Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia
di RSUD Simo Boyolali
Disusun oleh :
KABUPATEN BOYOLALI
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
dr. Fitria Nur Farizka
Pembimbing,
Daftar Pustaka
1. Mochtar, Rustam, , Sinopsis Obsetri, Jilid I, 2001.Jakarta; EGC.
8. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea and
vomiting in pregnancy : new approaches. British Journal of Midwifery, May 2008,
Vol 16, No. 5.
Hasil Pembelajaran :
1. Hiperemesis Gravidarum , Dehidrasi
2. Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dan dehidrasi
3. Tatalaksana kasus HEG disertai dehidrasi
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Karang gayam 05/01 Sumber Simo
Tanggal masuk : 24 Agustus 2019
No. CM : 1506092783
Biaya pengobatan : BPJS
Riwayat Menikah
Pernikahan pertama, lama pernikahan 8 bulan.
Riwayat Obstetri
Kehamilan ini merupakan hamil pertama
Riwayat KB
Disangkal
Riwayat Ante Natal Care (ANC) :
Pasien memeriksakan kehamilannya di bidan 1 kali, sudah mendapatkan
imunisasi TT 1 (+) , belum pernah USG
Perilaku Kesehatan
Merokok : disangkal
Minum minuman beralkohol : disangkal
Kebersihan daerah reproduksi : diakui baik
A. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Tampak lemas
b. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
c. Vital sign : TD : 97/63 mmHg
Nadi: 71 x/menit, isi & tegangan cukup
RR : 20 x/menit
T : 37,6C (axiler)
SpO2 : 98 %
d. Tinggi badan : 148 cm
e. Berat badan sekarang : 44 kg
f. Status Gizi : 20,08 kg/m2 (normoweight)
g. Kepala : Mesocephal, distribusi rambut merata
h. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor diameter 3mm/3mm, reflek cahaya
direk (+/+), reflek cahaya indirek (+/+),Mata
(facies cholerica) cekung -/-
i. Hidung : Deformitas (-),napas cuping hidung(-), sekret(-)
j. Telinga : Discharge (-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid
(-/-), gangguan fungsi pendengaran(-/-).
k. Mulut : bibir kering (-),sianosis (-), lidah kotor (-), bibir
kering (+)
l. Kulit : hipopigmentasi(-), hiperpigmentasi (-)
m. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), deviasi
trakea (-), peningkatan JVP
Thoraks
Jantung
Inspeksi : ictus codis tak nampak
Palpasi : ictus cordis tidak melebar, tidak kuat angkat,
pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-), thrill (-)
Perkusi
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal sinistra
Pinggang jantung : ICS 2 linea sternalis sinistra
Kiri bawah jantung : ICS 6 2cm ke lateral linea
midclavikula sinistra
Kanan bawah jantung : ICS 5 linea parasternalis dextra
Auskultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru-paru (Pulmo)
Inspeksi : normochest, retraksi (-), pergerakan simetris pada saat
statis dan dinamis
Palpasi : sela iga tidak melebar, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
• Inspeksi : tampak datar
• Auskultasi : bising usus (+) normal
• Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
• Palpasi : supel, nyeri tekan epigastrium (+) >>, turgor <2”
Status Ginekologi
Pemeriksaan genitalia eksterna :
• Rambut pubis : pertumbuhan dalam batas normal
• Labia mayora : tanda radang (-)
• Labia minora :
- Dextra : massa (-)hiperemis (-), nyeri tekan (-)
- Sinistra : dalam batas normal
• Muara uretra : tanda radang (-)
• Kelenjar bartholini : massa (-), nyeri tekan (-)
• Vagina : fluor albus (-), darah (-)
• Kelenturan perineum : normal
Nilai
Jenis Hasil Satuan
Normal
Darah Rutin
Hematokrit 39.4 % 33 – 45
MCV 79.9 fL 69 – 93
MCH 27 Pg 22 – 34
MCHC 22 g/dL 32 – 36
Diff Count
-Eosinofil
0.04 103/uL 0.045 – 0.44
Absolute
-Basofil
0.01 103/uL 0 – 0.2
Absolute
-Netrofil
5.9 103/uL 1.8 – 8
Absolute
-Limfosit
1.2 103/uL 0.9 – 5.2
Absolute
-Monosit
0.5 103/uL 0.16 – 1
Absolute
-Eosinofil 0.5 % 2–4
-Basofil 0.1 % 0–1
-Netrofil 75.2 % 50 – 70
-Limfosit 17.6 % 25 – 50
-Monosit 6.6 % 1–6
Elektrolit
IV. PENATALAKSANAAN
1. Diagnosis kerja : Hiperemesis Gravidarum dengan dehidrasi
2. Terapi
Medikamentosa
Skor Daldiyono : 2 ( muntah skor 1 , akral dingin skor 1 )
Defisit cairan : 2*10%*BB*1000ml/15
: 533 ml
Dilakukan guyur RL 500cc tetesan cepat-> observasi KU dan TTV
Dilanjutkan infus RL : D5% 20 tpm selang seling
Infus RL + drip ondansentron 4 mg tetesan 20 tpm
Inj i.v. Ranitidine 1 amp/8 jam
Inj i.v diphenhidramin 1 amp/iv/extra
Antasid syrup 3x1
Asam folat 400 mg /24 jam
Paracetamol 500 mg tab k/p
Non Medikamentosa
Bed rest
Makan sering dengan porsi kecil
Hindari makanan yang merangsang mual dan muntah
3. Monitoring
Keadaan umum
Kesadaran
TTV (Tekanan darah, Nadi, Respiratory rate, Suhu)
Urine output
Tanda-tanda dehidrasi
4. Edukasi
Makan makanan porsi kecil sering
Kurangi makanan yang merangsang pencernaan
Manajemen psikologi (hindari stress)
V. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
VI. FOLLOW UP
25 agustus 2019
S : Lemas (+), mual (+), pusing (+), muntah (+) 3 kali hari ini, nyeri ulu hati
(+), BAB (-), BAK lancar
O : TD : 107/70 mmHg
N : 90x/menit
R : 22x/menit
S : 37ºC
DJJ : 148 x/menit
A : GIP0A0 gravid 9 minggu 2 hari + hiperemesis gravidarum grade I dan
dehidrasi
P : IVFD RL : D5% 20 tpm selang seling
Infus RL + drip ondansentron 4 mg tetesan 20 tpm
Inj Ranitidin 1 Ampul/12 jam
Antasid syr 3x1
Asam folat 400 mg /24 jam
Paracetamol 500 mg tab k/p
26 agustus 2019
S : Lemas (-), mual (+), pusing (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), nafsu
makan (+), BAB (-), BAK lancar
O : TD : 110/80 mmHg
N : 76x/menit
R : 20x/menit
S : 36,4ºC
DJJ : 146 x/menit
A : GIP0A0 gravid 9 minggu 2 hari + hiperemesis gravidarum grade I dan
dehidrasi Ringan
P : IVFD RL : D5% 20 tpm selang seling
B. Etiologi
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan,
kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan
nutrisi dengan diet dan simptom akan teratasi hingga akhir trimester
pertama. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa
ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia
dan psikologis.1,2 Faktor-faktor yang menjadi predisposisi diantaranya:2,3
a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
hehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolik.
c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan,
rasa takut terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul
tanggung jawab dan sebagainya.
d) Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.
C. Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum
diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh
berikut:2
a) Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
sentilobuler tanpa nekrosis.
b) Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa. Kadang dijumpai
perdarahan sub-endokardial.
c) Otak: terdapat bercak perdarahan pada otak.
d) Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti.
D. Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan,
yaitu:1,2
Tingkat I. Ringan
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang
lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Dapat pula tercium aseton dalam hawa
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.1,2,3
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang khas dan jika
perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.4 Diagnosis hiperemesis
gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan
muda dan muntah yang terus-menerus, sehingga mempengaruhi keadaan.
Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit
gastritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis,
ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala
muntah.1,4
Kriteria Diagnosis:5
G. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan
mempunyai gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan.
Beberapa penyakit tersebut antara lain:
a) Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan
perut sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa
appendicitis akut keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-
tanda defance musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan
hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis akut.
b) Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil
apalagi disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan
kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton, pemeriksaan gula
darah, dan pemeriksaan gas darah.
c) Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien
mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering
menggunakan NSAID. Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat
membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus
peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis
gravidarum mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat.
Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-
muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien hiperemesis
gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare.
d) Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat
biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai
peningkatan Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT)
dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata.
Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum
tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak
menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang
sudah menderita hepatitis.
e) Pankreatitis akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum
alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium,
kadang-kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar
ke punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar
ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase dapat
membantu menegakkan diagnosis.
f) Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah
yang hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang
terjadi hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula
disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil
sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.
H. Komplikasi 1
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya
diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak
segera ditangani akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia,
menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian.
Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke.
Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-
otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur
(ataksia), dan bingung.
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan
kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
I. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan
hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari
dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang
berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang teratur
hendaknya dapat teratur.1,2,3
J. Penatalaksanaan 1-4
1. Obat-obatan. Apabila dengan cara tersebut di atas keluhan dan gejala
tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat
untuk tidak memberikan obat yang teratogen. Sedativa yang sering
diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin
B1 dan B6, antihistaminika juga dianjurkan seperti dramamin, avomin.
Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti metoklopramide,
disiklomin hidrokhloride atau khlorpromazin.1,2 Penanganan
hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah
sakit.1 Apabila muntah terus berlangsung perlu diambil langkah-
langkah yang sesuai untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit lain,
misalnya gastroenteritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus
peptikum, pielonefritis, dan perlemakan hati pada kehamilan.7
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah
sakit.
a. Yang menjadi pegangan untuk memasukkan pasien ke rumah
sakit sebagai berikut:
i. Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan,
apalagi bila telah berlangsung lama
ii. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan
normal
iii. Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan
lidah kering
iv. Adanya aseton dalam urine.4
b. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah
sakit saja telah banyak mengurangi mual muntahnya.1,3
c. Isolasi. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah
dan peredaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang
boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti dan pasien
mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak
diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-
kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau
hilang tanpa pengobatan.1,2,3
3. Terapi psikologik. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang
kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.1,2 Dengan
diperbaikinya faktor-faktor psikologik ini, wanita yang bersangkutan
biasanya mengalami perbaikan bermakna selagi di rawat inap namun
biasanya kambuh setelah dipulangkan. Penanganan yang positif
terhadap masalah psikologis dan sosial akan bermanfaat.7
4. Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter
sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya
vitamin B komplek dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein,
dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Dibuat daftar
kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan.1 Infus dilepas bila
kondisi pasien benar-benar telah segar dan dapat makan dengan porsi
wajar (lebih baik lagi bila telah dibuktikan hasil laboratorium telah
normal) dan obat peroral telah diberikan beberapa saat sebelum infus
dilepas.10 Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein,
aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam
dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit
pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik dapat
dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan penanganan diatas,
pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.1 Jika pasien dengan usaha di atas tetap muntah,
makanan diberikan melalui sonde hidung.4