Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“RESISTENSI DIFUSI GAS”

Cover

Disusun Oleh :

Nama : Hasby

Nim : 195040201111033

Kelas :C

Asisten : Rosabela Sayu Prameswari

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020

i
Daftar Isi

Cover ........................................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Daftar Tabel ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULLUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1
1.3 Manfaat .......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 2
2.1 Pengertian Difusi ........................................................................................... 2
2.2 Pengertian Resistensi Difusi Gas .................................................................. 2
2.3 Pengertian Fluks Zat ...................................................................................... 2
2.4 Macam-macam Resistensi Difusi Gas ........................................................... 3
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Difusi Gas dalam Tanaman ............................. 3
BAB III METODOLOGI ........................................................................................ 5
3.1 Alat dan Bahan .............................................................................................. 5
3.2 Cara Kerja...................................................................................................... 5
3.3 Analisa Perlakuan .......................................................................................... 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 7
4.1 Hasil............................................................................................................... 7
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 12
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 15
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15
5.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv

ii
Daftar Tabel

Tabel 1 Hasil Pengamatan Daun Belimbing ........................................................... 7


Tabel 2 Hasil Pengamatan Daun Sirih .................................................................... 7

iii
1

BAB I PENDAHULLUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman memiliki kemampuan untuk berfotosintesis, proses fotosintesis
tumbuhan memerlukan gas CO2 sebagai bahan bakunya dan hasil fotosintesis
tersebut berupa oksigen dan zatzat makanan yang diperlukan oleh tumbuhan
dan makhluk hidup yang lain. Menurut Purwaningsih (2007) kemampuan
tanaman dalam menyerap karbon dioksida membutuhkan stomata yang
memungkinkan masuknya CO2. Pengukuran serapan karbon dioksida dapat
dilakukan dengan metode karbohidrat, karena jumlah massa karbon dioksida
dalam proses fotosintesis berbanding lurus dengan jumlah karbon dalam
karbohidrat.

Fungsi stomata yang pertama adalah untuk fotosintesis. Fotosintesis


adalah proses yang digunakan oleh tanaman untuk memproduksi makanan
dengan bantuan sinar matahari, karbon dioksida, dan air.Melalui stomata
tanaman mengambil karbon dioksida dari atmosfer. Molekul air dipecah
menjadi hidrogen dan oksigen, dan melalui stomata oksigen kemudian
dilepaskan sebagai produk sampingan di atmosfer. Stomata adalah media
pertukaran gas dan respirasi seluler pada tanaman.

Pada proses fotosintesis akan terjadi proses reduksi CO2 menjadi


karbohidrat dengan bantuan enzim tertentu dengan menggunakan energi
metabolisme yang berasal dari radiasi matahari atau foton yang diserap.
Karbon dioksida adalah atmosfer, yang akan ditransfer menuju tempat reduksi
yaitu kloroplas khususnya stroma. Transpor yang terjadi akan berlangsung
secara proses difusi. Dalam proses transpor, memiliki hambatan atau resistensi
yang terdiri dari beberapa macam yaitu resistensi lapisan atas, resistensi
stomata dan resistensi mesofil. Sehingga pada laporan ini akan membahas
tentang resistensi difusi gas.

1.2 Tujuan
Praktikum resistensi difusi gas yaitu memahami mekanisme resistensi
daun tanaman terhadap difusi gas, serta mengetahui pengaruh resistensi
terhadap kandungan gas dalam tanaman.

1.3 Manfaat
Adapun Manfaat dari praktikum resistensi difusi gas yaitu mahasiswa
mampu menjelaskan mekanisme resistensi daun tanaman terhadap difusi gas,
serta mampu mengetahui pengaruh resistensi terhadap kandungan gas
tanaman
2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Difusi

Difusi adalah gerakan atom atau molekul dalam gas, larutan atau padatan
dari daerah konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah,
difusi dipengaruhi oleh kecepeatan (Roziana, 2008).

Diffusion is an event of moving particles from an environment with a high


concentration to an environment with a low concentration (Kuntari et al,
2019). Difusi adalah peristiwa perpindahan partikel dari lingkungan dengan
konsentrasi tinggi menuju lingkungan dengan konsentrasi rendah (Kuntari et
al, 2019).

Diffusion is the flow or transfer of a substance in the solvent from the high
concentration to the low concentration part. The difference in concentration
that exists in the two solutions is called a concentration gradient (Rianto et
al. 2017). Difusi atau pembauran adalah peristiwa mengalirnya atau
berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi ke
bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi yang ada pada
dua larutan disebut gradien konsentrasi (Rianto et al,. 2017).

2.2 Pengertian Resistensi Difusi Gas


Gas diffusion resistance is the resistance of a plant due to the flow
of a gas from an area of high concentration to low concentration (Mansfield
and Frieer, 1984).Resistensi difusi gas ialah ketahanan suatu tanaman akibat
mengalirnya suatu gas dari daerah konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
(Mansfield dan frieer,1984).

Gas diffusion resistance is a plant resistance to flow or transfer of


gas from high concentrations to low concentrations around the leaves
(Nejad, 2011).Resistensi difusi gas merupakan suatu ketahanan tanaman
terhadap aliran atau perpindahan gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah yang ada disekitar daun (Nejad, 2011).

Resistensi difusi gas merupakan suatu ketahanan tanaman


terhadap pergerakan gas dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah yang
masuk kedaun melalu stomata (Haryanti, 2010).

2.3 Pengertian Fluks Zat


Substance flux is the volume of the permeate that passes through the
unit area of the membrane in a certain time with the thrust force in the form
of pressure (Fatmasari and Shukor, 2012).fluks zat adalah jumlah volume
3

permeat yang melewati satuan luas membran dalam waktu tertentu dengan
adanya gaya dorong berupa tekanan (Fatmasari dan Shukor, 2012).

Fluks merupakan suatu proses zat melewati satu mebran dalam waktu
tertentu. Fluks akuades lebih tinggi daripada fluks larutan zat warna dan
sampel air keruh, hal ini terjadi karena molekul air akuades jauh lebih kecil
dibandingkan dengan molekul zat warna dan sampel air keruh sehingga difusi
air akuades akan lebih cepat (Gustian,2006).

2.4 Macam-macam Resistensi Difusi Gas


Menurut Harding et al. (1998) ada beberapa macam Resistensi Difusi Gas
yaitu:
1. Resistensi Lapisan Batas (Ra)
Lapisan batas merupakan daerah perpindahan gas/zat cair yang
bersinggungan dengan daun. Semakin cepat pergeseran udara, lapisan
batas semakin tipis. Daunan lebar seperti palem kipas gurun pasir
mempunyai lapisan batas paling tebal.
2. Resistensi stomata (Rs)
Jika stomata tertutup atau hampir tertutup, hambatan sangat tinggi.
Jika terbuka, hambatan cukup rendah. Jika terbuka, hambatan cukup
rendah. Tahapan terhadap difusi CO2 dari luar ke daun melalui
stomata.
3. Resistensi Mesofil
Sering disebut hambatan yang hampir konstan. Ukuran apa saja
yang berhubungan dengan daun yang mempunyai pengambilan
CO2 kecuali resistensi lapisan batas dan resistensi stomata .Merupakan
ukuran apa saja yang berhubungan dengan daun dan mempengaruhi
pengambilan CO2 melalui mesofil kecuali tahanan lapisan batas dan
stomata karena apa saja yang mempengaruhi konsentrasi CO2 ke dalam
kloroplas mempengaruhi laju difusi total CO2 dari udara ke kloroplas.
Dihitung sebagai tahanan sisa terhadap pengambilan CO2 oleh daun.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Difusi Gas dalam Tanaman


2.5.1 Kadar Unsur kalium

Kalium yang rendah mempengaruhi penyerapan karbon dioksida


(CO2) dengan meningkatkan resistensi difusi stomata meskipun resistensi
mesofil terhadap CO2 juga meningkat. Pada tanaman bit yang kekurangan
kalium akan mengurangi produksi ATP dan NADP dalam kloroplas
Defisiensi kalium telah meningkatkan resistensi karboksilasi melalui
efek pada reaksi fotokimia fotosintesis. Kekurangan kalium
berpengaruh pada jumlah klorofil yang rendah. Penurunan kandungan
4

klorofil dan rasio klorofil a/b adalah indikator gangguan kloroplas (Astutik
et al, 2019).

2.5.2 Defisit air

Defisit air menurunkan kecepatan fotosintesis. Hal ini sebagai


akibat dari menutupnya stomata dan meningkatnya resistensi mesofil yang
pada akhirnya memperkecil efisiensi fotosintesis Menutupnya semua atau
sebagian stomata membatasi pemasukan CO2 sehingga konsentrasi CO2
di ruang antar sel di dalam daun menurun (Fitriana et al. 2009).

2.5.3 Naungan (Cahaya Matahari)

Laju fotosintesis yang rendah berkaitan dengan tingginya resistensi


stomata dan rendahnya aktifitas Ribulosa bifosfat.Pengurangan fotosintat
yang diakibatkan oleh cahaya rendah. dapat dikaitkan dengan tingginya
resistensi stomata dan sel-sel mesofil terhadap pertukaran CO2. Pemberian
naungan dari sejak pembungaan hingga panen mengurangi laju fotosintesis
dan fotorespirasi. Aktivitas karboksilase juga menurun pada kondisi
cahaya rendah (Soverda dan Alia, 2012).

2.5.4 Temperatur

Kenaikan temperatur akan menaikkan difusi karena temperature


akan menaikkan tenaga kinetis dari molekul substrat yang berdifusi
(Heddy, 2003).
5

BAB III METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat Fungsi
Timbangan Analitik Untuk menimbang daun dan replika daun
Tisu Digunakan untuk mengeringkan daun
Timer Untuk mengatur waktu yang berbeda
Termohigrometer Untuk mengukur suhu dan kelembaban
Gunting Untuk memotong daun

3.1.2 Bahan
Alat Fungsi
Air destilasi Untuk merendam daun dan membasahi daun
Daun sirih Sebagai spesimen 1
Daun belimbing Sebagai spesimen 2
Kertas Whatman Untuk membuat replika daun
3.2 Cara Kerja
Menyiapkan alat dan bahan

Membuat replika daun pada kertas Whatman

Menimbang berat kering daun dan replika daun

Rendam daun dengan air destilasi selama 2 menit atau lebih sampai
jenuh, kemudian keringkan permukaannya dengan tisu

Basahi kertas replika dengan air kemudian keringkan permukaannya


dengan tisu

Amati perubahan berat daun dan replika daun dengan penimbangan


pada waktu t = 0 (setelah dikeringkan dengan tisu), dan pada waktu t
= 5, 10, dan 15 menit.

Amati suhu daun, replika daun, air, serta suhu udara disekitar daun
selama proses pengamatan berlangsung dengan termometer

Amati luas daun selama proses pengamatan berlangsung

Catat hasil dan dokumentasi


6

3.3 Analisa Perlakuan


Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu menyiapkan
alat dan bahan, bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu daun sirih dan
daun belimbing. Langkah selanjutnya yaitu membuat replika daun pada kertas
Whatman, selanjutnya menimbang berat kering daun dan replika daun. Setelah
itu rendam daun dengan air destilasi selama 2 menit atau lebih sampai jenuh,
kemudian keringkan permukaan dengan menggunakan tisue. Langkah
selanjutnya yaitu basahi kertas replika dengan air kemudian keringkan
permukaannya dengan tisu. Langkah selanjutnya yaitu amati perubahan berat
daun dan replika daun dengan penimbangan pada waktu T=0 (setelah
dikeringkan dengan tisu), dan pada waktu t=5,10 dan 15 menit. Langkah
selanjutnya yaitu amati suhu daun, replika daun, air, serta suhu udara di sekitar
daun selama proses pengamatan berlangsung dengan termometer. Selanjutnya
amati luas daun selama proses pengamatan berlangsung. Kemudian catat hasil
dan dokumentasikan.
7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1 Hasil Pengamatan Daun Belimbing

Waktu pengamatan
0 300 600 900
Berat daun 0.452 0.431 0.417 0.4
Berat replika 0.208 0.186 0.17 0.147
Suhu daun (celcius) 27.3 27.1 26.9 26.9
Suhu replika 27.3 27 25.9 27
Suhu atmosfir 30 30 30 30
Luas daun 18.098 18.098 18.098 18.098
RH daun 75.8 74.1 73.1 74.6
RH replika 78.6 72.4 71.9 72.9

Tabel 2 Hasil Pengamatan Daun Sirih

Waktu pengamatan
0 300 600 900
Berat daun 1.565 1.513 1.456 1.424
Berat replika 0.732 0.691 0.657 0.64
Suhu daun (celcius) 27.4 27 27 27
Suhu replika 27.4 26.1 26.6 26.1
Suhu Atmosfir 30 30 30 30
Luas daun 438.75 438.75 438.75 438.75
RH daun 75.5 77.3 78.8 76.1
RH replika 78 75.1 83.9 80.6
Perhitungan :
Konsentrasi Air KUA jenuh = 0.0004T3 +
jenuh di atmosfir 0.0027T2 + 0.4071 T + 4.7545
Suhu (g/cm3) Konsentrasi Uap Air
-5 3.41 Suhu Jenuh di Atmosfir
0 4.85 25 22.8695
5 6.8 25.9 24.05917
10 9.4 26.1 24.33091
15 12.85 26.6 25.02221
20 17.3 26.9 25.44528
25 23.05 27 25.5877
30 30.38 27.1 25.73082
35 39.63 27.3 26.01918
40 51.1 27.4 26.16442
45 65.6 30 30.1975
8

1. Daun Belimbing
Fluks Uap Air Daun

Keterangan:
FD = Fluks Uap Air Daun
Wd0 = Berat Daun pada detik ke 0
Wdt = Berat Daun pada detik ke t
t = waktu
LD = Luas Daun
FD 5` = 3.8678307
FD 10` = 3.223192
FD 15` = 3.192495
Fluks Uap Air Replika

Keterangan:
FK = Fluks Uap Air Replika
Wk0 = Berat Replika pada detik ke 0
Wkt = Berat Replika pada detik ke t
t = waktu
LD = Luas Daun
FK 5` = 4.052013114
FK 10` = 3.499465871
FK 15` = = 3.745042
Resistensi Lapis Batas
( ) ( )
( )
( )
Keterangan:
Rb = resistensi lapis batas
(H2O)k = Konsentrasi uap air di dalam kertas
(H2O)a = Konsentrasi uap air di atmosfir
Wk0 = Berat Replika pada detik ke 0
Wkt = Berat Replika pada detik ke t
t = waktu
LD = Luas Daun
9

( )
( )
= 0,725460387
( )
( )
( )
= 0,403216849
( )
( )
( )
0,784924353
( )
( ) ( )
( )
( )
Rb = resistensi lapis batas
Rs = resistensi stomata
(H2O)k = Konsentrasi uap air di dalam kertas
(H2O)a = Konsentrasi uap air di atmosfir
Wd0 = Berat Daun pada detik ke 0
Wdt = Berat Daun pada detik ke t
t = waktu
LD = Luas Daun
( ) ( )
( )
( )
( )
( ) ( )
= 0,797009135
( )
( )
( ) ( )
0,867821521
( )
( )
( ) ( )
= 0,876165959
( )

Resistensi Stomata
Rs 5` = (rb + rs) – rb
Rs 5` = (0,797009135) – 0,725460387
Rs 5` = 0,071548748

Rs 10` = (rb + rs) – rb


Rs 10` = (0,867821521) – 0,403216849
Rs 10` = 0,46404672

Rs 15` = (rb + rs) – rb


Rs 15` = (0,876165959) – 0,784924353
Rs 15` = 0,091242
2. Daun Sirih
Fluks Uap Air Daun
10

Keterangan:
FD = Fluks Uap Air Daun
Wd0 = Berat Daun pada detik ke 0
Wdt = Berat Daun pada detik ke t
t = waktu
LD = Luas Daun
FD 5` = 0.395061728
FD 10` = 0,414055081
FD 15` = 0,357075
Fluks Uap Air Replika

Keterangan:
FK = Fluks Uap Air Replika
Wk0 = Berat Replika pada detik ke 0
Wkt = Berat Replika pada detik ke t
t = waktu
LD = Luas Daun
FK 5` = 0,000311491
FK 10` = 0,0002849
FK 15` = = 0,000233
Resistensi Lapis Batas
( ) ( )
( )
( )
Keterangan:
Rb = resistensi lapis batas
(H2O)k = Konsentrasi uap air di dalam kertas
(H2O)a = Konsentrasi uap air di atmosfir
Wk0 = Berat Replika pada detik ke 0
Wkt = Berat Replika pada detik ke t
t = waktu
LD = Luas Daun
( )
( )
= 7.621682702
( )
( )
( )
= 5.906573244
( )
11

( )
( )
7.222712
( )

( ) ( )
( )
( )
Rb = resistensi lapis batas
Rs = resistensi stomata
(H2O)k = Konsentrasi uap air di dalam kertas
(H2O)a = Konsentrasi uap air di atmosfir
Wd0 = Berat Daun pada detik ke 0
Wdt = Berat Daun pada detik ke t
t = waktu
LD = Luas Daun
( ) ( )
( )
( )
( )
( ) ( )
= 8.900625769
( )
( )
( ) ( )
7.099478154
( )
( )
( ) ( )
= 8.232374
( )

Resistensi Stomata

Rs 5` = (rb + rs) – rb

Rs 5` = (8.900625769) – 7.621682702

Rs 5` = 1.278943067

Rs 10` = (rb + rs) – rb

Rs 10` = (7.099478154) – 5.906573244

Rs 10` = 1.19290491

Rs 15` = (rb + rs) – rb

Rs 15` = (8.232374) – 7.222712

Rs 15` = 1.009662
12

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan nilai fluks uap air yang hilang dari daun dan replika daun
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh data
hasil percobaan yang menunjukkan bahwa pada spesimen daun belimbing
yaitu nilai fluks daun lebih kecil dibandingkan nilai fluks replika daun.
Sedangkan pada spesimen daun sirih menunjukkan bahwa nilai fluks daun
sirih lebih besar dibandingkan nilai fluks kertas. Dengan perbedaan seperti
itu menandakan bahwa nilai fluks pada daun belimbing dan daun sirih
meiliki resistensi terhadap difusi gas lapisan batas, stomata, dan mesofil.
Sedangkan jika berdasarkan pada hasil pengamatan replika daun dapat
dinyatakan bahwa tidak memiliki resistensi terhadap difusi gas. Jika
dibandingkan antar daun sirih dan daun belimbing maka ada perbedaan
yaitu nilai fluks uap air pada daun belimbing lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai fluks daun sirih. Hal tersebut menandakan
bahwa semakin tinggi fluks daun maka resistensinya semakin tinggi.
Berdasarkan hasil praktikum menunjukkan bahwa resistensi difusi gas
pada daun sirih lebih tinggi dibandingkan daun belimbing. Jika dilihat dari
taksonomi kedua daun tersebut berbeda famili, belimbing berasal dari
family oxalidacea sedangkan sirih berasal dari famili piperaceae
(Fatkhusana 2008 dan Sa`adah 2010). Dengan perbedaan famili tanaman
maka kemungkinan besar morfologi daun yang dimiliki berbeda. Sesuai
dengan pendapat Atiqah (2017) yang menyatakan bahwa perbedaan fluks
udara yang masuk atau keluar pada suatu tanaman akan berbeda
tergantung dari morfologi daun tanaman tersebut. Semakin tipis
permukaan daun maka udara yang keluar juga akan lebih besar sehingga
dikategorikan memiliki resistensi yang kecil.
4.2.2 Perbandingan nilai resistensi lapisan batas (ra) dan resistensi stomata (rs)
pada daun dan replika daun
Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil perhitungan yang telah
dilakukan, diperoleh bahwa nilai resistensi lapisan batas dan resistensi
stomata pada daun belimbing lebih besar jika dibandingkan dengan replika
daun. Sedangkan pada daun sirih, nilai resistensi lapisan batas dan
resistensi stomata yang dihasilkan juga lebih besar dibandingkan dengan
replika daun. Hal tersebut menyatakan bahwa kedua daun sama memiliki
resistensi lapisan batas dan resistensi stomata yang lebih besar daripada
replika daun. Jika dibandingkan dari jenis daun, nilai resistensi lapisan
batas dan resistensi stomata daun sirih lebih besar dibandingkan dengan
daun belimbing karena adanya faktor perbedaan berat dari molekul yang
berdifusi dan adanya perbedaan jumlah air yang hilang dari daun. Sesuai
denngan pendapat Fitriana et al. (2009) adanya defisit air menurunkan
kecepatan fotosintesis. Hal ini sebagai akibat dari menutupnya stomata dan
meningkatnya resistensi mesofil yang pada akhirnya memperkecil efisiensi
13

fotosintesis Menutupnya semua atau sebagian stomata membatasi


pemasukan CO2 sehingga konsentrasi CO2 di ruang antar sel di dalam
daun menurun. Sejalan dengan pendapat Wahyuni (2002) yang
menyatakan bahwa jumlah uap air yang dikeluarkan semakin banyak maka
jumlah uap air yang dikeluarkan semakin tinggi daya resistensi daun.

4.2.3 Perbedaan ra dan rs pada jenis tanaman yang berbeda.


Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tanaman yang
berbeda yaitu belimbing dan sirih. Berdasarkan pengamatan dan
perhitungan yang dilakukan resistensi lapisan batas dan resistensi stomata
pada daun tersebut memiliki perbedaan. Sehingga hal tersebut
menandakan bahwa ketika suatu tanaman berbeda maka resistensi lapisan
batas dan resistensi stomatanya akan berbeda. Adanya perbedaan resistensi
lapisan batas dan resistensi stomata pada tanaman dikarenakan setiap jenis
tanaman khususnya daun memiliki kemampuan yang berbeda dalam
melakukan pertukaran gas. Dan faktor internal dan faktor lingkungan juga
berperan dalam proses ini. Menurut Handoko dan Fajariyanti (2013) suatu
tanaman akan berbeda proses difusi gas pada daun dikarena faktor
lingkugan berupa intensitas cahaya matahari yang akan mempengaruhi
penyerapan panjang gelombang yang akan digunakan pada fotosintesis,
juga dipengaruhi oleh morfologi daun serta faktor ketersediaan air.
4.2.4 Interpretasi mengenai ra dan rs (dihubungkan dengan difusi CO2 ke
dalam daun atau khloroplast)
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada waktu
perlakuan yang berbeda yaitu detik ke 5, detik ke 10 dan detik ke 15
diperoleh hasil yang berbeda. Resistensi lapisan batas pada daun
belimbing yaitu detik ke-5 : 0,725 , detik ke-10: 0,403 dan detik ke-15:
0,784. Sedangkan nilai resistensi stomatanya yaitu pada detik ke-5:
0,071, detik ke-10: 0,464 dan detik ke-15: 0,09. Sedangkan pada daun
sirih resistensi lapisan batas pada detik ke-5: 7,61, detik ke-10: 5,906, dan
detik ke-15: 7,222. Sedangkan resistensi stomata daun sirih pada detik
ke-5: 1,278, detik ke-10: 1,192 dan detik ke-15: 1,009.
Berdasarkan interpretasi data hasil praktikum menunjukkan
bahwa nilai resistensi lapisan batas dan resistensi stomata pada daun sirih
lebih tinggi jika dibandingkan dengan daun belimbing. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan difusi CO2 yang masuk pada
daun di kloroplas. Semakin tinggi nilai resistensi lapisan batas dan
resistensi stomata maka akan ada perbedaan difusi karbondioksida akan
semakin sedikit karena sehingga kloroplas yang dibutuhkan tanaman
semakin tercukupi, pertumbuhan tanaman dapat berjalan secara optimal
dan begitupun sebaliknya, semakin rendah nilai resistensi lapisan batas
dan resistensi stomata maka jumlah difusi CO2 pada tanaman semakin
14

banyak akibatnya jumlah kloroplas yang dibutuhkan tanaman semakin


kecil dan berpotensi menyebabkan kerusakan pada tanaman (Alex, 2014).
15

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa resistensi difusi
gas merupakan suatu sistem ketahanan tanaman terhadapat pergerakan gas
dari lingkungan masuk ke daun dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
yang melalui stomata. Resistensi difusi gas dibedakan menjadi tiga yaitu
resistensi lapisan batas, resistensi stomata dan resistensi mesofil.
Berdasarkan data hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa ketika tanaman
memiliki nilai fluks yang tinggi maka resistensi dikategorikan rendah, jika
nilai fluks rendah maka resistensi terhadap gas tinggi. Dengan perbedaan
hasil perhitungan yang diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi resistensi
difusi gas pada tanaman yaitu suhu, cahaya matahari, ketersediaan air,
morfologi daun dan kandungan unsur yang ada di sekitar tanaman.
5.2 Saran
Praktikum telah berjalan dengan baik, namun alangkah lebih
baiknya jika praktikum diubah kedalam bentuk demonstrasi sehingga lebih
mudah dalam pemahaman dan proses pengerjaan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Alex, C. (2014). Resistensi Biochemistry. Jakarta: Ebc works press.
Astutik, D., Suryaningndari, D. and Raranda, U., 2019. Hubungan pupuk kalium
dan kebutuhan air terhadap sifat fisiologis, sistem perakaran dan biomassa
tanaman jagung (Zea mays). Jurnal Citra Widya Edukasi, 11(1), pp.67-76.
Atiqah, S.N., 2017. Optimasi dan uji pelepasan quercetin ekstrak daun kelor
(Moringa oliefera) dalam sediaan gel-mikroemulsi (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Fatkhusana, E., 2008. Efektivitas Jenis Pupuk Daun Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum) (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Fatmasari, M. and Abd-Shukor, R., 2012. Formation of Tl-1212 Phase in Bi-and
Cr-Substituted (Tl 0.5 Pb 0.5− x M x) Sr 2 CaCu 2 O 7
Superconductor. Journal of superconductivity and novel magnetism, 25(4),
pp.747-751.
Fitriana, J., Pukan, K.K. and Herlina, L., 2009. Aktivitas enzim nitrat reduktase
kedelai kultivar Burangrang akibat variasi kadar air tanah pada awal
pengisian polong. Biosaintifika: Journal of Biology & Biology
Education, 1(1).
Gustian, I., 2006. Karakterisiasi Kinerja Dari Beberapa Membran
Datar. GRADIEN: Jurnal Ilmiah MIPA, 2(2), pp.187-191.
Handoko, P. and Fajariyanti, Y., 2013. Pengaruh spektrum cahaya tampak
terhadap laju fotosintesis tanaman air Hydrilla verticillata. In Proceeding
Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning (Vol. 10, No. 2, pp. 300-308).
Harding, A.W., Foley, N.J., Norman, P.R., Francis, D.C. and Thomas, K.M.,
1998. Diffusion barriers in the kinetics of water vapor adsorption/desorption
on activated carbons. Langmuir, 14(14), pp.3858-3864.
Haryanti, S., 2010. Pengaruh naungan yang berbeda terhadap jumlah stomata dan
ukuran porus stomata daun Zephyranthes rosea Lindl. Anatomi
Fisiologi, 18(1), pp.41-48.
Heddy. 2003. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Yogyakarta.
Kuntari, F.R., Pranoto, S. and Sutresno, A., 2019. Studi Proses Difusi melalui
Membran dengan Pendekatan Kompartemen. JFA (Jurnal Fisika dan
Aplikasinya), 15(2), pp.62-65.
Mansfield, T.A. and Freer-Smith, P.H., 1984. The role of stomata in resistance
mechanisms. Gaseous air pollutants and plant metabolism, pp.131-146.

iv
Nejad, T.S., 2011. Effect of drought stress on stomata resistance changes in
corn. Journal of American Science, 7(9), pp.27-31.
Purwaningsih S. 2007. Kemampuan Serapan Karbondioksida Pada Tanaman
Hutan Kota di Kebun Raya Bogor. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Rianto, L., Handayani, I.A. and Septiyani, A., 2017. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol
96% Biji Srikaya (Annona squamosa L.) sebagai Antidiare yang
Disebabkan oleh Bakteri Shigella dysenteriae dengan Metode Difusi
Cakram. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(2), pp.181-186.
Roziana, D.F., 2008. Solusi analitik dan solusi numerik persamaan difusi
konveksi (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim).
Sa’adah, L., 2010. Isolasi dan identifikasi senyawa tanin dari daun belimbing
wuluh (averrhoa bilimbi l.). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas
Sains dan Teknologi-Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim.
Soverda Dan Alia, Y.., 2012. Pola Pewarisan Sifat Tanaman Kedelai Toleran
Terhadap Naungan Melalui Aplikasi Karakter Morfofisiologi: Optimalisasi
Pemanfaatan Lahan Tegakan Di Provinsi Jambi. Universitas Jambi

Anda mungkin juga menyukai