PENGENDALIAN LEVEL
Dosen Pembimbing : Ir. Heriyanto, LRSC., M.T.
Kelompok/Kelas : 6/2B
Nama : 1. Aditya Meita Nugraha NIM. 151411033
2. Lora Trismigo Pangesti NIM. 151411047
PENDAHULUAN
Di dalam industri, sangat dibutuhkan sistem kendali yang baik agar dapat menunjang dan
meningkatkan efisiensi dalam proses produksi. Pada industri proses yang di dalamnya
terdapat proses pencampuran bahan-bahan kimia, terdapat beberapa parameter yang perlu
dikendalikan. Salah satunya adalah pengendalian level. Sebagai contoh yaitu dalam proses
pengisian dan pembuangan cairan dalam tangki. Masalah yang timbul ketika level ketinggian
carian dalam tangki tidak diketahui, sehingga dimungkinkan terjadi keadaan tangki yang
meluap atau kosong dikarenakan kurangnya pengawasan terhadap tangki tersebut.
Pengendalian level bertujuan untuk menjaga atau mempertahankan level proses (variabel
proses terkendali) pada nilai yang diinginkan (nilai setpoint). Pengendali Proporsional
Integral Derivative (PID) merupakan salah satu pengendali yang banyak digunakan dalam
proses industri.
Prinsip pengendalian tersebut di atas berlaku umum untuk semua pengendalian proses
umpan balik. Di sini terdapat empat fungsi dasar, yaitu: mengukur (measurement),
membandingkan (comparision), menghitung (computation, decision, atau evaluation) dan
mengoreksi (correction atau action).
Tabel 2.1 Empat Fungsi Dasar Pengendalian Reverse Acting
Tujuan pengendalian erat berkaitan dengan kualitas pengendalian yang didasarkan atas
tanggapan variabel proses bila ada perubahan setpoint atau beban. Jika terjadi perubahan
setpoint atau beban, variabel proses diharapkan:
secepat mungkin mencapai kondisi mantap (settling time sekecil mungkin);
setepat mungkin mencapai setpoint (offset sekecil mungkin); dan
sekecil mungkin terjadi osilasi (maximum error sekecil mungkin).
Dalam pengendalian level ini sebagai PV adalah level air, MV adalah level air masuk, SP
adalah level yang diinginkan, gangguan adalah level air keluar. Sebagai sensor level adalah
jenis sensor tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik menunjukkan tinggi level cairan. Oleh
transmiter, ketinggian cairan dikorelasikan dengan sinyal arus 4-20 mA. Sinyal dari
transmiter dikirim ke pengendali (komputer). Aksi pengendali berjenis berkebalikan (reverse
acting). Artinya jika level naik maka level air yang masuk berkurang.
Sinyal kendali dari pengendali (komputer) berupa sinyal tegangan 1-5 V, yang
selanjutnya diubah menjadi sinyal arus 4-20 mA. Oleh konverter sinyal arus diubah menjadi
sinyal pneumatik 0,2-1 bar (3-15 psi). Control valve (unit kendali akhir) adalah jenis
pneumatik yang mendapat sinyal pneumatik tersebut.
dengan,
u = sinyal kendali (%)
Kc = proportional gain (tanpa satuan)
e = error (%)
= (r-y) untuk reverse acting
= (y-r) untuk direct acting
u0 = bias, yaitu nilai (u) pada saat pengukuran sama dengan setpoint (%)
(2)
dengan i adalah waktu integral atau waktu reset yang memiliki satuan detik atau menit
tiap pengulangan. Pada pengendali PI, suku bias (uo) bisa ditiadakan. Sebab suku integral
mampu memberikan nilai bias yang tepat. Tanggapan pengendali PI dengan aksi reverse
acting disajikan pada gambar 2.2.
Kelambatan akibat aksi integral dapat dihilangkan dengan menambah aksi derivatif
(preact). Aksi derivatif bertujuan untuk mempercepat tanggapan sekaligus memperkecil
overshoot variabel proses. Hal ini dapat terjadi, karena suku derivatif sebanding dengan besar
laju perubahan error (atau pengukuran). Oleh sebab itu dengan penambahan derivatif
pengendali dapat mengantisipasi perubahan beban atau dengan kata lain mengurangi total
penyimpangan.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan
Diagram instrument daripengendalian level sebagaiberikut.
7. Regulator 14 Katupsolenoida
tekanan udara
Memaikan Integral dengan cara memasukan waktu integral yang sangat besar
Nilai level diamati (PV), dengan melihat pula nilai set point (SP)
Set point diubah kembali ke 50% , dan menunggu hingga nilai PV stabil
Integral dihidupkan
Set point diubah kembali pada 4 psi , dan PV ditunggu hingga stabil
i. Penyelesaian
4.1 Variasi P
a. Set Point=50
P= 25 ; I= 0.01; D=0
60
50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400
120
100
80
60
40
20
0
0 100 200 300 400
4.2 Variasi PI
a. Set Point = 50
P= 10; I=0.01;D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 50 100 150 200 250
b. Set Point = 50
P=25; I=0.01; D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 100 200 300 400
c. Set Point = 50
P=45; I=0.01; D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 100 200 300 400
d. Set Point = 50
P=10; I=0.02; D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 50 100 150 200 250
e. Set Point = 50
P=25; I=0.02; D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 100 200 300 400 500 600
f. Set Point = 50
P=45; I=0.02; D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400
120
100
80
60
40
20
0
0 100 200 300 400
g. Set Point = 50
P=10; I=0.04; D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 50 100 150 200 250 300
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 50 100 150 200 250 300
h. Set Point = 50
P=25; I=0.04; D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500
100
80
60
40
20
0
0 100 200 300 400 500
i . Set Point = 50
P=45; I=0.04; D=0
70
60
50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400
100
80
60
40
20
0
-20 0 100 200 300 400
4.3 Variasi PID
a. Set Point = 50
P= 25;I=0.01;D=0,2
70
60
50
40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 100 200 300 400 500
BAB V
HASIL PENGAMATAN
5.1 Mulai Pengendalian
Data 1
(P) 25
168/211
(Ti) 0.01 4.22 % 193
(Td) 0
(P) 10
-
(Ti) 1000000 - -
(Td) 0
(P) 50
(Ti) 1000000 - - -
(Td) 0
5.3Variasi (PI)
Data 5,6,7,8,9,10,11,12,&13
Set point : 50
(P) 10 %
(Ti) 0.01 2,86 % - 110 s
(Td) 0
(P) 25 %
(Ti) 0.01 5.8 % 85/87 197 s
(Td) 0 %
(P) 45 %
(Ti) 0.01 9% - 218 s
(Td) 0 % Over shoot Decay ratio Selting time(s)
(P) 10 %
(Ti) 0.02 2.98% - 97 s
(Td) 0 % Over shoot Decay ratio Selting time(s)
(P) 25 %
(Ti) 0.02 5.28% 286/395 252 s
(Td) 0 % Over shoot Decay ratio Selting time(s)
(P) 45 %
(Ti) 0.02 10.98% - 205 s
(Td) 0 % Over shoot Decay ratio Selting time(s)
(P) 10 %
(Ti) 0.04 2.81% 107/169 137 s
(Td) 0 % Over shoot Decay ratio Selting time(s)
(P) 25 %
(Ti) 0.04 7.01% - 169 s
(Td) 0 % Over shoot Decay ratio Selting time(s)
(P) 45 %
(Ti) 0.04 7.18% -
(Td) 0 %
(P) 25
(Ti) 0.01 2.58% - 378 s
(Td) 0.2
BAB VI
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah Pengendalian Level . Pada pengendalian pada dasarnya bertujuan
untuk menjaga PV (Proses Variabel) mendekati atau sama dengan SP (set point). Pada
praktikum kali ini bertujuan agar praktikan melakukan identifikasi sistem untuk menentukan
parameter model proses , mampu mengendalikan sistem pengendalian level dan mempelajari
pengaruh nilai parameter pengendali pada respon pengendalian level. Pengendali bertugas
untuk membawa nilai variabel proses ke nilai setpoint melalui perubahan nilai variabel
pengendali atau manipulated variable (MV). Dan bila terjadi gangguan, perubahan beban,
atau perubahan setpoint, nilai variabel proses diharapkan segera mencapai setpoint dengan
kriteria:
Cepat (dalam waktu sesingkat-singkatnya),
Tepat (tidak ada perbedaan dengan setpoint).
Stabil (tidak ada fluktuasi)
Pada praktikum pengendalian level ini dipahami jenis-jenis pengendalian serta diamati jenis
pengendali yang tepat pada pengendalian level. Secara umum terdapat dua jenis pengendali
yaitu pengendali diskontinyu (on-off) dan pengendali kontinyu (Proportional Integral
Derivative (PID)). Pengendali kontinyu terdiri dari 3 jenis pengendalian yaitu jenis
pengendali P (Proportional), pengendali PI (Proportional-Integral), pengendali PID
(Proportional-Integral-Derrivative).
Dalam percobaan ini telah diketahui pengaruh parameter P, I dan D dalam pengendalian.
1. Pengaruh Proporsional
Pengaruh proporsional dalam percobaan ini dapat dilihat pada data ke 2,3 dan 4.
Kontrol proporsional (Proporsional band) sebanding dengan nilai error. Semakin besar
nilai proporsional band maka nilai error dalam sistem semakin besar. Selain itu semakin
besar nilai proporsional band dalam sistem maka nilai overshoot semakin besar seperti
yang terlihat dari hasil perhitungan overshoot data 2,3 dan 4. Dilihat dari data tersebut
dapat diketahui bahwa sistem cenderung tidak stabil dan respon sistem terjadi osilasi.
Osilasi ini kemungkinan besar disebabkan oleh nilai Proporsional band yang terlalu
tinggi. Namun jika nilai proporsional band sesuai (tidak terlalu besar) maka sistem akan
bekerja lebih cepat mencapai keadaan mantapnya dan dapat mengurangi rise time.
Proporsional juga mempengaruhi nilai setting time namun tidak terlalu besar
Pengaruh waktu integral dalam suatu pengendalian adalah sebanding dengan lamanya
error yang dapat memperlambat respon. Selain memperlambat respon pengaruh waktu
integratif dapat mempercepat hilangnya offset. Hal ini dapat diketahui dari data dimana
offset hanya terjadi pada awal sistem mulai bekerja dan selanjutnya offset mulai
menghilang. Waktu integratif dapat meningkatkan setting time.
Pengaruh waktu derivatif dalam sistem sebanding dengan kecepatan error yang dapat
mempengaruhi stabilitas sistem dan mempengaruhi nilai overshoot.
Wade, H. L. (2004). Basic and Adavanced Regulatory Control: System Design and
Application. Ed. 2, ISA, NC