Anda di halaman 1dari 18

SUBJEK DAN OBJEK BIMBINGAN KONSELING ISLAM

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Bimbimgan Konseling


Islami

Dosen Pengampu : Eka Suryani, M.Pd.I,Dra


Disusun oleh : Kelompok III

1. Abdillah Annas (0306183212)

2. Ismi Aulia (0306183200)

3. Nur Ainun Dalimunthe (0306182167)

4. Safira Afifa (0306181031)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT. Berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
memperluas ilmu serta menambah wawasan tentang “ Subjek dan Objek Bimbingan
Konseling Islam “. Terima kasih kami ucapkan kepada rekan-rekan dan semua pihak
yang telah membantu, sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan
sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para penulis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Medan, 4 Oktober 2021

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................1

C. Tujuan................................................................................................................1

BAB II.....................................................................................................................2

A. Subjek Bimbingan dan Konseling Islam.........................................................2

B. Objek Bimbingan dan Konseling Islam...........................................................6

BAB III..................................................................................................................10

A. Kesimpulan......................................................................................................10

B. Saran.................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial. Dimana manusia pasti akan


membutuhkan bantuan manusia lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial
akan berinteraksi dengan manusia lainnya dan lingkungannya. Dengan
demikian, manusia akan membutuhkan bantuan satu sama lain.
Dalam proses konseling, dijelaskan bahwa konseling merupakan
proses yang melibatkan seorang tenaga profesional atau konselor dengan
klien atau pasien dengan tujuan membantu klien dalam menghadapi
permasalahannya. Sedangkan bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada individu agar dengan potensi yang dimiliki mampu
dikembangkan secara optimal dengan jalan memahami diri, lingkungan,
mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih
baik. Dan Islam merupakan sebuah keyakinan atau ajaran yang diyakini
seseorang sebagai pedoman hidup.
Jadi, bimbingan konseling Islam merupakan proses memberikan
bantuan kepada klien dengan mengembangkan secara optimal potensi
yang ia miliki sebagai makhluk dengan menggunakan ajaran-ajaran Islam.
Maka, manusia sebagai makhluk memiliki peran penting dalam bimbingan
dan konseling Islam.
B. Rumusan Masalah

1. Siapa yang menjadi subjek Bimbingan dan Konseling Islam?

2. Siapa yang menjadi objek Bimbingan dan Konseling Islam?


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui subjek Bimbingan dan Konseling Islam

2. Untuk mengetahui objek Bimbingan dan Konseling Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Subjek Bimbingan Konseling Islam


Pada dasarnya yang menjadi subjek dalam bimbingan dan
konseling agama adalah manusia itu sendiri. Namun hal ini yang menjadi
subjek bimbingan dan konseling agama adalah konselor. Konselor adalah
pihak yang membantu klien dalam proses konseling. Konselor dalam
menjalankan peranannya bertindak sebagai fasilitator bagi klien. Selain itu
konselor juga bertindak sebagai penasihat, guru, konsultan yang
mendampingi klien sampai klien dapat menemukan dan mengatasi
masalah yang sedang dihadapinya.1

Dalam melakukan proses konseling, seorang konselor harus dapat


menerima keadaan klien apa adanya. Konselor juga harus dapat
menciptakan suasana yang kondusif saat proses konseling berlangsung.2

a. Karakteristik Konselor

Menurut Carl Rogers, konselor memiliki karakteristik, diantaranya:

1. Congruence
Menurut Rogers, seorang konselor harus terintegrasi dan
kongruen. Pengertiannya adalah seorang konselor terlebih dahulu
harus memahami dirinya sendiri. Antara pikiran, perasaan dan
pengalamannya harus serasi. Konselor harus benar-benar menjadi
dirinya sendiri, tnpa menutup-nutupi kekurangannya sendiri.

1 Arifin & Kartikawati, Materi Pokok Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, 1995), h.12-13.
2
Aswadi, Iyadah dan Ta’ziyah, Perspektif Bimbingan dan Konseling Islam, (Bandung: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2009), h. 25-27

2
2. Unconditional Positive Regard

Konselor harus dapat menerima atau respek kepada klien


walaupun dengan keadaan yang tidak dapat diterima oleh
lingkungannya. Menurut Ragers, setiap manusia memiliki tendensi
untuk mengaktualisasikan dirinya ke arah yang lebih baik. Untuk
itulah konselor harus memberikan kepercayaan kepada klien untuk
mengembangkan dirinya. Situasi konseling harus menciptakan
hubungan kasih sayang yang mendatangkan efek konstruktif pada
diri klien sehingga klien memiliki kemampuan dalam memberi dan
menerima cinta.

3. Empahty

Empathy disini maksudnya adalah memahami orang lain


dari suduk kerangka berfikirnya. Selain itu empathy yang dirasakan
juga harus ditunjukkan. Konselor harus dapat menyingkirkan nilai-
nilainya sendiri tetapi tidak boleh ikut terlarut dalam nilai-nilai
klien. Rogers, mengartikan empathy sebagai kemampuan yang
dapat merasakan dunia klien tanpa kehilangan kesadaran dirinya. Ia
menyebutkan komponen yang terdapat dalam empathy meliputi:
penghargaan positif, rasa hormat, kehangatan, kekonkretan,
kesiapan atau kesegaran, konfrontasi, dan keaslian.

Selain karakteristik yang disebutkan Carl Rogers, seorang konselor


yang berperan sebagai pembantu bagi klien harus memiliki karakteristik
yang positif untuk menjamin keefektifannya dalam memberikan
penanganan. Dalam hal ini, Latipah membagi dua aspek utama yaitu3:

1. Keahlian dan ketrampilan

3
Al Rasyidin (ed), Kontributor Hasan Asyari, Pendidikan & Konseling Islami (Bandung: Citapustaka
Media Perintis, 2008), h. 56-60.
Konselor adalah orang yang harus benar-benar mengerti dunia
konseling dan menyelesaikan permasalahan klien dengan tepat, aspek
keahlian dan ketrampilan wajib dipenuhi oleh konselor yang efektif.

2. Kepribadian konselor
Kepribadian seorang konselor juga turut menentukan
keberhasilan proses konseling. Dimensi kepribadian yang harus
dimiliki oleh seorang konselor sebagai berikut:

a. Spontanitas

b. Fleksibilitas

c. Konsentrasi

d. Keterbukaan

e. Stabilitas emosi

f. Berkeyakinan dan kemampuan untuk berubah

g. Komitmen pada rasa kemanusiaan

h. Kemauan membantu klien mengubah lingkungannya

i. Pengetahuan konselor

j. Totalitas
Secara umum, karakteristik seorang konselor yang berlaku di
Indonesia telah diuraikan oleh Willis, seperti berikut:

1. Beriman dan bertakwa

2. Menyenangi manusia

3. Komunikator yang terampil dan pendengar yang baik

4. Memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial-budaya yang baik


dan kompeten
5. Fleksibel, tenang dan sabar

6. Menguasai ketrampilan teknik dan intuisi Memahami etika profesi


7. Respek, jujur, asli, menghargai, dan tidak menilai

8. Empati, memahami, menerima, hangat, dan bersahabat

9. Fasilitator dan motivator


10. Emosi stabil, pikiran jernih, cepat dan mampu

11. Objektif, rasional, logis, dan konkret

12. Konsisten dan bertanggung jawab.4

Karakteristik konselor yang diharapkan bisa melaksanakan


konseling Islami:

1. Seseorang yang sudah mendalami dan mendapat keahlian khusus


dalam bidang konseling atau pendidikan profesi konseling
2. Seseorang yang memiliki pemahaman ajaran agama yang memadai

3. Seorang yang cara hidupnya layak diteladani

4. Seseorang yang punya keinginan kuat dan ikhlas untuk membantu


orang lain
5. Seseorang yang bisa memegang rahasia orang lain

6. Seseorang yang menyadari berbagai kelemahan pribadinya dan tidak


enggan meminta bantuan ahli lain
7. Seorang yang tidak mudah putus asa

8. Seorang muslim/muslimah yang secara terus menerus berusaha


memperkuat iman, ketakwaannya, dan berusaha menjadi ihsan yang
suci hatinya.5
b. Fungsi Konselor
Selain memiliki karakteristik, seorang konselor juga memiliki
peran dan fungsi. Peran (role) didefinisikan sebagai the interaction of
expectations about a “position” and perceptions of the actual person
in that position. Dari definisi yang dikembangkan oleh Baruth dan
Robinson III, dapat diartikan bahwa, peran adalah apa yang diharapkan
dari posisi yang dijalani seorang konselor dan persepsi sebagai orang
lain terhadap posisi konselor tersebut.
4 Lubis & Lahmuddin, Bimbingan Konseling Islami , (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2007), h. 98- 102.

5
Al Rasyidin (ed), Kontributor Hasan Asyari, Pendidikan & Konseling Islami, (Bandung:
Citapustaka Media Perintis, 2008), h. 78-90.
Sementara fungsi (function) didefinisikan sebagai what the
individual does in the way of specific activity. Dari definisi tersebut,
dapat diartikan bahwa fungsi adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh
konselor dalam menjalani profesinya.

Corey mengatakan bahwa tidak ada satu pun jawaban


sederhana yang mampu menerangkan bahwa bagaimana sebenarnya
peran konselor yang layak. Ada beberapa faktor yang diperhitungkan
dalam menentukan peran konselor, yaitu tipe pendekatan konseling
yang digunakan, karakteristik kepribadian konselor, taraf latihan, klien
yang dilayani dan setting konseling.

Fungsi utama seorang konselor adalah membantu klien menyadari


kekuatan-kekuatan mereka sendiri, menentukan hal-hal apa yang
merintangi mereka menentukan kekuatan tersebut, dan memperjelas
pribadi seperti apa yang mereka harapkan fungsi esensial dari konselor
adalah memberikan umpan balik yang jujur dan langsung kepada klien.

B. Objek Bimbingan Konseling Islam


Objek bimbingan konseling Islam merupakan orang yang
menerima atau menjadi sasaran dalam kegiatan “Bimbingan Konseling”
atau biasanya disebut “Konseli”. Sedangkan konseling merupakan
seseorang sedang menghadapi masalah karena tidak mampu dalam
menyelesaikan masalahnya sendiri. Menurut Imam Sayuti dalam bukunya
pokok – pokok bahasan tentang bimbingan dan penyuluhan agama sebagai
teknik dakwah menjelaskan bahwa konselin atau subjek bimbingan
konseling Islam merupakan individu yang mempunyai masalah sehingga
memerlukan bantuan bimbingan dan konseling.

Syarat – syarat konseling :


1. Harus mempunyai motivasi kuat dalam mencari penjelasan atau pokok
masalah yang akan dihadapi, serta disadari sepenuhnya dan bersedia
membicarakannya dengan konselor. Sehingga persyaratan ini dapat
menentukan mengenai keberhasilan atau kegagalan terapi.
2. Keinsafan terhadap tanggung jawab konseling dalam mencari
penyelesaian masalah dan melaksanakan apa yang diputuskan pada
akhir konseling. Sehingga persyaratan ini cenderung menjadi suatu
persyaratan, namun keinsafannya masih dapat muncul selama proses
konseling berlaku.
3. Keberanian dan kemampuan berfungsi untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan juga masalah yang dihadapi. Persyaratan ini berkaitan
dengan kemampuan intelektual dan berefleksi dalam dirinya sendiri.
4. Walaupun konseling merupakan individu yang memperoleh bantuan,
namun dia bukan objek atau individu pasif atau tidak memiliki
kekuatan. Sehingga dalam konteks konselingnya, konseling merupakan
subjek yang memiliki kekuatan, motivasi, kemauan berubah, dan
perilaku dalam perubahan dirinya.6

Menurut Sutoyo, konseling dalam bimbingan konseling harus


mengikuti prinsip – prinsip proses konseling islami. Hal tersebut
mencerminkan bahwa proses konseling Islam bukan hanya pekerjaan
konselor saja namun berperan andil sangat berat dalam menyelesaikan
proses konselingnya. Apabila konselornya profesional maka lebih berhasil
memberikan pelayanan konseling kepada konselinya. Keprofesionalan
konselor sangat didukung oleh pemahaman psikologis lebih luas. Sehingga
pemahaman psikologi sangat membantu konselor dalam memahami tingkah
laku dan proses mental dari klien menciptakan konseling efektif.

Karena dalam proses konseling, konselor harus memanfaatkan segala


kondisi dalam menunjang kesuksesan proses konseling dengan menghindari
faktor penghambat konseling. Karena dalam proses konseling, konselor
6
Tarmizi., Bimbingan Konseling Islam, (Medan : Perdana Publishing, 2018), h. 74 - 75.
harus memanfaatkan segala kondisi dalam menunjang kesuksesan proses
7
konseling dengan menghindari faktor penghambat konseling tersebut.
Berdasarkan pemahaman Sutoyo prinsip berkaitan dengan konseling
(individu yang dibimbing) yaitu :

1. Konseling memahami kembali hakikat La ilahailla Allah dan


mengetahui konsekuensi kalimat pengakuan Asyhadu alla ilahailla
Allah.
2. Allah menetapkan ketentuan (Sunnatullah) sehingga individu tak
perlu takut apabila ada yang menzalimi karena setiap sesuatu pasti
memiliki ajal beserta segala pembalasan diterima sesuai kadar
perilaku perbuatannya.
3. Setiap manusia dibekali akal dan hati nurani sehingga bimbingan
konseling Islam harus dimantapkan dalam penggunaan akal dan hati
nurani yang sehat.
4. Individu hendak diingatkan bahwa manusia harus banyak bersyukur
kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua. Karena tidak
ada manusia dengan sendirinya melainkan sebagai hasil ciptaan
Allah melalui perantara orang tua.
5. Tujuan penciptaan manusia dibumi hanya sebagai khalifah di muka
bumi dan beribadah kepada Allah. Sehingga diberikan amanah
dengan menjaga dirinya sendiri sebagai khalifah dan selalu
meniatkan setiap aktivitas hanya kepada Allah sehingga memiliki
makna dan juga berkah.
6. Manusia diciptakan dengan fungsi yang berbeda sehingga konseling
harus sadar akan menjaga dan juga menggunakan segala nikmat
jasmani yang telah diberikan dengan baik.
7. Manusia memiliki fitrah (pembawaan) yang bersih, suci, dan
cenderung mengarah terhadap hal positif. Perilaku salah (mal-
7
Hasan Bastomi, Menuju Bimbingan Konseling Islami, Journal of Guidance and Counseling 01(1), 2017),

h. 86
adaptif) merupakan hasil perilaku individu, pengaruh lingkungan
negatif, dan kemampuan individu belum maksimal dalam
menghadapi cobaannya.

Sehingga pemahaman Sutoyo membahas fondasi dasarnya terkait


dalam proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam. Dan aktualisasi
insight (penyadaran) dalam pemaknaan kembali konsep diri sebagai
makhluk ciptaan sejalan dengan tuntutan sang pencipta lebih mengetahui
hakikat penciptaan manusia. Dan dapat disimpulkan bahwa asumsi
perilaku salah disebabkan karena individu tersebut belum mampu dalam
memaksimalkan kemampuannya dalam menghadapi segala bentuk
permasalahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Subjek bimbingan konseling kelompok adalah konselor. Dimana


konselor memiliki beberapa karakteristik, antara lain: Seseorang yang
sudah mendalami dan mendapat keahian khusus dalam bidang konseling
atau pendidikan profesi konseling. Seseorang yang memiliki pemahaman
ajaran agama yang memadahi. Seorang yang cara hidupnya layak
diteldani. Seseorang yang punya keinginan kuat dan ikhlas untuk
membantu orang lain. Seseorang yang bisa memegang rahasia orang lain.
Seseorang yang menyadari berbagai kelemahan pribadinya dan tidak
enggan meminta bantuan ahli lain. Seorang yang tidak mudah putus asa.
Seorang muslim/muslimah yang secara terus menerus berudaha
memperkuat iman, ketakwaannya, dan berusaha menjadi ihsan yang suci
hatinya.

Klien sebagai objek kajian bimbingan konseling agama juga


mempunyai jenisnya tersendiri. Jenis klien tesebut antara lain: klien
sukarela, klien terpaksa, klien enggan, klien bermusuhan atau menentang
dan klien krisis.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan.
Maka dari itu kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar
kedepannya penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin & Kartikawati. 1995. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Aswadi. 2009. Iyadah dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan dan Konseling Islam.

Bandung : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.

Al Rasyidin (ed). 2008. Kontributor Hasan Asyari, Pendidikan & Konseling


Islami Bandung : Citapustaka Media Perintis.

Hasan Bastomi. 2017. Menuju Bimbingan Konseling Islami. Journal of


Guidance and Conseling, 1 (1), 64-74.

Lubis, Lahmuddin. 2007. Bimbingan Konseling Islami. Jakarta: Hijri Pustaka


Utama.

Tarmizi. 2018. Bimbingan Konseling Islam. Medan : Perdana Publishing.

Anda mungkin juga menyukai