DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt karna anugrah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah “Aktivitas Pertanian di Jepang” Shalawat beserta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penulis sangat bersyukur karna telah menyelesaikan makalah ini dengan baik disamping
itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu atau
berpartisipasi selama pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terutama dari pembimbing mata
kuliah “Geografi Sosial” dan dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah
ini.
Penulis
Daftar Isi
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ......................................................................................................................4
C. Tujuan ..............................................................................................................................4
BAB II ........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN .........................................................................................................................5
PENUTUP ................................................................................................................................ 11
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 11
B. Saran .............................................................................................................................. 11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dalam perekonomian
nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama dalam sumbangannya terhadap PDB,
penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan dalam negeri. Kesadaran terhadap peran
tersebut menyebabkan sebagian besar masyarakat masih tetap memelihara kegiatan pertanian
mereka meskipun negara telah menjadi negara industri.
Sehubungan dengan itu, pengendalian lahan pertanian merupakan salah satu kebijakan
nasional yang strategis untuk tetap memelihara industri pertanian primer dalam kapasitas
penyediaan pangan, dalam kaitannya untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dalam jangka
panjang mengingat sifat multi fungsi lahan pertanian.
Pembahasan dan penanganan masalah alih fungsi lahan pertanian yang dapat mengurangi
jumlah lahan pertanian, terutama lahan sawah, telah berlangsung sejak dasawarsa 90-an. Akan
tetapi sampai saat ini pengendalian alih fungsi lahan pertanian belum berhasil diwujudkan.
Selama ini berbagai kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah pengendalian konversi lahan
sawah sudah banyak dibuat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Di Jepang, pertanian benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Tata niaga pertanian Jepang
telah diatur sedemikian rupa, salah satunya adalah masalah tumbuhan yang ditanam petani. Di
Jepang, sistem pertanian urban sudah berkembang sejak lama. Raquel Moreno-Peñaranda dalam
artikelnya yang berjudul Japan’s urban agriculture: cultivating sustainability and well-
being yang diterbitkan di situs Universitas PBB menyatakan, sistem pertanian urban di Jepang
kini bahkan menjadi andalan untuk memasok produk-produk pertanian yang segar, sehat dan
cepat.
Pertanian urban di Jepang juga lebih produktif dibanding dengan pertanian di wilayah-
wilayah lain. Menurut data Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang (MAFF) ,
pada 2010, produktifitas rata-rata lahan pertanian urban 3% lebih tinggi dibanding lahan
pertanian nasional.
Dari sisi pendapatan per pertani, pertanian urban juga dua kali lebih menguntungkan
dibanding pertanian di dataran tinggi dan 10% lebih menguntungkan dibanding pertanian di
pedesaan. Pertanian perkotaan menjadi tren di Ibu Kota Jepang, Tokyo, salah satu kota paling
besar dan paling padat di dunia. Di antara jaringan rel kereta api, jalan-jalan, gedung-gedung dan
jaringan listrik Tokyo, pertanian urban tumbuh dan mampu memasok makanan segar dan sehat
bagi 700.000 penduduknya. Pemerintah Jepang sangat menyadari manfaat pertanian urban ini
bagi kehidupan sosial dan kelestarian lingkungan, sehingga mereka bersungguh-sungguh
mengembangkannya.
Ragam aktivitas pertanian di Jepang adalah
1. Alami kehidupan bertani di Kitora, sebuah pertanian tradisional berumur 300 tahun yang
dapat menampung sampai lima tamu. Tergantung musimnya, Anda dapat berpartisipasi
dalam bermacam aktivitas termasuk menanam padi, memanen sayur-mayur, memotong
kayu dan membuat tembikar.
2. Jugemu adalah pertanian organik berangkap wisma di pedalaman Wakayama. Di sini
Anda dapat memetik daun teh dan menyeduh teh hijau Anda sendiri, memasak makanan
menggunakan kamado (oven tradisional).
3. Lahan pertanian organik yang dibuka pada 2011, mereka turun tangan langsung untuk
mengikuti kegiatan pertanian dan menikmati keindahan alami dari area sekitar.
4. Keluarga Yatoda membuka pintu bagi para pengunjung untuk bermalam dan mencoba
kehidupan pedesaan. Mereka menawarkan banyak jenis aktivitas dan pengalaman yang
sangat menyenangkan, termasuk memancing, mendaki sepanjang tahun, dan memetik
daun teh dan memanen padi saat musimnya.
Dr. Yuichi Mori adalah ilmuwan Jepang yang mencetuskan metode tanam tanpa lahan
dan tanah ini. Pada saat itu, Jepang sedang dilanda masalah pemanasan global seperti
kekurangan air, degradasi tanah, dan krisis pangan. la melihat kegiatan menanam merupakan
kunci dalam menyelesaikan masalah Bersama perusahaan Mebiol miliknya yang didirikan sejak
1995 silam, ia mulai meneliti bagaimana menghemat sumber daya dan energi untuk menanam
tanaman berkualitas tinggi. Mori lalu memanfaatkan teknologi membran dan hidrogel dan
mengembangkannya dengan bidang medis. Setelah sekitar 20 tahun mencoba, rekannya berhasil
menciptakan sistem pertanian film. Teknologi ini disebut dengan Imec yang lapisan bahannya
terbuat dari hidrogel dan gel polimer hidrofilik. Gel tersebut juga biasa digunakan dalam popok
sekali pakai dan produk lain.
Seiring prosesnya, inovasi pertanian ini tidak berjalan berjalan seperti yang diperkirakan.
Dibutuhkan waktu untuk petani di Jepang agar menerima metode film pertanian. Para petani
tidak benar-benar percaya bahwa dengan tidak menggunakan tanah maupun lahan mampu
menanam dan menghasilkan produk yang berkualitas.
Mori tidak putus asa, ia terus mempromosikan penemuannya. Akhirnya hingga saat ini
150 pertanian baru di Jepang telah menerapkannya. Desain film polimer ini menggabungkan
pori-pori berukuran nano (satu juta milimeter) yang menyerap udara dan nutrisi, tetapi menahan
kuman dan virus.
Tidak hanya itu polimer hidro juga dapat mencegah udara dan kebocoran pupuk. Dengan
menggunakan metode tersebut, petani tidak perlu waktu lama. Sebab, upaya yang diperlukan
untuk memelajari cara mengolah tanah menjadi lebih mudah bagi pemula tanpa pengalaman
bertani.
Tahun 2009, Imec pertama kali dikomersialkan untuk memproduksi tomat di Jepang.
Saat ini terdapat lebih dari 25 hektar ladang tomat yang diproduksi. Selain sayuran, metode film
pertanian dianggap cocok untuk dugunakan menanam buah- buahan, seperti melon, stroberi, dan
anggur.
Sampai sekarang, 134 negara telah memeroleh hak paten untuk menerapkan tekhnologi
Imec. Sementara 30 negara telah mengajukan pengenalan teknologi. Saat ini Mori memiliki
ambisi besar untuk mengembangkan pertanian tanpa tanah dan lahan di seluruh dunia.
Menurutnya bertani dengan menggunakan tekhnologi Imec juga bisa mendapatkan produk
berkualitas tinggi. "Film Pertani memungkinkan untuk mengubah lahan tandus menjadi dasar
produksi untuk makanan berkualitas tinggi. Saya berharap kami dapat berkontribusi pada
kemandirian ekonomi lokal dan ujarnya pada sosial di daerah-daerah,".
C. Program Sasaran dan Strategi Ketahanan Pangan dan Gizi
Pertanian Urban
Masalahnya adalah masyarakat dalam melakukan pertanian kota kebanyakan secara berurutan
adalah terserang hama penyakit tanaman, kekurangan modal untuk mengembangkan, adanya
hambatan akibat cuaca ekstrim dan kurangnya pengalaman dan pengetahuan dalam
usaha pertanian kota.
Namun itu hanya sebuah permasalah isu warga sekitar bahkan kebalikannya. Pertanian urban di
Jepang lebih produktif dibanding dengan pertanian di wilayah-wilayah lain. Menurut data
Kementrian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang (MAFF) , pada 2010, produktifitas rata-
rata lahan pertanian urban 3% lebih tinggi dibanding lahan pertanian nasional. Manfaatnya :
Dari tahun 1947 hingga 1949, petani diharuskan membayar 15-19% pajak penghasilan atas
produk pertanian mereka, tetapi kemudian turun menjadi 9-10% pada tahun 1950-1953.
Kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan pemerintah untuk mendukung peningkatan
produksi dan mendorong petani. Setelah perang, para petani mulai menjual hasil pertaniannya di
pasar terbuka, kacang-kacangan, kentang, dan gandum pada awalnya menjadi target pemerintah.
Namun, pemerintah masih memegang kendali penuh atas komoditas pangan pokok seperti beras,
sehingga pemerintah harus menambah anggaran untuk menyesuaikan tingginya harga di pasar.
Salah satu bentuk kebijakan pemerintah adalah meningkatkan produksi pertanian dan
melindungi petani dengan mengurangi pajak pertanian. Selain itu, dengan menaikkan harga
produk pertanian, memperbaiki lahan pertanian dan meningkatkan pelayanan pertanian. Sebagai
negara industri, Jepang mendukung penuh peningkatan produk pertanian melalui penggunaan
pupuk, herbisida, pestisida, dan mekanisasi pertanian, terutama di sentra produksi beras. Petani
berlomba-lomba menghasilkan beras terbaik di Jepang. Petani masih menggunakan ternak untuk
bertani, yang segera digantikan oleh mesin.
Di Jepang, pertanian benar-benar diperhatikan oleh pemerintah. Tata niaga pertanian Jepang
telah diatur sedemikian rupa, salah satunya adalah masalah tumbuhan yang ditanam petani.
Tak hanya masalah apa yang ditanam, pemerintah juga turut campur tangan terhadap harga
produk pertanian. Pengaturan itu dilakukan oleh bagian pemerintah semacam Dinas Pertanian di
Indonesia. Kebanyakan hasil pertanian dibeli oleh pemerintah sehingga pemerintah bisa
mengendalikan harga yang layak.
Di Jepang, seorang petani biasa memegang 7-10 hektare sawah. Sawah yang dimiliki satu
keluarga di Jepang diwariskan dengan cara tidak dibagi-bagi seperti yang terjadi di Indonesia.
Setiap keluarga, hanya ada satu anak yang akan mewarisi lahan pertanian. Anak yang benar-
benar ingin menjadi petani yang akan dipilih untuk mewarisi lahan pertanian. Sedangkan anak
lainnya akan menerima warisan dalam bentuk lain.
Dengan memiliki lahan pertanian yang luas, pengaturan pertanian akan lebih mudah dilakukan.
Penggunaan mesin-mesin dalam pertanian juga lebih mudah karena luasnya lahan.
Bertani di Jepang juga menerapkan jam kerja seperti bekerja di kantoran. Setiap petani di Jepang
akan memunyai sejumlah karyawan yang membantu mengelola lahan pertanian seluas 7-10 ha.
Jam kerjanya pun ditentukan. Kerja secara normal dilakukan selama delapan jam mulai dari
pukul 02.00 dini hari. Istirahat yang dilakukan karyawan tidak dihitung jam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kenyataannya memang tidak mudah bagi Jepang untuk membangun pertaniannya yang
saat ini sudah sangat mapan. Namun dengan kerja keras, kesungguhan dan disiplin kerja yang
tinggi yang dimiliki oleh masyarakat Jepang akhirnya Jepang mampu membangun pertanian
yang tangguh. Karena dilatar belakangi dengan kondisi alam yang kurang menguntungkan
masyarakat Jepang menjadi terbiasa dengan bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam
mengelola pertanian mereka apa lagi didukung dengan kebijakan pemerintah dan model system
pembangunan pertanian yang tepat.
Memang kita tidak bias membangun pertanian dengan pola yang sama dengan Jepang,
namun banyak hal yang bisa dipelajari di Negara matahari terbit ini, terutama sikap hormat, kerja
keras, dan disiplin mereka. Dan jika dibandingkan dengan Indonesia, kondisi kita jauh lebih
beruntung karena alam dan iklim yang sangat mendukung pertanian. Namun sekali lagi mungkin
karena system pembangunan kita yang kurang tepat, atau mungkin karena sikap mental
manusianya, atau mungkin kita belum cukup bekerja keras dan kurang disiplin dalam menekuni
pekerjaan.
Pertanian di negara ini sangat diatur secara detail, dikerjakan secara serius, mengutamakan
teknologi namun tetap ramah lingkungan. Dengan keunikan pengelolaannya itu, Badan
Pertaniannya PBB (FAO) menjadikan daerah pertaniaan di Jepang masuk dalam daftar Warisan
Penting Sistem Pertaniaan Global (GIAHS).
B. Saran
1. Saran Departemen Pertanian Jepang untuk Indonesia menyebutkan bahwa teknologi dan
sistem distribusi jadi kunci sukses pertanian.
2. Kita bisa meneladani sikap-sifat yang dimiliki oleh orang Jepang dan juga mengamalkan
ilmu yang telah kita peroleh dari uraian singkat di atas.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.greeners.co/ide-inovasi/metode-pertanian-tanpa-lahan-dan-tanah/
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/55185
https://hijauku.com/2012/01/12/belajar-berkebun-dan-bertani-dari-jepang/