasien-
pasien dengan domisili sekitar RSAU dr. Efram Harsana juga menjadi konsumer
tetap RSAU dr. Efram Harsana. Namun, adanya trend pandemic ini, tentu jumlah
pasien tetap berkurang walau mereka merupakan konsumer tetap dari RSAU dr.
Efram Harsana. Tren pandemi ini tentu juga membawa dampak bagi RSAU dr.
Efram Harsanayaitu menurunkan jumlah kunjungan.

Lock in dg sekolah dsb …


PKM supplier karena geografis

3.1.4 Revenue Attractiveness


Dalam menghadapi persaingan antar rumah sakit yang semakin ketat,
rumah sakit harus dapat mengenali semua elemen yang terkait dengan daya
pikat pendapatan dan kekuatan penetapan harga. (Osterwalder & Yves, 2012).
RSAU dr. Efram Harsana berkembang terus untuk memberikan pelayanan yang
lebih baik sehingga Visi RSAU dr. Efram Harsana dapat terwujud.
Permasalahan yang dihadapi RSAU dr. Efram Harsana adalah lamanya waktu
tunggu pasien mulai pendaftaran hingga mendapat pelayanan kesehatan. Hal ini
tentu akan berpengaruh terhadap daya pikat pasien terhadap RSAU dr. Efram
Harsana sehingga dapat membuat pasien berpindah ke RS lain.

Lamanya waktu tunggu pasien ini tentunya membawa pengaruh tersendiri


terhadap jumlah kunjungan pasien ke RSAU dr. Efram Harsana, kelengkapan
jumlah dan jenis obat yang diterima pasien dengan jaminan asuransi yang belum
optimal menjadi salah satu permasalahan terhadap jumlah kunjungan pasien,
petugas kurang kooperatif, dan sistem yang rumit yang membuat pasien sulit
mendapatkan pengobatan adalah bebarapa permasalahan yang masih menjadi
bahan evaluasi untuk perbaikan di masa berikutnya. Namun masih susah
dilakukan penelusuran akibat langsung masalah ini karena adanya Pandemi
Covid-19. Pandemi Covid-19 sendiri sangat berpengaruh karena menurunkan
jumlah pasien yang datang karena pasien takut tertular penyakit di RS dan
karena terbatasnya jadwal praktek beberapa dokter.

Mcu untuk calon temtara


Akses langsung

3.2. Industry Forces


3.2.1 Competitors (Incumbent)
Persaingan dalam industri bisnis rumah sakit dewasa ini sangatlah ketat.
Setiap rumah sakit dituntut untuk dapat bersaing baik dalam segi pelayanan
maupun dari segiharga. Oleh karena itu harus mempunyai strategi bisnis
yangtepat untuk dapat bertahan dan lebih unggul dari pesaing-pesaingnya.
Rumah sakit perlu untuk memperoleh dan mempertahankan
keunggulankompetitif bagi keberhasilan jangka panjang rumah sakit. Pencapaian
keunggulankompetitif mendorong pada keberhasilan atau kegagalan organisasi.
Sebuahorganisasi dapat mempertahankan suatu keunggulan kompetitifnya
selama kurunwaktu tertentu saja sebab rumah sakit saingan akan segera meniru
dan mendesakkeunggulan tersebut. Sebuah rumah sakit harus berjuang untuk
meraih keunggulankompetitif yang berkelanjutan. Weng, et al (2011) menyatakan
bahwa bagikebanyakan organisasi yang sukses, pertumbuhan yang konsisten
merupakan faktorkritis untuk kesuksesan dan inovasi merupakan pemicunya.
Inovasi yang dilakukanmeliputi inovasi produk, sistem, dan pelayanan, yang
harus berorientasi padapelanggan dengan tujuan berhasil bersaing dalam jangka
panjang.Goldstein, et al (2001) menyatakan bahwa organisasi pada semua
industritermasuk rumah sakit, mengembangkan strategi untuk merespon faktor
lingkungandan tantangan kompetitif. Strategi tersebut memicu keputusan
operasional tentanginvestasi pada teknologi baru atau pengembangan teknologi
yang telah ada. Dampak akhir dari pilihan strategi dan keputusan operasional
pada kinerja organisasi sulit untuk diukur, tetapi merupakan topik yang menarik.
Penyusunan strategi bisnis dan pemasaran penting guna mempertahankan
kesetiaan pelanggan dan menjaga eksistensi bisnis di tengah inovasi yang
dibangun oleh para pesaing bisnis yang bergerak dibidang yang sama. Sehingga
keunggulan para pesaing ini perlu diidentifikasi, dimonitor, dan dikalahkan.
Berdasarkan data dari situs resmi pemerintah Kota Magetan yang diakses
tanggal 4 September 2020 pada pukul 15.00 WIB. Terdapat 26 Rumah Sakit di
Magetan Kota. Data Rumah sakit dapat dilihat pada tabel di bawah

Tabel 7 Daftar Rumah Sakit dan puskesmas di Kota Magetan


NO NAMA FASKES KET.
1 RSUD dr. Saydiman Magetan 287 Tempat tidur
Tipe B
2 RSUD dr. Sudono Madiun 352 Tempat Tidur
Tipe B
3 RSUD Sogaten Kota Madiun
Tipe C
4 RSUD dr. Suroto Ngawi 402 Tempat tidur
Tipe B

Berdasarkan Kelas Rumah Sakit, yang menjadi kompetitor dari RS RSAU


dr. Efram Harsana adalah RS Sogaten Kota Madiun yang sama memiliki Tipe
Rumah Sakit sebagai RS Tipe B. Dari segi jumlah tempat tidur RSAU dr. Efram
Harsana saat ini berkompetitor dengan seluruh rumah sakit yang ada pada table
diatas yang semuanya memiliki kapasitas diatas 100 tempat tidur untuk pasien.
Dengan demikian banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
RSAU dr. Efram Harsana, melihat dari daftar competitor yang ada bahwa
masyarakat magetan masih sangat kekurangan fasilitas Kesehatan yang
memadai.
Kasus advance
Pasien BPJS
PKM sebagai supplier pasien
3.2.2 New Entrants (Insurgents)
Persaingan dalam bisnis rumah sakit menuntut pihak manajemen rumah
sakit untuk kreatif sehingga tidak terlindas oleh pesaing. Rumah sakit pemerintah
dan swasta di Indonesia sudah bersaing dengan rumah sakit di luar negeri, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya masyarakat kelas atas yang berobat ke rumah
sakit di luar negeri. Persaingan terbesar dalam sebuah industri adalah adanya
ancaman pendatang baru atau kompetitor baru. Ancaman tersebut yaitu saat
kompetitor baru memasuki pasar sasaran yang telah ada. Semakin banyaknya
rumah sakit yang dibangun baik oleh pihak swasta maupun pemerintah,
menuntut sebuah rumah sakit untuk siap bersaing baik bersaing dengan rumah
sakit dalam negeri maupun bersaing dengan rumah sakit luar negeri.
Menurut Porter dalam Suryanto,2017 bahwa persaingan suatu organisasi
tergantung pada lima kekuatan bersaing yang telah tertuang dalam lima
kekuatan bersaing. Faktor-faktor ini berguna untuk melihat faktor yang
mempengaruhi bisnis dengan melihat persaingan yang dihadapi. Kelima faktor
tersebut adalah pesaing industri, ancaman jasa pengganti, kekuatan pelanggan,
kekuatan pemasok, dan ancaman pendatang baru. Pada faktor ancaman
pendatang baru dipengaruhi dari besar kecilnya hambatan yang masuk, yang
dapat menimbulkan ancaman bagi perusahaan dalam suatu industri. Industri
rumah sakit banyak dilirik investor sebagai sebuah industri yang memang
memiliki nilai lebih, oleh karena itu banyak investor yang akan membangun
sebuah fasilitas kesehatan baru, sehingga persaingan di dalam bisnis ini cukup
ketat. (Nugroho et al., 2017)
Bersaing di pasar baru yang menarik jika perusahaan dapat
mengidentifikasi segmen pasar yang tidak terlayani dengan baik oleh pesaing
yang sudah ada. Hal ini mengindikasikan bahwa persaingan rumah sakit atau
usaha kesehatan semakin ketat. Hampir di setiap kabupaten atau kota, kita bisa
menemukan rumah sakit baik itu rumah sakit swasta maupun pemerintah. Ketika
pendatang baru menargetkan segmen pasar yang baru, kita dapat memperluas
strategi untuk menutupi target yang sama dan mencegah perusahaan baru untuk
memasuki target pasar kita. Jika perusahaan baru mengembangkan posisi yang
kuat di segmen sasaran, sebaiknya kita memperkuat kemampuan internal
perusahaan untuk memperkuat posisi terutama di segmen pasar yang
menjadikan posisi terkuat perusahaan sendiri. Ada berbagai macam usaha yang
dilakukan pihak manajemen rumah sakit agar bisa menjaga eksistensinya,
misalnya melakukan kerja sama dengan instansi lain baik yang berkaitan dengan
peralatan maupun sumber daya manusia. Dalam mendirikan rumah sakit
hendaknya diperhatikan terlebih dahulu mengenai kondisi lingkungan baik
lingkungan internal maupun eksternal.
Pendatang baru dalam suatu industri akan membawa kapasitas baru,
keinginan untuk merebut pangsa pasar, dan sering kali sumber daya yang
substansial. Tingkat keseriusan dari ancaman pendatang baru bergantung pada
hambatan yang ada dan reaksi pesaing saat ini yang dapat diantisipasi oleh
pendatang baru. Jika hambatan terhadap masuknya pendatang baru cukup tinggi
dan pendatang baru dapat mengharapkan adanya tindakan balasan yang tajam
dari pesaing yang ada, maka pendatang baru tersebut mungkin tidak akan
membawa ancaman yang serius ketika masuk.
Dengan adanya pendatang baru misalnya datang rumah sakit lain dengan
daya tawar yang baik terhadap masyarakat akan membuat RSAU dr. Efram
Harsana tergantikan apabila RSAU dr. Efram Harsana tidsak melakukan inovasi,
evaluasi dan meningkatkan kualitas dan meningkatkan promosi Kesehatan agar
diminati masyarakat setempat.
RSIA akan menjadi RSU

3.2.3 Substitute Products and Services


Pada produk yang generik, sering kali ada lebih dari satu cara untuk
mengungkapkan kebutuhan tertentu. Berbagai macam cara dan pilihan yang
tersedia untuk memenuhi suatu kebutuhan inilah yang menjadi dasar salah satu
ancaman dalam pasar yang dikonsepkan oleh Michael Porter dalam Porter’s 5
Forces-nya, yaitu ancaman substitusi (threat of substitute).
Ancaman produk substitusi menggambarkan ancaman yang terjadi kepada
perusahaan ketika terdapat pesaing yang menawarkan konsumen pilihan produk
yang berbeda, namun dapat memenuhi kebutuhan yang sama. Untuk memahami
apa yang dimaksud ancaman substitusi ini, bayangkan saja seseorang akan
bepergian ke luar kota. Untuk menuju ke sana, orang tersebut memiliki dua
pilihan, antara menggunakan pesawat atau kendaraan darat (mobil, bis, atau
kereta). Pesawat dan mobil merupakan dua jenis kendaraan yang berbeda,
namun memiliki fungsi sebagai transportasi yang sama. Akibatnya, seorang
pelanggan dapat beralih dari layanan maskapai ke layanan persewaan mobil.
Menganalisis ancaman substitusi bisa menjadi sulit karena semua produk
yang dibandingkan tidak terlalu mirip, namun bisa menawarkan sesuatu (nilai
atau fungsi) yang lebih atau bahkan kurang dari produk yang kita buat. Terlebih
lagi, produk substitusi tidak dapat langsung dikenali karena produk tersebut
sering kali berasal dari luar industri operasional sebuah perusahaan. Konsumen
biasanya membuat analisis berdasarkan nilai yang ditawarkan melalui produk
tersebut beserta harganya. Inilah alasan mengapa analisis ancaman substitusi
membutuhkan perhatian khusus untuk identifikasinya dan mengembangkan
strategi untuk mengatasi masalah tersebut untuk jangka panjang.
Menurut hukum permintaan, jika harga semakin murah maka permintaan
atau pembeli akan semakin banyak, begitu juga sebaliknya. Jika harga semakin
rendah/murah maka penawaran akan semakin sedikit, begitu juga sebaliknya.
Konsumen mungkin akan membeli sedikit jika harga terlalu tinggi karena
keterbatasan uang. Sebaliknya, penjual akan mencoba menjual atau
memproduksi barang yang mempunyai harga mahal agar keuntungan yang
didapat semakin besar. Harga yang tinggi juga bisa menyebabkan konsumen
akan mencari produk lain sebagai pengganti barang yang harganya mahal
(Greco, 2005).
Rumah Sakit harus mengetahui seberapa kuat kemampuan produk jasa
dapat menggantikan pelayanan kesehatan yang ada. Harga produk substitusi
tersebut harus dibandingkan dengan tarif pelayanan kesehatan di RS.
Kemudahan akses dalam memperoleh produk substitusi tersebut juga dibanding
dengan akses dalam memperoleh pelayanan kesehatan di RS. Produk pengganti
untuk pelayanan dapat diberikan antara lain Bidan Praktik Swasta (BPS), praktik
pribadi dokter umum, serta klinik rawat jalan dan klinik rawat inap. Beberapa
contoh lain produk substitusi adalah pengobatan tradisional, toko obat setelan,
pengobatan supranatural, produk kecantikan ilegal, sangkal putung, ahli gigi, dan
lain-lain.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1076/SK/Menkes/VII/2003 menyatakan bahwa pengobat tradisional adalah
seseorang yang diakui dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai orang yang
mampu melakukan pengobatan secara tradisional. Hali ini juga diatur dalam
Pasal 60 UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa: (1)
Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan
yang berwenang; (2) Penggunaan alat dan teknologi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya
serta tidak bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi masyarakat memilih pengobatan alternatif atau
tradisional yaitu: faktor sosial, ekonomi, budaya, psikologis, kejenuhan terhadap
pelayanan medis, pengetahuan, serta faktor manfaat dan keberhasilan.
Oleh karena itu, RSAU dr. Efram Harsana dapat bertahan menghadapi
produk substitusi dengan cara berikut:
a. Differentiation. Melalui pembuatan penawaran produk yang unik,
pelanggan/pasien akan bisa terpuaskan dengan produk layanan yang spesifik
dan tidak mudah terbuai dengan produk substitusi atau pengganti. Mungkin saja
ada fitur tambahan atau keuntungan yang tidak ada pada produk pengganti.
MCU
PCR 90
b. Customer Value. Pelanggan/pasien sering kali menilai apakah kualitas dan
fitur produk layanan di RSAU dr. Efram Harsana sepadan dengan harga yang
ditawarkan fasilitas kesehatan lainnya Artinya, pelanggan/pasien mencari
keuntungan maksimal yang dapat dicapai dengan menghabiskan biaya paling
murah. Jika value ini dibuat untuk pelanggan/pasien, mungkin mereka tidak perlu
melirik produk lainnya.
gratis
c. Brand Loyalty. Sering kali rumah sakit berusaha untuk membuat dan
mempertahankan brand loyalty yang kuat untuk semua pelaggannya. Ini dapat
mencegah pelanggannya untuk beralih kepada merk atau produk pengganti
lainnya. Bisa dengan memberikan obat non esensial lainnya seperti vitamin pada
pasien—pasien rawat jalan sebagai obat tambahan.
3.2.4 Suppliers and Other Value Chain Actors

Rumah sakit merupakan salah satu jenis perusahaan(enterprise) yang


produksinya menghasilkan jasa. Samahalnya dengan perusahaan manufaktur
yang menghasilkan produk, rumah sakit memiliki fungsi bisnis primer dan
pendukung seperti yang didefinisikan oleh Porter dalam valuechain. Bentuk
valuechain rumahsakit berdasarkan konsep Porter dapat dilihat pada Gambar.

Gambar valuechainr umahsakit

Dalam berproduksi rumah sakit memiliki proses bisnis manufaktur berupa


pemeriksaan kesehatan oleh dokter baik melalui rawat jalan, rawat inap,
terapi,maupun tindakan medik lainnya seperti operasi. Proses ini dimulai dengan
registrasi pasien hingga pemasaran. Proses ini merupakan proses primer yang
membutuhkan alat-alat kesehatan atau obat-obatan yang didapatkan dari
pemasok.
Upaya kerja sama dengan pemasok baik obat-obatan, tenaga dokter
profesional maupun alat kesehatan sangat diperlukan dalam menunjang
kelancaran kegiatan pelayanan kesehatan di RS. Kekuatan tawar menawar
pemasok berbeda-beda, ada yang kuat dan yang lemah. Jumlah pemasok obat
sangat banyak sehingga posisi tawar RS sangat kuat. Akan tetapi, timbul
kemungkinan pemasok obat bergabung bersama dengan pemasok tenaga, yaitu
spesialis sehingga meningkatkan daya tawar pengadaan obat. Pemasok tenaga
dokter spesialis mempunyai posisi yang penting karena keterbatasan
ketersediaan jumlah dokter spesialis masih menjadi permasalahan di Indonesia.
Keterbatasan jumlah dokter disebabkan tidak meratanya penyebaran dokter
spesialis di seluruh RS sehingga timbul daya tawar yang lebih kuat pada sisi
spesialis dibanding dengan rumah sakit.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih pemasok yaitu:
1) Pemasok yang letaknya relatif dekat dengan rumah sakit,
2) Pemasok yang pembeliannya dapat dilakukan secara kredit dengan
jangka waktu kredit sesuai dengan kesepakatan,
3) Adanya perjanjian kerjasama bila ada barang/bahan yang akan
kadaluwarsa bisa diretur atau dikembalikan dan ditukar dengan yang
baru,
4) Pemasok yang mempunyai harga murah namun masih terjamin
kualitas produksinya. (Fred R, 2005).
Dengan banyaknya perusahaan yang menawarkan jasa pengadaan obat
dan alat kedokteran, RSAU dr. Efram Harsana selektif dalam memilih
perusahaan yang menjadi rekanan dalam mempertahankan ketersediaan obat-
obatan dan alat-alat kesehatan di RSAU dr. Efram Harsana. Untuk pengadaan
obat RSAU dr. Efram Harsana bekerjasama dengan beberapa perusahaan
dimana bila terdapat stok obat yang kosong dari satu perusahaan bisa
disubstitusikan dengan obat dengan kandungan yang sama dari perusahaan lain.
Pengadaan dilaksanakan secara terpusat sehingga manajemen dapat
memonitor secara keseluruhan berkaitan dengan kebutuhan obat-obatan atau
alat Kesehatan yang diperlukan.

3.2.5. Stakeholders
Pada umumnya suatu organisasi memiliki stakeholder tertentu. Rumah
sakit memiliki keistimewaan, dimana organisasinya memiliki stakeholder yang
tidak terbatas, baik internal maupun eksternal. Stakeholder internal rumah sakit
terdiri dari berbagai macam profesi, pengetahuan dan ketrampilan. Tingkat
pendidikan yang ada di rumah sakit beragam, mulai dari yang paling rendah
hingga yang paling tinggi. Demikian pula stakeholder eksternal rumah sakit, tidak
hanya terbatas pada orang sakit, namun semua elemen masyarakat dan
Pemerintah adalah stakeholder eksternal rumah sakit. Dan kewajiban rumah
sakit memberikan kepuasan pada semua stakeholdernya baik internal maupun
eksternal.
Rumah sakit dikenal sebagai suatu organisasi yang paling unik. Rumah
sakit mempekerjakan berbagai macam profesi dalam satu organisasi dengan
jumlah yang banyak. Ada profesi dokter, perawat, apoteker, fisioterapis, analis,
sanitarian, radiografer dan lain-lain. Masing-masing profesi itupun terbagi lagi
dalam beberapa kelompok profesi yang lebih kecil. Jumlah kelompok profesi
yang lebih kecil ini, ada yang hanya terdiri dari 1 hingga 5 orang di satu rumah
sakit, namun ada juga yang hingga ratusan orang. Tetapi yang uniknya, mereka
terhubung dengan organisasi profesinya yang memiliki anggota lebih banyak
dengan budaya organisasinya sendiri, yang sedikit banyak mampu
mempengaruhi sistem di rumah sakit.
Stakeholder sendiri merupakan sebuah frasa yang terbentuk dari dua buah
kata, yaitu “stake” dan “holder”. Secara umum, kata “stake” dapat diterjemahkan
sebagai “kepentingan”, sedangkan kata “holder” dapat diartikan sebagai
“pemegang”. Jadi seperti yang telah diungkapkan diatas, stakeholder artinya
adalah pemegang kepentingan. (Etaswara, 2010)
BPJS adalah salah satu stakeholder yang berpengaruh karena pemegang
sebagian besar pasar pasien di RSAU dr. Efram Harsana adalah pasien dengan
asuransi BPJS.
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah organisasi independen not
for profit dalam bidang akreditasi Rumah Sakit yang berkomitmen dan
mendedikasikan organisasinya untuk meningkatkan mutu dan keselamatan
pasien (KARS, 2013). Akreditasi rumah sakit dilakukan setiap 3 tahun. Dalam
proses akreditasi, ada berbagai hal yang harus dipenuhi. Hal tersebut
dimaksudkan agar rumah sakit mengikuti peraturan dan perundang-undangan,
sehingga akreditasi yang dilaksanakan dalam rangka peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dapat dicapai. (KARS, 2017)
Di dalam rumah sakit, ada berbagai macam profesi untuk memberikan
pelayanan terhadap pasien, termasuk dokter, perawat, bidan, apoteker dan
lainnya. Bagi sebagian profesi seperti medis dan paramedis memerlukan surat
ijin praktik dalam melaksanakan tugasnya di rumah sakit seperti yang telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah dan
organisasi profesi setempat terlibat dalam pemberian rekomendasi penerbitan
izin praktik. (Menkes RI, 2017)
Dengan pesatnya pengguna BPJS Kesehatan, terjadi pergeseran jumlah
pasien yang dilayani rumah sakit. Oleh karenanya, regulasi yang dibuat oleh
BPJS juga mempengaruhi kinerja dari RS. Regulasi BPJS yang dilaksanakan
saat ini sering berubah-ubah, terlambat disosialisasikan, dan terkadang jarang
ditindaklanjuti jika ada permasalahan (Arifin et al., 2018). Beberapa hal yang
mempengaruhi kinerja RS seperti keterlambatan proses klaim, adanya kebijakan
refund oleh RS jika pembayaran klaim berlebih dari BPJS dan lainnya
(Ramadhani et al., 2017). Keterlambatan proses klaim sering disebabkan oleh
keterlambatan penyerahan dan tidak lengkapnya dokumen (Sabriyah et al.,
2017). Adanya regulasi rujukan berjenjang, mempengaruhi akses pasien
terhadap RS. Pasien bisa mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
masalah yang sedang dialami, mulai dari tingkat pertama hingga RS dengan
permasalahan subspesialistik. (BPJS Kesehatan, 2018)
Bebarapa hal tersebut diatas yang menjadi perhatian RSAU dr. Efram
Harsana dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayanan publik, meskipun
kegagalan memahami keunikan sistem manajemen rumah sakit, bukanlah satu-
satunya penyebab rumah sakit masih sering mendapat banyak keluhan dari
berbagai pihak, namun dengan memahami sistem kita sudah selangkah lebih
maju. Dengan memahami sistem, jalan mencapai tujuan akan tampak lebih jelas.
Namun demikian, memahami sistem tidak bisa menjamin penerapannya akan
mudah. Ada banyak faktor yang turut berperan menentukan sistem bisa jalan
atau tidak. Salah satu faktor penting penerapan sistem, adalah otonomi rumah
sakit. Bagi rumah sakit, otonomi bisa diartikan seberapa luas kepala rumah
sait/Direktur rumah sakit diberikan kewenangan melakukan berbagai kebijakan
manajemen. Kepala / Direktur RSAU dr. Efram Harsana diberikan kewenangan
secara menyeluruh dalam mengatur strategi apa saja yang berkaitan dengan
pengelolaan internal maupun stakeholdereksternal agar pelaksanaan yang
berkaitan dengan yang terkait dapat terselesaikan dengan baik. Karena
…..kepercayaan ….
PCR covid dr dinkes gratis
Dukungan kesehatan
3.3. Key Trend (Tren Kunci)
3.3.1. Tren Teknologi
Saat ini semua hal termasuk dari sektor kesehatan juga tidak dapat
terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi digital 4.0 sehingga industri
kesehatan juga perlu mempersiapkan diri dan mau tidak mau harus selalu
mengikuti perkembangan dalam menuju era disrupsi kesehatan 4.0. Tentunya
hal itu tidak mudah, mengingat banyaknya tantangan serta permasalahan seperti
yang diungkapkan oleh PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia)
yakni permasalahan seperti dari segi keamanan data, big data, regulasi dan
sumber daya manusia yang tidak boleh menjadi penghambat dalam mewujudkan
sistem transformasi digital yang memiliki kualitas. Oleh karena itu, PERSI
kemudian mengidentifikasi dari keseluruhan kebutuhan rumah sakit yang ada
dapat menjadi solusi efektif untuk membenahi berbagai tantangan yang ada
sehingga pada akhirnya semua rumah sakit dapat berpartisipasi dalam
memberikan layanan kesehatan paripurna di era teknologi digital ini.
Berikut adalah tren digital di era kesehatan 4.0 pada tahun teripdate:
a. Meningkatnya Permintaan Terhadap Pelayanan Kesehatan Yang
Sesuai Kebutuhan Pasien.
Kini industri kesehatan sedang memasuki era inovasi digital,
dimana pasien mencari pelayanan yang langsung mampu menjawab
kebutuhan mereka dengan cepat dan akurat. Menurut data DMN3,
konsumen yang mencari informasi tentang medis di internet dengan
keywords dokter sebesar 47%, kemudian ada 38% konsumen yang
mencari informasi mengenai rumah sakit dan fasilitas kesehatan,
serta 77% untuk konsumen mencari informasi untuk melakukan
booking jadwal pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan fakta tersebut,
perlunya upaya dari tim manajemen rumah sakit untuk mencari tahu
kebutuhan target konsumen atau pasien dan menggabungkannya ke
dalam sistem digital.
b. Pentingnya Pemanfaatan Big Data Dalam Pelayanan Kesehatan.
Big Data secara umum adalah istilah yang menggambarkan
volume besar data – baik terstruktur maupun tidak terstruktur dan
menggabungkan informasi dalam jumlah yang sangat besar serta
format yang beragam. Selain itu, Big data dapat dianalisis demi
pemahaman yang mengarah kepada keputusan dan gerakan bisnis
strategis yang lebih baik seperti contoh e-commerce, transaksi
online, transaksi keuangan serta mengidentifikasi suatu tren
mendatang. Big Data sendiri dalam industri kesehatan dapat
memberikan keuntungan seperti lebih bisa memfasilitasi kesehatan
pencegahan, dapat membantu mengurangi tingkat kesalahan medis,
membantu untuk memprediksi ketika ada peningkatan jumlah pasien
dimasa tertentu, membantu menyimpan data rekam medis lebih
aman dan mudah diakses.
c. Pelayanan Berbasis Analisis Prediktif.
Informasi besar yang dikumpulkan dari big data dan sumber
lainnya (seperti media sosial) dapat membantu rumah sakit untuk
mengembangkan layanan rekomendasi kesehatan kepada pasien. Ini
yang disebut dengan pelayanan kesehatan prediktif, dimana kita
sekarang dapat memperkirakan penyakit dan kelainan apa saja yang
dapat mewabah di masa depan. Dari perkiraan penyakit atau wabah
yang akan terjadi, sarana kesehatan tentunya dapat mengantisipasi
hal tersebut dan mempersiapkan langkah-langkah pencegahan atau
penanganan yang dibutuhkan.

Oleh karena itu, para dokter dan juga pegawai rumah sakit maupun klinik
tidak perlu lagi merasa ribet dalam menangani permasalahan yang ada di rumah
sakit, karena akan terbantu oleh teknologi terutama seperti teknologi seperti
Software Layanan Kesehatan berbasis Cloud milik Trustmedis. Sehingga dokter
tidak perlu khawatir untuk menyimpan data dan melihat data pasien, dimana pun
dan kapan pun, semua masalah rumah sakit pasti tuntas.
Industri jasa pelayanan masyarakat juga tidak terlepas dari persaingan
antar pelakunya, yaitu rumah sakit. Berbagai rumah sakit yang ada berupaya
memperoleh kepercayaan masyarakat dengan mengemukakan pelayanan yang
efisien dan berkualitas. Hal ini bisa diimplementasikan dari pelayanan dengan
menawarkan teknologi terbaru, kemudahan akses, dan memperhatikan kondisi
pasar (Supartiningsih, 2017).
Rumah sakit adalah organisasi yang melalui tenaga rekam medis
profesional yang terorganisir, serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien (Azwar, 1996). Penggunaan teknologi informasi dalam aspek kesehatan
sudah menjadi kebutuhan begitu penting terkait juga dengan pemahaman,
kemampuan dan sumber daya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. (Osborne, et. Al, 2013).
Pemerintah Indonesia sangat mendukung penggunaan sistem informasi di
sektor kesehatan, namun masih banyak industri dan rumah sakit di Indonesia
yang belum menjalankan sistem informasi kesehatan ini (e-health) secara
optimal, dikarenakan masih banyaknya kekurangan dari berbagai hal, mulai dari
jaringan komunikasi yang buruk, kekurangan kemampuan/pengetahuan
karyawan, budaya organisasi dan aspek lainnya. (Haryanto,2013)
Assauri dalam Aji dan Tjahjono, 2016 menjelaskan rumah sakit sebagai
industri jasa kesehatan tidak dapat terhindar dari perubahan. Perubahan
lingkungan yang begitu kompleks, membawa perubahan pandangan stakeholder
rumah sakit dan selanjutnya berdampak pada perubahan paradigma dalam
pelayanan jasa rumah sakit di Indonesia. Perencanaan strategis memungkinkan
rumah sakit untuk mengantisipasi kondisi yang selalu berubah-ubah dan
menyediakan peta perjalanan dan arah yang dituju serta cara mencapainya
Rumah sakit yang terlibat dalam perencanaan strategis cenderung lebih
berkembang di tengah persaingan yang berat dibandingkan yang tidak. Dalam
masa pandemi COVID-19 ini ada beberapa kecenderungan pandangan
masyarakat yaitu tidak mau berkunjung ke Rumah Sakit karena dianggap rawan,
kecenderungan untuk memilih menggunakan fasilitas jarak jauh dalam
mendapatkan akses pelayanan kesehatan namun tetap ingin mendapatkan
pelayanan terbaik untuk kondisi kesehatannya. Menurut analisis kami, tiga sudut
pandang ini yang ditangkap sebagai peluang oleh RSAU dr. Efram Harsana
dalam meningkatkan daya saing rumah sakit dalam kondisi saat ini.
Teknologi di RSAU dr. Efram Harsana saat ini masih berbasis LAN antar
komputer di dalam lingkup rumah sakit. Perubahan yang diharapkan bisa segera
hadir adalah pengoptimalan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Winter
AF dalam Hariana (2013) menjelaskan sistem informasi rumah sakit (SIRS)
dapat dicirikan dengan fungsinya melalui informasi dan jenis layanan yang
ditawarkan. Untuk mendukung perawatan pasien dan administrasinya, SIRS
mendukung penyediaan informasi, terutama tentang pasien, dalam cara yang
benar, relevan dan terbarukan, mudah diakses oleh orang yang tepat pada
tempat/lokasi yang berbeda dan dalam format yang dapat digunakan. Transaksi
data pelayanan dikumpulkan, disimpan, diproses, dan didokumentasikan untuk
menghasilkan informasi tentang kualitas perawatan pasien dan tentang kinerja
rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan bahwa sistem informasi rumah sakit
harus mampu mengkomunikasikan data berkualitas tinggi antara berbagai unit di
rumah sakit.
Kecenderungan pasien untuk tidak mau terlalu lama kontak dan berada di
rumah sakit, direspons baik oleh pihak rumah RSAU dr. Efram Harsana dengan
memberikan akses berupa pendaftaran online untuk mengurangi waktu antrean.
Penggunaan media whatsapp sebagai hotline didasarkan pada kemudahan
penggunaan dan masyarakat umumnya sudah memiliki aplikasi di gawai.
Gambar 1 Tampilan informasi pop up pendaftaran online di website

RSAU dr. Efram Harsanaselanjutnya sedang merancang pelayanan


berupa telemedicine, ini dapat menjangkau masyarakat yang memiliki
keluhan terhadap kondisi kesehatannya dan yang masih takut berkunjung
ke rumah sakit untuk tetap bisa berkonsultasi. Akses yang ditawarkan
adalah melalui video call dengan aplikasi whatsapp.
Selain tersebut diatas, salah satu strategi dalam sebuah bisnis
adalah mempertahankan hubungan baik dengan konsumen, pada hal ini
adalah pasien. RSAU dr. Esnawan Antariksa merencanakan
pelayananHomecare untuk memberikan fasilitas terutama kepada pasien-
pasien lama yang tidak dapat berkunjung ke rumah sakit. Fasilitas
pelayanan meliputi pengambilan darah, perawatan luka rutin, penggantian
kateter, penggantian sonde/NGT, fisioterapi, perawatan lanjutan setelah
pulang dari rumah sakit.
Adanya peningkatan penggunaan internet sebagai media komunikasi
dalam masa pandemik ini memberikan peluang untuk memberikan
informasi secara luas dan hemat biaya. RSAU dr. Efram Harsana juga
memiliki media digital sebagai bentuk komunikasi dan edukasi kepada
masyarakat. Media tersebut berupa website,youtube, Instagram, facebook.
Menurut hasil pengamatan kami, dalam 2 tahun belakangan ini rumah
RSAU dr. Efram Harsana sudah lebih intens dalam mengelola media
elektroniknya, seperti contoh dilihat dari tanggal postingan video di youtube
yang sudah rutin dilakukan selama 2 tahun pada masa pandemi ini
beberapa informasi diupload dalam media social sebagai informasi untuk
konsumen.

Gambar 2 Tampilan halaman website

Gambar 2 Tampilan halaman youtube


Gambar 3 Tampilan halaman instagram

Gambar 4 Tampilan halaman facebook

3.3.2.Tren Regulasi
UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Selain disebutkan
dalam UUD 1945, perhatian pemerintah dapat dilihat pada visi dan misi Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025, yaitu masyarakat
diharapkan memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu dan juga memperoleh jaminan kesehatan, yaitu masyarakat
mendapatkan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.
Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan
dalam keadaan darurat dan bencana, pelayanan kesehatan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
profesi Pemerintah berperan penting dalam mengatur regulasi kesehatan
terutama rumah sakit (RPJPBK 2005-2025, Depkes RI 2009).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 maka dibentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
atau BPJS yang merupakan lemSAU dr. Efram Harsana sudah sejak 2014
menjadi rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS sebagai rumah sakit tipe
C. Oleh karena itu, regulasi yang mempengaruhi aktivitas kerja di rumah sakit
sebagian besar mengikuti regulasi BPJS.

Regulasi tentang telemedicine yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2019 dan Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor Hk.02.01/Menkes/303/2020 Tahun 2020 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi
Informasi Dan Komunikasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) menjadi dasar pengembangan layanan yang akan
RSAU dr. Efram Harsana laksanakan untuk menyelenggarakan pelayanan jarak
jauh. Dalam masa pandemi ini RSAU dr. Efram Harsana juga sudah melayani
pasien COVID-19 sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/446/2020 Tentang Petunjuk Teknis Klaim Penggantian
Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit
Yang Menyelenggarakan Pelayanan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Menurut data internal rumah sakit, persentase kunjungan pasien BPJS dan
non BPJS pada tahun 2020 adalah sebagai berikut :
Tabel 8 Persentase kunjungan pasien BPJS dan non BPJS pada tahun
2020
Tahun 2020
Bulan BPJS (%) NON BPJS (%)
Januari 58.46 41.54
Februari 51.7 48.3
Maret 53 47
April 57.49 42.51
Mei 63 37
Juni 60.87 39.13
Juli 64.03 35.97
Agustus 65.15 34.85
September 65.45 34.55
Oktober 61.55 38.45
November 64.34 35.66
Desember 60.19 39.81
rata-rata % 60.43 39.56

Dari persentase kunjungan ini bisa dilihat kecenderungan masyarakat


untuk memakai asuransi BPJS sebagai sarana mendapatkan pelayanan di
RSAU dr. Efram Harsana sebesar60.43%. Namun apabila dana dari BPJS
terhambat, rumah sakit masih mendapatkan dana langsung sebesar 40%dari
pelayanan pasien swasta atau pelayanan masyarakat umum (yanmasum)
sehingga masih bisa digunakan dalam biaya operasional. Berdasarkan hasil
analisa kami, peraturan dari BPJS yang sering berubah-ubah menjadi salah satu
ancaman untuk Rumah Sakit untuk harus cepat beradaptasi.
Strategi yang dilakukan oleh RSAU dr. Efram Harsana agar tetap berjalan
sesuai regulasi yang ada di Indonesia adalah mempertahankan kerjasama
dengan BPJS kesehatan. Kerjasama tersebut dilakukan dengan cara
memperbaharui perjanjian dengan BPJS setiap tahun, seperti surat ijin
operasional, surat ijin praktik semua profesi, dan sertifikat akreditasi. RSAU dr.
Efram Harsana merupakan rumah sakit tipe C yang mana dalam regulasi BPJS
adalah merupakan rumah sakit rujukan dari tipe D dan puskesmas sekitarnya,
mempertahankan kerjasama yang baik kepada fasilitas kesehatan lain adalah
strategi untuk meningkatkan angka kunjungan.
Di masa pandemi ini, adanya regulasi telemedicine dari pemerintah
menjadi dasar rencana pelaksanaan pelayanan telemedicine di RSAU dr. Efram
Harsana. Menurut analisis kami, regulasi ini mendukung pelaksanaan
telemedicine di RSAU dr. Efram Harsana. Dalam beberapa bulan ini, rumah sakit
rujukan COVID-19 disetiap rumah sakit khususnya di Jawa Timur sudah penuh
dan ini menjadi peluang bagi RSAU dr. Efram Harsana untuk membantu
memfasilitasi pasien dengan gejala/suspect terkena virus COVID-19. Adanya
keputusan Menteri yang menyebutkan kriteria rumah sakit yang melayani pasien
COVID-19 yaitu Rumah sakit rujukan penanggulangan penyakit infeksi emerging
tertentu, dan rumah sakit lain yang memiliki fasilitas untuk melakukan
penatalaksanaan dan pelayanan kesehatan rujukan pasien (COVID-19) menjadi
dasar untuk pelaksanaan. Hal ini tidak akan menjadi beban untuk rumah sakit
karena biaya perawatan pasien-pasien tersebut sudah dapat diklaimkan.
Menurut data internal rumah sakit, pasien dengan diagnosa COVID-19 yang
sudah ditangani RSAU dr. Efram Harsana mulai sampai dengan Bulan Agustus
sejumlah 607 orang.

3.3.3.Tren Masyarakat dan Budaya


RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi awal berdirinya dimulai dengan
sebutan Seksi Kesehatan Detasemen AURI Maospati sekitar tahun 1954.
Kemudian berkembang sejalan dengan berkembangnya Detasemen AURI
Maospati menjadi Pangkalan Udara Iswahjudi pada tahun 1959. Pada periode
tahun 1960-an TNI AU yang pada waktu itu disebut AURI mengalami perubahan
yang sangat cepat dengan memasuki era pesawat jet dengan ditempatkan
pesawat-pesawat tempur seperti MIG-15, MIG-16, MIG-17 dan MIG-19 di
Pangkalan Udara Iswahjudi. Di awal tahun 1960 pula seksi kesehatan
mempunyai fasilitas sederhana seperti Tempat Perawatan Sementara,
Laboratorium sederhana dan Poli Umum. Kemudian pada tahun 1962 Pangkalan
Udara Iswahjudi berkembang lagi dengan ditempatkan pesawat MIG-21 dan TU-
16 KS. Seiring dengan perkembangan tersebut, fasilitas kesehatan bertambah
dengan didirikannya Poli BKIA dan Poli Gigi yang ditujukan untuk membantu
dukungan terhadap operasi udara dan sekaligus menangani kesiapan kesehatan
para awak pesawat. Selanjutnya pada tahun 1965 Seksi Kesehatan berubah
nama menjadi Gugus Kesehatan 044. Pada tahun 1971, Gugus Kesehatan 044
berubah menjadi Dinas Kesehatan. Dan pada tahun 1979 menjadi Rumkit
Integrasi ABRI yang melayani rujukan dari Rumkit/Instansi ABRI wilayah Madiun
dan sekitarnya sampai akhirnya tahun 1985 dengan adanya reorganisasi TNI
AU, Rumkit Lanud Iswahjudi dikukuhkan sebagai Rumkit Tk. III mandiri yang
secara struktural berada dibawah Komandan Lanud Iswahjudi.

Perubahan-perubahan yang dialami RSAU dr. Efram Harsana mulai tahun


1954 adalah sebagai berikut :
1) Tahun 1954 : Seksi Kesehatan
2) Tahun 1965 : Gugus Kesehatan 044
3) Tahun 1971 : Dinas Kesehatan
4) Tahun 1973 :
a) Dinas Kesehatan (dijabat oleh Kepala Dinas Kesehatan)
b) Rumah Sakit (dijabat oleh Kepala Rumah Sakit)
5) Tahun 1979 : Rumah Sakit Integrasi Lanud Iswahjudi.
6) Tahun 1985 : Rumah Sakit Tk. III Lanud Iswahjudi.
7) Tahun 2015 RSAU dr. Efram Harsana Lanud Iswahjudi.
Menurut survei yang dilakukan Hootsuite pada April 2020, dalam masa
pandemi terdapat kenaikan kebutuhan akses internet dan media elektronik
secara global. Pergeseran tren ini sebagai dampak dari pemberlakuannya
lockdown, PSBB dan kekhawatiran masyarakat untuk berinteraksi dan
berkumpul.

Gambar 5 Data tren penggunaan Internet secara global Juni 2021

Berdasarkan data internal kunjungan RSAU dr. Efram Harsana, tren


masyarakat untuk memakai fasilitas BPJS meningkat dari Juni 20- Juli
2020 sebesar 3.12%. Hal ini menjelaskan bahwa kecenderungan
masyarakat untuk menggunakan asuransi BPJS dibanding pembayaran
umum menjadi lebih tinggi. Rujukan dari regulasi BPJS untuk ke RSAu dr.
Efram Harsana sebagai tipe C juga semakin meningkat, ini menandakan
kepercayaan masyarakat.
Masyarakat menggunakan media sosial untuk berbagi pendapat,
mencari informasi, dan berbagi cerita tentang pengalaman mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa 60% dokter melihat media sosial sebagai
jalan untuk memberikan layanan kesehatan yang lebih baik kepada pasien.
Bagi pasien, media sosial adalah tempat untuk mendapatkan saran dari
rekan-rekan yang mungkin mengalami masalah kesehatan yang sama.
Mereka juga mencari saran untuk membuat perubahan gaya hidup dan
solusi untuk masalah kesehatan yang mungkin mereka alami. Misalnya,
seseorang yang peduli tentang pencegahan COVID-19 melalui gerakan
cuci tangan menggunakan sabun, mereka dapat mencari blog, atau
meminta saran dari anggota komunitas media sosial. Contohnya dalam
masa pandemi ini, mereka berusaha untuk meredakan kekhawatiran
tentang COVID dengan mengakses atau membuat konten media sosial
tentang efektivitas gerakan cuci tangan menggunakan sabun guna
membunuh virus COVID-19 (Sampurno, et al, 2020). Kondisi seperti ini
juga Nampak pada lingkungan masyarakat di Magetan.
Adanya komunitas dan menjadi rumah sakit yang sudah dikenal
sejak lama terbentuk dari suatu komunitas tertentu misalnya pensiunan TNI
memiliki peluang berupa adanya komunitas yang mendukung secara baik.
Hal ini secara turun temurun masyarakat percaya dengan kualitas yang
ada di RSAU dr. Efram Harsana dan menjadi pelanggan setia. Menurut
analisis kami adanya peningkatan kunjungan di sektor pasien BPJS bisa
menjadi peluang untuk meningkatkan angka kunjungan dikemudian hari
dengan cara menjaga hubungan baik antara petugas dengan pasien yang
baru pertama kali berkunjung ke RSAU dr. Efram Harsana.
Berdasarkan hasil analisa kami strategi partisipasi rumah sakit di
media sosial dalam edukasi pasien/masyarakat dapat berdampak langsung
pada reputasi dari suatu Rumah Sakit. Hal ini dapat memberikan informasi
secara cepat kepada masyarakat terkait dengan bidang pelayanan pada
suatu Rumah Sakit tersebut serta Rumah Sakit dapat membangun
reputasi yang baik dari suatu penyedia layanan kesehatan atau Rumah
Sakit dengan hal-hal yang positif dan juga dapat melawan persepsi negatif
yang muncul dari oknum-oknum yang ingin menjatuhkan kredibilitas
Rumah Sakit. Rumah sakit juga dapat menggunakan media sosial sebagai
suatu cara untuk menghapus sudut pandang negatif pada Rumah Sakit
dengan pengembangan media layanan, penyedia informasi yang tepat
untuk membangun brand positif pada rumah sakit tersebut. Beberapa hal
yang dilakukan RSAU dr. Efram Harsana dalam melaksanakan edukasi
dan informasi kepada pasien sebagai berikut:
Gambar Edukasi keluar memakai masker
Gambar Video Simulasi Vaksin di RSAU dr. Efram Harsana
Gambar Video New Normal oleh RSAU dr. Efram Harsana

Gambar Video penggunaan masker yang benar oleh RSAu dr. Efram
Harsana
3.3.4.Tren Sosio Ekonomi
Jumlah penduduk Kabupaten Magetan hasil registrasi (catatan administrasi
penduduk) di Kabupaten Magetan, pertumbuhan beserta kepadatannya dari
tahun 1986 sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.1. Pada akhir
tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 695.158 jiwa.
Dibandingkan denganjumlah penduduk tahun 2014 yang sebanyak 696.124 jiwa,
maka tingkat pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu satu tahun adalah 0,14
persen.
Kecamatan Magetan adalah kecamatan yang daerahnya memiliki
penduduk paling padat yaitu 2.227 jiwa per km2 sedangkan kecamatan yang
paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Poncol dengan kepadatan 593
jiwa per km2. Berdasarkan jenis kelaminnya penduduk laki-laki berjumlah
337.373 jiwa dan perempuan sebanyak 358.751 jiwa sedangkan dilihat dari seks
rasio dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan, hal ini berarti bahwa
pertumbuhan penduduk laki-laki lebh besar daripada penduduk perempuan,
meskipun dari segi jumlah penduduk perempuan lebih banyak.
Kabupaten Magetan memiliki potensi di bidang pertanian dan pariwisata.
Pertanian merupakan sektor yang paling dominan di Kabupaten Magetan, karena
sebagian besar penduduk Magetan hidup dari bercocok tanam. Komoditas
tanaman bahan makanan, utamanya padi masih merupakan produk yang besar
peranannya bagi masyarakat Magetan. Industri pengolahan di Kabuapaten
Magetan sampai tahun 2010 masih didominasi oleh industri kecil baik formal
maupun non formal.
Kabupaten Magetan memiliki 2 gunung yaitu Gunung Lawu yang paling
tinggi dengan ketinggian 3.265 mdpl terdapat di bagian barat Kabupaten
Magetan, yakni perbatasan dengan Jawa Tengah dan Gunung Bancak yang
terletak di Kecamatan Kawedanan. Di daerah pegunungan ini terdapat Telaga
Sarangan di ketinggian 1000 m dpl, salah satu tempat wisata andalan kabupaten
ini, yang berada di jalur wisata Magetan-Sarangan-Tawangmangu-Karanganyar.
Dilihat dari tingkat kesuburan tanahnya, Kabupaten Magetan dapat dibagi dalam
6 tipologi wilayah:
1. Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian subur: Kecamatan Plaosan
2. Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian sedang: Kecamatan Panekan
dan Kecamatan Poncol
3. Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian kurang subur (kritis): sebagian
Kecamatan Poncol, Kecamatan Parang, Kecamatan Lembeyan, dan
sebagian Kecamatan Kawedanan
4. Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian subur: Kecamatan Barat,
Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Karangrejo, Kecamatan Karas,
Kecamatan Takeran dan Kecamatan Nguntoronadi
5. Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian sedang: Kecamatan Maospati,
sebagian Kecamatan Bendo, sebagian Kecamatan Kawedanan, sebagian
Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Ngariboyo, dan Kecamatan Magetan.
6. Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian kurang subur: sebagian
Kecamatan Sukomoro dan sebagian Kecamatan Bendo
Saat keputusan pemerintah mengambil berbagai kebijakan seperti bekerja
dari rumah, menjaga jarak, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Hal
ini berdampak pada berbagai sektor ekonomi akibat virus corona. Sektor
pertanian merupakan kebutuhan pangan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, baik hasil pertanian pangan dan perkebunan, peternakan,
sayuran dan buah-buahan. Walaupun peluang pasar produk pangan tetap
terbuka lebar, tetapi distribusi hasil pertanian terkendala karena pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) dan social distancing. Penerimaan pajak juga
mengalami penurunan akibat melemahnya kegiatan ekonomi dan harga
minyak dunia yang terus turun. Pajak memiliki fungsi yaitu sebagai salah
satu sumber dana pemerintahan pusat dan daerah untuk melaksanakan
pembangunan. Penurunan pajak juga diperparah karena adanya perlambatan
aktivitas ekonomi, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pemberian
stimulus dan fasilitas serta penurunan harga komoditas. Sektor yang paling
merasakan akibat dari virus corona adalah pariwisata. Saat ini sudah banyak
hotel dan restoran yang menutup usahanya sementara waktu karena tidak
adanya pemasukan. Tempat wisata dan biro perjalanan juga melakukan hal
yang sama. Padahal pariwisata merupakan penyumbang devisa terbesar bagi
Negara, sehingga menyebabkan penurunan penghasilan masyarakat dan
menambah pengangguran. (Muliati, N. K. (2020). Berdasarkan data yang
dihimpun oleh BPS untuk bulan Februari 2020 di Indonesia tercatat pada usia
angkatan kerja sejumlah 137,91 juta orang, terdapat 6,88 juta orang
pengangguran. Terjadi kenaikan sebesar 0.06 juta orang dibanding Februari
2019.
Adanya pengangguran memberikan dampak berkurangnya kualitas
kehidupan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya, terutama kebutuhan
pokok termasuk pangan dan kesehatan. Menurut data dari BPS Kota Magetan
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi
tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,41 persen dan inflasi terendah
terjadi di Kota Madiun sebesar 0,05 persen.
Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Dari sebelas kelompok
pengeluaran, sembilan kelompok mengalami inflasi, satu kelompok mengalami
deflasi dan satu kelompok tidak mengalami perubahan. Kelompok pengeluaran
yang mengalami inflasi tertinggi adalah yaitu kelompok pakaian dan alas kaki
sebesar 1,22 persen , diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
sebesar 1,17 persen, penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,36
persen, kelompok transportasi sebesar 0,35 persen, kelompok perlengkapan,
peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,26 persen, kelompok
perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,17 persen,
kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,15 persen, kelompok
kesehatan sebesar 0,09 persen, serta kelompok makanan, minuman dan
tembakau sebesar 0,01 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang
mengalami deflasi adalah yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa
keuangan sebesar 0,01 persen, sementara kelompok pendidikan tidak
mengalami perubahan.
Tingkat inflasi tahun kalender Mei 2021 sebesar 1,03 persen dan tingkat
inflasi tahun ke tahun (Mei 2021 terhadap Mei 2020) sebesar 1,61 persen.
Menurut Nursalam (2011) semakin baik tingkat pendidikan dan sosial
ekonomi penduduk, tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan
merupakan sebuah elemen penting yang tidak dapat terpisahkan. Jacobalis
(2000), menyatakan bahwa faktor pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti sikap, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman
dan pengharapan. Variabel lain yang ikut menentukan persepsi adalah umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, budaya, lingkungan
fisik, dan kepribadian & pengalaman hidup pasien. Berdasarkan data internal
rumah sakit, 5 jenis pekerjaan terbanyak pasien yang datang ke RSAU dr. Efram
Harsana pada Tahun 2020 adalah sebagai berikut pensiunan TNI/PNS (….%),
Wiraswasta (….%), TNI/PNS (3.484%), Petani (…%), karyawan (….%).Dengan
melihat karakteristik objek pasar yang ada maka dapat digunakan untuk
menentukan kebijakan-kebijakan Rumah Sakit. Menurut analisis kami, meskipun
bertempat di Kota Magetan, sumber pasien yang datang ke RSAU dr. Efram
Harsana beragam. Serta jangkauan berdasarkan data Januari-Juli 2021
menyebutkan 52,6% dari kota Magetan, sisanya dari luar kota magetan. Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan RSAU dr. Efram Harsana sudah
terkenal baik dan kedepannya untuk merencanakan strategi bisnis bisa
menerapkan jangkauan sektor yang lebih luas dengan memperhatikan
kompetitor yang lebih banyak.
3.3.5 Customer Relationship
Mengelola hubungan baik terhadap pelanggan merupakan cara
perusahaan mengikat loyalitas pelanggan melalui customer relationship
management (CRM), terutama perusahan yang bergerak dalam bidang jasa
(Jaber & Simkin, 2017). Dalam CRM prilaku pelanggan merupakan dasar dalam
mencari startegi bisnis untuk menjual produk dari suatu institusi dan tidak hanya
sebagai sasaran produk. Rumah sakit merupakan institusi yang memberikan
pelayanan dituntut untuk selalu mengutamakan pelayanan yang masksimal, tidak
membedakan asal usul, latar belakang pasien, baik pengguna pasien umum
asuransi swasta, maupun asuransi pemerintah BPJS-KIS. Seperti dalam
perusahaan jasa, tujuan utama CRM pada institusi rumah sakit adalah berpusat
pada pelayanan konsumen atau pasien. Terkait pelayanan kesehatan rumah
sakit terhadap pasien, tugas CRM tidak hanya menangani pelayaanan untuk
pasien umum dan pasien asuransi swasta tetapi juga pasien dengan asuransi
pemeritah melalui Kartu Indonesia Sehat (KIS) (Nugraheni & Kirana, 2018).
Bentuk baru crm saat ini merupakan cerminan dari pendekataan terhadap
masyarakat melaui social media yang lebih popular disebut social-custumer
relationship management (CRM) atau CRM 2.0 (Ahani, Rahim, & Nilashi, 2017).
Sejalan dengan manajemen rantai pasokan dan perencanaan sumber daya
perusahaan(Olson, Johansson, & De Carvalho, 2018), dalam sosial CRM
pelanggan memungkinkan terlibat dalam proses peningkatan pelayanan, yang
pada akhirnya pelanggan dapat memperoleh solusi layanan yang cepat dan
tepat demi kepuasan pasien itu sendiri (Wang, 2018). Sehingga tidak ada
anggapan membedakan perlakuan pengguna asuransi BPJS- KIS dengan
pasien umum atau asuransi swasta. Untuk dapat berjalan dengan baik
kemampuan layanan sosial-CRM diharuskan mengelola informasi dari pasien
dengan baik. Manajemen tersebut terutama dalam penggunaan Informasi, dan
semua yang memiliki hubungan positif yang berasal dari informasi pasien malalui
media sosial(Mohiuddin AK, 2019). Selain itu, perkembangan crm tidak hanya
meningkatkan loyalitas (Ong, Lee, & Ramayah, 2018) pelanggan melainkan juga
menarik calon pelanggan baru. Social CRM atau CRM 2.0 dalam rumah sakit
memberikan suatu konsep manajemen yang menyuguhkan tingkat kepercayaan
pasien kepada rumah sakit dan dapat di akses oleh pasien lain maupun calon
pasien baru terutama melalui media sosial (Harrigan, Soutar, Choudhury, &
Lowe, 2015).

3.4. Kekuatan Makro Ekonomi


3.4.1.Kondisi pasar global
Pandemi COVID-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020 telah
mengakibatkan terpuruknya ekonomi global. Banyak negara yang harus berjuang
merumuskan strategi dalam menghadapi perkembangan ekonomi yang negatif
dan kesulitan finansial akibat pandemi ini. Dampak ekonomi ini diperkirakan akan
berlanjut hingga melewati tahun 2020. IMF dan Bank Dunia meramalkan
terjadinya penurunan Pendapatan Domestik Bruto hingga akhir tahun 2021.
Pasca pandemi diperkirakan akan terjadi peningkatan hutang swasta dan
meningkatnya digitalisasi dalam berbagai sektor (Canuto, 2020).
Laporan IMF dalam laporan World Economic Outlook edisi Juli 2021,
memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 3,9 persen di tahun ini,
lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 4,3 persen. Lembaga itu pun menurunkan
angka proyeksi pertumbuhan negara Asean-5, yang terdiri dari Malaysia, Filipina,
Thailand, dan Vietnam, termasuk Indonesia, dari awalnya 4,9 persen menjadi 4,3
persen.
Penurunan proyeksi dikarenakan adanya gelombang kedua Covid-19 dan
menyebabkan mobilitas menjadi terhambat sehingga pemulihan ekonomi
diperkirakan akan melambat.
Hal ini disebabkan adanya penurunan hari kerja pada sentra bisnis selama
kebijakan lockdown diterapkan di banyak negara. Pertumbuhan pada beberapa
kelompok negara juga diperkirakan pada angka – 6 %pada tahun 2020.
beberapa kelompok diperkirakan mengalami kontraksi ekonomi termasuk
Amerika Serikat (-5,9 %), Jepang (-5,2 %), Inggris (-6,5 %), Jerman (-7 %)
Prancis (-7,2 %), Italia (- 9,1 %) dan Spanyol (- 8 %)
Negara-negara yang sedang mengalami pasar berkembang, banyak yang
menghadapi krisis kesehatan, demand shock eksternal yang berat,
permasalahan keuangan, menurunnya harga komoditas, yang berpengaruh
terhadap aktivitas ekspor di suatu negara. secara keseluruhan kelompok negara
yang memiliki pasar berkembang diproyeksikan mengalami kontraksi sebesar – 1
% (International Monetery Fund, 2020).

Gambar 6 Pertumbuhan ekonomi dunia berdasarkan Gross Domestic Product per capita
tahun 2020

Grafik pada gambar 10 menunjukkan banyaknya negara yang mengalami


pertumbuhan ekonomi negatif selama tahun 2020. Jika dibandingkan dengan
krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2009 . pertumbuhan GDP dunia lebih
menurun pada tahun 2020.(International Monetery Fund, 2020)

Di Indonesia, dampak pandemi COVID-19 mengakibatkan kerugian


ekonomi nasional yang diketahui dari penurunan beberapa indikator ekonomi
nasional seperti produk domestik bruto yang merupakan akumulasi dari total
produksi di sebuah negara (Hadiwardoyo, 2020). Berdasarkan Berita Resmi
Statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada tanggal 5 Mei 2021 , Produk
Domestik Bruto kuartal 1 2021 terhadap triwulan II-2019 mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 5,06 persen (y-on-y). Ekonomi Indonesia triwulan I-2021
terhadap triwulan IV-2020 mengalami kontraksi sebesar -0.74 persen (c-to-c).
Gambar 7 Pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan I tahun 2019 dari Berita Resmi Badan
Pusat Statistik Mei 2021

Selain produk domestik bruto, indikator lain yang dapat digunakan untuk
mengukur kondisi makroekonomi suatu negara adalah tingkat pengangguran,
yang juga mengalami dampak akibat merebaknya COVID -19. Badan Pusat
Statistik (2020) merilis data tentang ketenagakerjaan di Indonesia hingga bulan
Agustus 2020, menunjukkan meningkatnya angka pengangguran sebesar 9,77
juta orang, angka tersebut meningkat 2.67 juta dari Februari 2020.

Gambar 8 Struktur ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2020 (Badan Pusat Statistik)


Badan Pusat Statistik (2020) juga merilis analisis big data tenaga
kerja tentang jumlah iklan lowongan kerja menurut sektor yang
menunjukkan penurunan secara konsisten mulai bulan Januari hingga April
2020 pada seluruh bidang usaha.

Gambar 9 Jumlah Iklan Lowongan kerja Menurut sektor

Di bulan April terjadi juga lonjakan peningkatan pencarian kata “kartu


prakerja” yang mengindikasikan adanya lonjakan pekerja yang terdampak
pandemi COVID-19 ( Badan Pusat Statistik, 2020).

Gambar 10 Lonjakan pencarian "kartu prakerja" dari search engine google

Dampak pandemi Covid 19 yang mengakibatkan penurunan di


bidang ekonomi dirasakan juga di sektor industri pelayanan kesehatan. Di
beberapa negara efek disruptif dari COVID-19 terlihat pada Rumah Sakit
yang bersifat profit oriented terutama Rumah Sakit yang kurang memiliki
ketahanan financial . Sebagian besar mengalami penurunan pendapatan,
dan pilihan untuk menarik investor menjadi terbatas. Kondisi keuangan
sebelum pandemi ini terjadi merupakan faktor yang menentukan
bagaimana merespon kondisi keuangan eksternal yang mengalami
keterpurukan(Kruse dan Jeurissen, 2020)
Di RSAU dr. Efram Harsana, dampak tersebut terbukti dengan
penurunan BOR apabila dibandingkan dengan masa sebelum pandemi.

Tabel 9 Data Bed Occupancy Rate RSAU dr. Efram Harsana 2019 -2020
BULAN TH.2019 TH.2020 Kumulatif
Januari 52,33 % 48,67 % 48,67 %
Pebruari 57,18 % 43,1 % 43,15 %
Maret 62,38 % 38,52 % 41,57 %
April 55,84 % 25,44 % 41,57 %
Mei 46,89 % 27,54 % 40,31 %
Juni 45,29 % 35,14 % 39,41 %
Juli 49,15 % 35,28 % 33,67 %
Agustus 47,34 %
September 46,32 %
Oktober 46,75 %
Nopember 47,48 %
Desember 47,01 %
BOR Akhir Tahun 50,29 %

Dari laporan kunjungan pasien di RSAu dr. Efram Harsana


padaTabel 1, terlihat adanya penurunan sejak bulan Februari tahun 2020,
dan terus menurun hingga terendah pada bulan April yaitu sebesar 25,44
%. Mulai bulan Mei , sejak diberlakukannya kebijakan tentang new normal,
BOR kembali menunjukkan kenaikan meskipun hingga bulan Juli masih
bertahan dikisaran 35,28 %.
Banyak hal yang menyebabkan penurunan BOR di suatu Rumah
sakit. Berkaitan dengan aspek kondisi ekonomi global, kondisi resesi
ekonomi menyebabkan penurunan daya beli masyarakat karena
pendapatan mereka berkurang akibat kegiatan perekonomian yang
melambat akibat pandemi. Ketika kegiatan perekonomian dibuka kembali
dengan diberlakukannya kebijakan new normal, daya beli masyarakat
mulai meningkat, dan segmen pasar untuk rumah sakit swasta menjadi
lebih ternuka.

3.4.2.Pasar Modal
Sebelum adanya pandemi Covid-19, kondisi perekonomian global masih
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Walaupun sebelum Covid-19 ini
perekonomian global diselimuti dengan beberapa ancaman yaitu ketegangan
geopolitik antara Amerika Serikat dan Iran, perang dagang antara Amerika
Serikat dan Uni Eropa yang dipicu oleh kesepakatan green deal UE, perang
dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta isu brexit yang belum selesai.
Namun, secara keseluruhan kondisi ekonomi global sebelum pandemi Covid-19
masih baik dan prospektif untuk melakukan investasi.
Kondisi Pasar Modal Setelah Pandemi, Virus covid-19 di Indonesia
pertama kali ditemukan sekitar awal atau pertengahan Maret 2020. Setelah virus
ini ditemukan tren IHSG menjadi menurun. Karena pada saat itu muncul isu-isu
mengenai Covid-19 yang mulai meluas dari Wuhan ke Jepang, Korea dan
Negara Singapura yang paling dekat dengan Indonesia. Sehingga penurunan ini
menyebabkan IHSG kita mengalami penurunan sampai di bawah level 4000.
Penurunan ini tentunya juga tidak lepas dari sentimen investor yang melihat
bahwa pemerintah Indonesia pada waktu itu belum serius dalam menangani
Covid-19 ini sehingga ketika krisis kesehatan terjadi dan sentimen-sentimen itu
ada, membuat para investor lebih memilih untuk menarik dananya dari pasar
modal sehingga hal tersebut tentunya membuat harga saham mengalami
penurunan.
Pengaruh Covid-19 terhadap Pergerakan Pasar Modal. Pergerakan pasar
modal apabila ini adalah investasi maka akan sangat dipengaruhi oleh
perusahaan. Ketika PSBB terjadi banyak perusahaan-perusahaan yang kolaps.
Jika kita lihat pada hari ini, perusahaan-perusahaan yang listing di pasar modal,
yang berperan di bidang pariwisata semuanya negatif. Sehingga kalau kita lihat,
tidak hanya aspek finansial perusahaan yang terpukul karena pandemi covid-19,
namun juga aspek riil dan fundamental juga ikut terkena imbasnya. Sehingga
wajar saja harga saham sempat jatuh atau bahkan sekarang harga saham
performance nya tidak sebaik sebelum terjadinya pandemi.
Perilaku Investor dalam Berinvestasi pada Masa Pandemi mengalami
Fluktuasi di pasar modal mempengaruhi perilaku investor dalam berinvestasi
karena kita menganalisis pasar modal tidak hanya sekedar melihat angka saja,
tetapi kita juga melihat dari aspek keuangan perilaku atau ekonomi perilaku
seorang investor. Apabila investor tersebut kecenderungannya adalah investor
yang menghindari risiko atau bahkan moderate, maka barangkali investor
tersebut akan memilih untuk menarik dananya dari pasar modal dan kemudian
menginvestasikan dananya pada skema atau instrumen-instrumen investasi
yang save haven atau investasi yang memiliki tingkat risiko rendah misalnya
adalah emas. Apabila investor tersebut merupakan investor yang risk taker
mungkin dia akan tetap mempertahankan investasinya.
Tidak hanya perekonomian global yang masih positif, sebelum pandemi
pun perekonomian nasional masih cukup baik dilihat dari IHSG pada awal
Januari 2021 yang sempat menyentuh angka 6300, hal ini adalah salah satu
capaian yang baik dan menarik bagi Indonesia. Tidak hanya itu prospek ekonomi
nasional juga masih stabil, dimana pertumbuhan ekonomi berada pada level lima
sampai lima setengah persen. Kemudian regulasi-regulasi yang dibuat oleh
pemerintah, kondisi rupiah yang cenderungnya lebih stabil dan cadangan devisa
kita yang bagus menjadi daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Menurut Undang-undang No 8 tahun 1995 “Pasar Modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek,
Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”.
Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional
dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut, Pasar Modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu
sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil
untuk pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain Pasar Modal juga
merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan
menengah (Indonesia, 1995)
Indeks saham merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung
perkembangan Pasar Modal Indonesia. Indeks saham dapat digunakan untuk
menjadi tolak ukur kinerja Pasar Modal dan produk investasi. Selain itu indeks
saham dapat dibuat menjadi dasar produk investasi baik reksa dana maupun
Exchange Traded Fund(Bursa Efek Indonesia, 2019)
Pergerakan indek saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta
dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal. Secara internal kondisi pandemi
Covid-19 dan kebijakan social distancing (WFH dan PSBB) di dalam negeri
mempenagruhi dinamika pasar modal (terindikasi dari pergerakan indek IHSG di
BEJ). Secara eksternal, pandemic Covid-19 di Cina dan Spanyol ikut
mempengaruhi dinamika pasar modal di Indonesia (indeks IHSG). Demikian juga
dinamika pasar saham di Hongkong (Hangseng), London (FTSE100) dan News
York (NASDAQ) (Dedi Junaidi dan Faisal Salistia, 2020)

Gambar 11 IHSG dan nilai rata-rata perdagangan harian per bulan 2016-30 Januari 2021
dari Otoritas Jasa Keuangan

Laporan bulanan dari Otoritas Jasa Keuangan pada minggu ke 2 bulan


Januari 2021 menunjukkan adanya peningkatan secara perlahan sejak bulan
April 2020. Peningkatan tersebut berlangsung secara konsisten hingga akhir Juli
2020 dan Kembali meningkat cukup tajam diakhit tahun 2020 sanpai dengan
minggu ke-2 Januari 2021, bersamaan dengan kebijakan pemerintah untuk
menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan membuka sentra perekonomian
sambil menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19.
Di RSAU dr. Efram Harsana, kondisi pasar modal di Indonesia memang
tidak berpengaruh secara langsung karena Rumah Sakit tidak menerima
investasi dana melalui pasar modal. Namun pasar modal memiliki peran penting
bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi,
yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi
perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana
yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi
sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti
saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat
menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan
risiko masing-masing instrumen (Nasution, 2015).

3.4.3.Komoditas dan Sumber lainnya


Untuk mendapatkan komoditas dan sumber daya yang penting untuk bisnis
sebuah organisasi Rumah sakit, maka perlu untuk memperhatikan harga dan
tren harga saat ini, mudah tidaknya sumber daya tersebut didapatkan, serta
mahal tidaknya biaya untuk mendapatkan sumber daya tersebut (Osterwalder et
al., 2010).
Sumber daya penting untuk RSAU dr. Efram Harsana antara lain obat-
obatan, alat kesehatan, tenaga medis yang kompeten dan profesional, bahan
makanan, sumber daya listrik, sumber air, bahan bakar serta alat komunikasi.
Dalam hal ini penting untuk mengetahui laju inflasi dalam memastikan
sumber daya tersebut dapat diperoleh dengan aman. Inflasi dapat diartikan
sebagai kenaikan harga secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu
tertentu (Bank Indonesia, 2018). Indikator yang sering digunakan untuk
mengukur laju inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK yang berubah
dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari barang dan jasa yang
dikonsumsi oleh masyarakat. IHK ditentukan berdasarkan survei biaya hidup
yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. (Bank Indonesia, 2018).
Inflasi perlu dikendalikan agar tetap rendah dan stabil agar pertumbuhan
ekonomi dapat berkesinambungan dan kesejahteraan masyarakat akan
meningkat. beberapa pertimbangan untuk mengendalikan inflasi adalah sebagai
berikut :
1. Inflasi yang tinggi menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus
turun
2. Inflasi yang tidak stabil akan menciptakan kondidi ketidakpastian yang
akan menyulitkan keputusan melakukan konsumsi, investasi dan produksi
3. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dari negara tetangga dapat
menjadikan bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat
menekan rupiah
Berikut adalah data tingkat inflasi dan indeks harga konsumen yang dirilis
oleh Badan Pusat Statistik .pada tahun 2020.

Gambar 12 Perkembangan laju inflasi sampai bulan Juni 2020

Laju inflasi yang tidak stabil akan mengakibatkan kondisi ketidakpastian di


masyarakat, sehingga daya beli masyarakat akan menurun. Masyarakat
menahan untuk mengeluarkan uangnya dalam rangka berhemat agar kebutuhan
dasar mereka tetap terpenuhi. Menurunnya daya beli masyarakat menyebabkan
menurun pula keinginan masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan
yang berbayar.
Selain menurunkan daya beli inflasi juga akan meningkatkan harga barang-
barang, termasuk obat, bahan habis pakai, bahan pokok yang sehari-hari
dibutuhkan Rumah Sakit. Untuk pasien umum, hal ini akan berpengaruh pada
tarif pelayanan yang akan meningkat. Sedangkan untuk pasien BPJS yang
tarifnya telah ditentukan melalui Ina CBGs, maka Rumah Sakit perlu menghitung
riil cost yang dikeluarkan untuk paket pelayanan tersebut agar tidak mengalami
kerugian dengan kenaikan harga obat, bahan habis pakai dan alat-alat
kesehatan.
Sumber daya yang menjalankan aktivitas kunci di Rumah Sakit Spesialis
yang berpraktik di RSAU dr. Efram Harsana, 27 di antaranya adalah Dokter
Spesialis Konsultan dari 40 dokter yang berpraktek di RSAU dr. Efram Harsana.
Jadi, terdapat 27 orang dokter spesialis tamu. Hal ini membuktikan bahwa
tersedia tenaga medis dalam jumlah mencukupi dalam jumlah cukup dengan
spesialisasi yang bervariasi.

3.4.4 Infrastruktur Ekonomi


Infrastruktur ekonomi yang mendukung RSAU dr. Efram Harsana meliputi
transportasi, komunikasi, perbankan serta kualitas layanan publik di Kota
Magetanmendukung operasional rumah sakit. Berikut data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik dan Laporan Kinerja Pemerintah Kota Magetan.
Tabel 10 Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Magetan sampai
dengan Tahun 2020
Panjang Jalan Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Magetan (km)
2020
Jenis Permukaan Jalan
Kecamatan Jumlah
Aspal Kerikil Tanah Beton
1. Poncol 51 400 - - - 51 400
2. Parang 51 850 - - - 51 850
3. Lembeyan 31 800 - - - 31 800
4. Takeran 18 350 - - - 18 350
5. Nguntoronadi 17 335 - - - 17 335
6. Kawedanan 39 300 - - - 39 300
7. Magetan 47 710 - 1 400 - 49 110
8. Ngariboyo 38 100 - - - 38 100
9. Plaosan 23 700 - - - 23 700
10. Sidorejo 7 300 - - - 7 300
11. Panekan 46 150 - - - 46 150
12. Sukomoro 31 800 - - - 31 800
13. Bendo 30 715 - - - 30 715
14. Maospati 15 900 - - - 15 900
15. Karangrejo 8 600 - - - 8 600
16. Karas 24 300 - - - 24 300
17. Barat 20 400 - - - 20 400
18. Kartoharjo 19 700 - - - 19 700
Jumlah 524 410 - 1 400 - 525 810
Sumber: Dinas Perkerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Kabupaten Magetan
Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan Jalan di Kabupaten Magetan (km), 2017–2019
Length of Roads by Type of Road Surface in Magetan Regency (km), 2017–2019

Tahun
Jenis Permukaan Jalan
Year
Type of Road Surface
2017 2018 2019
Aspal/Paved 524.41 524.41 524

Kerikil/Gravel - - -

Tanah/Soil 1.4 1.4 1.4

Lainnya/Others - - -

Jumlah/Total 525.81 525.81 526

Sumber/Source : Di na s Pekerja a n Umum da n Pena ta a n Rua ng Ka bupa ten Ma geta n/ Public Work Service, Magetan Regency

Dari data Badan Pusat Statistik Kota Magetan diketahui terdapat 525.81
km jalan di kota Magetan telah memiliki jenis permukaan berupa aspal. Jalan
aspal ini merupakan akses masyarakat sebagai konsumen RSAU dr. Efram
Harsana maupun akses bagi suplier yang akan membantu melengkapi
kebutuhan rumah sakit.

Jenis Jalan
Keadaan Jalan Negara Propinsi Kabupaten
(Km) (Km) (Km)
2. Kondisi Jalan / Road Condition :
a. Baik / Goods 12 34 285
b. Sedang / Medium - - 150
c. Rusak / Broken - - 60
d. Rusak Berat / Serously Broken - - 31
Jumlah 12 34 526

Sumber : Dinas PU Kabupaten Magetan

Tabel 11 Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kota Magetan tahun 2020

Data Badan Pusat Statistik Kota Magetan (2020) yang bersumber dari
Data Dinas Pekerjaan Umum Kota Magetan menjabarkan kondisi jalan di Kota
Magetan yaitu 60 km dalam kondisi rusak, dan 31 km dalam kondisi rusak berat,
kondisi sedang 150 km dan kondisi baik 285 km. . Data tersebut juga
menggambarkan selama periode tiga tahun pengumpulan data belum dilakukan
perbaikan jalan sehingga tidak ada pengurangan dari panjang jalan yang
mengalami kerusakan. Di sisi lain, data tentang jumlah kendaraan bermotor
menunjukkan adanya peningkatan penggunaan jumlah kendaraan bermotor di
Kota Magetan) untuk masing-masing jenis kendaraan (BPS Kota Magetan, 2020)

Tabel 12 Jumlah kendaraan menurut jenis kendaraan di Kota Magetan


2017-2019
Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Kendaraan di Kabupaten Magetan (unit), 2017 – 2019
Number of Registered Motor Vehicles by Type of Motor Vehicles inMagetan Regency (units), 2017 – 2019

Indikator
Indicator
Tahun Mobil
Sepeda
Years Akhir Tahun1 Penumpang Bus Truk Jumlah
Motor
End of Year Passenger Buses Trucks Total
Motorcycles
Cars
2017 284874 22845 326 9690 252013 284874

2018 295571 24870 361 10197 260143 295571

2019 306360 27090 386 10529 268355 306360

Total 886805 74805 1073 30416 780511 886805

Ca ta ta n/Note : 1 Akhi r ta hu n s a ma d e nga n juml a h

Sumb e r/Source : UPT Pe nge l o l a a n Pe nd a p a ta n D ae ra h Ma ge ta n/ Revenue Management Offi ce of Magetan Regency

Dari infrastruktur komunikasi, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet


Indonesia (2019) merilis hasil survei tentang penetrasi pengguna internet di
tahun 2018 tentang operator seluler untuk penyedia layanan internet untuk
komunikasi mobile sebagai berikut :

Gambar 13 Operator seluler penyedia layanan internet untuk komunikasi


berjalan tahun 2018

Kegiatan ekonomi menimbulkan aktivitas aliran keuangan, dapat


berupa jual beli maupun simpan pinjam. Transaksi keuangan
membutuhkan badan usaha semacam bank yang menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya
untuk membantu usaha perekonomian masyarakat. Adanya perputaran
uang tersebut dapat membuat perekonomian lebih stabil. ([BPS] Badan
Pusat Statistik, 2020b)
Data dari Magetankota.go.id terdapat banyak bank baik milik
pemerintah maupun swasta di kota Magetan.

Tabel 13. Data Bank di Kota Magetan


No Nama Bank Alamat
1. Bank BRI
2. Bank Mandiri 1.
3. Bank Central Asia a.
4. Bank Bukopin
5. Bank Indonesia
6. Bank Rakyat
Indonesia
7. Bank BTN
8. Bank Niaga
9. Bank Negara a.
Indonesia
10 Bank Lippo
.
11 Bank International
. Indonesia
12 Bank Amarta
.
13 Bank Mega
.
14 Bank Jatim a.
15 Bank Permata
.
16 BTPN
.

Sebagai satuan kerja yang memberikan pelayanan kepada masyarakat,


RSAU dr. Efram Harsana berhubungan dengan institusi perbankan. Oleh karena
itu perlu mengetahui seberapa baik layanan publik memberikan pelayanan
kepada organisasi.
Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima dengan
peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat yang merupakan
perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
Keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan pelayan prima diukur melalui survei
kepuasan masyarakat. Begitu pula dengan layanan rumah sakit rumah sakit
adalah pemenuhan kebutuhan dantuntutan pasien yang mengharapkan
penyelesaian masalah kesehatannya pada rumah sakit, pasien mengharapkan
pelayanan yang siap, cepat, tanggap dannyaman terhadap keluhan penyakit
pasien. Ukuran keberhasilanpenyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat
kepuasan penerimapelayanan. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila
penerima pelayananmemperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan
diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai