Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebiasaan mengkomsumsi makanan cepat saji, seperti makanan dan
minuman berkadar gula tinggi, sudah menjadi gaya hidup masyarakat modern
sekarang ini yang kemudian memicu timbulnya penyakit-penyakit akibat pola
makan dan minum yang tidak sehat. Salah satu penyakit yang dapat terjadi
adalah Diabetes Melitus (DM) atau penyakit gula darah. Diabetes melitus
merupakan salah satu penyakit yang menonjol diantara penyakit lain seperti
jantung, kanker serta stroke. Penyakit tersebut diakibatkan oleh pola makan,
gaya hidup kurang sehat serta tidak diimbangi oleh olahraga yang kemudian
memicu menurunya antibodi dan menyebabkan kerusakan pada organ serta
sistem tubuh yang vital (Maulana, 2008).
Diabetes Melitus, yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah, adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah, sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana pankreas tidak mampu lagi memproduksi
hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin adalah salah satu hormon
yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol
jumlah/kadar gula dalam darah. Insulin ini juga dibutuhkan untuk mengubah
(memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan
tubuh manusia (Clevo, 2012).
Pengelolaan Diabetes Melitus salah satunya adalah dengan cara diet
seimbang. Pemberian diet diusahakan untuk dapat memenuhi kebutuhan
pasien diabetes melitus, sehingga pelaksanaan diet diabetes melitus hendaknya
diikuti pedoman 3J (Jumlah, Jadwal, & Jenis). Diabetes Melitus sering
menimbulkan komplikasi yang bersifat menahun (kronis). Pasien diabetes
melitus yang tidak mendapat penanganan yang baik akan mengalami
komplikasi (Marliani, 2007).
Kendala utama pada penanganan diet diabetes melitus adalah kejenuhan
pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk mencapai

1
keberhasilan. Pelaksanaan diet diabetes melitus sangat dipengaruhi oleh
adanya dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai
perasaan saling memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta
aktif dalam kegiatan sehari-hari. Perasaan saling terkait dengan orang lain
dilingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan
terisolasi (Basyiroh, 2011).
Dukungan keluarga tidak ada maka pasien diabetes melitus akan tidak
patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit diabetes melitus tidak
terkendali dan menjadi komplikasi. Dan apabila dukungan keluarga baik maka
pasien diabetes melitus akan patuh dalam pelaksanaan diet, sehingga penyakit
diabetes melitus terkendali. Banyak cara untuk penanganan diabetes melitus
dalam pencegahan komplikasi yaitu dengan diet, aktivitas fisik dan
pengobatan baik injeksi maupun oral (Prabowo dkk, 2015).
Peran dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan diet yaitu
mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota yang menderita
diabetes melitus, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
pada pasien diabetes melitus, memberikan perawatan kepada anggota keluarga
yang menderita diabetes melitus, mempertahankan suasana rumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya, memanfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan untuk
pasien diabetes melitus (Harmoko, 2012).
Keberhasilan suatu pengobatan baik secara primer maupun sekunder,
sangat dipengaruhi oleh kepatuhan penderita diabetes melitus untuk menjaga
kesehatannya. Dengan kepatuhan yang baik, pengobatan secara primer
maupun sekunder dapat terlaksana secara optimal dan kualitas kesehatan bisa
tetap dirasakan. Sebabnya apabila penderita diabetes melitus tidak mempunyai
kesadaran diri untuk bersikap patuh maka hal tersebut dapat menyababkan
kegagalan dalam pengobatan yang berakibat pada menurunnya kesehatan.
Bahkan akibat ketidakpatuhan dalam menjaga kesehatan, dapat berdampak
pada komplikasi penyakit diabetes melitus dan bisa berujung pada kematian.
Menurut data WHO (World Health Organization), Indonesia menempati
urutan ke-4 terbesar jumlah penderita kencing manis di dunia. Pada tahun

2
2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia ynag mengidap diabetes
melitus. Jumlah ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Setiap tahun
pertambahannya sekitar 30% betapa banyaknya jumlah penderita diabetes
melitus di Indonesia. Di tahun 2012 sudah ada 4,8 juta kematian yang
disebabkan langsung oleh diabetes melitus (Depkes, 2016).
Dinas kesehatan kota manado tahun 2012 terdapat 2052 orang penderita
diabetes melitus jumlah terbanyak terdapat pada range usia 45-54 tahun
(Dinas Kesehatan Kota Manado). Berdasarkan survei awal di Rumah Sakit
Umum Pancaran Kasih GMIM Manado, pasien yang menderita diabetes
melitus dari bulan Januari-April tahun 2016 berjumlah 168 orang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk membahas
tentang pentingnya dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan diet
penderita diabetes melitus.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi bukti empiris adanya
dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan diet penderita diabetes
melitus, membawa wawasan psikiatri khususnya tentang dukungan keluarga
dalam meningkatkan kepatuhan diet penderita diabetes melitus. Bagi peneliti
yang tertarik untuk mengkaji lebih lanjut mengenai dukungan keluarga dalam
meningkatkan kepatuhan diet penderita diabetes melitus. Penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan. Bagi tenaga kesehatan
untuk dijadikan sebagai salah satu bahan informasi atau acuan dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Bagi institusi sebagai
informasi atau kajian untuk untuk dijadikan acuan bagi penelitian-penlitian
yang sejenis pada masa yang akan datang.

1.2 Tujuan Penelitian


1.2.1 Tujuan umum
Diketahuinya dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan
diet penderita diabetes melitus.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Diidentifikasi dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan
diet penderita diabetes melitus.

3
2. Diiidentifikasi kepatuhan pelaksanaan diet diabetes melitus oleh
pasien diabetes melitus.
3. Dianalisisnya dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan
diet penderita diabetes melitus.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Apakah dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan diet penderita
Diabetes Melitus?
1.4 Ringkasan Isi
Bab I menjelaskan Latar belakang tentang diabetes melitus, prevalensi
menurut WHO, Indonesia, Manado dan tempat penelitian. Pada bab II
membahas tentang keseluruhan konsep dari teori tentang diabetes melitus,
kepatuhan, diet diabetes melitus dan dukungan keluarga serta penelitian
terkait dan aplikasi teori keperawatan Dorothea Orem terhadap penelitian.
Dalam bab III membahas tentang kerangka konsep, hipotesis dan definisi
oprasional dari penelitian. Di mana kerangka konsep sesuai dengan teori dari
Orem’s tentang self care, hipotesis untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara dua variabel.
Dalam bab IV membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan
desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectinal study.
Lokasi, waktu, populasi dan sampel, instrumen, proses penelitian, etika dan
analisa data. Pada bab V ini berisi tentang hasil penelitian yang didapat di
lapangan yang terdiri dari hasil penelitian analisis univariat dan bivariat yang
disajikan dalam bentuk tabel. Pada bab VI ini membahas atau menjelaskan
hasil penelitian tentang dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan
diet pendertia diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM
Manado.
Pada bab ini juga akan membahas hasil dari penelitian dengan teori
keperawatan menurut Dorothea Orem Self Care terhadap dukungan Keluarga
dalam meningkatkan kepatuhan diet penderita diabetes melitus. Bab VII
kesimpulan dan saran yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian secara
keseluruhan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab II membahas tentang keseluruhan konsep dari teori tentang


diabetes melitus, kepatuhan, diet diabetes melitus dan dukungan keluarga serta
penelitian terkai dan aplikasi teori keperawatan Dorothea Orem terhadap
penelitian.
2.1 Konsep Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Diabetes
melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurang insulin baik absolut maupun relatif (Clevo, 2012).
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah
(Waspadji, 2007). Diabetes Melitus klinis adalah suatu sindroma gangguan
metabolisme dengan hiperglikemi yang tidak semestinya sebagai akibat suatu
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin
atau keduanya (Maulana M. 2008).
Kesimpulanya diabetes melitus adalah suatu kelainan pada seseorang yang
ditandai dengan naiknya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang
diakibatkan karena kekurangan insulin.
2.1.1 Klasifikasi Diabetes Melitus adalah:
1. Tipe I : Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
2. Tipe II : Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI)
3. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadan atau sindrom
lainnya.
4. Diabetes Melitus gestasional (DMG).
2.1.2 Penyebab dari Diabetes Melitus adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung indulin (DMTI)
a. Faktor Genetik: Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I
itu sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau

5
kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditentukanpada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (Human Leucoyte Antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi, pada dibetes tipe I terdapat bukti adanya
suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormanl
dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan, faktor eksternal yang dapat memicu
destruksi sel B pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel B
pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari diabetes melitus tipe II ini belum
diketahui, faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung
insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.
DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari
sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat
dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian
terjadi reaksi intraseluler yang meningkatkan transport glukosa
menembus membran sel.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan
insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama

6
dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga diabetes melitus
tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non insulin Dependent
Diabetes Melitus (NNDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada
masa kanak-kanak. Faktor resiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes melitus tipe I, diantaranya adalah: usia
(resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun),
obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnis.
Tanda dan gejala pada diabetes melitus pada seseorang dapat
dikatakan menderita diabetes melitus apabila penderita mengalami
dua dari tiga gejala yaitu: keluhan TRIAS: banyak minum, banyak
kencing dan penurunan berat badan. Kadar glukosa darah pada
waktu puasa lebih dari 120 mg/dl kadar glukosa darah dua jam
sesudah makan lebih dari 200 mg/dl. Keluhan yang sering terjadi
pada penderita diabetes melitus adalah: poliuria, polidipsi,
polifagia, berat badan menurun, lemah, kesemutan, gatal, virus
menurun, bisul/ luka, keputihan.
Komplikasi dari diabetes melitus terdiri dari beberapa bagian di
anataranya adalah: akut, hipoglikemia dan hiperglikemia penyakit
makovaskuler: mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, pembuluh darah kapiler). Penyakit
mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas),
saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal kardiovaskuler.
Komplikasi menahun diabetes melitus neuropati diabetik, retinopati
diabetik, nefropati diabetik, proteinuria kelainan koroner
ulkus/gangren. Terdapat lima Grade ulkus diabetik antara lain:
grade 0: tidak ada luka, grade I: kerusakan hanya sampai pada
permukaan kulit, grade II: kerusakan kulit mencapai otot dan

7
tulang, grade III: terjadi abses, grade IV: gangren pada kaki bagian
distal, grade V: gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah
distal.
2.1.3 Penatalaksaan diabetes melitus adalah:
1. Diet, syarat diet Diabetes Melitus hendaknya dapat memperbaiki
kesehatan umur penderita, mengarahkan pada berat badan normal,
menormalkan pertumbuhan Diabetes Melitus anak dan Diabetes
Melitus dewasa muda, mempertahankan kadar gula darah normal,
menekan dan menunda, timbulnya penyakit angipati diabetik,
memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadan penderita,
menarik dan mudah diberikan. Prinsip diet Diabetes Melitus,
adalah: jumlah sesuai kebutuhan, jadwal diet ketat, jenis: bole
dimakan/tidak.
2. Latihan, beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi
penderita diabetes melitus, adalah meningkatkan kepekaan insulin
(glukosa), apabila dikerjakan setiap 1½ jam sesudah makan, berarti
pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan
atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensivitas insulin dengan reseptornya. Mencegah kegemukan
apabila ditambah latihan pagi dan sore, memperbaiki aliran perifer
dan menambah suplai oksigen, meningkatkan kadar kolesterol high
density lipoprotein, kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang,
maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru,
menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Pemantauan (monitor glukosa), apabila kondisi tubuh baik, tes gula
darah dapat dilakukan seminggu sekali. Pemeriksaan kadar gula
darah harus dilakukan lebih sering apabila penderita berada dalam
konsisi sedang sakit, wanita yang akan merencanakan kehamilan
dan melakukan aktivitas fisik yang berat.
4. Terapi Nonfarmakologis: strategi terapi nonfarmokologis untuk
Diabetes Melitus tipe II adalah dengan diet, berat badan, dan

8
mengubah pola hidup (misalnya dengan berhenti merokok, bagi
penderita yang merokok), karena nikotin dapat mempengaruhi
secara buruk penyerapan glukosa oleh sel. Dan juga menghindari
makan makanan yang mengandung gula berlebihan. Farmakologis:
terdapat 5 macam kelas obat hipoglikemik oral untuk pengobatan
diabetes melitus tipe II yaitu sulfonylurea, biguanid, meglitinid,
glukosidase inhibitor, dan agonis reseptor. Obat hipoglikemik oral
diindikasikan untuk pengobatan pasien diabetes melitus tipe II yang
tidak mampu diobati dengan melakukan diet dan aktivitas fisik.
5. Perawatan kaki: cara mencuci kaki yang baik dan benar bagi
penderita diabetes melitus adalah: mencuci kaki dari antara jari-jari
dengan air hangat dan sabun kemudian keringkan dengan kain
lembut. Berikan lotion pada bagian atas atau bawah kaki lalu beri
bedak antara jari-jari kaki untuk menjaga kulit tetap kering.
Perawatan kulit pasien dengan diabetes melitus harus selalu
menggunakan alas kaki baik didalam maupun diluar ruangan.
Menggunakan kaos kaki katun untuk menghindari kulit kaki dari
cuaca dingin dan basah. Perawatan kuku, kuku harus dipotong
untuk menghindari lesi pada kuku, menghilangkan kalus untuk
mengurangi tekanan setempat dan mengurangi kemungkinan
pembentukan ulkus.
6. Pengaruh merorok, merokok dapat merusak pembuluh darah
dengan cara mempersempitnya, sehingga pasokan oksigen menuju
ke beberapa organ vital akan terhambat. Bagi perokok berat (orang
yang merokok lebih dari 20 batang per hari), memiliki resiko
terkena diabetes melitus sebesar 61% dan untuk perokok ringan
sebesar 29%, zat pada rokok yang paling berpengaruh adalah
nikotin. Nikotin akan menyebabkan resistensi hormon insulin dan
kurangnya respon terhadap sekresi insulin. Dengan kata lain kinerja
hormon insulin dalam tubuh sebagai pengatur kadar gula darah
menurun dan mengakibatkan terjadinya penyakit diabetes melitus.

9
2.2 Konsep Kepatuhan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh adalah suka menurut
perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai
aturan dan berdisiplin (Pranoto, 2007). Kepatuhan adalah istilah yang dipakai
untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah ditentukan
(Bastable, 2012). Tingkat kepatuhan adalah pengukuran pelaksanaan
kegiatan, yang sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan.
Perhitungan kepatuhan dapat dikontrol bila pelaksanaan program telah sesuai
standart (Notoadmodjo, 2007).
Berdasarkan teori dari beberapa tokoh di atas disimpulkan bahwa
kepatuhan adalah kerelaan individu untuk melakukan sesuatu yang
diharapkan atau diminta oleh pemegang otoritas atau kekuasaan yang
ditandai dengan tunduk dengan kerelaan, mengalah membuat suatu
keinginan konformitas dengan harapan atau kemauan orang lain sehingga
dapat menyesuaikan diri. Di dalam penelitian ini, kepatuhan yang di maksud
adalah individu tidak melaksanakan sebuah program pengobatan yang
disarankan dari pihak luar, yakni otoritas individu yang kuat yang
menyebabkan individu tidak melaksanakan kepatuhan yang disarankan
(Basyiroh, 2011).
Di dalam ranah kesehatan, pasien yang tidak patuh dianggap sebagai
seorang yang lalai, pasien yang patuh adalah pasien yang tanggap terhadap
saran tenaga medis dan kontrol terhadap menu makanan yang dikomsumsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah karakteristik individu
meliputi usia, pendidikan, kepribadian, ciri kesakitan serta ciri pengobatan.
Karakteristik individu ini berpengaruh pada kepatuhan penderita penyakit
kronis seperti penyakit diabetes melitus, dikarenakan perilaku ketaatan
umumnya lebih rendah untuk penyakit kronis. Penderita tidak dapat langsung
merasakan akibat dari penyakit yang diderita. Selain itu kebiasaan pola hidup
lama, pengobatan yang yang kompleks juga mempengaruhi tingkat
kepatuhan pasien. Hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup yang
disarankan seperti berhenti merokok dan mengubah diet seseorang, secara
umum hal ini sangat bervariasi dan terkadang sangat rendah untuk dilakukan

10
Oleh penderita. Namun terkadang karakteristik individu seperti usia,
pendidikan dan kepribadian mampu mempengaruhi pola hidup dan
kepatuhan individu (Rahmatul dkk, 2016).
2.2.1 Cara-cara mengurangi ketidakpatuhan diet adalah.
1. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari
pasien yang tidak patuh yang memiliki tujuan untuk mematuhi
nasihat-nasihat pada awalnya. Pemicu ketidakpatuhan
dikarenakan jangka waktu yang cukup lama serta paksaan dari
tenaga kesehatan yang menghasilkan efek negatif pada penderita
sehingga awal mula pasien mempunyai sikap patuh bisa berubah
menjadi tidak patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari
pasien (Retno, 2012) .
2. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan,
sehingga perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya
untuk menubah perilaku, tetapi juga mempertahankan perubahan
tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri
sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri. Berdasarkan
uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
dan ketidak patuhan pasien dalam menjalani terapi maka dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan atau ketidak patuhan penderita
diabetes melitus dalam menjalani pengobatan antar lain:
a. Faktor internal adalah hal-hal yang bersumber dari dalam diri
individu, yaitu: pengetahuan, pemahaman, pengalaman.
b. Faktor eksternal adalah hal-hal yang bersumber dari luar
individu, yaitu: hukuman atau sanksi, pengawasan,
kelompok. Dan cara-cara meningkatkan kepatuhan
diantaranya adalah: strategi penderita (internal) yakni dengan
usaha yang dapat dilakukan penderita Diabetes Melitus untuk
meningkatkan kepatuhan dalam menjalani terapi diet,
olahraga dan pengobatan, yaitu dengan meningkatkan kontrol
diri penderia diabetes melitus harus meningkatkan kontrol

11
dirinya untuk ketaatannya dalam menjalani pengobatan,
karena dengan adanya kontrol diri yang baik dari penderita
diabetes melitus akan semakin meningkatkan kepatuhannya
dalam menjalani pengobatan (Rahmatul dkk, 2016).
Kontrol diri yang dilakukan meliputi kontrol berat
badan, kontrol makan dan emosi. Meningkatkan efikasi diri,
efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting
dari kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka
sendiri untuk dapat mematuhi pengobatan yang kompleks
akan lebih mudah melakukannya dengan mencari informasi
tentang pengobatan diabetes melitus (Clevo, 2012).
Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan
dengan kepatuhan serta kemauan diri penderita untuk
mencari informasi mengenai diabetes melitus dan terapi
medisnya dan. Meningkatkan monitoring diri penderita
diabetes melitus harus melakukan diri, karena dengan
meningkatkan diri, penderita dapat lebih mengetahui tentang
keadaan gula dalam darahnya, berat badan, dan apapun yang
dirasakannya (Retno, 2016).

2.3 Konsep Diet Diabetes Melitus


Diet merupakan perlakuan tatalaksana yang penting dari semua tipe
diabetes melitus. Makanan yang masuk ke dalam tubuh harus diatur dan
dibagi secara merata sepanjang hari. Perlakuan ini harus dilakukan secara
konsisten dari hari ke hari. Kegiatan ini sangat berpengaruh terhadap
kegemukan. Toleransi glukosa sering membaik dengan penurunan berat
badan (Rahmatul, 2016) menjelaskan bahwa: pengobatan diabetes bergantung
pada pengontrolan diet dan pengobatan bila diperlukan.
Banyak dokter merasa bila penderita dapat mengontrol dengan sempurna
atau mempertahankan gula darah dalam batas normal setiap waktu, ini dapat
menunda mula timbul, menurunkan insiden, atau mengurangi keparahan
komplikasi jangka panjang. Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes

12
melitus tidak akan memerlukan pengobatan yang kompleks jika mereka
mampu menurunkan berat badannya dan berolahraga secara teratur.
Sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan
melakukan olahraga yang teratur. Kemudian syarat penatalaksanaan diet
terdiri dari beberapa bagian diantaranya meliputi energi cukup untuk
mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi
ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal
sebesar 25-30 kkal/kg BB normal. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu
makanan pagi (20%) siang (30%) dan malam (25%) serta 2-3 porsi kecil
(Pandhit, Ali Hamzah. 2014).
2.3.1 Jenis-jenis diet Diabetes Melitus adalah:
1. Diet rendah kalori: prioritas utama dalam mengatasi pasien
diabetes melitus adalah menurunkan berat badannya. Pasien
diabetes melitus yang menjalani diet rendah kalori harus
menyadari perlunya penurunan berat badan dan berat yang sudah
turun tidak boleh dibiarkan naik kembali. Untuk makanan selingan
(masing-masing 10-15%), kebutuhan protein normal, yaitu 1-15
dari kebutuhan energi total, kebutuhan lemak sedang, yaitu antar
20-25% dari kebutuhan energi total, kebutuhan karbohidrat adalah
sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%, penggunaaan gula
alternatif dalam jumlah terbatas (Rahmatul dkk, 2016).
Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sukrosa, asupan
serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air
yang terdapat didalam sayur dan buah, pasien diabetes melitus
dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkomsumsi
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu
300mg/hari dan cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari
makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk
suplemen tidak dipergunakan.
2. Diet bebas gula: tipe diet ini digunakan untuk pasien diabetes
melitus yang berusia lanjut dan tidak memerlukan suntikan
insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua prinsip: tidak

13
memakan gula dan makanan yang mengandung gula dan
mengkomsumsi makanan sumber hidrat arang sebagai bagian dari
keseluruhan hidrat arang secara teratur. Gula (gula pasir, gula
jawa, aren dan lain lain) dan makanan yang mengandung gula
tidak boleh dimakan karena cepat dicerna dan diserap sehingga
dapat menimbulkan kenaikan gula darah yang cepat (Waspaji,
2007).
Ada 3 kelompok produk makanan diabetes melitus yaitu:
produk makanan bebas gula yang rendah kalori antara lain buah
yang dikalengkan dalam air atau sari buah yang tidak manis, sup
rendah kalori, dan berbagai minuman yang bebas gula (sugar free)
dan rendah kalori seperti coke diet, produk makanan khusus
diabetes melitus antara lain: berbagai kue dan biskuit khusus untuk
pasien diabetes, permen dan cokelat khusus untuk pasien diabetes
melitus, produk makanan khusus ini dibuat antara lain oleh Lynch
Tropicana Slim dan and fit (Retno, 2012).
Semua produk ini bebas dari sukrosa tetapi mengandung
bahan pemanis alternatif fruktosa dan sorbitol dan pemanis buatan.
Tujuan diet diabetes melitus, menyesuaikan makanan dengan
kesanggupan tubuh untuk enggunakannya sehingga membantu
menurunkan kadar gula darah mendekati normal, yakni kadar gula
darah normal Nucter/puasa 70-110 mg/dl. 80-140 mg/dl.

Tabel 1. Jadwal Makan Penderita Diabetes Melitus


WAKTU JADWAL TOTAL KALORI
Pukul 7.00 Makan pagi 20%
Pukul 10.00 Selingan 10%
Pukul 13.00 Makan siang 30%
Pukul 16.00 Selingan 10%
Pukul 19.00 Makan malam 20%
Pukul 21.00 Selingan 10%

Sumber: Maulana, 2008

14
2.4 Konsep Dukungan Keluarga
Definisi keluarga dan dukungan keluarga. Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disatu atap dalam keadan saling ketergantungan
(Harmoko, 2012). Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga. Keluarga juga didefinisikan sebagai kelompok
individu yang tinggal bersama dengan atau tidak adanya hubungan darah,
pernikahan, adopsi dan tidak hanya terbatas pada keanggotaan dalam suatu
rumah tangga (Friedmen dkk, 2010)
Tipe keluarga dalam (Harmoko, 2012) keluarga inti (nuclear family)
adalah keluarga yang hanya terdiri ayah ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya, keluarga besar (extended family)
adalah keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misal nenek, kakek,
keponakan, saudara, sepupu, paman/bibi dan sebagainya, keluarga dyad
keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa anak, dyanic nuclear adalah suami
istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satunya
bekerja dirumah, dual carier suami istri atau keduanya berkarir tanpa anak,
theree generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah,
cohobing couple adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan, single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak (anak kandung atau anak angkat), keluarga usia lanjut yaitu
keluarga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut. Berdasarkan tipe
keluarga diatas, tipe keluarga yang dianut oleh masyarakat di Indonesia
adalah tipe keluarga besar atau tipe keluraga tradisional.
Fungsi keluarga fungsi efektif, berhubungan dengan fungsi internal
keluarga yang merupakan dasar kekuatan keluarga. Fungsi efektif berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, fungsi keagamaan adalah membina
norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga,
Fungsi budaya adalah membina tugas keluarga sebagai sarana untuk
meneruskan norma budaya masyarakat dan bangsa yang dingin
dipertahankan, fungsi cinta kasih adalah menumbuhkembangkan potensi

15
simbol cinta kasih sayang yang telah ada diantara anggota keluarga dalam
simbol nyata, seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal dan terus-
menerus dan fungsi perlindungan adalah memenuhi kebutuhan akan rasa
aman diantara anggota keluarga, fungsi ekonomi untuk menyediakan sumber
ekonomi yang cukup dan alokasi efektif.
Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran,
keinginan, dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah,
memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu
melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif. Tujuan khususnya adalah
meningkatkan pengetahuan kesadaran, dan kemampuan keluarga dalam hal:
mengidentifikasi masalah kesehatan yang mereka hadapi. Mengambil
keputusan tentang siapa/kemana dan bagaimana pemecahan masalah tersebut,
misalnya dipecahkan sendiri dengan pergi ke rumah sakit, puskesmas, praktek
keperawatan/kedokteran, dan lain-lain.
Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan), mencegah
terjadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada keluarga,
melaksanakan usaha penyembuhan/pemecahan masalah kesehatan melalui
asuhan keperawatan di rumah dan melaksanakan usaha rehabilitasi penderita
melalui asuhan keperawatan di rumah (Chayatin, 2009). Tugas pemeliharaan
kesehatan menurut Friedman yaitu mengenal gangguan perkembangan
kesehatan setiap anggota keluarganya, mengambil keputusan untuk tindakan
kesehatan yang tepat, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit, mempertahankan suasana rumah dan menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga dan mempertahankan
hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan. Dukungan keluarga berupa dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional yang diperlukan
oleh pasien untuk membantu dalam menangani penyakit yang dideritanya.

16
Dukungan informasi merupakan bentuk dukungan yang meliputi pemberian
informasi, sarana atau umpan balik tentang situasi atau kondisi individu.
(Efendi, 2009) dukungan ini berupa pemberian nasihat dengan
meningkatkan individu untuk menjalankan pengobatan atau perawatan yang
telah direkomendasikan oleh petugas kesehatan (tentang pola makan sehari-
hari, aktivitas fisik atau latihan jasmani, minum obat dan kontrol).
Mengingatkan tentang perilaku yang memperburuk penyakit individu serta
memberikan penjelasan mengenai hal pemeriksaan dan pengobatan dari
dokter yang merawat ataupun menjelaskan hal-hal yang tidak jelas tentang
penyakit yang diderita individu.
Dukungan instrumental (peralatan atau fasilitas) yang dapat diterima oleh
anggota keluarga yang sakit melibatkan penyediaan sarana untuk
mempermudah perilaku membantu pasien yang mancakup bantuan langsung
biasanya berupa bentuk-bentuk kongkrit yaitu berupa uang, peluang, waktu
dan lain-lain. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu
dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.
Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, bantuan
dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu
yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga
mempunyai fungsi efektif, dimana cara mendapatkanya dengan persepsi
keluarga, fungsi efektif sendiri berhungan dengan fungsi internal keluarga
untuk memberikan perlindungan psikososial dan dukungan dengan
keluarganya sebab gangguan diabetes melitus menimbulkan gangguan
psikologis bagi penderitanya, karena penderita mempunyai persepsi penyakit
Diabetes Melitus tidak dapat disembuhkan sehingga mempunyai resiko
komplikasi, pada kondisi seperti ini dapat mempengaruhi seseorang dalam
mengendalikan emosi (Friedmen, dkk 2010).
Dukungan penghargaan keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan
balik, membimbing dan menengahi pemecahan dan validator identitas
anggota keluarga. Dimensi ini terjadi melalui ekspresi berupa sambutan yang
positif dengan orang-orang disekitarnya, dorongan atau pernyataan setuju
terhadap ide-ide atau perasaan individu. Dukungan ini membuat seseorang

17
merasa berharga, kompeten dan dihargai. Dukungan penghargaan juga
merupakan bentuk fungsi efektif keluarga yang dapat meningkatkan status
psikososial pada keluarga yang sakit. Melalui dukungan ini, individu akan
mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.
Manfaat dukungan keluarga dukungan sosial keluarga adalah sebuah
proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial
berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan, dukungan sosial
keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian
dan akal sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi
keluarga (Zaidin, 2010).
Harmoko 2012. terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak
psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling
memberikan penguatan atau dukungan. Dukungan sosial merupakan
ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologi
yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai,
diperhatikan dan dihargai oleh orang lain. Dukungan dirasakan oleh penerima
sebagai bentuk dorongan, semangat dan pengorbanan dalam menghadapi
permasalahan yang ditanggung.
Dukungan sosial yang memberikan dampak terbesar adalah dukungan
dukungan yang diberikan oleh keluarga. Duval menyatakan keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial
individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai
dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.
Keluarga juga memiliki peran adalah seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, dan kegiatan yang berhungan dengan individu dalam posisi dan satuan
tertentu.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Ayah sebagai
pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung/pengayom, dan
pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Ibu sebagai pengurus rumah

18
tangga, pengasuh, pendidik anak-anak, pelindung keluarga. Selain itu, sebagai
anggota masyarakat (Ali, 2009).

19
2.5 Penelitian Terkait
Tabel 2. Jurnal Penelitian Terkait
Manfaat dan
Desain/
Populasi/Sampling dan atau
No Penulis Tempat Tahun Tujuan Metode/Analisis Hasil
Sample keterbatasan
test
penelitian
1 Ali Indonesia 2010 Untuk Penelitian ini Populasi dalam penelitian ini Berdasarkan uji statistik Manfaat
Hamzah, mengetahui ada menggunakan adalah pasien DM yang didapatkan p-value=0,0001 penelitian:
Pandhit tidaknya metode Deskriptif berobat ke poli penyakit dalam maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
hubungan dan correlation dengan Rumah Sakit Umum Cibabat. terdapat perbedaan proporsi dapat dijadikan
seberapa erat dsesain penelitian kejadian kepatuhan anatar bahan acuan bagi
Sampel dalam penelitian ini
hubungan cross sectional. pasien DM yang mendapat peneliti yang lain.
adalah bagian dari pasien DM
antara dukungan positif dan pasien
yang berobat ke poli penyakit Tidak ada
dukungan yang mendapat dukungan
dalam RSU Cibabat, dengan keterbatasan
sosial keluarga negatif. Dengan nilai p-value
menggunakan teknik dalam penelitian
dengan 0,0001 <( ɑ=0,05) berarti Ho
accidental sampling selama 2 ini.
kepatuhan ditolak dan H1 diterima
minggu, mencapai 30 orang
pasien dalam sehingga dapat disimpulkan
responden.
melaksanakan adanya hubungan antara
program diet. dukungan keluarga dengan
kepatuahan pasien DM dalam
melaksanakan program diet pada
taraf kesalahan 5%.
2 Nasrul Indonesia RSUD Tujuan Desain yang di Populasi dalam penelitian ini Hasil penelitian menunjukan Manfaat
Hadi dr, H penelitian ini gunakan dalam adalah seluruh pasien diabetes terdapat hubungan yang penelitian:
Purwanto, Moh adalah untuk penelitian ini melitus yang melakukan bermakna antara pengetahuan penelitian ini
S.Kep. Ns Anwar mengidentifika adalah analitik kunjungan di RSUD dr. H tentang diet diabetes melitus dapat dijadikan
Sumene si hubungan kuantitatif dengan Moh Anwar Sumenep pada dengan kepatuhan pelaksanaan bahan acuan bagi
p. pengetahuan menggunakan bulan april tahun 2011. diet pada penderita DM Di peneliti yang lain.
tentang diet pendekatan cross Didapatkan sampel sebanyak RSUD dr.H Moh Anwar

20
diabetes sectional. 60 orang. Sumenep dengan nilai
melitus dengan signifikasi sebesar 0,000dan
kepatuhan nilai korelasi sebesar 0,817.
pelaksanaan
diet pada
penderita
diabetes
melitus di
Ruang Interna
RSUD dr, H
Moh Anwar
Sumenep.
3 Siti Indonesia 2014 Tujuan dari Metode penelitian Populasi dalam penelitian ini Hasil analisis univariat Manfaat
Sofiyah, penelitian ini ini adalah adalah semua penderita menunjukan bahwa mayoritas penelitian:
Semarang
Henni adalah untuk kuantitatif berjenis diabetes melitus. Sampel pada responden berjenis kelamin penelitian ini
Kusuma mengetahui studi deskriptif penelitian ini berjumlah 60 wanita, pendidikan responden dapat dijadikan
hubungan korelatif dengan orang. sebagian besar adalah SD, lebih bahan acuan bagi
antara menggunakan dari setengah responden tidak peneliti yang lain.
pengetahuan teknik cross bekerja, dan mayoritas memiliki
Tidak ada
dan dukungan sectional. upah di bawah UMUR. Hasil
keterbatasan
keluarga analisi korelatif menunjukan ada
dalam penelitian
terhadap hubungan yang signifikan antar
ini.
kepatuhan pengetahuan dengan kepatuhan
penderita penderita DM denga p value
dalam 0,016 dan ada hubungan yang
penatalaksanaa signifikan antar dukungan
n diet di keluarga dengan kepatuhan
wilayah kerja penderita DM p value 0,034
Puskesmas
Srondol
Kecamatan
Banyumanik,

21
Semarang
4 Anis Indonesia Juni Mengetahui Desain penelitian Populasi penelitian adalah Tingkat pendidikan penderita Manfaat
Prabowo, 2014 hubungan adalah seluruh penderita diabetes DM senbagian besar dengan penelitian:
Weni dukungan observasional melitus dipuskesmas Plosorejo tingkat pendidikan (SD & SMP). penelitian ini
Hastuti keluarga dan analitik dengan Giribangun Matesih Dukungan keluarga pada dapat dijadikan
pendidikan pendekatan cross kabupaten karangnyar tahun penderita DM sebagian besar bahan acuan bagi
dengan sectional. 2014 sebanyak 64orang. dengan dukungan rendah. peneliti yang lain.
kepatuhan diit Penelitian menggunakan tektik Tingkat kepatuhan diit DM
pada penderita total sampling karena semua sebagian besar dengan tidak
diabetes anggota populasi menjadi mematuhi diit. Hasil Chi square
melitus di sampel. variabel pendidikan x2 hitung
wilayah sebesar 19,911 (p(0,00<0,05)
Puskesmas dan variabel dukungan keluarga
Ploserojo x2 hitung sebesar 19,581
Giribangun p((0,00<0,05. Kesimpulannya
Matesih ada hubungan signifikan antar
Kabupaten pendidikan dengan kepatuhan
Karanganyar. diit pada penderita Diabetes
Melitus.
5 Abdurrahi Indonesia Agustus Tujuan Penelitian ini Populasi dalam penelitian ini Hasil penelitian menunjukan Manfaat
m Senuk 2013 penlitian untuk adalah penelitian adalah semua penderita bahwa pengetahuan mempunyai penelitian:
melihat apakah Observasional diabetes melitus yang berobat hubungan dengan kepatuhan penelitian ini
Wenny
ada hubungan analitik dengan di poliklinik rawat jalan RSUD menjalani diet DM dengan uji dapat dijadikan
Supit
pengetahuan menggunakan Kota Tidore Kepulauan. chi square didapatkan nilai bahan acuan bagi
Franly dan dukungan desain penelitian p=0,023 <ɑ=0,05 yang berarti peneliti yang lain.
Sampel dalam penelitian ini
onibala keluarga Cross Sectional H0 ditolak. Dan dukungan
adalah 69 responden Tidak ada
dengan (potong lintang). keluarga mempunyai hubungan
keterbatasan.
kepatuhan dengan kepatuhan menjalani diet
menjalani diet DM dengan uji square ada 2 sel
diabetes mempunyai nilai harapan kurang
melitus dari 5.

22
2.6 Aplikasi konsep/teori keperawatan
2.6.1 Teori menurut Dorothea Orem
Keperawatan mandiri (self-care) menurut Dorothea E. Orem
adalah suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan
oleh individu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai
dengan keadaan, baik sehat maupun sakit. Menurut Orem, asuhan
keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang
mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga
membantu individu dalam memenuhi kebutuhan hidup, memelihara
kesehatan, dan mencapai kesejahteraan (Asmadi, 2008). Orem dalam
teori sistem keperawatannya menggarisbawahi tentang bagaimana
kebutuhan self care klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien atau
keduanya. Orem memberi label teorinya sebagai teori umum yang
terdiri atas tiga teori terkait, yaitu teori self-care, teori self-care deficit,
dan teori nursing system theory (Asmadi, 2008).
Self-care adalah kontribusi yang secara terus menerus dari
individu dewasa terhadap kelanjutan eksistensi kesehatan dan
kesejahteraan. Self-care juga berarti individu pribadi yang
memprakarsai dan melaksanakan sendiri aktivitas yang diperlukan
untuk mempertahankan kehidupan kesehatan dan kesejahteraan. Teori
self-care menekankan bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan
untuk merawat dirinya sendiri dan berhak untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri kecuali jika tidak memungkinkan. Orang yang
biasa memenuhi kebutuhan self-care sendiri disebut self-care agent
yaitu orang dewasa yang normal dan sehat merupakan agen untuk
dirinya sendiri, sedangkan bagi bayi, anak, orang sakit berat atau tidak
sadar memerlukan keluarga atau perawat sebagai dependent care
agent (Purwandari, 2008).
1. Teori self care meliputi :
a. Self Care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta
dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi

23
serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan.
b. Self Care Agency merupakan suatu kemampuan individu
dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat
dipengaruhi oleh usia, perkembangan emosional,
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
c. Self Care Demand merupakan tuntutan atau permintaan
dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan
mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk
perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat
dalam tindakan yang tepat.
d. Self Care Requisites merupakan kebutuhan self care
merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan
dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan
berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam
upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Requisites
terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care
Requisites (kebutuhan universal manusia yang merupakan
kebutuhan dasar), Developmental Self Care Requisites
(kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan
Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai
hasil dari kondisi pasien).
e. Teori Nursing System merupakan sistem keperawatan ketika
perawat menentukan, mendisain, dan menyediakan perawatan
yang mengatur individu dan mencapai pemenuhan kebutuhan
perawatan diri (Sambalanumakku, 2014).
2. Kebutuhan self-care dibagi tiga kategori :
a. Universal self-care. Disebut juga kebutuhan dasar manusia,
meliputi kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi,
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
b. Development self-care. Kebutuhan yang timbul menurut
tahap perkembangan individu dan lingkungan tempat

24
individu tersebut berada sehingga kebutuhan ini dihubungkan
dengan siklus kehidupan manusia.
c. Health deviation self-care. Kebutuhan yang ada jika
kesehatan seseorang terganggu yang mengakibatkan
perubahan perilaku self-care (Purwandari, 2008).
Teori self-care deficit. Bila individu mampu memenuhi
tuntutan self care, kebutuhan untuk merawat dirinya sendiri akan
terpenuhi, tetapi bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, akan
terjadi ketidakseimbangan yang disebut self-care deficit.
3. Self-care deficit merupakan :
a. Inti dari Orem general theory of nursing, sebab hal ini
menggambarkan kapan keperawatan ini diperlukan.
b. Kriteria untuk mengidentifikasi apakah seseorang
memerlukan bantuan asuhan keperawatan.
Orem’s menggambarkan kapan keperawatan diperlukan,
keperawatan diperlukan jika kemampuan kurang dibandingkan
dengan kebutuhan dan kemampuan sebanding dengan kebutuhan
tetapi diprediksi untuk masa yang akan datang kemungkinan terjadi
penurunan kemampuan dan peningkatan kebutuhan. Terdapat lima
bantuan menurut Orem yaitu bertindak untuk orang lain,
membimbing, memberikan dukungan fisik maupun psikis,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan perkembangan
personal dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan yang akan datang
dan mengajarkan (Kusnanto, 2007).
Lima area aktivitas untuk praktik keperawatan. Pertama,
membina dan memelihara hubungan dengan individu, keluarga dan
kelompok sampai pasien mampu untuk merawat dirinya. Kedua,
menentukan kapan dapat dibantu. Ketiga memberikan respons
terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan pasien untuk
bantuan perawat. Keempat, memberikan dan mengatur bantuan
langsung. Kelima, koordinasi dan integrasi keperawatan dengan
pasien, sosial kultural dan edukasinya (Kusnanto, 2007).

25
Teori ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang
terapeutik sesuai dengan kebutuhan. Perawatan diri sendiri menjadi
suatu langkah awal yang dilakukan oleh individu, yang
berlangsung secara berkelanjutan sesuai keadaan dan
keberadaannya, keadaan sehat dan kesempurnaan. Perawatan
mandiri adalah perilaku yang dipelajari dan dipengaruhi oleh
metaparadigma individu, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
4. Keyakinan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan
adalah
a. Klien
Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus
menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat,
pemulihan dari sakit/trauma atau coping dan efeknya.
b. Sehat
Kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self
care yang berperan untuk mempertahankan dan
meningkatkan integritas struktural fungsi dan perkembangan.
c. Lingkungan
Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
keperluan self care dan perawat termasuk di dalamnya tetapi
tidak spesifik.
d. Keperawatan
Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang
dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok
masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup
integritas struktural, fungsi dan perkembangannya.
Berdasarkan keyakinan empat konsep utama diatas, Orem’s
mengembangkan konsep modelnya hingga dapat diaplikasikan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.

26
Gambar 1. Teori Self Care oleh Dorothea Orem
Sumber: Alligood, 2014

2.6.2 Aplikasi Teori Keperawatan Dalam Penelitian


Dalam kerangka konsep Orem’s kemampuan/kemandirian serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan, serta kesejahteraan penderita
diabetes melitus. (self care agent) didefinisikan sebagai suatu tugas
atau sikap hidup sehari-hari dimana kegiatan yang dilakukan oleh
seorang individu untuk mengelola penyakit diabetesnya termasuk
tentang diet, olahraga, monitor glukosa, pengobatan, perawatan kaki,
dan merorok.
Perawatan diri diabetes melitus (self care demands) adalah gaya
hidup baru yang wajib dilakukan oleh penderita Diabetes Melitus
dalam pengontrolan kadar gula darah untuk pencegahan terjadinya
komplikasi. Nursing agency didefinisikan sebagai cara yang akan
dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien
diabetes melitus dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
penderita diabetes melitus agar meningkatkan atau mempertahankan
kepatuhan diet diabetes melitus.

27
Perawatan diri
Agen perawatan
diri
 Usia
 Jenis Kebutuhan
kelamin perawatan
 Pendidikan Masyarakat diri:
 Kepribadian Dukungan
 Ciri Defisit keluarga
kesakitan
Kepatuhan
 Ciri diet DM
pengobatan

Agens
perawatan:
Petugas
kesehatan

Bagan 1. Modifikasi teori Dorotheo Orem dalam penelitian

Bagan di atas merupakan aplikasi dari teori Dorothea Orem, dimana Orem
mangatakan kemampuan atau kemandirian perawatan diri didefinisikan sebagai
suatu tugas atau sikap hidup sehari-hari dimana kegiatan yang dilakukan oleh
seorang individu untuk mengelola penyakitnya. Dalam penelitian ini peneliti
hanya akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan masyarakat. Penderita,
perawatan diri penderita, serta karakteristik demografi subjek yang ingin diteliti,
sementara itu faktor yang ingin diteliti yaitu dukungan keluarga dengan kepatuhan
diet penderita diabetes melitus. Peneliti ingin menganalisa tentang dukungan
keluarga dalam meningkatkan kepatuhan diet penderita diabetes melitus.

28
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bab III membahas tentang kerangka konsep, hipotesis dan definisi


oprasional.

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi,
2007).

Agen perawatan
diri Perawatan diri

 Usia
 Jenis
kelamin Kebutuhan
 Pendidikan Masyarakat perawatan diri:
 Kepribadian Defisit Dukungan
 Ciri keluarga
kesakitan Kepatuhan
diet DM
 Ciri
pengobatan

Agens
perawatan:

Petugas
kesehatan

Bagan 2. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel dependen
: Vaeiabel independen
: Tidak diteliti

29
3.2 Hipotesis
Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan diet
penderita diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih
GMIM Manado
Ho: Tidak ada hubungan dukungan dari keluarga dalam meningkatkan
kepatuhan diet penderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum
Pancaran Kasih GMIM Manado.

3.3 Definisi Operasional


Tabel 3. Definisi Operasional
No Variabel Definisi konseptual Definisi operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Ukur
1 Independen Dukungan keluarga adalah
Dukungan keluarga Kuesioner Ordinal Dukungan
sikap, tindakan dan merupakan dukungan yang terdiri keluarga
Dukungan
penerimaan keluarga yang diberikan oleh dari 12 kurang
keluarga
terhadap anggotanya. keluarga yang selalu pertanyaan
12-18
Anggota keluarga siap memberikan terkait
memandang bahwa orangpertolongan dan Menggunaka
yang bersifat mendukung
bantuan apabila n skala Dukungan
selalu siap memberikan
diperlukan, seperti Guttman. keluarga
pertolongan dan bantuan
dukungan informasi,
jika diperlukan. emosianal, baik
instrumental, serta 19-24
(H. Zaidin Ali, SKM,
dukungan penilaian/
MBA, MM. 2010)
penghargaan.
2 Dependen Kepatuhan yang dimaksud Kepatuhan diet Kuesioner Likert Patuh :
adalah individu tidak yang terdiri
Kepatuhan diet Saya makan pada 21-32
melaksanakan sebuah dari 8
waktu yang telah
program pengobatan yang pertanyaan
ditentukan dengan
disarankan dari pihak luar, menggunaka Tidak patuh
porsi yang sesuai
yakni otoritas individu n skala
dengan kebutuhan 8-20
yang kuat yang Likert
selalu membatasi
menyebabkan individu
makanan yang banyak
enggan untuk
mengandung gula dan
melaksanakan kepatuhan
pemanis.
yang disarankan.
(Saifunurmazah Dimas.
Kepatuhan Penderita
Diabetes Melitus)
BAB IV
METODE PENELITIAN

30
Bab IV membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan seperti
desain yang digunakan dalam penelitian ini, lokasi dan waktu penelitian, populasi
dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, analisa data dan etika
penelitian
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan waktu
pengukuran/observasi data variabel independen dan variabel dependen yang
telah dilakukan observasi dan diukur sekaligus dalam waktu yang sama
(Riyanto, 2011). Penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara dukungan
keluarga dengan kepatuhan diet penderita diabetes melitus
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian tentang dukungan keluarga dan kepatuhan diet dilakukan di Rumah
Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.
4.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 15 Maret-9 Juli mulai dari survei awal
samapi pada pengumpulan data.
4.4 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosa diabetes
melitus di Rumah Ssakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado
4.5 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah
penderita diabetes melitus yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pancaran
Kasih GMIM Manado.
Rumus lemes show:
n = Z ^ p 2 p (1- p )
d2
Ket: 1,96
P: mα x estimasi 50%
3%
n = 1.96^ 2. 0.030 ( 1-0,030 )
0,05 ^ 2

31
= 3,8416. (0,97)
0,0025
= 0.11179
0,0025
n= 44,716 (45)
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling,
dimana sampel ditetapkan oleh peneliti dengan cara memilih sampel diantara
populasi target, Sesuai yang dikehendaki oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti
menetapkan sampel sebesar 30 orang yang ditentukan sendiri oleh peneliti
berdasarkan kriteria inklusi.
4.5.1 Kriteria inklusi
1. Pasien yang terdiagnosa Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Pancaran Kasih GMIM Manado.
2. Pasien yang bersedia menjadi responden peneliti
3. Pasien yang bisa berkomunikasi membaca dan menulis
4. Keluarga yang sedang bersama dengan pasien
5. Keluarga yang bersedia menjadi responden peneliti
6. Keluarga yang bisa berkomunikasi, membaca dan menulis
4.5.2 Eksklusi
1. Pasien diabetes yang mengalami kecacatan
2. Pasien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih
GMIM Manado.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, kuesioner A untuk
mengukur tingkat dukungan keluarga dan kuesioner B untuk mengukur
tingkat kepatuhan diet penderita diabetes melitus. Kuesioner dukungan
keluarga terdiri dari 12 pertanyaan terkait dukungan keluarga, 3 pertanyaan
dukungan informasi, 4 pertanyaan dukungan instrumental, 2 pertanyaan
dukungan emosional dan 3 pertanyaan dukungan penilaian/penghargaan
dengan jawaban “ya” diberi nilai 2 dan jawaban “tidak” diberi nilai 1.
Menggunakan skala Guttman. Lembar kuesioner A dibuat oleh peneliti sendiri
dan telah diuji viliditas di Puskesmas Kombos dengan hasil reliabilitas sebesar

32
0,986 (cronbah’s alpha) terdapat 12 pertanyaan yang di uji dan semuanya
valid dengan r table = 0,576 menggunakan pearson product moment.
Sedangkan untuk kuesioner B terdiri dari 8 pernyataan terkait tingkat
kepatuhan diet penderita diabetes melitus dimana setiap pertanyaan dijawab
selalu (S), Kadang-Kadang (KK), Jarang (J), Tidak Pernah (TP). Jawaban
selalu diberi nilai 4, kadang-kdang diberi nilai 3, jarang diberi nilai 2 dan tidak
pernah diberi nilai 1 peneliti menggunakan skala likert. Dengan tingkat
kemaknaan α <0.005. Lembar kuesioner B dibuat oleh peneliti sendiri dan
telah di uji viliditas di Puskesmas Kombos dengan hasil reliabilitas sebesar
0.947 (cronbah’s alpha) terdapat 8 pertanyaan yang di uji dan semuanya valid
dengan r table= 0,707 menggunakan pearson product moment.
4.7 Proses Pengumpulan Data
4.7.1 Tahap Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, maka dari itu perlu dilakukan
persiapan yang meliputi:
1. Penyusunan Proposal
2. Penyelesaian Administrasi dan Perijinan (surat-surat)
3. Melakukan survei awal di tempat penelitian
4. Studi kepustakaan untuk membuat acuan penelitian
5. Melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian
4.7.2 Tahap Pelaksanaan
Setelah mendapatkan surat pengantar penelitian dari dekan
Fakultas Keperawatan selanjutnya peneliti terlebih dahulu
menyampaikan maksud dan tujuan penelitian kepada pihak Rumah
Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Sebelum pengumpulan
data dilakukan melalui kuesioner, terlebih dahulu peneliti menjelaskan
maksud & tujuan penelitian agar responden dapat memberikan data
dengan jujur dan lengkap sehingga peneliti memperoleh data yang
akurat. Kemudian peneliti membagikan kuesioner untuk diisi oleh
responden dan keluarga. Setelah semua terkumpul maka peneliti
langsung melakukan pengolahan data, analisa data dan penyusunan
laporan hasil penelitian.

33
4.8 Analisa Data
Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah pengumpulan data. Langkah-langkah pengolahan data
meliputi editing, coding, scoring, processing, tabulating.
4.8.1 Memeriksa (Editing)
Mengecek jumlah dan meneliti kelengkapan pengisian kuesioner,
apakah setiap pertanyaan suda dijawab dengan tanda cek (√) pada
pilihan yang telah dipilih.
4.8.2 Kode (Coding)
Setelah kusioner telah dijawab, selanjutnya pertanyaan diberi kode-
kode tertentu dalam bentuk angka maupun alphabet pada nomor daftar
pertanyaan agar lebih mudah diolah.
4.8.3 Cleaning
Mengecekan kembali data yang sudah di entry dan melakukan koreksi
bila terdapat kesalahan
4.8.4 Skor (Scoring)
Semua variabel di beri kode selanjutnya masing-masing komponen
variabel dijumlahkan. Pada variabel dukungan keluarga peneliti
memberika skror 1 untuk jawaban “ya” dan skor 2 untuk jawaban
“tidak”. Pada variabel kepatuhan diet peneliti memberikan skor 4
untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban kadang-kadang, 2 untuk
jawaban jarang, 1 untuk jawaban tidak pernah.
4.8.5 Proses data (Processing)
Setelah semua soal pada kuesioner terisi dengan benar, kemudian
data-data tersebut diproses dan di analisis dengan cara mengentri data
hasil kuesioner tersebut ke dalam komputer.
4.8.6 Tabulasi (Tabulating)
Mengelompokan data ke dalam satu tabel kerja menurut sifat-sifat
yang dimiliki, kemudian data di analisa secara statistik melalui
perhitungan presentasi dari hasil perhitungan dan jumlah.
4.8.7 Data penelitian dianalisis dengan cara univariat dan bivariat.

34
1. Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan karakteristik dari variabel demografi, dukungan
keluarga dan kepatuhan diet responden.
2. Analisis bivariat adalah analisis statistik yang dilakukan untuk
menguji hipotesis antara dua variabel, untuk memperoleh jawaban
apakah kedua variabel tersebut ada hubungan, berkorelasi, ada
perbedaan, ada pengaruh dan sebagainya sesuai dengan hipotesis
yang telah dirumuskan (Djami, 2016).
Penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square (X2)
dengan derajat kepercayaan 95%, dengan nilai kemaknaan
(ɑ=0,05). Pedoman dalam menerima hipotesis : apabila nilai
probabilitas (ρ) < 0,05 maka hasil perhitungan secara statistik
bermakna, apabila nilai probabilitas (ρ) >0,05 maka hasil
perhitungan secara statistik tidak bermakna. Uji fisher adalah uji
alternatif dari chi-square yang akan disajikan dalam SPSS.
4.9 Etika Penelitian
4.9.1 Masalah etika penelitian dalam melakukan penelitian yaitu Informed
Concent (Informasi untuk responden). Informed Concent merupakan
pemberian lembar persetujuan untuk menjadi responden dalam bentuk
persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti. Tujuan
informed concent adalah responden peneliti mengerti maksud dan
tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Responden yang tidak
bersedia, peneliti harus menghormati hak responden. Informasi yang
harus ada dalam informed concent tersebut adalah partisipasi
responden, tujuan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen
prosedur pelaksanaan, manfaat kerahasiaan penelitian, masalah yang
mungkin akan timbul, informasi yang mudah dihubungi dan lain-lain.

4.9.2 Tanpa nama (Anonymity)

35
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner yang diisi
oleh responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
4.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Semua informasi yang dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertantu yang akan dilaporkan kepada
pihak yang terkait dengan peneliti.
4.9.4 Perlindungan dan ketidaknyamanan (Protection from discomfort )
Untuk melindungi pasien dari ketidaknyamanan, baik fisik maupun
psikologis.

36
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab V ini berisi tentang hasil penelitian yang didapat di lapangan
yang terdiri dari hasil penelitian analisis univariat dan bivariat yang disajikan
dalam bentuk tabel.
5.1 Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih
GMIM Manado pada tanggal 2 Juli-9 Juli 2016, dan bertujuan untuk
mengetahui dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan diet penderita
diabetes melitus. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita
diabetes melitus yang datang berobat di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih
GMIM Manado, sampel dalam penelitian ini yaitu pasien yang terdiagnos
diabetes melitus berjumlah 45 orang. Hasil penelitian ini diperoleh melalui
penilaian dengan menggunakan lembar kuesioner yang berisi dukungan
keluarga dan kepatuhan diet penderita diabetes melitus. Setelah data
terkumpul kemudian dilakukan pemeriksaan data dan pengolahan data, serta
analisa data. Setelah semua data diolah, peneliti menyajikan analisis data
univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, dan disajikan
dalam bentuk tabel frekuensi.

37
5.2 Data Demografi
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan Usia Jenis Kelamin,
Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Lama menderita penyakit diabetes
melitus.
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia
30-39 Tahun 5 11,1
40-49 Tahun 9 20
50-59 Tahun 10 22,2
60-69 Tahun 12 26,7
70-79 Tahun 8 17,8
80-89 Tahun 1 2,2
Jenis Kelamin
Perempuan 26 57,8
Laki-laki 19 42,2
Pendidikan
SD 12 26,7
SMP 18 40
SMA 13 28,9
PT 2 4,4
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 20 44,4
Petani 6 13,3
Wiraswasta 12 26,7
Pns 6 13,3
Kepala Lingkungan 1 2,2
Lama Menderita
3 minggu-3 bln 7 15,6
4 bln-6 bln 25 55,6
7 bln-9 bln 10 22,2
>1 tahun 3 6,7
TOTAL 45 100
Sumber: Data Primer Juli 2016
Berdasarkan tabel 3. Distribusi Responden dari hasil penelitian di
Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado menunjukan bahwa
rata-rata usia responden tertinggi adalah 60-69 tahun berjumlah 12 orang
(26,7%) dan terendah pada usia 80-89 Tahun berjumlah 1 orang (2,2%).
Karakteristik responden menurut jenis kelamin terbanyak adalah perempuan
berjumlah 29 orang (57,8 %) dan laki-laki ada 19 orang (42,2%). Berdasarkan
pendidikan responden yang terbanyak adalah sekolah menengah pertama
(SMP) berjumlah 18 orang (40%) dan paling sedikit berpendidikan
Perguruan Tinggi berjumlah 2 orang (4,4%). sebagian besar responden adalah
Ibu Rumah Tangga 20 orang (44,4 %). Distribusi responden berdasarkan
lama menderita penyakit Diabetes Melitus yang terbanyak adalah pada 4 bln-

38
6 bln (55,6 %) dan yang paling sedikit >1 Tahun menderita berjumlah 3 orang
(6,7%).
5.3 Hasil Analiasa Univariat
Tabel 5. Distribusi frekuensi Dukungan Keluarga pada Penderita Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado
Dukungan keluarga Frekuensi Presentase (%)
Kurang Baik 15 33.3
Baik 30 66.7
Total 45 100
Sumber: Data Primer Juli 2016
Berdasarkan tabel 4. Distribusi frekuensi dukungan keluarga pada
penderita diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM
Manado yang terbanyak adalah Baik dengan persentase 66.7% dan Kurang
baik 33.3%.
Tabel 6. Distribusi frekuensi Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado
Kepatuhan Diet Frekuensi Presntase (%)
Kurang Baik 17 37.8
Baik 28 62.2
Total 45 100
Sumber: Data Primer Juli 2016
Berdasarkan tabel 5. Distribusi frekuensi kepatuhan diet pada penderita
diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado yang
terbanyak adalah Baik dengan persentase 62.2% dan Kurang baik 37.8%.
5.4 Hasil Analisa Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel yaitu variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah dukungan
keluarga dan variabel dependen adalah kepatuhan diet. Penelitian ini
menggunakkan uji statistik yaitu uji chi square.

Tabel 7. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet penderita


diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM
Manado
Dukungan Tingkat Kepatuhan Diet p
Keluarga Patuh Tidak Patuh Total value

39
Kurang Baik 1 14 15
2,2% 31,1% 33,3% 0,000
Baik 27 3 30
60% 6,7% 66,7%
28 17 45
Total
62,2% 37,8% 100%

Berdasarkan tabel 6. hasil uji statistik diatas menunjukan bahwa dari 15


responden (33,3%) yang memiliki dukungan keluarga kurang, terdapat 1
responden (2,2%) yang patuh dalam melalukan diet dan 14 responden (31,1) yang
tidak patuh dalam melakukan diet. Sedangkan dari 30 responden (66,7 %), yang
memiliki dukungan keluarga baik terdapat 27 responden (60,0%) yang patuh
dalam melakukan terapi diet dan 3 responden (6,7%) yang tidak patuh dalam
melaksanakan diet. Dengan nilai signifikan 0,000 < α 0,05 maka Ho ditolak
karena ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diet penderita
diabetes melitus.

BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab VI ini membahas atau menjelaskan hasil penelitian tentang


Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kepatuhan Diet Pendertia Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado. Pada bab ini
juga akan membahas hasil dari penelitian dengan teori keperawatan menurut

40
Dorotheo Orem Self Care terhadap Dukungan Keluarga dalam meningkatkan
Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus.
6.1 Dukungan Keluarga dalam Meningkatkan Kepatuhan Diet Penderita
Diabetes Melitus
Hasil penelitian yang diperoleh p value 0,000 dimana p value dibawah α<
0,005 yang artinya Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil ini menyimpulkan
bahwa ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dalam
meningkatkan kepatuhan diet penderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit
Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dukungan keluarga dapat
meningkatkan kepatuhan diet penderita diabetes melitus. Dalam penelitian ini,
penderita diabetes melitus merasakan bahwa keluarganya telah mampu
mewujudkan dukungan keluarga baik secara informasional, emosional,
instrumental, penilaian/penghargaan. Penatalaksanaan diabetes melitus salah
satunya adalah perencanaan makan (diet), latihan fisik, dan pengobatan.
Dalam menjalani terapi diet, dukungan dalam keluarga sangatlah diperlukan
agar penderita diabetes melitus merasa nyaman dan tentram untuk menjalani
diet diabetes melitus. Selain itu penderita diabetes melitus patuh dalam
melaksanakan perintah, menaati aturan dan disiplin dalam menjalankan
program diet yang sudah ditentukan, sehingga komplikasi dapat dikendalikan.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 27 responden yang patuh dalam
melakukan terapi diet diabetes melitus, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi kepatuhan salah satunya adalah dukungan dari
keluarga, dengan adanya dukungan dari keluarga penderita akan merasa
senang dan tentram, karena dengan dukungan tersebut akan menimbulkan
kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelola penyakitnya lebih
baik.
Hasil penelitian ini terdapat 3 responden yang tidak patuh dalam
melakukan program diet diabetes melitus, hal ini dikarenakan kurangnya
dukungan dari keluarga atau dorongan yang khusus kepada penderita diabetes
melitus. Kemudian kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat
diperlukan untuk mencapai keberhasilan, dan mencegah terjadinya

41
komplikasi. Ketidakpatuhan terhadap diet diakibatkan oleh faktor stressor,
yaitu gaya hidup yang lama dengan gaya hidup yang baru dalam waktu yang
lama. Perubahan yang terjadi sesuai anjuran dokter, untuk menjaga kadar gula
darah tetap normal.
Pemicu ketidakpatuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup lama serta
paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek negatif pada penderita
sehingga awal mula penderita mempunyai sikap patuh bisa berubah menjadi
tidak patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari penderita. Penelitian ini
didukung oleh (Setiadi 2008) yang mengatakan bahwa dukungan keluarga
merupakan sebuah proses yang terjadi disepanjang kehidupan, dimana dalam
semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan
kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Ali Hamzah Pandhit
(2010), dimana penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan dan seberapa erat hubungan antara dukungan sosial keluarga
dengan kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet. sehingga dapat
disimpulkan adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuahan
diet pasien diabetes melitus dalam melaksanakan program diet. Selain itu
juga,Hasil penelitian ini sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nasrul Hadi Purwanto, S.Kep., Ns. Hasil penelitian menunjukan terdapat
hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang diet diabetes melitus
dengan kepatuhan pelaksanaan diet pada penderita diabetes melitus Di RSUD
dr. H Moh Anwar Sumenep.
Adapula penelitian yang dilakukan oleh Siti Sofiyah, Henni Kusuma
(2014) untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan penderita dalam penatalaksanaan diet di wilayah
kerja Puskesmas Srondol Kecamatan Banyumanik, Semarang. Hasil analisi
korelatif menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan kepatuhan penderita diabetes melitus dalam pelaksanaan terapi diet.
Anis Prabowo, Weni Hastuti (2014) Dukungan keluarga pada penderita
diabetes melitus sebagian besar dengan dukungan rendah. Tingkat kepatuhan

42
diet diabetes melitus sebagian besar dengan tidak mematuhi diet. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan
kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus. Di sisi lain juga (Abdurrahim
Senuk, dkk, 2013) untuk melihat apakah ada hubungan pengetahuan dan
dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani diet diabetes melitus, hasil
penelitian menunjukan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan dengan
kepatuhan menjalani diet diabetes melitus dan dukungan keluarga mempunyai
hubungan dengan kepatuhan menjalani diet diabetes melitus.
Penderita diabetes melitus perlu mengontrol kadar gula darahnya supaya
tetap berada dalam batas normal untuk mengurangi resiko komplikasi
penyakit diabetes seperti penyakit mata, jantung, dan ginjal. Yang baik dari
diabetes melitus adalah saudara saudari bisa mengontrol kadar gula darah
dengan pengaturan makanan atau kombinasi pengaturan makanan dan obat.
Bagi penderita diabetes melitus harus mengikuti pedoman 3J, jadwal makan,
jenis makanan, jumlah makanan
Penderita diabetes melitus harus membiasakan diri makan pada waktu
yang telah ditentukan. Penderita diabetes melitus makan sesuai jadwal, yaitu 3
kali makan utama, 3 kali makan selingan, dengan interval waktu 3 jam. Ini
dimaksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita
diabetes melitus, sehingga diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan
dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah tetap stabil dan penderita
diabetes melitus tidak merasa lemas akibat kekurangan zat gizi. Jenis
makanan, penderita diabetes melitus harus mengetahui dan memahami jenis
makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus
dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat.
Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula,
sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi
seperti buncis, kacang panjang, wortel, daun singkong, bit dan bayam harus
dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi seperti pisang, pepaya, mangga, sawo
rambuta, apel jeuk dan nenas juga harus dibatasi. Sayuran yang boleh
dikomsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong,
ketimun, labu air, labu siam, lobak, sawi terong dan tomat. Jumlah makanan

43
yang diberikan sesuaikan dengan status gizi penderita diabetes melitus, bukan
berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah kalori yang disarankan
berkisar antara 1100-2900Kkal. Sebelum menghitung berapa kalori yang
dibutuhkan seorang pasien diabetes, terlebih dahulu harus diketahui berapa
berat badan ideal (idaman) seseorang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori keperawatan Orem yang
mengatakan bahwa Perawatan diri sendiri merupakan perawatan yang praktis
dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan
kehidupannya. Ini terdiri atas dua agens perawatan diri (individu yang
melakukan perawatan diri secara mandiri) dan agens yang memberikan
layanan perawatan diri (orang lain yang melakkukan perawatan diri untuk
individu). Dalam teori ini keperawatan diberikan jika seorang dewasa (atau
pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas dalam melakukan self
care secara efektif. Kemampuan/ kemandirian perarawatan diri penderita
diabetes melitus (self care agent) didefinisikan sebagai suatu tugas atau sikap
hidup sehari-hari dimana kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu untuk
mengelola penyakit diabetesnya termasuk tentang diet, olahraga, monitor
glukosa, pengobatan, perawatan kaki, dan merorok. Perawatan diri diabetes
melitus adalah (self care demands) gaya hidup baru yang wajid dilakukan oleh
penderita Diabetes Melitus dalam pengontrolan kadar gula darah untuk
pencegahan terjadinya komplikasi.
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
7.1.1 Dukungan keluarga dalam meningkatkan kepatuhan diet penderita
diabetes melitus adalah baik.
7.1.2 Kepatuhan pelaksanaan diet diabetes melitus pada penderita diabetes
melitus adalah baik.
7.1.3 Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
kepatuhan diet penderita diabetes melitus.

44
7.2 Saran
7.2.1 Bagi keluarga
Peran keluarga sangat penting dalam memberi dukungan terhadap
anggota keluarga yang sedang sakit. Dengan dukungan yang penuh
dari keluarga terutama dalam masa perawatan diharapkan dengan
penuh kesabaran dan memberikan perhatian yang khusus untuk
meningkatkan keyakinan akan kemampuan penderita untuk bisa
mandiri dalam merawat diri.
7.2.2 Bagi pasien Diabetes Melitus lebih mematuhi segala kepatuhan diet
yang dianjurkan oleh petugas kesehatan agar kesehatannya dapat
terkontrol dengan baik dan tidak memperparah penyakitnya serta
dapat mencegah komplikasi secara dini. Pasien dapat membuat jadwal
diet, olahraga dan terapi insulin, kemudian diletakan ditempat yang
mudah terlihat pasien, sehingga pasien lebih mudah mengingat
dengan melihat jadwal tersebut.
7.2.3 Bagi perawat yang bertugas diruangan Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Pancaran Kasih GMIM Manado, diharapkan lebih
memperhatikan dan memberikan motivasi baik pada pasien lama
ataupun pasien baru untuk mematuhi regimen diet, pengobatan yang
disarankan oleh dokter, serta mengingatkan kepada keluarga pasien
untuk selalu memberikan dukungan optimal pada pasien dalam
melakukan terapi diet dan pengobatan yang dijalani dan mengingatkan
jika pasien lupa.

45
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz Hidayat (2008) Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data, cetakan kedua. Jakarta: Salemba Medika

Abd. Nasir dkk, (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan Yogyakarta : Nuha


Medika

Ali. Z, (2009). Pengantar Keprawatan Keluarga, EGC: Jakarta

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Bastable, S. (2012). Perawat sebagai pendidik. Jakarta: EGC

Basyiroh, Nur Arifah. (November 2011) Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan
Kepatuhan Terhadap Pengobatan Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Di RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.
http://eprints.ums.ac.id/15942/1/Halaman_Depan.pdf

Chayatin, N. (2009) Ilmu Keperawatan Komunita Konsep dan aplikasi. Jakarta:


Salemba Medika

Clevo & Margareth (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Penyakit


Dalam). Yogjakarta : Nuha Medika

Djami, M. E. U. (2016). Pengolahan dan analisis data.


https://moudyamo.wordpress.com/2016/02/20/p-9-pengolahan-dan-
analisis-data/ . Diakses pada 5 April 2017, pukul 10.33 WITA

Depkes, (2009) Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

Efendi, F. & Makhfudli, I. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba


Medika, Jakarta

Friedman, (2010) Buku ajar keperawatan keluarga, Jakarta : EGC

Harmoko (2012) , Buku Ajar Keperawatan keluarga,Yogjakarta

H. Zaidin Ali.(2010). Pengantar Keperawatan Keluaraga, Jakarta : EGC

Kusnanto. (2007). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.


Jakarta: EGC
Maulana M. 2008 Mengenal Diabetes Melitus: Panduan Praktis Mengenai
Kencing Manis. Jogjakarta

46
Nursalam, (2011) Konsep Perawatan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawan.
Edisi 2. Salemba Medika Jakarta

Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan ilmu dan seni. Jakarta: Rineka Cipta

Purwandari, A. (2008). Konsep kebidanan sejarah dan profesionalisme. Jakarta:


2008
Pandhit, Ali Hamzah. (2014).BANYUMANIK SEMARANG." PROSIDING
SEMINAR NASIONAL. Vol. 2. No. 1..Edisi Khusus Hari Kesehatan
Nasional, November 2010 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes.

Purwanto, Nasrul Hadi, and S. Kep Ns. "Hubungan Pengetahuan Tentang Diet
Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Pelaksanaan Diet pada Penderita
Diabetes Mellitus." (2013). Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor
01/ Januari – Desember 2011

Prabowo, Anis, and Weni Hastuti. "Hubungan Pendidikandan Dukungan Keluarga


Dengan Kepatuhan Diit Pada Penderita Diabetes Melitus di Wilayah
Puskesmas Ploserojo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar."
Jurnal Keperawatan 2.4 (2015).

Pranoto. (2007). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Pandhit , Ali Hamzah. (November 2010) Edisi Khusus Hari Kesehatan Nasional.
Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan
Pasien Diabetes
Mellitus Dalam Melaksanakan Program Diet di Poli Penyakit Dalam
RSUD Cibabat
http://fmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/volume1-
nomorkhusus-HKN.pdf#page=3

Rahmatul Fitriana, & Siti Rachmawati. 2016, Cara Ampuh Tumpas


DiabetesYogjakarta : Medika (Diet) hal 47

Retno Novitasari. 2012, Diabetes Melitus, Yogjakarta : Nuha Medika

Sambalanumaku. (2014). Teori self care menurut Orem dalam proses


keperawatan. https://sambalanumakku.wordpress.com/2014/10/20/teori-
self-care-menurut-orem-dalam-proses-keperawatan/. Diakses pada 4 April
2017, pukul 20.50 WITA

Rismayanthi, C., 2010, Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi


Pengobatan Diabetes, Fakultas Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, UI,
Jakarta

47
Senuk,Abdurrahim,dkk."Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan menjalani terapi diet Diabetes Melitus di Poliklinik RSUD
Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara." JURNAL
KEPERAWATAN 1.1 (2013).ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1.
Nomor 1. Agustus 2013

Waspadji, S.S (2007) Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta

48
CURRICULUM VITAE

A. Identitas
Nama : Anastasia Paparang
Nim : 12061158
Tempat/ Tanggal lahir : Pediwang, 06 januari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Alamat : desa Pediwang, Kec. Kao Utara
Tahun Masuk : 2012
Fakultas/ Program Studi : Keperawatan/ Ilmu Keperawatan
Nama Orang Tua
Ayah : Richard F Paparang
Ibu : Margaretha Tokan
Email : 12061158@unikadelasalle.ac.id
B. Riwayat Pendidikan
1. SD GMIH Pediwang 2000-2006
2. SMP Kristen Tobelo 2006-2009
3. SMA Negeri 1 Tobelo 2009-2012
4. Universitas Katolik De La Salle Manado 2012 – Sekarang.

Motto
Hanya mereka yang berani berjuang yang dapat meraih keberhasilan, dan masa
depan adalah milik meraka yang percaya pada indahnya mimpi-mimpi dan usaha
keras.
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN
(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini


Nama :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan bahwa secara sukarela bersedia menjadi partisipan dalam


mengisi lembar kuesioner yang di siapkan dan memberikan data sesuai dengan
keperluan penelitian dari Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Katolik
De La Salle Manado atas nama Anastasia Paparang dengan judul penelitian
“Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kepatuhan Diet Penderita Diabetes
Melitus” Di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih GMIM Manado.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk menjadi partisipan dalam penelitian
tersebut secara sukarela.

Manado, 15 Juni 2016

Partisipan
LEMBAR KUESIONER

DUKUNGAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN


DIET PENDERITA DIABETES MELITUS

Peneliti : Anastasia Paparang (12061158)

Kode Responden: : (di isi oleh peneliti)

Adapun tujuan pengisian kuesioner penelitian ini adalah untuk


memperoleh informasi tentang dukungan keluarga dalam meningkatkan
kepatuhan diet penderita diabetes melitus, hasil dari penelitian ini diperuntukan
bagi peneliti sendiri dalam memenuhi tugas akhir pendidikan S1.

Petunjuk pengisian kuesioner

1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan.


2. Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan
kondisi yang dialami dengan memberi tanda ceklist pada pilihan yang dipilih.
3. Bapak/Ibu dapat bertanya langsung pada peneliti bila menemukan kesulitan
atau kurang mengerti dalam menjawab pertanyaa.
4. Selamat mengisi dan terima kasih atas partisipasinya.

I. Data Umum
Identitas
1. Nama (Inisial) : ......................................................
2. Umur : ......................................................
3. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
4. Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA PT
5. Lama menderita penyakit Daibetes Melitus : .............................
II. KUESIONER
A. Dukungan keluarga meliputi
Dukungan instrumental, emosional, informasi &
penilaian/penghargaan.

Petunjuk pengisian : jawablah pertanyaan di bawah ini dengan


memberikan tanda ceklist pada kolom yang tersedia.
Keterangan : Ya dan Tidak

No Pertanyaan Ya Tidak

Dukungan informasi

1 Apakah anda sebagai keluarga sering membritahukan kepada


penderita tentang kondisi kesehatan yang didapatkan dari tenaga
kesehatan?
2 Apakah anda sebagai keluarga mengetahui secara rinci semua masalah
yang dialami penderita?
3 Apakah anda sebagai keluarga sering menyarankan kepada penderita
untuk berobat atau melalukan pemeriksaan kesehatan ke rumah sakit
atau puskesmas?
4 Apakah anda sebagai keluarga sering memberikan informasi kepada
penderita tentang pengobatan yang lain selain pengobatan medis?

Dukungan emosional Ya Tidak

1 Apakah anda sebagai keluarga sering merasa kesulitan dalam


menghadapi masalah penyakit yang dialami penderita?
2 Apakah anda sebagai keluarga memahami kesedihan yang dialami
penderita karena penyakitnya?.
3 Apakah anda sebagai keluarga sering memberikan semanagat kepada
penderita dalam menghadapi penyakitnya?
Dukungan instrumental Ya Tidak

1 Apakah anda sebagai keluarga sering meluangkan waktu untuk


mendengar cerita dan keluhan yang disampaikan oleh penderita?.
2 Apakah keluarga menyediakan makanan sesuai dengan pantangan
yang dianjurkan oleh dokter bagi penderita?

Dukungan penilaian/penghargaan Ya Tidak

1 Apakah anda sebagai keluarga sering mendorong penderita untuk


mengikuti program diet/makan makanan yang dianjurkan oleh dokter?

2 Apakah keluarga selalu mengingatkan penderita untuk minum obat


secara teratur?

Apakah keluarga menasehati penderita bila penderita melanggar


pantangan yang dianjurkan oleh dokter?

B. Tingkat kepatuhan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda
ceklist (ν) pada kolom yang tersedia
Keterangan: Selalu, Sering, Jarang, Tidak pernah

No Pernyataan Selalu Kadang Jarang Tidak


kadang pernah

1 Saya makan 3x dalam sehari (Pagi Siang dan


Malam)

2 Saya terlalu sibuk dengan urusan saya sehingga


saya makan tidak tepat waktu.

3 saya setiap hari mengkomsumsi makanan yang


banyak mengandung minyak/ tinggi lemak seperti
makanan siap saji (fast food) gorengan dll.

4 Saya menghindari makanan yang manis-manis agar


penyakit saya tidak bertambah parah

5 Saya makan makanan yang sesuai dengan anjuran


dokter atau petugas kesehatan yang lain.

6 Saya mengkomsumsi obat secara teratur.

7 Saya selalu mengikuti anjuran dokter dalam


perencanaan diet diabetes.

8 Pengobatan yang paling utama saya lakukan adalah


pengaturan diet (makanan)
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Scale: ALL VARIABLES (KUESIONER A)

Case Processing Summary Reliability Statistics

N % Cronbach's
Alpha Based on
Cases Valid 10 100.0
Cronbach's Standardized
a
Excluded 0 .0
Alpha Items N of Items
Total 10 100.0
.986 .986 12
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 1.60 .516 10

p2 1.50 .527 10

p3 1.60 .516 10

p4 1.60 .516 10

p5 1.60 .516 10

p6 1.50 .527 10

p7 1.60 .516 10

p8 1.70 .483 10

p9 1.60 .516 10

p10 1.70 .483 10

p11 1.50 .527 10

p12 1.50 .527 10

Summary Item Statistics

Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items

Item Means 1.583 1.500 1.700 .200 1.133 .005 12


Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

p1 17.40 27.600 .967 . .984

p2 17.50 27.833 .899 . .985

p3 17.40 27.600 .967 . .984

p4 17.40 27.600 .967 . .984

p5 17.40 27.600 .967 . .984

p6 17.50 27.833 .899 . .985

p7 17.40 27.600 .967 . .984

p8 17.30 28.678 .812 . .987

p9 17.40 27.600 .967 . .984

p10 17.30 28.678 .812 . .987

p11 17.50 27.833 .899 . .985

p12 17.50 27.833 .899 . .985

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

19.00 33.111 5.754 12


HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Scale: ALL VARIABLES (KUESIONER B)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.947 .947 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 2.90 1.197 10

p2 2.90 1.197 10

p3 2.50 1.080 10

p4 2.50 1.080 10

p5 2.50 1.080 10

p6 2.80 1.033 10

p7 2.70 1.059 10

p8 2.80 1.033 10

Summary Item Statistics

Maximum /
Mean Minimum Maximum Range Minimum Variance N of Items

Item Means 2.700 2.500 2.900 .400 1.160 .031 8


Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Squared Multiple Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted

p1 18.70 40.900 .910 . .933

p2 18.70 40.900 .910 . .933

p3 19.10 44.767 .715 . .946

p4 19.10 44.767 .715 . .946

p5 19.10 44.767 .715 . .946

p6 18.80 43.956 .821 . .940

p7 18.90 43.211 .857 . .937

p8 18.80 43.956 .821 . .940

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

21.60 56.267 7.501 8


HASIL UJI DEMOGRAFI (UNIVARIAT)

Lama Menderita
Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan DM

N Valid 45 45 45 45 45

Missing 0 0 0 0 0

Percentiles 25 2.00 1.00 1.00 1.00 2.00

50 3.00 1.00 2.00 2.00 2.00

75 4.00 2.00 3.00 3.00 3.00

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 30-39 tahun 5 11.1 11.1 11.1

40-49 tahun 9 20.0 20.0 31.1

50-59 tahun 10 22.2 22.2 53.3

60-69 tahun 12 26.7 26.7 80.0

70-79 tahun 8 17.8 17.8 97.8

80-89 tahun 1 2.2 2.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Perempuan 26 57.8 57.8 57.8

laki-laki 19 42.2 42.2 100.0

Total 45 100.0 100.0


Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 12 26.7 26.7 26.7

SMP 18 40.0 40.0 66.7

SMA 13 28.9 28.9 95.6

Perguruan Tinggi 2 4.4 4.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid IRT 20 44.4 44.4 44.4

Petani 6 13.3 13.3 57.8

Wiraswasta 12 26.7 26.7 84.4

PNS 6 13.3 13.3 97.8

Kepala Lingkungan 1 2.2 2.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

Lama Menderita DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 minggu - 3 bulan 7 15.6 15.6 15.6

4 bulan - 6 bulan 25 55.6 55.6 71.1

7 bulan - 9 bulan 10 22.2 22.2 93.3

> 1 tahun 3 6.7 6.7 100.0


Lama Menderita DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 minggu - 3 bulan 7 15.6 15.6 15.6

4 bulan - 6 bulan 25 55.6 55.6 71.1

7 bulan - 9 bulan 10 22.2 22.2 93.3

> 1 tahun 3 6.7 6.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

Statistics

Dukungan
Keluarga Kepatuhan Diet
Penderita Penderita
Diabetes Diabetes
Melitus Melitus

N Valid 45 45

Missing 0 0
Range 1 1
Percentiles 100 2.00 2.00

Dukungan Keluarga Penderita Diabetes Melitus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 15 33.3 33.3 33.3

Baik 30 66.7 66.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Patuh 17 37.8 37.8 37.8

Patuh 28 62.2 62.2 100.0

Total 45 100.0 100.0


HASIL UJI BIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungankeluarga * 45 100.0% 0 .0% 45 100.0%


kepatuhandiet

dukungankeluarga * kepatuhandiet Crosstabulation

kepatuhandiet

Patuh tidak patuh Total

Dukungankeluarga kurang Count 1 14 15

% within dukungankeluarga 6.7% 93.3% 100.0%

% within kepatuhandiet 3.6% 82.4% 33.3%

% of Total 2.2% 31.1% 33.3%

baik Count 27 3 30

% within dukungankeluarga 90.0% 10.0% 100.0%

% within kepatuhandiet 96.4% 17.6% 66.7%

% of Total 60.0% 6.7% 66.7%

Total Count 28 17 45

% within dukungankeluarga 62.2% 37.8% 100.0%

% within kepatuhandiet 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 62.2% 37.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 29.543 1 .000
b
Continuity Correction 26.104 1 .000

Likelihood Ratio 32.814 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 28.887 1 .000

N of Valid Cases 45

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,67.
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for .008 .001 .084


dukungankeluarga (kurang /
baik)

For cohort kepatuhandiet = .074 .011 .494


patuh

For cohort kepatuhandiet = 9.333 3.163 27.539


tidak patuh

N of Valid Cases 45

Anda mungkin juga menyukai