Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MUHAMMAD FAHRUL AIZAT

NIRM : 1207.19.2199
KELAS : 5B PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MATA KULIAH : ILMU MANTIQ
NOMOR HP : 083170396765
1. Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam
berpikir. Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir,
sehingga seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara berpikir salah.
Tujuan dan kegunaan mempelajari Ilmu mantiq diantaranya
adalah :
a. Melatih, mendidik, dan mengembangkan potensi akal dalam mengkaji obyek pikir
dengan menggunakan metodologi berpikir.
b. Menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan kondisi yang tepat.
c. Membedakan proses dan kesimpulan berpikir yang benar (hak) dan yang salah
(batil).
2. 10 dasar ttg Ilmu mantik
a. Takrif: Definisi Ilmu Mantiq
Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas
tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan
pengetahuan yang besifat tashdiqi (definitif). Berkat dua hal tersebut kita dalam
memahami hal-hal yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan bersifat tashdiqi
(definitif). Namun, ketika ilmu Mantiq ditinjau dari segi manfaatnya, maka ilmu
Mantiq didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu yang bisa menjaga akal manusia
dari jurang kesalahan dalam berpikir.
b. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Mantiq
Ilmu Mantiq fokus membahas 2 hal; yakni ma’lumat tashowwuri dan ma’lumat
tashdiqi (pengetahuan yang bersifat deskriptif dan definitif). Pengetahuan yang
bersifat deskriptif ini mengantarkan kita untuk memahami definisi sesuatu – yang
dalam istilah Bahasa arab ini disebut dengan istilah Mu’arrif atau Qaul Syarih.
Sedangkan Pengetahuan yang bersifat definitif membantu kita untuk memahami
argumentasi dari suatu permasalahan, atau memahami analogi suatu permasalahan
dengan permasalahan yang lain – yang dalam ilmu Mantiq dikenal dengan istilah
Qiyas.
c. Tsamroh: Manfaat mempelajari ilmu Mantiq
Pada dasaranya, tujuan fundamental mempelajari ilmu Mantiq itu untuk
menghindarkan kita dari jurang salah berpikir. Tapi di samping itu, mempelajari
ilmu Mantiq memiliki manfaat lain. Sebagai berikut.
1) Ilmu Mantiq membantu kita memahami esensi dan tabiat pola pikir kita sebagai
manusia.
2) Tujuan mempelajari ilmu Mantiq secara umum adalah kemampuan untuk
mengambil inti sari dari dasar-dasar pemikiran manusia.
3) Mempelajari ilmu Mantiq bisa membantu kita untuk menghindari kekeliruan
ketika berpikir dengan menggunakan tata cara yang tertera di dalam ilmu
Mantiq.
4) Ilmu Mantiq membantu kita untuk mematuhi kebenaran dan menjauhi
kebatilan, serta menyingkap tabir kesalahpahaman berpikir di dalam otak kita.
5) Menurut para peniliti, ilmu Mantiq bisa menghilangkan rasa fanatisme
terhadap sebuah pendapat dan membantu kita supaya bisa jernih dalam berpikir
dan tidak tunduk terhadap hawa nafsu.
6) Dalam suatu aspek, ilmu Mantiq dapat menganalisa dan menjaga susunan
bahasa, serta memilah lafad yang objektif ketika ingin menggunakan suatu
makna yang diinginkan.
7) Mempelajari ilmu Mantiq dapat membantu kita untuk menjawab bahkan
membantah syubhat (keraguan-keraguan) yang dilontarkan oleh seorang
pendusta ataupun lawan dalam perdebatan.

d. Nisbat: Relasi Ilmu Mantiq Dengan Ilmu Yang Lain


Ilmu Mantiq memiliki relasi yang sangat penting dengan ilmu lain. Ketika
seseorang paham secara mendalam tentang ilmu Mantiq ini, maka logikanya tidak
pincang, juga kredibilitas keilmuannya bisa dipercaya. Maka dari itu, nisbat ilmu
Mantiq ini adalah nisbat tasawi (sama, setara, sepadan) terhadap ilmu-ilmu seperti
ilmu kalam, dan filsafat
e. Keutamaan Ilmu Mantiq
Adapun keutamaan ilmu ini ketika ditinjau dari manfaat mempelajarinya yaitu
menjaga akal kita dari kekeliruan dan bagaimana cara kita menggunakan akal kita
sebaik mungkin, karena tanpa akal seseorang tidak akan dibebani dengan hukum
taklif dari Allah.
f. Pencetus Ilmu Mantiq
Dalam pembahasan ini, sama sekali tidak ditemukan siapa pertama kali pencetus
ilmu Mantiq. Namun ada yang mengatakan bahwa ilmu Mantiq pertama kali
ditemukan pada masa peradaban Hindia Kuno pada abad ke-3 SM, baik dengan
menggunakan metode “penemuan yang ditemukan oleh penganut hindu”,
maupun dengan metode “mempertemukan antara peradaban hindia dan yunani”.
Kemudian pada abad ke-8 SM, peradaban tersebut diajarkan di suatu Sekolah
Hindia yang dinamakan dengan samkihia. Ada juga yan mengatakan; bahwa ilmu
Mantiq pertama kali ditemukan pada masa peradaban Cina kuno pada abad ke-6
SM. Dalam masa ini ilmu Mantiq dapat ditemukan dalam karikatur karangan
Confocius. Dia adalah filsuf cina pertama yang mengkolaborasikan antara ajaran
social science dan moral science. Hasil pemikirannya memiliki pengaruh yang
besar dalam kemajuan masyarakat asia, mulai dari Cina, Jepang, Korea, Taiwan,
dan Vietnam, sampai akhirnya dia dijuluki ”nabinya Cina”. Kemudian kita
beranjak ke peradaban Yunani, di mana pada masa itu penduduk Athena
menggunakan ilmu Mantiq sebagai pelindung, karena pada masa itu mereka
mengalami krisis ilmu dan krisis orang yang cerdas. Akhirnya mereka
menggunakan metode munaqosyah & jadal (debat/diskusi). Pada paruh kedua
abad ke-5 SM, penduduk Athena dijajah oleh kelompok yang suka memutar
balikan kenyataan, dan suka meragukan dalam hal apapun, sebut saja kelompok
itu dengan kaum Sofis (penganut paham Sofisme), kelompok yang dikenal
dengan kedalaman dalilnya ketika berorasi, dan kemampuannya ketika berdiskusi.
Tapi tujuan mereka bukan mencari kebenaran, melainkan menggelincirkan
kebenaran, memutar balikan keyataan, dan menjatuhkan lawan diskusi. Hal ini
berlangsung sampai pada masa Socrates, di mana dalam perdebatan dia
menggunakan metode Tahakkum (menyindir lawan diskusi) dan Taulid
(membangkitkan perdebatan dengan argumen yang lebih menantang). Sedangkan
dalam metode mengajar, dia menggunakan metode ‘Tanya-Jawab’. Pada
masanya, Socrates mampu mengajarkan kepada masyarakat bagaimana cara
berpikir yang benar, mampu menjauhkan mereka dari pola pikir yang salah.
Suatu ketika, terjadi perdebatan antara Socrates dan kaum Sofis, mereka
mengunakan metode Isytiroku Al-Alfadz (menggabungkan sutau lafaz dengan
lafaz yang lain), dan metode tersebut sangat memancing Socrates untuk
berargumen. Akhirnya dia berkata: ”aturlah lafaz - lafazmu”. Dari sana Socrates
mulai memberikan penjelasan tentang Takrif/Definisi, yang mana berkat takrif
tersebut semua masalah akan terungkap dengan sempurna. Kemudian dia berkata
bahwa segala sesuatu itu pasti memiliki hakikat/substansi yang mampu dijangkau
oleh akal dengan melihat sifat-sifatnya yang terjangkau oleh panca indra manusia.
Dalam meneliti substansi tersebut, Socrates menggunakan metode Istiqro’
(observasi, penelitian) dengan tujuan untuk membedakan antara kebaikan dan
kejelekan, ketakwaan dan kezaliman, dll. Berkat metode takrif dan penilitian tadi,
Socrates dijuluki sebagai ‘orang pertama yang menggunakan metode Takrif dan
Istiqro’. Maka bisa diambil kesimpulan bahwa; penemu ilmu Mantiq pertama kali
adalah Socrates
g. Sebab Penamaan Ilmu Mantiq
Muhammad Ali Al-Tahawuni pernah mengungkapkan beberapa sebab kenapa
ilmu ini dinamakan dengan ilmu Mantiq. Penamaan tersebut dikarenakan lafaz
Al-Nuthqu diterjemahkan sebagai sebuah lafaz atau ucapan, juga memahami
segala sesuatu yang besifat universal. Di samping itu, lafaz Al-Nuthqu ini diambil
dari kata Natoqo yang diterjemahkan sebagai kegiatan berpikir. Dan karena akal
manusia mampu memikirkan sesuatu, maka karena itulah ilmu ini – yang diambi
dari kata Natoqo – dinamakan dengan ilmu Mantiq, yakni ilmu tentang mengatur
tata cara berpikir manusia supaya tidak salah berpikir.
h. Istimdad: pengambilan intisari ilmu Mantiq
Pada awalnya ilmu ini menggunakan bahasa yunani. Kemudian diterjemehkan ke
dalam bahasa arab oleh Abdullah bin Muqoffa’ pada masa pemerintahan Abul
Ja’far Al-manshur dinasti Abbasiyyah. Literatur yang diterjemahkan adalah
manuskrip-manuskrip karangan Aristoteles, mulai dari Cotingorias/Categories
(makalah dalam ilmu Mantiq), Bariarminas (ungkapan dalam ilmu Mantiq), dan
Antologies (Qiyas dan Burhan)
i. Hukum Mempelajari Ilmu Mantiq
Dalam hal ini ulama berbeda pendapat. Ada 3 pendapat, yaitu:
1) Larangan untuk mempelajari ilmu Mantiq secara mutlak. Ini adalah pendapat
imam Ibnu sholah dan imam Nawawi. Namun, yan dimaksud dilarang ini
adalah haram mempelajari ilmu Mantiq yang tercampur dengan kajian-kajian
filsafat yunani yang bisa mengantarkan kita pada kekafiran. Adapun
mempelajari ilmu Mantiq yang terbebas dari filsafat yang menyesatkan dan
ditujukan untuk memperkuat akidah kita, maka itu diperbolehkan – termasuk
kategori fardu kifayah -.
2) Boleh mempelajari ilmu Mantiq bagi orang yang sudah sempurna akalnya
(cerdas), ini pendapat imam Ghozali. Karena imam Ghozali ini berpendapat
bahwa orang yang tidak bisa ilmu Mantiq maka kredibilitas keilmuannya
tidak bisa dipercaya.
3) Pendapat yang paling masyhur dan pendapat yang mukhtar adalah jika yang
mempelajari ilmu mantiq adalah orang yang cerdas, dan dalam hidupnya dia
telah terbiasa dengan mengkaji kandungan Alquran dan hadis, maka orang ini
boleh mempelajarinya.
j. topik Pembahasan Dalam Ilmu Mantiq
k. Dalam pembahasannya, ilmu Mantiq menitikberatkan kepada 2 pembahasan;
yakni tashowwuri (deskriptif) dan tashdiqi (definitif).
3. Dari sudut kebahasaan, kata tashawwur adalah bentuk mashdar dari kata kerja
tashawwara-yatashawwaru, yang berarti membayangkan, atau menggambarkan. Dengan
akar kata yang sama terangkailah kata shûrah, yang berarti gambar.

Dengan demikian, secara bahasa, tashawwur dapat diartikan sebagai bayangan atau
gambaran. Adapun secara istilah, tashawwur itu ialah pengetahuan atau gambaran kita
terhadap sesuatu yang tidak disertai penghukuman apapun terhadap sesuatu tersebut
(idrâk al-Sya’i ma’a ‘adam al-Hukmi ‘alaihi).
Pembagiannya tasawuf secara komprehensif.
a. Tasawuf akhlaki ialah tasawuf yang menitik beratkan pada pembinaan akhlak al-
Karimah. Akhlak adalah keadaan yang tertanam dalam jiwa yang menumbuhkan
perbuatan, dilakukan dengan mudah, tanpa dipikir dan direnungkan lebih dahulu.
b. Tasawuf amali yaitu tasawuf yang menitik beratkan kepada amalan lahiriyah
yang didorong oleh qolb (hati) dalam bentuk wirid, hizib dan do’a.
c. tasawuf falsafi, yakni tasawuf yang dipadukan dengan filsafat.
4. (1) berpikir induktif merupakan suatu proses berpikir yang bertolak dari sejumlah
fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). (2) Berpikir
deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis
yang keberadaannya
5. Ulul Albab adalah orang orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak diselimuti
oleh kulit, yakni kabut (kemaksiatan) yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir.

Anda mungkin juga menyukai