Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SUMBER AJARAN ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah
STUDI KEISLAMAN
Dosen Pengampu:
Suwanto,M.S.I

Disusun oleh:
1. Mariya Ulva Khasanah (12204193084)
2. Khalimatus Sa’diyah (12204193017)
3. Salva Noer Syahbani (12204193152)
4. Lestari (12204193159)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
TAHUN 2020

i
Kata Pengantar
Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt., karena atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sumber Ajaran Islam.
Selawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta
keluarga dan para sahabatnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini sebagai berikut.

1. Suwanto,M.S.I. selaku dosen pengampu mata kuliah studi keislaman.


2. Teman-teman kelompok dua.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang sudah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir.

Tulungagung, 3 Maret 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Cover .........................................................................................................................

Kata pengantar .........................................................................................................i

Daftar isi .................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1


B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan Masalah..................................................................................................1

BAB II Pembahasan

A...Al-Qur’an sebagai Sumber Ajaran Islam


1. Pengertian Al-Qur’an.........................................................................................2
2. Fungsi Al-Qur’an..............................................................................................2
3. Isi Al-Qur’an.....................................................................................................2
B. Al-Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam
1. Pengertian Al-Sunnah........................................................................................2
2. Fungsi Al-Sunah................................................................................................2
3. Pembagian Sunnah……………………………………………………….........3

C. Ijtihad sebagai Sumber Hukum………………………………………………..4


1. Pengertian Ijtihad……………………………………………………………...4
2. Landasan Ijtihad………………………………………………………............4
3. Macam-macam Ijtihad………………………………………………………...4
4. Kedudukan Ijtihad……………………………………………………………..5

BAB III Penutup


A. Kesimpulan........................................................................................................6
B. Saran..................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber ajaran Islam yang pokok adalah al-Qur’an dan hadis. Keduanya memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan umat Islam. Walaupun terdapat perbedaan dari
segi penafsiran dan aplikasi, namun setidaknya ulama sepakat bahwa keduanya harus
dijadikan rujukan. Dari keduanya ajaran Islam diambil dan dijadikan pedoman utama. Oleh
karena itu, kajian-kajian terhadapnya tidak pernah keruh bahkan terus berjalan dan
berkembang seiring dengan kebutuhan umat Islam.
Akan tetapi terdapat perbedaan yang mendasar antara al-Qur’an dan Hadis. Untuk al-
Qur’an, semua periwayatan ayat-ayatnya berlangsung secara mutawatir, sedangkan untuk
Hadis sebagian periwayatannya berlangsung secara mutawatir dan sebagian berlangsung
secara ahad1
Selain itu al-Qur’an sudah ditulis sejak zaman Rasulullah saw dan dilakukan oleh
sekretaris resmi yang di tugaskan langsung oleh Rasulullah. Sedangkan, secara keseluruhan
hadis belum ditulis di zaman Nabi Muhammad saw, bahkan beliau dalam suatu kesempatan
melarang sahabat yang menulis hadis. Namun, upaya sahabat dalam menulis hadis sudah ada
sejak masa Rasulullah saw. Hadis, yaitu ucapan-ucapan dan tindakan-
Sumber Ajaran Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau
pedoman syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam
bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah
Rasulullah. Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah,
syari’ah dan akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi
syarat runtuk mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap
muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal
pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat untuk
mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran
mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam
perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang
komprehensif. Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang
akan mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu
uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Al-Qur’an dalam sumber ajaran islam?
2. Bagaimanakah al-sunnah sebagai ajaran islam?
3. Bagaimanakah kedudukan al-sunnah terhadap sumber ajaran islam?
4. Bagaimanakah ijtihad sebagai sumber hukum?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memaparkan dan menjelaskan sumber-sumber ajaran islam
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber-sumber ajaran
Agama Islam.

1
Syuhudi Ismail, Perkembangan Pemikiran Hadis, (Yogyakarta: LPPI UMY, 1994), hl. 3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-qur'an sumber ajaran islam


1. Pengertian Al-Qur'an
Mengenai pengertian Al-Qur'an ini cukup banyak dan berbeda-beda dalam
pengungkapannya. Ada yang menambahnya dengan keterangan membacanya menjadi
ibadah, dan ada pula yang menambahnya dengan keterangan yang diriwayatkan dari Nabi
Saw secara mutawatir. Sebagian ulama ada yang menambahnya dengan kata-kata yang
mengandung mu'jizat. Tetapi, pada prinsipnya terdapat persamaan mengenai pengertian AJ-
Qur'an, yaitu Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Pengertian
tersebut, sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Fazlur Rahman. Menurutnya, AI-Qur'an
adalah firman Tuhan. Secara etimologis, kata Al Qur‟an berasal dari bahasa Arab al-qur’an
yang berarti bacaan. Menurut istilah, Al Qur'an adalah sebagai kalam Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril dengan menggunakan bahasa arab
sebagai hijjah (bukti) atas kerasulan Nabi Muhammad SAW dan sebagai pedoman hidup bagi
manusia serta sebagai media dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
membacanya.2
2. Fungsi Al-qur'an
a) Hudan yaitu petunjuk bagi manusia.
b) Rahmat yaitu kasih sayang Allah kepada manusia.
c) Bayyinah yaitu bukti penejelasan tentang kenenaran.
d) Furqan yaitu sebagai pembeda antara yang hak dan batil, benar dan salah, halal dan
haram, indah dan jelek, serta yang dilarang dan yang diperintahkan.
e) Mau‟izhah atau pelajaran bagi manusia.
f) Syifa‟ artinya obat untuk penyakit hati.
3. Isi al-qur'an
a. Prinsip-prinsip aqidah, syariah, dan akhlak.
b. Janji-janji dan ancamanAllah.
c. Kisah-kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
d. Hal-hal yang akan terjadi di masa datang.
e. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
f. Sunatullah atau hukum Allah yang mengikat pada keseluruhan ciptaan-Nya

B. Al-Sunnah Sebagai Sumber Ajaran Islam


1.Pengertian Al-Sunnah
Menurut Etimologis, kata sunah berasal dari kata berbahasa arab sunnah yang berarti
cara, adat istiadat (kebiasaan), dan perjalanan hidup (sirah) yang tidak dibeda-bedakan antara
yang baik dan yang buruk. Sedangkan menurutTerminologi : Menurut ahli hadis, sunnah
berarti sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW yang berupa perkataan, perbuatan,
penetapan, sifat, dan perjalanan hidup beliau baik pada waktu sebelum diutus menjadi Nabi
maupun sesudahnya.
Adapun sunnah, menurut istilah ahli ushul fiqh, ialah: "segala sesuatu yang dinukilkan
dari nabi Saw. Baik perkataan maupun perbuatan, ataupun taqrir yang mempunyai hubungan
dengan hukum". Makna inilah yang diberikan kepada perkataan sunnah dalam sabda Nabi:
"Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua perkara, tidak sekali-kali kamu sesat selama
berpegang kepadanya, yakni: Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya"(H.R. Malik).
2. Fungsi Al-Sunah
a. Menetapkan dan menguatkan hukum-hukum yang sudah ditetapkan oleh Al Qur‟an
2
R.Abuy sodikin .Juli 2003.”Memahami Sumber Ajaran Islam”,Jurnal islamologi Vol.20 No.98-99,hal.2
(http://jurnal.uinbanten.ac.id/Memahami-Ajaran-Islam)

2
b. Merinci dan menafsirkan ayat al Qur‟an yang masih global (bayan tafshil), membatasi
atas Al Qur‟an yang masih muthlaq/umum (bayan taqyid), dan mengkhususkan ayat Al
Qur‟an yang masih umum (bayan takhshish).
c. Menetapkan hukum yang belum ditetapkan oleh Al Qur‟an
3.Pembagian Sunnah
Sunnah itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Sunnah qauliyah (perkataan ), contohnya: Segala amalan itu mengikuti niat (orang yang
meniatkan) (H.R. Bukhari-Muslim).
b. Sunnah fl 'liyah, contohnya: cara-cara mendirikan Shalat, cara-cara mengerjakan amalah
haji, adab berpuasa, dan memutuskan perkara berdasarkan saksi dan memutuskan perkara
berdasarkan saksi dan berdasarkan sumpah. Nabi bersabda: "Ambillah dariku cara-cara
mengerjakan haji" (HR. Muslim dari Jabir).
c . Sunnah taqririyah. Membenarkan atau tidak mengingkari sesuatu yang diperkuat oleh
seseorang sahabat, atau diberitakan kepada beliau, lalu tidak menyanggah, atau tidak
menyalahkan serta menunjukkan bahwa beliau meridhainya. Dalam hal ini contohnya ialah:
Nabi membenarkan ijtihad para sahabat mengenai urusan mereka bersembahyang ashar di
Bani Quraidhah, Nabi bersabda: "Jangan seseorang kamu melakukan shalat, melainkan di
Bani Quraidhah."3

3
R.Abuy sodikin .Juli 2003.”Memahami Sumber Ajaran Islam”,Jurnal islamologi Vol.20 No.98-99,hal.9-13
(http://jurnal.uinbanten.ac.id/Memahami-Ajaran-Islam)

3
C.Ijtihad sebagai Sumber Hukum
1. Pengertian Ijtihad
Ijtihad menurut bahasa adalah pencurahan segenap kesanggupan untuk mendatangkan
sesuatu dari berbagai urusan atau perbuatan. Kata ijtihad berasal dari kata jahada yang
artinya berusaha keras atau berusaha sekuat tenaga; kata ijtihad yang secara harfiah
mengandung arti yang sama, ini secara teknis ditetapkan bagi seorang ahli hukum yang
dengan kemampuan akalnya berusaha keras untuk menentukan pendapat dilapangan
hukum mengenai hal yang pelik dan meragukan.4

2. Landasan Ijtihad
Dalam islam akal sangat dihargai. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan
suruhan untuk mempergunakan akal, sebagaimana dapat dilihat dari ayat-ayat ini:
sesungguhnya penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal (QS 3:190). Sesungguhnya binatang
(makhluk) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang yang pekak dan tuli yang
mengerti apapun (QS 8:22).
Sebagai bukti bahwa ijtihad juga dilakukan para sahabat adalah ketika Abu Bakar
menjadi khalifah. Pada waktu itu terdapat sekelompok umat Islam yang tidak membayar
zakat fitrah, Abu Bakar melakukan tindakan dengan memerangi mereka, tindakan Abu
Bakar tersebut pada mulanya tidak setujui oleh Umar Bin Khattab. Umar Bin Khattab
beralasan dengan menggunakan sabda Nabi, yang artinya; “Saya diperintahkan untuk
memerangi orang banyak (yang mengganggu islam) sehingga mereka mau mengucapkan
kalimah syahadat. Kalau mereka telah mengucapkannya, terjagalah darah dan harta
mereka, kecuali dengan cara yang benar”.

3. Macam-macam Ijtihad
Ditinjau dari segi pelakunya, Ijtihad dibagi menjadi dua yaitu: ijtihad perorangan dan
ijtihad jama’i. ijtihad perorangan yaitu suatu ijtihad yang dilakukan oleh seorang mujtahid
dalam suatu persoalan hukum. Sedangkan ijtihad jama’I atau ijtihad kelompok adalah
ijtihad yang dilakukan oleh sekelompok mujtahidin dalam menganalisa suatu masalah
untuk menentukan suatu ketetapan hukum.
Dilihat dari lapangannya, ijtihad dibagi kedalam tiga macam, yaitu:
1. Ijtihad pada masalah-masalah yang ada nashnya, tapi bersifat zhanni.
2. Ijtihad untuk mencapai suatu hukum syara dengan penetapan kaidah kulliyah yang
bisa diterapkan tanpa adanya suatu nash.
3. Ijtihad bi ar-ra’yi yaitu ijtihad dengan berpegang pada tanda-tanda dan wasilah yang
telah ditetapkan syara untuk menunjuk pada suatu hukum.

4. Kedudukan Ijtihad
1. Hasil ijtihad tidak mutlak/relative bisa berubah. Bahwa ijtihad tidak mutlak karena
mengingat hasil ijtihad merupakan analisa akal, maka sesuai dengan sifat dari akal
manusia sendiri yang relative, maka hasilnya pun relative pula. Pada saat sekarang
bisa berlaku, dan pada saat yang lain bisa tidak berlaku.
2. Hasil ijtihad tidak berlaku umum, dibatasi oleh tempat, ruang dan waktu. Dalam
ketentuan ini generalisasi terhadap suatu masalah tidak bisa dilakukan. Umat islam
bertebaran di seluruh dunia dalam berbagai situasi dan kondisi alamiah yang berbeda.
Lingkungan social dan budayanya pun sangat beraneka ragam. Ijtihad disuatu daerah
tertentu belum tentu berlaku pada daerah yang lain.
3. Proses ijtihad harus mempertimbangkan motivasi, akibat dan kemaslahatan umum
(umat).
4. Hasil ijtihad tidak boleh berlaku pada persoalan ibadah mahdhlah, sebab masalah
tersebut telah ada ketetapannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah, dengan demikian

4
Ali, Maulana Muhammad. 2016. Islamologi Panduan Lengkap Memahami Sumber Ajaran Islam,
Rukun Iman, Hukum & Syari’at Islam. Jakarta: CV Darul Kutubil Islamiyah. Hal.9-18

4
kaidah yang penting dalam melakukan ijtihad adalah bahwa ijtihad tersebut tidak
boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
5. Metode Ijtihad
1. Qiyas. Qiyas artinya reasoning by analogy. Makna aslinya adalah mengukur atau
membandingkan atau menimbang dengan membandingkan sesuatu. Contoh: Pada
masa Nabi belum ada persoalan padi. Dengan demikian diperlukan ijtihad dengan
jalan qiyas dalam menentukan zakat.
2. Ijma atau consensus. Kata ijma berasal dari kata jam’un artinya menghitung atau
mengumpulkan. Ijma mempunyai dua makna, yaitu menyusun dan mengatur suatu hal
yang tidak teratur. Oleh sebab itu, ia berarti menetapkan dan memutuskan suatu
perkara, dan berarti pula sepakat atau bersatu dalam pendapat. Persetujuan pendapat
berdasarkan hasil ijma ini contohya bagaimana masalah keluarga berencana.
3. Istihsan. Istihsan artinya preference. Makna aslinya adalah menganggap baik suatu
barang atu menyukai barang itu. Menurut terminologi para ahli hukum, berarti
menjelaskan keputusan pribadi yang tak didasarkan atas qiyas, melainkan didasarkan
atas kepentingan umum atau kepentingan keadilan. Sebagai contoh adalah peristiwa
Umar Bin Khattab yang tidak melaksanakan hukum potong tangan kepada seorang
pencuri pada masa paceklik.
4. Mashlahat Al-Mursalat. Artinya, keputusan yang berdasarkan guna dan manfaat
sesuai dengan tujuan hukum syara. Kepentingan umum yang menjadi dasar
pertimbangan mashlahat Al-Mursalat ialah menolak mafsadat atau mengambil suatu
manfaat dari suatu peristiwa. Contoh metode ini adalah tentang khamar dan judi.
Dalam ketentuan nash bahwa khamar dan judi itu terdapat manfaat bagi manusia
tetapi bahayanya lebih besar dari manfaatnya. Dari sebuah nash dapat dilihat bahwa
suatu masalah yang mengandung mashlahat dan mafsadat didahulukan menolak
mafsadat. Untuk ini terdapat kaidah, “Menolak kerusakan lebih diutamakan dari pada
menarik kemashlahatannya, dan apabila berlawanan antar mafsadat dan mashlahat
dahulukanlah menolak mafsadat”.5

5
Ibid hal 18

5
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan materi yang telah di paparkan dalam makalah ini dapat diambil
simpulan sebagai berikut :
a. Al – Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril dengan menggunakan bahasa Arab, secara
berangsur – angsur dan membacanya adalah termasuk suatu ibadah. Al –
Qur’an selain berfungsi sebagai petunjuk bagi umat mnusia, Al – Qur’an
mempunyai fungsi khusus yaitu Hudan (petunjuk), Rahmat (kasih sayang),
Bayyinah(penjelas), Furqan (pembeda), Mauizah (pelajaran), dan asy-
Syifa’ (obat). Al – Qur’an berisi prinsip Aqidah, Syariah dan akhlak,janji
dan ancaman, kisah Nabi, kejadian masa depan, dan suntullah.
b. As – Sunnah adalah sesuatu yang di nukilkan dari Nabi Muhammad SAW
baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun taqrir yang mempunyai
hubungan dengan hukum. Fungsi as – Sunnah yaitu untuk menguatkan
hukum – hukum yang telah ada di dalam Al – Qur’an, merinci dan
menafsirkan ayat Al – Qur’an yang masih global dan menetapkan hukum
yang belum ada di dalam Al – Qur’an. As – Sunnah dibagi menjadi tiga
yaitu, Sunah Qauliyah, Fi’liyah dan Taqririyah. Kedudukan As – Sunnah
adalah sebagai sumber kedua setelah Al – Qur’an.
c. Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh – sungguh untuk memutuskan
suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al – Qur’an maupun Hadits
dengan menggunakan akal sehat. Landasan Ijtihad dalam Al – Qur’an
adalah Qs. Ali Imran ayat 190 dan Al – Anfal ayat 22. Macam – macam
Ijtihad yaitu Ijtihad Bayani, Ijtihad Qiyasi dan Ijtihad Istislahi. Ijtihad
menempati kedudukan sebagai sumber hukum islam setelah Al – Qur’an
dan hadits. Metode ijtihad yaitu Qiyas, Ijma’, Istihsan, dan Mashalatul Al
– Mursalat.

Dari simpulan diatas dapat diambil garis besar yaitu sumber hukum ajaran
Islam ialah Al – Qur’an, As – Sunnah dan Ijtihad, segala sesuatu yang berhubungan
dengan muamalah, ibadah dan lain sebagainya itu harus berlndskn Al – Qur’an
sebagai firman Allah, As – Sunnah sebagai sebagai sumber hukum kedua setelah Al –
Qur’an dan sumber berikutnya yaitu Ijtihad.

B. Saran
Sebelum kita mempelajari agama islam lebih jauh, terlebih dahulu kit harus
mempelajari hukum ajaran islam agar agama islam yang kita ketahui sesuai yang di
firmankan Allah dan sesuai dengan ajaran Rosulullah SAW dan para sahabat –
sahabatnya. Dalam makalah Sumber Ajara Islam ini penulis masih mempunyai
banyak kesalahan, sehingga disarankan kepada pembaca untuk lebih teliti dalam
memahaminya dan memberikan kritiknya. Dari simpulan diatas dapat dikemukakan
beberapa saran yaitu :
a. Sebagai umat Islam hendaknya kita memahami hukum Islam dengan baik, karena
hukum islam mengatur berbagai kehidupan umat manusia.
b. Dalam mengamalkan ajaran islam secara menyeluruh, baik dibidang hukum, hak
dan kewajiban sebaiknya berdasarkan prinsip – prinsip yang diajarkan agama
islam.

6
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mulana Muhammad.2016.Islamologi Panduan Lengkap Memahami
Sumber Ajaran Islam, Rukun Iman, Hukum & Syari’at Islam. Jakarta : CV
Darul Kutubil Islamiyah.

Sodikin,Abuy.2003. Memahami Sumber Ajaran Islam. Al – Qlam. 20 (98-


99) : 9 -18
(http://jurnal.uinbanten.ac.id/Memahami-Ajaran-Islam)
Ismail Syuhudi, Perkembangan Pemikiran Hadis, (Yogyakarta: LPPI UMY, 1994), hl. 3

Anda mungkin juga menyukai