Laporan Freeze Drying
Laporan Freeze Drying
Oleh :
Kelompok :3
Kelas : 2C-TKI
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena
dengan izin dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan
lancar. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Praktikum Laboratorium Teknik Kimia 2 pada semester empat jurusan Teknik
Kimia program studi D-III Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung. Adapun
judul dari laporan ini adalah “Laporan Praktikum Freeze Drying”.
Dalam menyusun laporan ini, penulis memperoleh banyak bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. Rintis Manfaati selaku dosen Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung
yang telah membimbing penulis dalam menyusun laporan ini.
2. Seluruh rekan di kelas 2C-TKI yang telah membantu dan memberikan
arahan untuk penyusunan laporan ini.
3. Orang tua yang telah memberikan dorongan moril dalam kelancaran
penyusunan laporan ini.
4. Semua pihak yang telah membantu, membimbing dan memberikan arahan
dalam penyusunan laporan ini.
Semoga bantuan dan bimbingan serta dorongan dibalas oleh Allah Swt.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak agar
penulis dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan diri di masa yang akan
datang.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
menambah pengetahuan umumnya bagi keluarga besar Politeknik Negeri
Bandung.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Pada suhu 320F dan tekanan sebesar 4,7 mm air raksa, air berada
dalam kondisi yang demikian. Jika dikehendaki agar supaya molekul-
molekul air berpindah dari fase padat ke fase uap tanpa melalui fase air,
maka akan kelihatan dari diagram bahwa 4,7 mm adalah merupakan
tekanan maksimum unutk terjadinya kondisi tersebut, dan terdapat suatu
rentang suhu yang dapat memenuhinya (Desrosier, 1988).
Pada tekanan diatas 4,7 mm dapat terjadi fase cair. Dengan jalan
menurunkan tekanan menjadi 5 mm maka akan terjadi pendidihan. Blair
telah menemukan bahwa pada tekanan 4 mm dapat terjadi pembusaan
pada beberapa substrat cair, dan pembusaan ini dapat dikendalikan. Pada
tekanan 4 mm biasanya suatu bahan panagn telah berada dibawah titik
tripelnya dan umumnya proses-proses dehidrasi beku dirancang pada
tekanan ini atau lebih rendah (Desrosier, 1988).
a. Perbedaan Dehidrasi Konvensional dan Dehidrasi Beku
Dengan pengendalian suhu dan tekanan yang memadai, dapat
dihasilkan bahan pangan kering yang santa baik, termasuk daging.
Sifat- sifat rehirasi, retensi zat gizi, warna, cita rasa, dan tekstur dari
produk yang dikeringkan dengan benar menunjukkan bahwa aplikasi
proses dapat menjadi luas dimasa mendatang.
Pengembangan perlatan pengeringan beku kontinu akan dapat
mempercepat penyebarluasan aplikasi tenik baru ini. Untuk angkatan
darta sudah dapat diproduksi dengan benar dan baik, makanan praolah
kering beku yang memiliki semua kualitas makanan olahan yang
diolah lagsung dari bahan yang segar (Desrosier, 1988).
Perbedaan dehidrasi beku dan konvesional dapat dilihat pada table
berikut :
DEHIDRASI KONVENSIONAL DEHIDRASI BEKU
Berhasil baik bagi bahan pangan yang Berhasil baik bagi kebanyakan bahan
mudah dikeringkan, misalnya buah- pangan. Berhasil baik terhadap produk-
buahan. Umumnya daging tidak produk hewan yang dimasak atau
memuaskan mentah
Umumnya suhu yang digunakan 1000F Suhu yang digunakan cukup rendah
dan 2000F Biasanya pada tekanan unutk mencegah pencairan
atmosfer
Waktu pengeringan pendek, biasanya Waktu pengeringan umumnya antara 12
kurang dari 12 jam Penguapan air dari dan 24 jam
permukaan bahan pangan
Densitas lebih tinggi dari bahn pangan Densitas lebih rendah dari pada bahan
yang asli pangan yang asli
Biasanya warna lebih gelap Hilangnya air melalui sublimasi dari
perbatasan zona kristal-kristal es yang
abadi
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Menyalakan panel listrik pada alat pengering dengan menaikan saklar dan memijit tombol STAR
dengan memutar saklar ke posisi I dan atur dalam skala yang diinginkan. Hentikan pemanasan setelah ± 1 menit agar suhu ti
menit.
c. Mengukur Kadar Air Bahan Setiap 30 Menit Periode Pengeringan
ali bahan ke dalam reactor D1, kemudian nyalakan kembali pompa vakum G1 dan tutup valve V2 secara perlahan ke tekana
menit dan atur pemanas jika dibutuhkan.
A. Pengamatan kuantitatif
Kondisi operasi 1
Suhu kondensor = -35 oC
Suhu wadah bahan = 27,5 oC
Suhu kompressor = 22,2 oC
Tekanan vakum = 0,22 mbar
Waktu proses = 30 menit
Sampel 1
(12,7307 - 10,0624) gram = 2,6683 gram
Sampel 2
(9,6804 - 6,4814) gram = 3,1990 gram
Sampel 3
(8,1382 - 5,4560) gram = 2,6822 gram
Sampel 4
(9,1344 - 6,7095) gram = 2,4249 gram
Sampel 5
(11,3644 - 7,9378) gram = 3,4266 gram
Diagram Balok kadar air dalam sampel
60
50
Kadar Air (%) 49.35662048 49.16055718
40 43.16813223
36.1412922
30
26.51753061
20
10
0
sampel 1 sampel 2 sampel 3 sampel 4 sampel 5
4.2 PEMBAHASAN
Oleh Anti Sukmawati (161411067)
Pada praktikum kali ini yaitu praktikum Freeze draying
memanfaatkan titik triple air dalam prosesnya. Menggunakan
proses sublimasi, sehingga fasa padat bahan (bahan yang
dibekukan) dapat langsung menyublim menjadi fasa gas (dalam hal
ini Uap Air). Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat
memahami fungsi alat pengering beku (freeze drying), memahami
mekanisme operasi alat pengering beku secara benar dan aman,
mengetahui komponen utama alat pengering beku serta dapat
mengetahui cara menghitung kandungan air selama proses
pengeringan beku berlangsung dengan menggunakan buah Naga
sebagai bahan yang akan di Ujinya.
Berdasarkan hasil praktikum dapat diketahui bahwa buah
yang akan dikeringkan haruslah dipotong-potong terlebih dahulu
supaya luas permukaan buah yang akan berkontak dengan udara
kering semakin besar dan hal ini akan mempercepat proses
pengeringan. Pada praktikum kali ini praktikan menggunakan
variasi berat dimana didapatkan hubungan yang berbanding
terbalik antara berat dengan kandungan air yang hilang pada
sampel yang digunakan, semakin sedikit sampel yang digunakan
semakin banyak
kandungan air yang akan hilang. Hal ini ditunjukan oleh diagram
balok pada pengolahan data.
Dalam praktikum ini juga diperoleh pengamatan
organoleptik yang menyatakan bahwa perbandingan rasa dan
warna setelah dan sesudah praktikum berbeda jauh. Jika sebelum
praktikum rasa buah naga lebh segar dan sedikit tawar serta
warnanya (ungu) yang lebih cerah tetapi setelah dikeringkan rasa
buah naga kurang begitu segar tetapi lebih manis dan teksturnya
lebih kenyal serta warnanya menjadi lebih gelap, hal ini
dikarenakan karena kandungan air dalam buah naga tersebut telah
berkurang karena proses pengeringan yang melibatkan proses
pengeringan primer dan sekunder. Berdasarkan literatur yang ada,
buah naga segar mengadung air sebanyak 90% hal ini
memungkinkan proses pengeringan yang membutuhkan tekanan
vakum ekstra ≤ 0,0061 mbar sedangkan pada saat praktikum
kondisi vakum yang berhasil dicapai hanya 0,22 mbar. Hal ini
dinyatakan dalam diagram 3 fasa yang menunjukan titik vakum
maksimum untuk proses pengeringan freeze drying.