JAWABAN :
Mantiq adalah alat atau dasar yang penggunaannya akan menjaga kesalahan dalam berpikir. Lebih
jelasnya, Mantiq adalah sebuah ilmu yang membahas tentang alat dan formula berpikir, sehingga
seseorang yang menggunakannya akan selamat dari cara berpikir salah. Manusia sebagai makhluk
yang berpikir tidak akan lepas dari berpikir. Namun, saat berpikir, manusia seringkali dipengaruhi
oleh berbagai tendensi, emosi, subyektifitas dan lainnya sehingga ia tidak dapat berpikir jernih, logis
dan obyektif. Mantiq merupakan upaya agar seseorang dapat berpikir dengan cara yang benar, tidak
keliru.
Sebelum kita pelajari masalah-masalah mantiq, ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud
dengan "berpikir". Berpikir adalah proses pengungkapan sesuatu yang misteri (majhul atau belum
diketahui) dengan mengolah pengetahuan-pengetahuan yang telah ada dalam benak kita (dzihn)
sehingga yang majhul itu menjadi ma'lûm (diketahui).
Mantiq atau logika merupakan ilmu kaidah berfikir yang dirintis pertama kali oleh Aristoteles dan
mulai berkembang di dunia Islam pada masa Umayyah. Kedatangan logika di dunia Islam ini,
mendapatkan tanggapan yang beraneka ragam, ada yang apresiatif dan mengembangkannya lebih jauh
dengan cara menafsirkan dan menyempurnakannya, tetapi ada juga yang menolak dan
menganggapnya bid’ah.
a. Melatih, mendidik, dan mengembangkan potensi akal dalam mengkaji obyek pikir dengan
menggunakan metodologi berpikir.
b. Menempatkan persoalan dan menunaikan tugas pada situasi dan kondisi yang tepat.
c. Membedakan proses dan kesimpulan berpikir yang benar (hak) dan yang salah (batil).
Adapun yang dilakukan Al-Azhar adalah mengajarkan ilmu Mantiq ini kepada anak
didiknya. Karena Al-Azhar bertujuan untuk mencetak generasi penerus ulama yang mampu
membantah syubhat-syubhat yang dilemparkan oleh siapapun, baik itu kaum orientaslis,
ekstrimis, teroris, dan sebagainya. Karena itu, Al-Azhar memegang teguh pada pendapat yang
pertama dan menghukuminya sebagai fardu kifayah.
j. Topik Pembahasan Ilmu Mantiq
Dalam pembahasannya, ilmu Mantiq menitikberatkan kepada 2 pembahasan; yakni
tashowwuri (deskriptif) dan tashdiqi (definitif).
Ulul albab secara bahasa berasal dari dua kata: ulu dan al-albab. Ulu berarti ‘yang
mempunyai’, sedang al albab mempunyai beragam arti. Kata ulul albab muncul sebanyak 16 kali
dalam Alquran. Dalam terjemahan Indonesia, arti yang paling sering digunakan adalah ‘akal’.
Karenanya, ulul albab sering diartikan dengan ‘yang mempunyai akal’ atau ‘orang yang berakal’.
Al-albab berbentuk jama dan berasal dari al-lubb. Bentuk jamak ini mengindikasikan bahwa ulul
albab adalah orang yang memiliki otak berlapis-lapis alias otak yang tajam.
Sebagai sebuah konsep, ulul albab perlu dioperasionalisasi atau dibumikan. Beberapa strategi
berikut terbayang setelah melakukan tadabbur atas beragam ayat, yaitu: (a) meningkatkan
integrasi, (b) mengasah sensitivitas, (c) memastikan relevansi, (d) mengembangkan imajinasi,
dan (e) menjaga independensi.
Dalilnya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal (QS. Ali 'Imran Ayat 190)