Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ETIKA PERILAKU & KONTRIBUSI PARA FILSUF

Makalah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok

Mata Kuliah Bussines and Profession Ethics

Dosen Pengampu:

Nadiyah Masithah Sani, SE., M.Ak.

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 3
Moh. Luqman Hakim (1801110002)
Nailur Ridha (1801110011)
Desy Trie Pramadani Putri (1801110012)
Moh. Arlis (1801110021)
Shantyumi Sasmita (1801110027)

TAHUN AJARAN 2019

S1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
KH. BAHAUDIN MUDHARI
Jl. Raya Lenteng No.10 Batuan +62 (328) 6771010 Sumenep 60417

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan proposal ini dengan sebaik-baiknya.Adapun maksud
dan tujuan dari penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh Dosen pada mata kuliah Bussines and Profession Ethics.
Dalam proses penyusunan tugas ini pasti menjumpai hambatan, namun berkat
dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Oleh karena
itu, dengan segala kerendahan hati saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Ibu
Nadiyah Mhasitah Sani, SE., M.Ak.selaku Dosen Bussines and Profession Ethicsdi STIEBA
MADURA.
Besar harapan saya, Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang
membacanya dan dapat membantu teman-teman yang lain dikemudian hari. Akhir kata,
penulis memohon maaf apabila dalam penulisan proposal ini terdapat banyak kesalahan.

Sumenep, 16 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG............................................................................................................ 4
RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 5
TUJUAN PENULISAN ......................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 6
ETIKA DAN KODE ETIK .................................................................................................... 6
ETIKA DAN BISNIS............................................................................................................. 7
KEPENTINGAN PRIBADI DAN EKONOMI ..................................................................... 8
ETIKA, BISNIS DAN HUKUM ........................................................................................... 9
TEORI-TEORI ETIKA UTAMA YANG BERGUNA DALAM MENYELESAIKAN
DILEMA ETIKA Teleologi: Utilitarianisme & Konsekuensialisme – Analisis Pengaruh . 10
Undang-Undang dan peraturan Utilitarianisme ................................................................ 12
Saran dan Tujuan Akhir .................................................................................................... 13
Kelemahan dalam Ultilitarianisme ................................................................................... 15
Etika Deontologi – Motivasi untuk Perilaku ........................................................................ 16
Kelemahan dalam Deontologi .............................................................................................. 17
Keadilan dan Kewajaran – Memeriksa Saldo ...................................................................... 18
Keadilan Prosedural .......................................................................................................... 18
Keadilan Distributif .......................................................................................................... 19
Keadilan sebagai Kewajaran ............................................................................................ 21
Etika Kebajikan – Meneliti Kebajikan yang Diharapkan..................................................... 22
Kelemahan Etika Kebajikan ................................................................................................. 23
Imajinasi Moral .................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seorang filsuf telah didedikasikan untuk mempelajari etika perilaku selama ribuan
tahun.Ide-ide, konsep dan prinsip mereka yang telah berkembang lama itu dikenal sebagai
batu ujian penting untuk penilaian perusahaan dan kegiatan personal.Direksi, eksekutif dan
akuntan profesional memerlukan kesadaran diri mengenai parameter-parameter etis dan
nantinya perlu membangun perilaku etis ke dalam budaya organisasi mereka.Mengingat sifat
individu yang beragam dan tantangan global yang mereka hadapi, itu tidak lagi dijadikan
alasan untuk meninggalkan prinsip-prinsip etika perilaku.Organisasi harus memilih untuk
mempekerjakan individu yang sadar etis dan harus memberikan mereka pemahaman tentang
prinsip-prinsip etika dalam setiap tindakan. Kontribusi filsuf yang dibahas dalam bab ini
bermanfaat untuk menjadi dasar bagi direktur dan akuntan profesional untuk membuat
rencana serta keputusan etis.
Etika merupakan salah satu cabang dari ilmu filosofi yang menginvestigasi
pertimbangan normatif tentang apakah suatu perilaku itu benar atau apa yang seharusnya
dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan untuk menghindari masalah pada
kehidupan nyata. Dilema etika muncul ketika norma-norma dan nilai-nilai berada dalam
suatu konflik, dan terdapat alternatif tindakan yang tersedia.Ini berarti bahwa pengambil
keputusan harus membuat pilihan. Tidak seperti kebanyakan keputusan bisnis lain yang
memiliki kriteria pengambilan keputusan yang jelas, dilema etika tidak ada standar
obyektifnya. Oleh karena itu kita perlu menggunakan kode moral yang subjektif. Teori etika
dalam bab ini menjelaskan bagaimana memahami, melaksanakan dan bertindak sesuai
dengan kode moral mengenai perilaku bisnis yang tepat.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Etika dan kode etik?
2. Apa etika dan bisnis?
3. Bagaimana kepentingan pribadi dan ekonomi?
4. Apa etika, bisnis, dan hukum?
5. Bagaimana teori-teori utama yang berguna dalam menyelesaikan dilema etika?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Etika dan kode etik
2. Mengetahui etika bisnis
3. Mengetahui kepentingan pribadi dan ekonomi
4. Mengetahui etika, bisnis dan hukum
5. Mengetahui teori-teori etika utama yang berguna dalam menyelesaikan dilema etika

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. ETIKA DAN KODE ETIK


Encyclopedia of Philosophy mendefinisikan etika dalam tiga cara, yaitu:

1) Pola umum atau “cara hidup”


2) Seperangkat aturan perilaku atau “kodeetik”, dan
3) Pertanyaan tentangcara hidup dan aturan perilaku.
Pada pengertian pertama, kita berbicara tentang etika Buddha atau Kristen; pada
pengertian kedua, kita berbicara tentang etika profesional dan perilaku yang tidak beretika.
Pada pengertian ketiga, etika adalah cabang filsafat yang sering diberi nama khusus
metaethics.1

Hal yang akan dibahas bukan tentang keyakinan agama yang dijalani dengan cara
yang diyakininya tepat untuk mencapai beragam tujuan kehidupan atau membahas tentang
metaethics yang merupakan teori tentang etika, melainkan akan membahas bagaimana
mempelajari kode moral yang berhubungan dengan perilaku bisnis.

Moralitas dan kode etik didefinisikan dalam Encyclopedia of Philosophy yang


mengandung empat karakteristik:
1) keyakinan tentang sifatmanusia;
2) keyakinan tentang cita-cita, tentang apa yang baik atau yang diinginkan atau layak
untuk mengejar kepentingan diri sendiri;
3) aturan yang menjelaskan apa yang harus dilakukan dan apa yangtidak dilakukan, dan
4) motif yang cenderung membuat kita memilih jalan yang benar atau salah.2

Masing-masing dari keempat aspek tersebut akan dibahas menggunakan empat teori
etika utama yang digunakan oleh orang-orang dalam pengambilan keputusan etis pada
lingkungan bisnis: yaitu utilitarianisme, deontologi, kesetaraan dan keadilan kewajaran, serta
etika kebajikan.3

1. The Encyclopedia of Philopsophy, ed. Paul Edwards, Macmillan Publishing Co., Inc., New
York, 1967,Vol. 3, 81-82.
2. Ibid., Vol. 7, hal. 150.
3. Keempat hal tersebut diidentifikasikan dalam AACSB Ethics Education Committee Report
(2004) sebagai hal yang penting untuk dipahami bagi mahasiswa bisnis dan akuntan.
Association to Advance Collegiate Schools.

6
Masing-masing teori menempatkan penekanan yang berbeda pada empat
karakteristik, misalnya utilitarianisme menekankan pentingnya aturan mengejar apa yang
baik atau diinginkan, sedangkan deontologi meneliti motif dari pembuat keputusan etis.
Meskipun masing-masing teori menekankan aspek yang berbeda dari kode moral, mereka
semua memiliki banyak cara-cara umum, terutama penekanan terhadap apa yang harus dan
tidak harus dilakukan. Tapi seperti kata Rawls, tidak ada teori yang lengkap dan kita harus
toleran terhadap berbagai kelemahan dan kekurangan teori tersebut.Tujuan dari penggunaan
teori-teori ini adalah untuk membantu dalam pengambilan keputusan etis. Kebanyakan
orang tahu perbedaan antara benar atau salah.Dilema etika jarang melibatkan pemilihan
antara dua alternatif yang mencolok.Sebaliknya, dilema etika biasanya muncul karena tidak
ada pilihan yang sepenuhnya benar.

B. ETIKA DAN BISNIS


Archie Carrol yang merupakan seorang pengamat membahas tentang etika bisnis
yang layak secara ekonomi.4 Jika bisnis itu tidak menguntungkan, maka pebisnis akan
mundur dari bisnis dan bertanya serta berdebat tentang perilaku bisnis yang tepat.
Akibatnya, tujuan utama perusahaan melakukan bisnis adalah untuk mendapatkan
keuntungan.Padahal, tujuan dasar dari bisnis adalah menyediakan barang dan jasa secara
efektif dan efisien.
Tiga penjelasan yang paling umum, mengapa orang harus beretika karena didasarkan
pada pandangan tentang agama, hubungan kita dengan orang lain, dan persepsi kita tentang
diri kita sendiri.Seperti yang telah disebutkan, salah satu definisi etika adalah bagaimana kita
harus menjalani hidup ini berdasarkan prinsip-prinsip kepercayaan yang dianut. Tradisi
yunani mengajarkan bahwa sebaiknya perlakukan orang lain sebagaimana anda ingin
diperlakukan jangan mengucapkan sesuatu yang bohong, dan kasihilah sesama seperti
mengasihi diri anda sendiri.

Beberapa orang percaya bahwa etika tidak ada hubungannya dengan agama. Di
dalamnya terdapat hubungan dengan orang lain, yang ditunjukkan melalui cinta, simpati,
kebaikan dan sejenisnya. Manusia adalah mahluk sosial yang hidup dengan orang lain
dalam bermasyarakat.

4. Carroll, Archie, “The Pyramid of Corporate Social Responsibility: Toward the Moral
Management of Organizational Stakeholder”, Business Horizons, Vol. 34 (1991), 39-48.

7
Kita mengalami ikatan emosional yang kuat dengan orang lain melalui tindakan
kasih dan pengorbanan diri. Beberapa orang lagi masih percaya bahwa kita berperilaku etis
karena kepentingan diri kita sendiri.Aspek fundamental dari manusia adalah ketertarikannya
pada diri sendiri. Meskipun kita hidup dengan orang lain dalam masyarakat, masing-masing
dari kita menjalani hidup yang unik tergantung pada pribadi kita sendiri. Namun ada yang
berbeda antara kepentingan diri dan egois. Keegoisan hanya menyangkut individu dan
menempatkan kebutuhan dan kepentingan individu di atas kepentingan orang lain.
Kepentingan diri sendiri di sisi lain, adalah berkonsentrasi pada diri sendiri.

C. KEPENTINGAN PRIBADI DAN EKONOMI


Konsep kepentingan diri sendiri memiliki tradisi yang panjang dalam filsafat empiris
Inggris untuk menjelaskan harmoni sosial dan kerjasama ekonomi yang baik.Thomas
Hobbes (1588-1679) berpendapat bahwa kepentingan diri memotivasi orang untuk
membentuk masyarakat sipil yang damai. Ia menulis setelah perang sipil Inggris (1642-
1651), ia menganalisis faktor-faktor yang berkontribusi terhadap masyarakat yang stabil dan
keadaan yang menyebabkan orang-orang perang. Ia mulai dengan pengamatan bahwa orang
memiliki beberapa keinginan alami, yaitu keinginan untuk bertahan. Ketika orang-orang
didorong oleh keinginan dasar mereka oleh kepentingan pribadi yang tak terkendali, akan
terjadi tindakan anarki. Tidak ada kesejahteraan ekonomi, tidak ada infrastruktur sosial, dan
tidak ada tatanan sosial yang beradab. Perdamaian, sebaliknya mungkin merupakan
ketertarikan jangka panjang terpenting bagi setiap orang. Hal ini menghindarkan
ketidakpastian dan bahaya yang dalam bahasa Hobbes disebut sebagai keadaan alamiah,
dimana kehidupan adalah “soliter, miskin, keji, kasar, dan pendek.”5
Dari perspektif masyarakat sipil ini, dapat dilihat sebagai kontrak sukarela antara
individu-individu, di mana terdapat beberapa kebebasan individu dan hak-hak yang
diberikan dalam pertukaran untuk perdamaian dan pertahanan diri. Adam Smith (1723-
1790) berpendapat bahwa kepentingan diri mengarah ke kerjasama ekonomi.

5. Hobbes, Thomas, Leviathan, diedit dengan pengantar oleh C.B. Macpherson, Penguin
Books, Middlesex, 1968, hal. 186.

8
Fitur utama pada model ekonomi Smith adalah pertama bahwa perekonomian
merupakan kegiatan sosial dalam hal keuangan.Perusahaan menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan oleh masyarakat. Penjual dan pembeli bekerja untuk tujuan yang sama,
memuaskan kebutuhan mereka dengan harga yang disetujui bersama. Kedua, pasar yang
kompetitif, tidak bersaing. Perdagangan itu tergantung pada kejujuran dalam melakukan
aktivitas, menghormati kontrak dan saling gotongroyong. Persaingan yang sehat juga berarti
bahwa perusahaan berusaha untuk beroperasi seefisien dan seefektif mungkin untuk
memaksimalkan keuntungan jangka panjang. Akhirnya, etika membatasi oportunisme
ekonomi. Etika membuat keegoisan dan keserakahan yang tak terkendali menjadi
berkurang.

D. ETIKA, BISNIS DAN HUKUM


Schwartz dan Carrol berpendapat bahwa bisnis, etika dan hukum dapat dilihat sebagai tiga
lingkaran berpotongan di diagram Venn, seperti yang terlihat pada gambardibawah.

BISNIS

4 5
7
HUKUM ETIKA
2 6 3

Diagram tersebut dibagi menjadi 7 Area, yaitu:

Area 1 merupakan aspek kegiatan usaha yang tidak tercakup oleh hukum atau etika.
Area 2 terdapat hukum yang tidak ada hubungannya dengan etika atau bisnis.
Area 3 merupakan larangan etika yang tidak menyangkut bisnis dan tidak melanggar
hukum.
Area 4 merupakan pusat aturan dan peraturan bahwa perusahaan harus mengikuti undang-
undang yang disahkan oleh pemerintah, badan pengatur, asosiasi profesi , dan sejenisnya.

9
Area 5 merupakan tumpang tindih antara kegiatan bisnis dan norma-norma etika.
Terdapat area yang tumpang tindih antara hukum dan etika yaitu area 6.
Area 7 merupakan persimpangan hukum, etika, dan bisnis, biasanya hanya menjadi masalah
jikahukum mengatakan satu hal, sementara etika mengatakansebaliknya

E. TEORI-TEORI ETIKA UTAMA YANG BERGUNA DALAM


MENYELESAIKAN DILEMA ETIKA Teleologi: Utilitarianisme &
Konsekuensialisme – Analisis Pengaruh
Teleologi berasal dari kata Yunani, yaitu telos yang berarti tujuan, konsekuensi,
hasil, dan sebagainya. Teori teleologis mempelajari perilaku etis dalam hal hasil atau
konsekuensi dari keputusan etis. Teleologi berhubungan dengan banyak hasil yang
berorientasi pada orang-orang bisnis karena berfokus pada dampak pengambilan keputusan,
mengevaluasi keputusan yang baik atau buruk, diterima atau tidak dapat diterima dalam hal
konsekuensi dari keputusan tersebut.
Investor menilai investasi yang baik atau buruk, bermanfaat atau tidak, berdasarkan
pengembalian yang diharapkan.Jika pengembalian yang sebenarnya berada di bawah
ekspektasi investor, maka dianggap sebagai keputusan investasi yang buruk, sedangkan jika
pengembalian lebih besar dari yang diharapkan, itu dianggap sebagai keputusan investasi
yang baik atau berharga. Pengambilan keputusan etis mengikuti pola yang sama. Dengan
cara yang sama bahwa kebaikan dan keburukan investasi dinilai berdasarkan hasil
keputusan keuangan, sedangkan kebaikan atau keburukan etika didasarkan pada suatu
konsekuensi dari keputusan etis. Keputusan etis yang benar atau salah karena mereka
menyebabkan hasil positif atau negatif.
Utilitarianisme mendefinisikan baik dan jahat dalam hal konsekuensi non etis dari
kenikmatan dan rasa sakit. Tindakan etis yang benar adalah salah satu yang akan
menghasilkan jumlah terbesar dari kesenangan atau paling sedikit rasa sakit. Ini adalah teori
yang sangat sederhana.Tujuan hidup adalah untuk menjadi bahagia dan semua hal-hal yang
mempromosikan kebahagiaan yang etis baik karena mereka cenderung menghasilkan
kesenangan atau mengurangi rasa sakit dan penderitaan.Untuk utilitarian, kesenangan dan
rasa sakit digambarkan baik fisik dan mental. Bagi utilitarian, satu-satunya hal berharga
adalah memiliki pengalaman yang menyenangkan, dan pengalaman ini baik hanya karena
mereka menyenangkan.

10
Mill (1806-1873) menunjukkan bahwa kesenangan dan rasa sakit memiliki aspek
kuantitatif dan kualitatif.Bentham (1748-1832) mengembangkan kalkulus kesenangan dan
rasa sakit berdasarkan intensitas, durasi, kepastian, kedekatan, fekunditas, kemurnian, dan
luasnya.Mill menambahkan bahwa sifat dari kesenangan atau rasa sakit juga penting.
Beberapa kesenangan yang lebih diinginkan daripada yang lain memerlukan usaha yang
layak untuk mencapainya. Seorang atlet, misalnya, berlatih setiap hari untuk bersaing di
Olimpiade. Pelatihan mungkin sangat menyakitkan, tapi atlet terus berfokus pada hadiah,
yaitu pemenang akan mendapatkan emas. Hal ini menggambarkan bahwa kenikmatan
kuantitatif berdiri di podium melebihi jalan kuantitatif yang melelahkan untuk menjadi juara
Olimpiade.
Hedonisme berfokus pada individu, dan mempunyai pengaruh terbesar dari
pencapaian kesenangan atau kebahagiaan pribadi. Epicurus (341-270 SM) berpendapat
bahwa tujuan hidup tercapai jika kesenangan terus berlangsung, hidup di mana rasa sakit
yang diterima hanya jika mereka hal itu menyebabkan kesenangan yang lebih besar, dan
kesenangan ditolak jika mereka menyebabkan rasa sakit yang lebih besar.Utilitarianisme, di
sisi lain, mengukur kesenangan dan rasa sakit tidak pada tingkat individu, melainkan pada
tingkat masyarakat.Kesenangan pembuat keputusan serta semua orang yang mungkin bisa
terpengaruh oleh keputusan perlu dipertimbangkan. Kebahagiaan yang membentuk standar
utilitarian adalah apa yang benar dalam perilaku, bukan kebahagiaan agen sendiri, tetapi dari
semua pihak. Seorang CEO yang berbicara bahwa dewan direksi memberikan CEO bonus $
100,000,000 mungkin memiliki kebahagiaan besar yang berasal dari bonus, tetapi jika ia
tidak mempertimbangkan dampak bonus yang mungkin didapat pada semua karyawan lain
di perusahaannya, termasuk kelompok eksekutif lainnya, dan masyarakat secara
keseluruhan, maka ia mengabaikan aspek etika keputusannya.
Bila menggunakan utilitarianisme, pembuat keputusan harus mengambil perseptif
luas tentang siapa yang ditujukan dalam keputusan tersebut, karena mungkin saja
masyarakat akan terpengaruh oleh keputusan tersebut. Kegagalan untuk melakukannya bisa
sangat mahal untuk sebuah perusahaan. Aspek kunci utilitarianisme yaitu:
a) Etika dinilai berdasarkan konsekuensi nonetis.
b) Keputusanetisharusberorientasipadapeningkatankebahagiaandan/ataumengurangirasa
sakit, di mana kebahagiaan dan rasa sakit dapat berupa fisik atau psikologis.
c) Kebahagiaandanrasasakitberhubungandengansemuamasyarakatdanbukanhanyauntuk
kebahagiaan pribadi atau rasa sakit dari pengambil keputusan.

11
d) Pembuat keputusan etis harus memihak dan tidak memberikan bobot ekstra untuk
perasaan pribadi ketika menghitung keseluruhan konsekuensi yang mungkin terjadi
akibat keputusan yangdibuat.
a. Undang-Undang dan peraturan Utilitarianisme
Seiring waktu, utilitarianisme telah berkembang di sepanjang dua jalur utama, yang
disebut tindakan utilitarianisme dan aturan utilitarianisme. Jalur yang pertama, kadang-
kadang disebut konsekualisme,6 menganggap sebuah tindakan baik atau benar secara etika
jika tindakan tersebut mungkin menghasilakan keseimbangan kebaikan yang lebih besar
dari kejahatan. Tindakan utilitarianisme kadang-kadang disebut sebagai konsekuensialisme,
di mana dianggap sebagai tindakan untuk menjadi etis yang baik atau benar jika mungkin
akan menghasilkan keseimbangan kebaikan yang lebih besar daripada kejahatan. Aturan
utilitarianisme, di sisi lain, mengatakan bahwa kita harusmengikuti aturan yang mungkin
akan menghasilkan keseimbangan yang lebih besar dari kebaikan atas kejahatan dan
menghindari aturan yang mungkin akan menghasilkan sebaliknya. Anggapan tersebut
adalah mungkin, karena pada prinsipnya digunakan untuk menghitung kesenangan bersih
atau rasa sakit yang terkait dengan keputusan. Mill mengemukakan "kebenaran aritmatika
berlaku untuk penilaian kebahagiaan, karena dapat terukur kuantitas lainnya.7 Pengembalian
investasi dapat diukur; begitu jugakebahagiaan.

Aturan utilitarianisme sedikit sederhana. Ia mengakui bahwa pengambilan


keputusan manusia sering dipandu oleh aturan. Sebagai contoh, kebanyakan orang percaya
bahwa lebih baik untuk mengatakan kebenaran daripada berbohong.Meskipun pengecualian
diakui, penyampaian kebenaran adalah standar perilaku etis manusia normal. Jadi, prinsip
untuk aturan utilitarian adalah: Ikuti aturan yang cenderung memberikan pengaruh terbesar
dalam tingkat kesenangan atas rasa sakit untuk jumlah terbesar dari orang-orang yang
mungkin akan terpengaruh oleh tindakan. Pengungkapan kebenaran biasanya menghasilkan
kesenangan terbesar bagi kebanyakan orang. Demikian pula, laporan keuangan yang handal
yang akurat sangat berguna bagi investor dan kreditur dalam membuat keputusan investasi.

6. Konsekuensialisme adalah versi utilitarianisme yang menyatakan bahwa advokad AACSB


bermanfaat untuk keputusan bisnis-bab berikutnya untuk alasannya.
7. Mill, op. cit., hal. 105.

12
Aturan utilitarianisme sedikit sederhana.Ia mengakui bahwa pengambilan
keputusan manusia sering dipandu oleh aturan. Sebagai contoh, kebanyakan orang percaya
bahwa lebih baik untuk mengatakan kebenaran daripada berbohong.Meskipun pengecualian
diakui, penyampaian kebenaran adalah standar perilaku etis manusia normal. Jadi, prinsip
untuk aturan utilitarian adalah: Ikuti aturan yang cenderung memberikan pengaruh terbesar
dalam tingkat kesenangan atas rasa sakit untuk jumlah terbesar dari orang-orang yang
mungkin akan terpengaruh oleh tindakan. Pengungkapan kebenaran biasanya menghasilkan
kesenangan terbesar bagi kebanyakan orang. Demikian pula, laporan keuangan yang handal
yang akurat sangat berguna bagi investor dan kreditur dalam membuat keputusan investasi
dankredit.

b. Saran dan Tujuan Akhir


Prinsip menjelaskan jumlah terbesar dari kebahagiaan untuk jumlah terbesar orang
tidak berarti bahwa tujuan akan membenarkan cara. Pendukung utama dari filsafat politik
ini adalah Niccolo Machiavelli (1469-1527), yang menulis Prince untuk Lorenzo Medici
tentang cara untuk mempertahankan kekuasaan politik. Di dalamnya ia menyarankan bahwa
"dalam tindakan manusia, dan terutama dari pangeran, dari yang tidak membandingkan,
pada akhirnya berarti membenarkan."8 Negara, sebagai kekuatan berdaulat dapat melakukan
apa pun keinginan, dan sang pangeran, sebagai penguasa negara, dapat menggunakan
strategi politik untuk mempertahankan kekuasaan. Machiavelli menjelaskan bahwa bermuka
dua, dalih, dan penipuan adalah alat yang dapat diterima untuk seorang pangeran untuk
mempertahankan kontrol atas saingannya. Jelas, ini adalah teori politik, dan hal ini bukan
teorietika.
Sayangnya, "tujuan dengan menghalalkan cara" sering diambil di luar konteks, dan
salah digunakan sebagai teori etika. Di tahun 2001 pada film Swordfish, Gabriel yang
dimainkan oleh John Trvolta, menunjukkan sikap untuk Stanley, yang diperankan oleh
Hugh Jackman: "Inilah skenario. Anda memiliki kekuatan untuk menyembuhkan semua
penyakit di dunia tetapi harga untuk ini adalah bahwa Anda harus membunuh anak tak
berdosa, Apakah bisa anda membunuhanak itu, Stanley?".

8. Diterjemahkan dari Machiavelli, Niccolo, The Prince and the Discourses, dengan pengantar
oleh Max Learner, The Modern Library, New York, 1950, hal. 66.

13
Keputusan tersebut disebut tidak etis karena menyinggung hak dari satu atau lebih
individu, tetapi dengan pertanyaan seperti ini, Gabriel berusaha untuk memberikan
pembenaran etis pernyataan politik. Dia mencoba untuk mempengaruhi Stanley dengan
mengatakan bahwa tindakan ini dibenarkan karena lebih disebut sebagai satu pengorbanan.
Namun, aturan utilitarian akan mengatakan bahwa ada beberapa jenis tindakan
yang jelas-jelas benar dan salah terlepas dari konsekuensinya sebagai baik atau buruk.
Polusi dan produk berbahaya tidak meningkatkan keseluruhan kesejahteraan masyarakat
jangka panjang dalam jangka panjang.Pembunuhan anak-anak yang tidak bersalah, ekstraksi
penghasilan tambahan yang berlebihan oleh CEO oportunistik dan direksi yang
mengabaikan kode perusahaan mereka tidak pernah berperilaku etis yang benar, terlepas
dari konsekuensinya.Setiap tindakan ini salah karena tindakan tersebut memiliki efek
negatif yang nyata pada kebahagiaan masyarakat umum secara keseluruhan.Prinsip politik
bertujuan untuk membenarkan sarana dan tujuan etis yang setara, serta tidak membenarkan
adanya isu dimana hanya ada satu sarana untuk mencapaiakhir.
Akhirnya sering menghalalkan segala cara dengan menyiratkan bahwa hanya ada
satu sarana untuk mencapai akhir atau jika ada berbagai cara untuk mencapai akhir, maka
semua sarana yang etis setara. Tapi ini tidak terjadi. Ada berbagai cara temporal
memanipulasi kebangkrutan, salah satunya adalah untuk memperbuat penipuan laporan
keuangan. Tapi ada alternatif lain, termasuk mengatur keuangan. Meskipun mengatur
keuangan dan penipuan dapat menyebabkan ujung yang sama, dua cara yang etis sangat
berbeda. Yang satu adalah etis benar dan yang lainnya tidak. Ini adalah tugas dari manajer
untuk dapat melihat perbedaan ini, dan kemudian menggunakan imajinasi moralnya untuk
mengidentifikasi alternatif untuk mencapai tujuan yang sama.
Beberapa orang menyalahgunakan utilitarianisme dengan mengatakan bahwa
tujuan akan membenarkan cara. Tapi ini adalah sebuah aplikasi yang tidak pantas dari teori
etika. Untuk utilitarian, pada akhirnya tidak pernah menghalalkan cara. Sebaliknya, agen
moral harus mempertimbangkan konsekuensi keputusan dalam hal membuat kebahagiaan,
atau dalam hal membuat aturan yang apabila diikuti berkemungkinan akan menghasilkan
kebahagiaan untuk semua.

14
c. Kelemahan dalam Ultilitarianisme

1. Utilitarianisme mengandaikan bahwa hal-hal seperti kebahagiaan, utilitas,


kesenangan, sakit dan penderitaan bisa diukur dengan uang. Akuntan sangat pandai
mengukur transaksiekonomi,karena mereka mempunyai uang sebagai standar
pengukuran yang seragam. Namun, tidak ada pengukuran umum untuk kebahagiaan.
2. Masalah distribusi dan integritas terhadap kebahagiaan. Prinsip utilitarian adalah
untuk menghasilkan sebanyak mungkin kebahagiaan itu kepada sebanyak mungkin
orang. Raphael menggunakan contoh pemberian sedekah.9 Haruskah CEO
menaikkan sedikit upah tapi merata kepada semua karyawan, yang akan membuat
mereka sedikit lebih bahagia atau dengan menggandakan gaji dari tim manajemen
puncak?
3. Hak-hak minoritas dapat dilanggar dalam utilitarianisme. Dalam demokrasi,
kehendak mayoritas menjadi aturan pada hari pemilihan. Orang merasa nyaman
dengan hal ini karena orang-orang yang kalah dalam satu pemilu selalu memiliki
kesempatan dengan partai mereka untuk mengikuti pemilihan di pemilu berikutnya.
Hal ini tidaksesederhanadengan pengambilan keputusanetis.
4. Masalah ruang lingkup. Seberapa banyak orang yang harus disertakan? Contohnya
pemanasan global dan polusi. Kebahagiaan jangka pendek generasi sekarang bisa
berimbas pada penderitaan generasi mendatang. Hal ini telah digambarkan Al Gorce
dalam buku dan videonya Inconvenient Truth, dimana ia menunjukkan bagaimana
polusi menyebabkan pemanasan global dan bahwa kita mencapai titik dimana
peremajaanlingkungan kita mungkin tidak dapat dilakukan.
5. Utilitarianisme mengabaikan motivasi dan hanya berfokus pada konsekuensi. Hal ini
membuat banyak orang tidak puas. Perhatikan contoh sebelumnya dua eksekutif
yang curang mengeluarkan satu set laporan keuangan. Motivasi dari dua eksekutif
sangat berbeda. Banyak orang akan menganggap bahwa mereka memiliki derajat
kesalahan etika yang berbeda, dengan eksekutif berbasis bonus bertindak lebih buruk
daripada altruis sesat. Namun, utilitarianisme akan menilai keduanya sama, dimana
terdapat tindakan etis yang tidak benar karena konsekuensi dari keputusan mereka
adalah sama, yaitu penipuan laporan keuangan.

9. Raphael, D.D., Moral Philosophy, Oxford University Press, Oxford, 1981, hal. 47.

15
Etika Deontologi – Motivasi untuk Perilaku
Deontologi10 mengevaluasi etika perilaku berdasarkan motivasi pembuat
keputusan. Menurut deontologis, suatu tindakan bisa benar dan etis bahkan jika tidak
menghasilkan hasil yang baik atas kejahatan bagi pengambil keputusan atau masyarakat
secara keseluruhan. Ini membuatnya menjadi pelengkap untuk utilitarianisme karena
tindakan yang memenuhi kedua teori dapat dikatakan memiliki peluang bagus untuk etika.

Immanuel Kant (1724-1804) memberikan artikulasi yang jelas dari teori ini dalam
Goundwork of the Methaphysicsof Moral. Bagi Kant, satu-satunya baik tanpa pengecualian
hanyalah iktikad baik, iktikad ini mengikuti alasan apa yang menentukan tanpa
mempedulikan konsekuensinya pada diri sendiri.

Kant mengembangkan dua hukum untuk menilai etika, antara lain:

1. Imperatif Kategoris (CategoricalImperative)


“Saya seharusnya tidak pernah bertindak kecuali saya juga bisa membuat maksim saya
menjadi hukum universal.Hal tersebut merupakan prinsip tertinggi moralitas. Ada 2
aspek dari Imperatif Kategoris, pertama, Kant menganggap bahwa hukum
memerlukan suatu kewajiban. Jadi setiap tindakan etika yang wajib dilakukan oleh
seseorang harus sesuai dengan hukum atau maksim etika. Kedua, adalah tindakan
benar secara etika jika pepatah tersebut dapat diuniversalkan secara konsisten”. Kant
menggunakan contoh melanggar janji. Asumsikan bahwa anda ingin mengingkari
janji. Jika anda melakukannya, maka anda membuat aturan yang bisa diikuti oleh
orang lain. Tetapi jika orang lain mengikuti aturan itu maka anda dapat mengambil
keuntungan dari mereka ketika anda melanggar janji mereka kepada anda. Jadi, itu
akan menjadi tidak logis untuk mengatakan bahwa semua orang harusmenepati janji
mereka kecuali Anda

2. Imperatif Praktis (PracticalImperative)


“Berlakulah dengan cara yang sama dengan Anda memperlakukan kemanusiaan, baik
dalam diri anda sendiri atau pada pribadi lainnya, tidak sesederhana cara, tetapi selalu
pada saat yang sama dengan tujuan akhir”. Untuk Kant, hukum memiliki aplikasi
universal, dan hukum moral berlaku tanpa membedakan untuk semua orang.

10. Berasal dari kata yunani deon, yang artinya tugas atau kewajiban, deontologi berkaitan
dengan tugas etika dan tanggung jawab seseorang.

16
Ini berarti bahwa setiap orang harus diperlakukan sama di bawah hukum moral. Imperatif
praktis tidak menyarankan bahwa anda tidak dapat menggunakan orang, tetapi hanya jika
anda memperlakukan mereka berarti anda harus memperlakukan mereka secara bersamaan
sebagaitujuan.

Kelemahan dalam Deontologi


Sama seperti teori etika lainnya, deontologi memiliki masalah dan
kelemahan.Masalah mendasar adalah bahwa imperatif kategoris tidak memberikan panduan
yang jelas untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah jika dua atau lebih
hukum moral mengalami konflik dan hanya satu yang dapat diikuti. Hukum moral mana
yang diikuti? Dalam hal inimungkin utilitarianisme menjadi teori yang lebih baik karena
dapat mengevaluasi alternatif berdasarkan konsekuensinya. Sayangnya, dengan deontologi,
konsekuensi menjadi tidak relevan. Satu-satunya hal yang penting adalah niat dari pembuat
keputusan dan kepatuhan para pengambil keputusan untuk mematuhi imperatif kategoris
seraya memperlakukan orang sebagai tujuan bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan.

Imperatif kategoris menetapkan standar yang sangat tinggi. Bagi banyak orang, itu
adalah etika yang sangat sulit diikuti. Perusahaan telah diboikot pelanggan karena
mempekerjakan tenaga kerja dengan upah yang rendah (sweatshop), pekerja di bawah umur
(anak-anak), gagal untuk memberikan upah hidup , atau untuk mengalihdayakan
(outsourcing) menuju rezim represif. Merek pakaian Kathie Lee Gifford yang dijual oleh
Wal-Mart mengalami konsekuensi serius pada tahun 1996 ketika diketahui bahwa produk-
produknya diproduksi oleh tenaga kerja yang dibayar dengan upah yang rendah. Begitu juga
dengan Nike. Untuk hidup ideal, Kantian berarti mengakui bahwa kita semua adalah bagian
dari suatu komunitas moral yang menempatkan tugas di atas kebahagiaan dan kesejahteraan
ekonomi. Bisnis mungkin sangat baik jika lebih banyak manajer mau mengikuti tugas etika
mereka dan mengikutinya hanya karena tugas-tugas itu merupakan tugas etika mereka.
Namun demikian, mengikuti tugas seseorang dapat mengakibatkan kosekuensi yang
merugikan seperti alokasi sumber daya yang tidak adil. Dengan demikian banyak yang
berpendapat bahwa bukan berfokus pada konsekuensi, niat atau motivasi, etika harus
didasarkan pada prinsip keadilan dan kewajaran.

17
Keadilan dan Kewajaran – Memeriksa Saldo
Filsuf Inggris, David Hume (1771-1776) berpendapat bahwa kebutuhan akan
keadilan terjadi karena dua alasan, yaitu orang tidak selalu bermanfaat dan terdapat sumber
daya yang langka. Ini adalah makna keadilan untuk memberikan atau mengalokasikan
manfaat dan beban berdasarkan alasan rasional. Hume percaya bahwa masyarakat terbentuk
melalui kepentingan pribadi. Oleh karena kita tidak mandiri, kita perlu bekerja sama dengan
orang lain untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan bersama (yaitu untuk mendapatkan
dukungan para pemangku kepentingan). Namun demikian mengingat adanya keterbatasan
sumber daya dan fakta bahwa beberapa (orang) bisa mendapatkan keuntungan dengan
merugikan orang lain, perlu ada mekanisme untuk pembagian manfaat dan beban
masyarakat dengan adil. Ada juga dua aspek keadilan yatu keadilan procedural (proses
untuk menentukan alokasi) dan keadilan distributif (alokasi yang sebenarnya).

a. Keadilan Prosedural
Keadilan prosedural berfokus pada bagaimana keadilan diberikan. Aspek utama
dari sistem hukum yang adil adalah bahwa prosedurnya adil dan transparan. Blind justice
(keadilan tidak pandang bulu) dimana semua diperlakukan secara adil di hadapan hukum.
Kedua belah pihak mengajukan klaim dan alasan mereka, dan hakim memutuskan. Hal ini
berarti bahwa setiap orang diperlakukan sama di depan hukum dan bahwa aturan-aturan
yang memihak diterapkan secara sama. Preferensi tidak diberikan kepada satu orang
berdasarkan karakteristik fisik (etnis, jenis kelamin, tinggi badan, atau warna rambut)
maupun status sosial atau ekonomi (hukum diterapkan dengan cara yang sama untuk orang
kaya danmiskin).

Bagaimana hal ini berlaku untuk etika bisnis? Dalam lingkungan bisnis, keadilan
prosedural biasanya tidak menjadi masalah penting.Sebagian besar organisasi memiliki
prosedur operasi standar yang jelas dipahami oleh semua karyawan. Prosedur mungkin
benar atau salah, tetapi karena prosedur tersebut merupakan standar, biasanya diterapkan
secara konsisten. Dengan demikian, sebagian karyawan bersedia untuk membawa kasus
mereka ke ombudsman atau pejabat senior atau bahkan subkomite dewan direksi dan
membiarkan orang atau komite mengatur masalah ini. Begitu keputusan diambil, atau
kebijakan baru dibuat, sebagian besar karyawan bersedia mematuhinya karena mereka
merasa bahwa posisi alternatif mereka telah mendapat pemeriksaan yang adil.

18
b. Keadilan Distributif
Aristoteles (384-322 SM) dapat dikatakan orang pertama yang mengemukakan
pendapat bahwa suatu hal yang setara harus diperlakukan sama dan suatu hal yang tidak
setara harus diperlakukan berbeda sesuai dengan proporsi perbedaan relevan di antara
mereka. “Kemudian hal inilah yang merupakan keadilan – yang proporsional; yang tidak
adil adalah yang melanggar proporsi tersebut.”11 Dengan anggapan bahwa semua orang
adalah sama.

11. Aristoteles, The Nicomachean Ethics, diterjemahkan dengan pengantar oleh David Ros,
direvisi oleh J.L. Ackrill dan J.O. Urmson, Oxford University Press, Oxford, 1925, hal. 114.

19
Namun ketika seseorang ingin mengatakan bahwa dua orang tidak sama maka
pembuktiannya adalah dengan menunjukkan bahwa dalam situasi tersebut mereka tidak
setara yang didasarkan pada kriteria yang relevan. Contohnya, calon karyawan memakai
kursi roda tetapi dinyatakan mampu melaksanakan tugas normal. Apakah tidak etis (adil)
jika tidak mempekerjakan calon karywan itu apakah lebih etis untuk memberikan akses
kursi roda ke tempat kerja. Contoh lain adalah upah yang sama untuk pekerjaan yang sama.
Setelah bertahun-tahun terjadi diskriminasi secara terang-terangan, undang-undang upah
yang setara kini telah menjamin bahwa pria maupun wanita dibayar dengan upah yang sama
untuk pekerjaan yang sama. Sebaliknya, apabila mereka tidak benar-benar memiliki kriteria
yang sama, maka mereka tidak harus diperlakukan sama. Perbedaan upah hanya
diperbolehkan jika mereka didasarkan pada perbedaan nyata seperti pelatihan dan
pengalaman, pendidikan, serta tingkat tanggung jawab yang berbeda. Seorang pengacara
baru tidak dibayar sebanyak partner senior yang lebih berpengalaman dalam perusahaan.
Meskipun mereka memiliki pelatihan formal sekolah hukum yang sama, mitra yang lebih
tua memiliki pengalaman yang lebih baik dan lebih banyak untuk dijadikan bekal serta
seharusnya mampu membuat keputusan lebih cepat, lebih baik, dan yang lebih akurat
daripada juniornya.

Kriteria utama untuk menentukan distribusi yang adil yaitu dari kebutuhan,
kesetaraan aritmatika, dan prestasi. Sistem pajak di negara maju sebagian besar didasarkan
pada kebutuhan. Keadilan distributif berbasis kebutuhan bukan merupakan hal yang umum
dalam lingkungan bisnis. Namun dalam proses anggaran sebuah perusahaan hal tersebut
dianggap wajar, dimana harus didasarkan pada alokasi wajar sumber daya langka agar tidak
ada risiko yang menghambat motivasi dari para eksekutif dan karyawan pada
disenfranchised unit.
Kesetaraan aritmatika dalam lingkungan bisnis dapat dianggap dilanggar ketika
sebuah perusahaan memiliki dua kelas saham yang mempunyai hak yang sama dengan
pembagian dividen, namun memiliki hak suara yang tidak sama, sehingga terjadi
ketidaksetaraan hak untuk mengendalikan hak aliran kas dua kelas saham tersebut. Banyak
perusahaan di Jerman, Kanada, Italia, Korea, dan Brasil memiliki saham kelas ganda,
dimana hak aliran kas tidak memiliki hak Kontrol yang sama. Di Kanada, misalnya, saham
kelas A biasanya memiliki sepuluh suara dan saham kelas B hanya memiliki satu suara.
Dengan cara ini, pemegang saham dapat memiliki sekitar 54% dari hak kontorl melalui
kepemilikan saham kelas A, sementara hanya 14% hak arus kas berdasarkan jumlah saham

20
kelas A dan B yang beredar. Pemegang saham sejenis kelas A tersebut disebut pemegang
saham pengendali minoritas, dan secara tidak adil mengambil keuntungan dari para
pemegang saham lainnya.
Metode lain dalam distribusi dapat dilihat berdasarkan prestasi. Hal ini berarti
bahwa apabila salah satu individu berkontribusi lebih banyak pada suatu proyek, maka
individu tersebutharus menerima sebagian besar manfaat dari individu tersebut. Contohnya
antara lain adalah upah berdasarkan prestasi dan pemegang saham preferen. Dalam contoh
upah berdasarkan prestasi, karyawan yang berkontribusi lebih banyak untuk kesejahteraan
perusahaan harus mendapat bagian misalnya dalam bentuk bonus.Sayangnya, rencana
berdasarkan prestasi tersebut mendorong direktur, para eksekutif, dan karyawan untuk
memalsukan peningkatan laba bersih agar mendapatkanbonus.

c. Keadilan sebagai Kewajaran


Salah satu masalah yang mungkin dapat terjadi dalam distribusi keadilan adalah
bahwa alokasi mungkin dapat tidak merata. Filsuf Amerika John Rawls (1921-2002)
mencoba mengatasi permasalahan ini dengan mengembangkan teori keadilan sebagai suatu
kesetaraan. Dalam The Theory of Justice, ia mmengemukakan sebuah argumen yang
didasarkan pada posisi klasik kepentingan pribadi dan kemandirian. Prinsip-prinsip yang
menentukan alokasi yang merata di antara para anggota masyarakat adalah prinsip-prinsip
keadilan. “Prinsip keadilan yang saya ambil untuk didefinisikan, kemudiansesuai dengan
prinsip-prinsip yang berguna dalam menetapkan hak dan kewajiban serta dalam menentukan
pembagian keuntungan sosial yang sesuai.”12

12. Rawls, Jhon., op. cit, 1971, hal. 10.

21
Rawls berpendapat bahwa pada kondisi awal perkiraan orang akan menyetujui dua
prinsip, yaitu bahwa harus ada kesetaraan dalam pengalihan hak-hak dasar dan kewajiban
serta bahwa kesetaraan sosial dan ekonomi harus bermanfaat bagi anggota masyarakat yang
kurang mampu (Prinsip perbedaan – Difference Principle) dan bahwa akses ke
ketidaksetaraan ini harus terbuka untuk semua orang (fair equality of opportunity). Dalam
hal ini Rawls tidak sependapat dengan ulilitarianisme karena prinsip tersebut
memungkinkan menghitung dan menganggap bahwa situasi yang tidak adil dapat diterima.

Etika Kebajikan – Meneliti Kebajikan yang Diharapkan


Aristoteles (384-322 SM) dalam The Nicomachean Ethics menyatakan bahwa
tujuan hidup adalah kebahagian yang didalamnya terdapat kegiatan jiwa (activity of soul).
Kita dapat mewujudkan tujuan kita untuk memperoleh kebahagiaan dengan menjalani
kehidupan yang didasarkan pada suatu alasan.Kebajikan adalah karakter dari jiwa yang
ditunjukkan dalam suatu tindakan sukarela, dimana tindakan tersebut didasarkan pada
musyawarah. Namun, Aristoteles juga merasa bahwa terdapat kebutuhan adanya pendidikan
etika sehingga orang akan tahutindakan apa yang baik dilakukan. Aristoteles
mengemukakan bahwa kita dapat memahami dan mengidentifikasi kabajikan dengan
mendasarkan karakteristik manusia pada tiga hal, dua hal diantaranya adalah menjadi jahat
dan baik. Menurutnya kebajikan adalah golden mean, yaitu celah diantara posisi ekstrem
yang akan bervariasi tergantung dari keadaan.

Etika moralitas lebih berfokus pada karakter moral dari pembuat keputusan
daripada pada konsekuensi tindakan (utilitarianisme) atau motivasi dari pembuat keputusan
(dentologi). Hal ini mengadopsi pendekatan yang lebih menyeluruh untuk memahami etika
perilaku manusia. Dalam hal ini mengakui bahwa terdapat banyak aspek dari kepribadian
kita. Terdapat berbagai segi keperibadian kita dan perilaku yang kita lakukan masuk akal
dan konsisten. Meskipun kita semua melakukan kebajikan dalam hal yang sama, namun
intensitas kebajikan yang dilakukan dapat berbeda, meskipun dalam situasi yang sama.
Dalam lingkungan bisnis, etika kebajikan mengabaikan gagasan bahwa eksekutif memiliki
dua sudut pandang, satu sudut pandang yang mewakili nilai-nilai pribadi dan yang lainnya
mewakili nilai-nilai perusahaan, dan eksekutif hanya dapat menggunakan satu pandangan
pada satuwaktu.

22
Kelemahan Etika Kebajikan
Etika kebajikan dalam penerapannya memiliki dua kelemahan yaitu kebajikan
seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang pebisnis dan bahaimana kebajikan
tersebut dilaksanakan dalam dunia kerja. Kunci dari kebajikan/keutamaan dalam bisnis
adalah integritas.Integritas melibatkan sifat jujur dan terhormat. Hal ini berarti setiap
tindakan dalam perusahaan haruslah konsisten dengan prinsip-prinsipnya. Hal ini
ditunjukkan dengan tindakan yang tidak mengorbankan nilai-nilai inti bahkan ketika ada
tekanan yang kuat untuk melakukannya. Contohnya adalah pertimbangan kasus
pengumpulan dana oleh organisasi nirlaba. Mereka tidak menerima sumbangan dari
individu dan organisasi yang memiliki nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai inti
perusahaan mereka.
Tingkat individu, permasalahan mengenai etika kebajikan adalah bahwa individu
cenderung tidak dapat menyusun suatu daftar dari kebajikan yang akan dilakukannya. Selain
itu, kebajikan mungkin hanya akan terjadi pada satu waktu tertentu. Seorang akuntan publik
mungkin membutuhkan keberanian saat menceritakan pada CEO perusahaan yang
diauditnya bahwa kebijakan akuntansi yang digunakan dalam perusahaan tersebut tidak
mengakibatkan penyajian laporan keuangan perusahaannya menjadi wajar. Seorang CEO
harus memiliki kejujuran dan kebenaran saat menyampaikan bahwa akan terjadi
pengurangan jumlah karyawan pada karyawan perusahaan dan orang-orang yang hidup
dalam masyarakat yang akan terpengaruh oleh penutupan perusahaan tersebut. Dalam hal ini
banyak hal dalam daftar yang mungkin saling berkontradiksi dalam keadaan tertentu.

Imajinasi Moral
Mahasiswa dari sekolah bisnis dilatih untuk menjadi seorang manajer bisnis yang
diharapkan dapat membuat keputusan dalam situasi yang sulit.Manajer harus kreatif dan
memiliki inovasi dalam mencari solusi sehingga dapat membantu memecahkan berbagai
masalah dalam praktik bisnis. Mereka juga harus memiliki tingkat kreatifitas yang sama
ketika menangani masalah etika. Para manajer harus menggunakan imajinasi moral mereka
untuk mementukan alternatif etika agar memberikan keuntungan yang sama dalam berbagai
alternatif etika. Hal ini berarti, keputusan yang diambil oleh seorang manajer harus
memberikan dampak yang baik bagi individu, perusahaan danmasyarakat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Leonard J., Dunn Paul. 2011. Etika Bisnis & Profesi. Jakarta Selatan: Salemba
Empat.

24

Anda mungkin juga menyukai