Anda di halaman 1dari 34

Dosen Pengampu : Drs.Jongga Manullang,M.

Pd

Skor nilai:

OLEH
NAMA : INDRA TARIGAN
NIM :5183331002

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehinggaCritical Book
Review ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima
kasih atasbantuan dalam menyusun Critical Book Review ini.Makalah ini di buat untuk
memenuhi salah satu mata kuliah kami.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Jika ada isi yang kurang relevan maka untuk ke depannya kami akan
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 24 September 2018

Penulis

INDRA TARIGAN
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR 4

1.2 Tujuan CBR 4

1.3 Manfaat CBR 4

1.4 Identitas Buku 5

BAB II RINGKASAN ISI BUKU 6

2.1 Buku Utama 6

2.2 Buku Pembanding 20

BAB III PEMBAHASAN 26

BAB IV PENUTUP 27

DAFTARPUSTAKA 28
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang CBR
Seringkali saya kebingungan dalam memilih sebuah buku, maka saya berinisiatif
untuk membuat sebuah referensi buku. Jadi kalau kita memilih satu buku, namun ternyata
belum memuaskan hati kita. Contohnya dari segi pokok pembahasan, tidak sesuainya materi
tentang kalkulus. Olehkarena itu saya selaku penulis membuat Critical Book Report ini, untuk
mempermudah dalam mencari referensi buku. Dalam pencarian referensi buku yang baik kita
harus memperhatikan dari segi cafer, kelengkapan isi buku, struktur susunan tulisan dan
singkronisasi dengan judul buku.

1.2 Tujuan penulisan CBR


1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah kalkulus.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa dan
membandingkan sebuah buku.
4. Melatih mahasiswa dalam mengkritik dan memberikan saran terhadap suatu buku guna
meningkatkan kualitas buku.
5. Menguatkan pemahaman pembaca tentang kalkulus dan penjabarannya.

1.3 Manfaat CBR


Bagi penulis:
Penulis menjadi lebih memehami secara keseluruhan mengenai cakupan materi
kalkulus berkat menuntaskan tugas Critical Book Report ini. Tugas ini juga bermanfaat
langsung dalam melatih penulis menjadi lebih terasah dalam meringkas buku, lalu
membandingkannya dengan buku yang relevan setelah itu menganalisanya demi mencari
kelemahan dan kelebihan dari buku yang telah saya krikalisasi.
Bagi pembaca:
Pembaca dalam hal ini dapat mengetahui hasil dari tugas Critical Book Report, mulai
dari kalangan akademis hingga masyarakat umum menjadi lebih paham bagaiman sebenarnya
buku kalkulus ini. Tugas ini juga dapat menjadi rujukan bagaimana menyempurnakan suatu
buku yang ada karena di dalam tugas ini merupakan suatu rangkuman pembahasan dari
ringkasan hingga analisis kelemahan dan kelebihan berdasarkan fakta dengan buku yang
relevan.
1.4 Identitas buku

Buku utama (Buku I)


1. Judul :Kalkulus
2. Edisi :Cetakan pertama
3. Pengarang :Drs. Marsangkap Silitonga, M. Pd. & Drs. Jongga Manullang, M. Pd.
4. Penerbit :-
5. Kota terbit :MEDAN
6. Tahun terbit :2018
7. ISBN :-

Buku pembanding (Buku II)

1. Judul : kalkulus 1
2. Penulis : Dr. Warsoma Djohan M.Si dan Dr. Wono Setya Budhi
3. Lembaga : Depertemen Matematika Fakultas MIPA
4. Penerbit : ITB
5. Tahun terbit : Agustus 2007
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU


2.1 BUKU UTAMA

BAB 1. SISTEM BILANGAN RIIL

1. Bilangan Bulat dan Bilangan Rasional


Sistem bilangan yang paling sederhan adalah bilangan asli yaitu

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, .....

Apabila kita mengukur panjang, berat, kuat arus listrik teryata bilangan bulat tidak cukup
k

arena tidak memberikan ketelitian yang memadai. Untuk itu di perlukan hasil bagi (ratio)
antara bilangan-bilangan bulat seperti:

1 2 4 10 16 −7
, , , , ,
2 3 5 11 11 8

Bilangan bilangan yang dapat ditulis dengan m/n, di mana m dan n adalah bilangan bulat
dan n ≠ 0 di sebut sebagai bilangan rasional.

1/2 = 0,5; 3/8 = 0,375; 3/7 = 0,428571425871 ...

Ternyata bilangan rasional belum cukup teliti untuk mengukur panjang atau berat. Untuk
itu masih di perlukan bilangan lain yang tidak dapat di tulis sebagai hasil bagi antara dua
bilangan bulat, misalnya √ 2, √ 3, e, π dan sebagainya. Bilangan seperti ini dinamakan
bilangan tak rasional (irasional).

√ 2 = 1,4142135623... π = 3,1415926535

2. Bilangan Riil
Himpunan bilangan-bilangan rasional dan tak dirasional yang dapat mengukur panjang,
bersama sama dengan negatifnya dan nol dinamakan bilnagan riil (real). Bilangan ril itu
seperti mengukur jarak ke kanan atau ke kiri (jarak berarah) dari suatu titik yang disebut titik
asal dan di beri lebel 0. Bilangan bilangan itu disebut sebagai kordinat titik tersebut. Garis
yang dihasilkan dikenal sebagai garis kordinat.

Untuk mengenal kelas kelas bilangan yang telah diuraikan di atas, digunakan lambang-
lambang baku.
3. Oprasi Aljabar Bilangan riil
Bilangan riil memiliki sifat yang disebut sifat medan (field) yaitu :
a. Sifat tertutup : x, y ∈ R
b. Hukum Komutatif : x + y = y+x dan xy = yx
c. Hukum Asosiatif : x + (y+z)+z dan x(xy)=(xy)z
d. Hukum Distribusi : x(y+z)=xy+xz
e. Elemen-elemen identitas.Terdapat dua bilangan riil yang berlainan 0 dan 1 yang
memenuhi x + 0 =x dan x.1 = x
f. Balikan (Invers).Setiap bilangan x memenuhi balikan aditif (disebut juga negatif),-x,
yang memenuhi x + (-x) = 0.Juga,setiap bilangan x kecuali 0 memenuhi balikan perkalian
(disebut juga kebalikan) x-1, yang memenuhi x.x-1 = 1

4. Urutan Bilangan riil


Urutan bilangan-bilangan riil bukan nol secara baik dipisahkan menjadi dua himpunan
terpisah,bilangan-bilangan riil positif dan bilangan-bilangan riil negative.Sehingga relasi urutan
< (dibaca “kurang dari”) yaitu

Sifat-sifat urutan:
1. Trikotomi X < y ↔ y – x positif
2. Transitifitas
3. Penambahan
4. Perkalian

5. Ketaksamaan

Mencari ketaksamaan adalah mencari semua himpunan bilangan riil yang membuat ketaksamaan
berlaku.Cara menyelesikan ketaksamaan :

1. Menambahkan bilangan yang sama pada kedua pihak suatu ketaksamaan


2. Mengalikan kedua pihak suatu ketaksamaan dengan suatu bilangan positif
3. Mengalikan kedua pihak dengan suatu bilangan negative,tetapi kemudian harus
membalikkan arah tanda ketaksamaan.

6. Nilai mutlak, Akar kuadrat dan Kuadrat


Nilai mutlak
Nilai mutlak suatu bilangan riil x, dinyatakan dengan |x| yang didefenisikan sebagai :
x , jika x ⩾ 0
{
|x|=
−x , jika x <0
Sifat-sifat nilai mutlak
1. |ab | = |a| |b|
¿ ¿
2. ¿ a∨ ¿ b∨¿ ¿ ¿ = ¿ a∨ ¿ b∨¿ ¿ ¿

3. | a+ b | ≤|a|+ ¿ b∨¿
4. |a-b| ≥||a|−|b||
5.
Akar Kuadrat
Setiap bilangan riil positif mempunyai dua akar kuadrat, misalnya 9 mempunyai akar
kuadrat 3 dan -3.
√ x 2 = |x|
Kuadrat
Dari sifat nilai mutlak diproleh
2
|x| = x 2
Selanjutnya
|x|<| y|= x 2< y 2

7. Sistem Kordinat Siku Empat (Cartesius)


Sistem kordinat Cartesius terdiri atas dua buah garis bilangan riil yang saling tegak lurus
dan berpotongan di titik asal (titik nol). Sumbu kordinat membagi bidang menjadi empat
daerah yang dinamakan kuadran I, II, III dan IV.

Rumus jarak
Ini didasarkan pada teorema Phytagoras,yang mengatakan jika a dan b merupakan ukuran
dua kali suatu segitiga siku-siku dan c merupakan ukuran sisi miringnya.
d(P,Q) = √ (x 2−x 1)2 +( y 2− y 1)2

Persamaan Lingkaran
Lingkaran adalah himpunan titik-titik yang terletak pada suatu jarak tetap (jari-jari) dari
suatu titik tetap (pusat).Secara umum,lingkaran beerjari-jari r dan berpusat (h,k) mempunyai
perasaan.
(x - h)2 + (y - k)2 = r2

Garis lurus
Garis lurus adalah yang paling sederhana dari semua kurva.Sebuah garis adalah obyek geometri

Grafik Persamaan
Grafik suatu persamaan dalam x dan y terdiri atas titik-titik di bidang yang koordinat-koordinat
(x,y) –nya memenughi persamaan artinya membuat suatu persamaan yang benar.
BAB II. BILANGAN KOMPLEKS

Jika a dan b adalah bilangan real, maka pasaangan (a,b) disebut bilangan kompleks, asal saja
kesamaan, penjumlahan dan perkalian antar pasangan itu didefinisikan sebagai berikut:
a) Kesamaan
b) Penjumlahan
c) Perkalian

1. Operasi Bilangan Kompleks.


Operasi penjumlahan dan perkalian pada bilangan kompleks memenuhi sifat komutatip,
assosiatip dan distributip. Jadi jika X, Y dn Z adalah sebarang bilangan kompleks, berlaku
sifat berikut:
- Hukum komutatip : X+Y = Y+X; dan XY=YX.
- Hukum assosiatip : X+ (Y+Z) = (X+Y) + Z dan X(YZ) = (XY)Z.
- Hukum distrributip : X(Y+Z) = XY+XZ.

a. Elemen Identitas
b. Eleman Invers (balikan)
c. Satuan Imajiner ( j atau i )

2. Konjugat (sekawan) Bilangan Kompleks


Jika ditulis z = x + jy maka x – jy di sebut konjugat (sekawan) dari z yang di gambarkan
dengan ź.
´ ź
z1
= ź1
( )
z2 2

3. Interpretasi Geometri Babilangan Kompleks

Karena bilangan kompleks z = x + jy adalah pasangan berurutan bilangan real (x,y),


maka (x,y) dapat diwakili secara geometrik oleh sebuah titik pada bidang atau oleh sebuah
anak panah (vektor geometrik) dari titik asal ke titik (x,y).
Bilgan r yang menyatakan jarak antara titik (x,y) dan titik asal (0,0) di sebut modulus
atau nilai mutlak dari z = x +iy dan diyatakan dengan |z| = |x +iy| yaitu
|z| = r = |x +iy| = √ x 2+ y 2 = √ z . z

Secara geometri, |z| meyatakan jarak antatra titik (x,y) dan titik asal. Misalkan z 1= x 1 +
iy 1 dan z 2= x 2 + iy 2jarak antara z 1 dan z 2 di defenisikan dengan
|z 1−z 2| = √ ( x 1−x 2 )2+ ( y 1− y 2 )2

2 Operasi Aljabar Dalam Bentuk Kutub.

a. Perkalian dan Pembagian Dalam Bentuk Kutub.


b. Prangkat Bulat Bilangan kompleks.
c. Rumus de Moivre
d. Akar Bilangan Kompleks

3 Bentuk Eksponen Bilangan Kompleks.

Selain dalam bentuk umum z = x + jy dan bentuk kutub z = r (cosθ + j sinθ), bilangan
kompleks z juga dapat dinyatakan dalam bentuk eksponen.
Bentuk eksponen bilangan kompleks z = x + iy yaitu
z = ℜ jθ

Operasi Aljabar Dalam Bentuk Eksponen.


- Perkalian
- Pembagian
- Invers
- Pangkat
- Akar pangkat
BAB III. FUNGSI DAN LIMIT

1. Fungsi
Fungsi (f) adalah suatu aturan padanan yang menghubungkan tiap obyek x dalam satu
himpunan,yang disebut daerah asal (domain),dengan sebuah nilai tunggal f(x) dari himpunan
kedua yang disebut Kodomain. Himpunan nilai yang diperoleh secara demikian disebut daerah
nilai (range).
Operasi pada fungsi
Fungsi bukanlah bilangan. Bilangan a dan b dapat ditambahkan untuk menghasilkan sebuah
bilangan baru a+ b ,demikian juga dua fungsi f dan g dapat ditambahkan untuk menghasilkan
sebuah fungsi baru f + g .
a. Polinom.
b. Rasional.
c. Irrasional.
2. Limit Fungsi
a. Defenisi Limit
(Pengertian secara intuisi). Untuk mengatakan bahwa lim f ( x )=L berarti bilamana x
x →c

dekat tetapi berlainan dengan c,maka f(x) dekat ke L.


b. Teorema Limit
 Teorema Limit utama
lim k=k
x →c

lim x =c
x →c

lim kf ( x ) =k lim f ( x )
x →c x→ c

 Teorema Substitusi.
Jika f suatu fungsi polinom atau fungsi rasional ,asalkan dalam kasus fungsi
rasional nilai penyebut di c tidak nol.
lim f ( x )=f (c)
x →c

3. Fungsi Trigonometri
Definisi andaikan t menentukan titik P(x,y) maka sin t = y dan cos t = x
Sifat-sifat dasar sinus dan kosinus
|sin t| ≤ 1∨cos t∨≤ 1
Empat fungsi Trigonometri lainnya
sin t cos t
Tan t = cot t =
cos t sin t
1 1
Sec t = csc t =
cos t sin t

BAB IV. TURUNAN (DERIVATIF)


1. Pengertian Turunan
Untuk memahami konsep turunan, ditinjau beberapa masalah yang berkairan dengan konsep
turunan sebagai berikut:

Masalah 1.

Masalah pertama yang sudah dipermasalahkan sejak ilmuan besar Yunani Archimedes yaitu
masalah garis singgung.

Garis singgung sebagai suatu garis yang memotong suatu kurva pada satu titik,benar untuk
lingkaran-lingkaran tetapi sama sekali tidak memuaskan untuk kebanyakan kurva-kurva lain.

Garis singgung jika tidak tegaklurus :

Mtan =lim m sec = lim f ( c+ h )−f (c )


h→ 0
h→ 0 h

Masalah 2.

Masalah yang kedua muncul dari percobaan Kepler,Galileo,Newton dan yang lainnnya
untuk melukiskan kecepatan sebuah benda bergerak yaitu masalah kecepatan seesaat.Defenisi
kecepatan sesaat :

f ( c +h ) −f ( c)
V = lim v =lim ¿
h→ 0 rata-rata h→ 0 h

Defenisi
Turunan fingsi f adalah fungsi lain fʹ (dibaca f aksen) yang nilainya pada sebarang bilangan
c (asalakn limit ini ada) adalah

f ( c+ h )−f (c )
fʹ (c) = lim
h→ 0 h

2. Aturan Pencarian Turunan


Proses pencarian turunan suatu fungsi langsung dari defenisi turunanyakni dengan
menyusun hasil bagi selisih.
f ( x+ h )−f ( x )
h
a. Aturan konstanta
Jika f(x) = k dengan k suatu konstanta maka untuk sebarang x, fʹ (x) = 0 yakni D(k) = 0

b. Aturan Pangkat
Jika f(x) = xn,dengan n bilangan-bilangan bulat positif,maka fʹ (x) = nxn-1

c. Aturan fungsi Identitas


Jika fʹ (x) = x,maka fʹ (x) = 1 yakni D(x) = 1

d. Aturan Kelipatan konstanta


Jika k suatu konstanta dan f suatu fungsi yang terdiferensisasikan,maka (kf)’(x) =k. fʹ (x) yakni
D[k.f(x)] = k. Df(x)

e. Aturan jumlah
Jika f dan g fungsi-fungsiyang terdiferensialkan,maka (f+g)’(x) = f(x)+g(x) yakni
D[f(x)+g(x)] = Df(x) + Dg(x)

f. Aturan selisih
Jika f dan g fungsi-fungsi yang terdiferensialkan,maka (f-g)’(x) = f’(x)-g’(x) yakni
D[f(x)-g(x)] = Df(x) – Dg(x)
Aturan hasil kali
Jika f dan g fungsi-fungsi yang terdiferensialkan,maka (f ∙ g)’(x) = f(x)g(x)f’(x) yakni
D[f(x)g(x)] = f(x)Dg(x)+ g(x)Df(x)

g. Aturan hasil bagi


Jika f dan g fungsi-fungsi yang terdiferensialkan,dengan g(x)≠0,maka
f (x ) g ( x ) Df ( x )−f ( x) Dg( x)
D =
g ( x) g 2(x)
BAB V PENGGUNAAN TURUNAN

1. Target dan Normal.

menggunakan Untuk menentukan persamaan garis singgung (target) suatu kurva pada
sebuah titik, Pertama tama di tentukan turunan fungsi di titik tersebut. Ini memberikan
koefisien arah (gradien) dari garis singgung. Selanjutya di tentukan persamaan garis
singgung melalui titik itu dengan persamaan garis melalui suatu titik.

2. Gerak kurvilinier.

Gerak kurvilinier berkaitan dengan gerakan suatu objek pada bidang. Untuk
membicarakan hal ini di perlukan suatu konsep penting yaitu Vektor. Secara sederhana
vektor didefebisikan sebagai suatu besaran yang memiliki besar dan arah. Sebagai contoh
besaran vektor adalah kecepatan, percepatan, gaya, momentum dan sebagainya. Untuk
menggambarkan suatu vektor, digambarkan suatu segmen garis yang panjangnya sebanding
dengan besar vektor dalam arah yang menunjukan arah vektor.

3.Laju yang Berkaitan.

Setiap dua variabel yang berubah terhadap waktu dan diantara keduanya terdapat suatu
hubungan, bisa mempunyai laju terhadap waktu dari yang satu dinyatakan dalam laju
terhadap waktu dari yang lainnya. Ini dapat dikerjakan dengan mengambil turunan terhadap
waktu dari persamaan yang menghubungkan kedua variabel itu.

4.Masalah Maksimm dan Minimum

Pada grafik f(x) seperti dalam gambar kita melihat bahwa pada saat x naik (dari kiri dan
kanan) nialai y naik sampai titik M. Dari M ke m nilai yang turun. Disebelah kanan m nilai
y kembali naik. Juga terlihat bahwa setiap garis singgung di sebelah kiri M dan di sebelah
kanan m mempunyai gradien positip sedangkan di antara keduanya mempunyai gradien
negatip.
BAB VI INTEGRAL

1. Differensial
Diferensial dari suatu fungsi y = f(x) di defenisikan sebagai

dy = f’(x)dx

Disini dy adalah differensial dari y, sdangkan dx adalah differensial dari x. Differensial dx


didefenisikan sebagai sama dengan ʌx yaitu perubahan kecilpada x.

2. Integral Tak Tentu (Anti Turunan)

Defenisi  f suatu anti turunan dari f pada selang I jika F’(x) = f(x) atau pada dF(x)/dx=f(x)
untuk semua x dalam selang l, yang di tulis dengan ∫ f ( x ) =F ( x )+ C

a. Aturan pangkat
' +1
x
∫ x ' dx= r+ 1
+c

Teorema B

∫ sin x dx=−cos x +C
∫ cos x dx=sin x+C
b. Sifat Kelinieran Integral Tak Tentu
Misalkan f dan g fungsi-fungsi yang mempunyai anti turunan dan k suatu konstanta.
Maka
(i) ∫ k . f ( x ) dx=k . ∫ f ( x ) dx .
(ii) ∫ [ f ( x ) ± g ( x ) ]dx = ∫ f ( x ) dx ±∫ g ( x ) dx .
c. Aturan pangkat yang diperumum
Misalkan g uatu fungsi yang terdifferensialkan (memiliki turunan) dan r suatu
bilangan rasional yang tidak sma dengan -1.
3. Integral tentu
Berdasarkan contoh soal diatas, dapat disimpulkan bahwa defenisi integral tentu adalah
sebagai berikut:
Misalkan f fungsi yang terdefenisi pada selang [ a , b ]

∫ f ( x ) dx=0
a
b a

∫ f ( x ) dx=−∫ f ( x ) dx,untuk a>b.


a b

a. Teorema Dasar Kalkulus

Teorema dasar kalkulus.Andaikan f kontiniu (karenanya terintegralkan) pada [a,b] dan


andaikan F sebarang anti dari f disana maka:
b

∫ f (x )dx = F(b) – F(a)


a

b. Sifat-sifat integral tentu


1. Sifat penambahan selang
b c b

∫ f ( x )dx = k∫ f ( x )dx+∫ f ( x ) dx
a a c

2. Sifat pembanding
b b

∫ f ( x ) dx ≤∫ g ( x ) dx dan tak tentu


a a

3. Nilai rata rata integral tentu


b
f ave= 1 ∫ f ( x ) dx
b−a a
4. Nilai efektif / nilai rooth mean square (r. m. s.).
T
y rms= 1 ∫ [ f ( x) ] dx.
√T 0
2
BAB VII PENGGUNAAN INTEGRAL

1. Penggunaan Integral Tak tentu (Persamaan Differensial).


Berikut ini adalah berbagai penerapan integral taktentu (persamaan differensial) dalam
berbagai masalah praktis.
Masalah Gerak
dv
a = dt
dv = a dt
∫ dv=∫ a dt .
Selanjutya karena kecepatan (V) adalah laju perubahan jarak (S) terhadap waktu, didapat

S = ∫ vdt .

Masa Arus Listrik

Kalau rumus di tulis dalam bentuk diferensial akan menjadi dq = id t. Setelah di


integralkan menjadi:
q = ∫ i . dt
2. Pengaturan integral Tentu
Integral tentu bayak digunakan dalam menghitung berbagaie besaran dalam berbagai bidang
praktis. Berikut ini di berikan penggunaan integral tentu dalam berbagai bidang.
a. Menghitung luas bidang datar
b. Menghitung Volume benda putar
c. Menentukan kordinat titik pusat massa (Centroid).
d. Menghitung momen Inersia
e. Menghitung Usaha dari gaya berubah
f. Menghitung gaya tekanan zat cair
g. Menghitung panjang busur dan luas selimut benda putar
BAB VIII FUNGSI TRASENDEN

Fungsi transenden adalah fungsi matematika yang tidak termasuk dalam fungsi aljabar.
Fungsi transenden antara lain fungsi trigonomedti dan invres(balikan) trigonometri, Fungsi
logaritma (logarima asli dan logaritma umum), fingsi hiporbolik dan fungsi invres hiperbolik.

1. Fungsi Logaritma Asli

Defenisi  fungsi logaritma asli,ditulis sebagai ln,didefenisikan sebagai


x
1
Ln x = ∫ dt , x>0
1 t

Daerah definisinya adalah himpunan bilangan riil positif.

Turunan logaritma asli

d 1
(ln x) = , x ≠ 0
dx x

Sifat-sifat logaritma Asli

Apabila a dan b bilangan-bilangan positif dan r sebuah bilangan rasional,maka

1. ln 1 = 0
2. ln ab = ln a + ln b
a
3. ln = ln a – ln b
b
4. ln ar = r ln a

2. Fungsi Invers dan Turunannya


Suatu fungsi f memadankan suatu nilai x dalam daerah asalnya D dengan nilai tunggal y
dalam daerah hasilnya R. Untuk fungsi-fungsi tertentu f dapat di balik, yaitu untuk satu nilai y
dan R, diperoleh kembali nilai x dalam D yang oleh f dipasangkan dengan y.

Turunan fungsi Invers

Teorema fungsi invers Andaikan f dapat diturunkan dan monoton murni pada selang I.
Apabila f’(x) ≠ 0 pada sesuatu x dalam I, maka f-1 dapat diturunkan di titik y = f(x) pada daerah
hasil f dan berlakulah

1 dx 1
(f-1)̍ (y) = dapat juga ditulis =
f '( x ) dy dy /dx

3. Fungsi Eksponen

Definisi  Invers ln disebut fungsi eksponen asli dan ditulis sebagai exp yaitu

x = exp y ↔ y = ln x

diperoleh :

1.. exp (ln x) = x x>0

2. ln (exp y) = y untuk semua y

Sifat fungsi eksponen

Defenisi  bilangan e adalah bilangan riil positif yang bersifat ln e = 1

Teorema A  andaikan a dan b bilangan rasional,maka eaeb = ea+b dan ea/eb = ea-b

Turunan fungsi eksponen

1 dy dy dy
Denagn pendifferensialan implisit diperoleh 1= , . sehingga = y atau =e x
y dx dx dx
d ( ex )
Jadi = ex
dx

Integral Fungsi eksponen

Karena turunan fungsi eksponen asli adalah dirinya sendiri, berarti intergralnya juga adalah
dirinya sendiri, yaitu

∫ eu du=eu+ C

4. Fungsi Eksponen umum dan Fungsi Logaritma Umum


a. Fungsi eksponen umum
Suatu fungsi eksponen umum dpat dinyatakan dengan y = f(x) = a x dengan a
adalah bilangan riil positif yang tidak sma denga e
Turunan dan integral fungsi eksponen umum (y = a x ) adalah

1 x
∫ ax dx = ln a a +C; a≠1
b. Fungsi Logaritma Umum
Secara umum sifat-sifat yang berlaku pada logaritma asli juga berlaku pada
logaritma umum, demikian juga turunan fungsi logaritma umum adalah
d 1
(log ax) =
dx x ln a

5. Pertumbuhan dan peluluhan eksponensial


6. Fungsi Trigonometri balikan (invers)
7. Fungsi Hiperbolik dan balikannya
BAB IX TEKNIK PENGINTEGRALAN
1. Pengintegralan dengan penggantian (Subsititusi)
Dalam teknik pengintegralan dengan subtitusi diperlukan rumus-rumus integral baku
sebanyak mungkin.
2. Integral Trigonometri
Untuk pengintegralan fungsi-fungsi Trigonometri digunakan metode penggantian dan
memakai kesamaan trigonometri yang tepat.
3. Penggantian yang Merasionalkan.
4. Pengintegralan Prisial (sebagian).
5. Pengintegralan Fungsi Rasional
6. Integral Tak Wajar

pembanding
Keterangan Buku I Buku II
Judul buku Matematika Teknik kalkulus 1
Materi yang Trigonometri
dibahas Fungsi limit Trigonometri
Fungsi limit

A. RINGKASAN BUKU

- Ringkasan buku utama

1. TRIGONOMETRI
 SUDUT ROTASI
Menurut konvensi suatu garis lurus yang berotasi satu sudut penuh dan kembali keposisi
awalnya dikatakan telah di rotasi melalui 360 derajat - 360°- dimana di setiap derajat nya dibagi
menjadi 60 menit – 60’ – dan setiap menitnya di bagi lagi menjadi 60 detik – 60’’.Sudut lurus
adalah separuhnya, yakni180 ° dan sudut siku separuh nya lagi,yakni 90 °di sebut sudut lancip
dan yang lebih besar dari pada90 ° disebut sudut tumpul. Suatu sudut yang diukur dalam derajat,
menit dan detik dapat di konversi kederajat decimal sebagai berikut :

45 °36’18’ = 45 ° + ( 3660 ) ° + ( 6018×60 )°


= (45 + 0,6 + 0,005 )°
= 45,605°
 RADIAN

Adalah satuan untuk ukuran sudut. Jika garis lurus yang panjangnya r berotasi pada salah
satu ujungnya sehingga ujung lain membentuk busur yang panjangnya r, garis tersebut dikatakan
telah di rotasi melalui 1 radian – 1 rad.

Karena busur yang di bentuk ketika garis tersebut berotasi satu putaran penuh merupakan
keliling suatu lingkaran yang berukuran2 πr, besar radian untuk satu putaran penuh ialah 2 πr
radian.Karenanya,dengan menghubungkan derajat dengan radian kita lihat bahwa 360 ° =
2 π rad =
6,2831……… rad

 SEGITIGA
Bangun segitiga di tentukan oleh ketiga sudutnya dan ukuran oleh panjang ketiga sisinya.
Dua segitiga dapat memiliki bangun yang sama memilik isudut yang sama tetapi dengan ukuran
yang berbeda, Kita kata kan bahwa segitiga itu sebangun. Sifat penting pada gambar-gambar
yang sebangun ialah panjang sisi yang bersesuaian semuanya dalam rasio yang
sama,sehingga,misalnya,dalam segitiga sebangun ABC dan A’B’C’ ialah :
AB AC BC
= ' '=
' '
AB AC B 'C'

Jadi kita dapat membuat kesimpulan tentang sebarang segitiga yang sebangun.

AC BC A' C'
= maka dengan mengalikan kedua sisi persamaan ini dengan
' '
AC B' C BC

Akan menghasilkan :

AC A ' C ' BC A'C' AC A ' C '


× = × dengan kata lain =
' '
AC BC B'C' BC BC B ' C '

 RasioTrigonometrik

berhadapan AB
Sinus sudutθ sebagai = −rasio ini dinyatakan dengan sin θ
hipotenusa BC

bersebelahan AC
Cosinus ssudutθ sebagai = rasio ini dinyatakan dengan cosθ
hipotenusa BC

berhadapan AB
Tangen sudutθ sebagai = rasio ini dinyatakan dengan tan θ
bersebelahan AC

 TEOREMA PYTHAGORAS

Kuadran hipotensa suatu segitiga siku –siku sama dengan penjumlahan dari kuadrat
kedua sisi lainnya.

c² + a² =

 SEGITIGA – SEGITA KHUSUS


segitiga siku-siku sama kaki (suatu segitiga sama kaki merupakan segitiga dengan dua
sisinya sama panjang ) yang sudut – sudutnya ialah 90 °, 45°,dan 45° yang oleh sebab
itu,panjang sisi-sisi memiliki rasio 1: 1 : √ 2 (berdasarkan Pythagoras)

1
Disini kita lihat bahwa : Sin 45 ° = cos 45 ° = dan tan 45 ° =1
√2
Atau,dengan mengukur sudut – sudutnya dalam radian :

1
Sin π /4 = cos π /4 = dan tan π /4=1
√2
 IDENTITAS TRIGONOMETRIK
Identitasdasar

Diketahui segitiga siku-siku pada gambar diatas dengan sudut A,B dan C ,sisi-sisi yang
berhadapan dengan sudut-sudut tersebut ialah a,b,dan hipotenusa c serta sudut di A maka :
a 2+b 2=c 2

Dengan membagi kedua sisi dengan c 2akan di hasilkan :

a 2 b2
( ) + ( )= 1
c c

a b
Karena =cos θ dan =sin θ persamaan ini dapat di tulis sebagai :
c c

cos 2 θ + sin2 θ=1 dimana notasi cos 2 ∆ ¿ dan sin2 θ ∆ ¿.karena persamaan ini berlaku untu
sembarang sudut θpersamaan tersebut sebenarnya identitas :

cos 2 θ + sin2 θ=1dan disebut identitas trigonometri dasar.

 RUMUS TRIGONOMETRI
Jumlah dan Selisih sudut
cos (θ+ ∅)≡ cos θ cos ∅−sinθ sin ∅ sin(θ+ ∅) ≡sin θ cos ∅+cos θ sin ∅
cos (θ−∅) ≡cos θ cos ∅+ sinθ sin ∅ sin(θ−∅ )≡ sin θ cos ∅−cos θ sin ∅

sin(θ+ ∅)
θ+ ∅ ¿ ≡
Tan ( sin θ cos ∅+ cos θ sin ∅ sekarang pembilang dan penyebutnya
cos(¿θ +∅)≡ ¿
cosθ cos ∅−sin θ sin ∅
tanθ+ tan ∅
dengan cos θ cos ∅ ≡
1−tan θ tan ∅
tan θ−tan ∅
Tan ( θ−∅ ) ≡ 1+ tanθ tan ∅

Sudut ganda

Rumus sudut ganda berasal dari rumus-rumus untuk penjumlahan di atas dengan θ=∅ ;
sin 2 θ≡ 2 sinθ cos θ
Cos 2 θ ≡cos 2 θ−sin2 θ ≡ 2cos 2 θ−1 ≡1−2 sin2 θ

2 tan θ
tan2 θ ≡
1−tan 2 θ

Jumlah dan selisih rasio

θ+ ∅ θ−∅
sin θ+sin ∅ ≡2 sin cos
2 2
θ+ ∅ θ−∅
sin θ−sin ∅ ≡ 2cos sin
2 2
θ+ ∅ θ−∅
cos θ+ cos ∅ ≡ 2 cos cos
2 2
θ+ ∅ θ−∅
cos θ−cos ∅ ≡−2 sin sin
2 2

Hasil kali rasio


2 sin θ cos ∅ ≡ sin ( θ+∅ ) +sin(θ−∅ )
2 cos θ cos ∅ ≡cos ( θ+ ∅ )+ cos(θ−∅)
2 sin θ sin ∅ ≡ cos ( θ+∅ )−sin (θ+∅ )

2. FUNGSI LIMIT
Limit suatu fungsi merupakan salah satu konsep mendasar dalam kalkulus dan analisis,
tentang kelakuan suatu fungsi mendekati titik masukan tertentu. Suatu fungsi memetakan
keluaran f(x) untuk setiap masukan x. Fungsi tersebut memiliki limit L pada titik masukan p bila
f(x) "dekat" pada L ketika x dekat pada p. Dengan kata lain, f(x) menjadi semakin dekat kepada
L ketika x juga mendekat menuju p. Lebih jauh lagi, bila f diterapkan pada tiap masukan yang
cukup dekat pada p, hasilnya adalah keluaran yang (secara sembarang) dekat dengan L. Bila
masukan yang dekat pada p ternyata dipetakan pada keluaran yang sangat berbeda, fungsi f
dikatakan tidak memiliki limit.

 Sifat-Sifat Limit Fungsi

didapatlah 8 sifat limit fungsi, Misalkan n bilangan bulat positif, f dan g fungsi-fungsi
yang mempunyai limit di titik a, dan c suatu konstanta, berlaku, sebagai berikut :

lim x →a c = c
lim x →a  xn = an
lim x →a c f(x) = c lim x →a f(x)
lim x →a ( f(x) + g(x)) = lim x →a f(x) + lim x →a g(x)
lim x →a ( f(x) x g(x)) = lim x →a f(x) x lim x →a g(x)
lim x →a  f(x)/g(x) = (lim x →a f(x))/(lim x →a g(x))
lim x →a  f(x)n = (lim x →a f(x))n
lim x →a n√ f(x) = n√lim x →a f(x)

 Pengertian Fungsi

Pasangan terurut
Contoh:
A = {1, 2, 3}, B = {4, 5} Himpunan semua pasangan terurut dari A dan B adalah:
Jawab : {(1, 4), (1, 5), (2, 4), (2, 5), (3, 4), (3, 5)}

Relasi
Relasi adalah himpunan dari pasangan terurut ang memenuhi aturan tertentu

Contoh:
A = {1, 2, 3, 4}, B = {2, 4}

Jika ada relasi R dari  A ke B dengan aturan ”faktor dari”, maka himpunan pasangan terurut untuk relasi
tersebut adalah:

R = {(1, 2), (1, 4), (2, 2), (2, 4), (4, 4)}
Diagram panahnya:

 Fungsi
Fungsi dari A ke B adalah relasi yang memasangkan setiap anggota himpunan A ke
hanya satu anggota himpunan B.
Notasi fungsi f dari A ke B ditulis f : A → B
 A disebut domain (daerah asal)
 B disebut kodomain (daerah kawan)
Himpunan bagian dari B yang merupakan hasil dari fungsi A ke B disebut range
(daerah hasil) Fungsi juga dapat dinyatakan dengan lambang f : x → y = f(x). Dimana y =
f(x) adalah rumus fungsi dengan x sebagai variabel bebas dan y sebagai variabel terikat (tak
bebas).
Contoh:

Untuk fungsi yang digambarkan dalam diagram panah di atas: Domain = D f = {1, 2, 3, 4} , Range =
Rf = {2, 4}.

 Menentukan Daerah Asal Fungsi


Agar suatu fungsi terdefinisi (mempunyai daerah hasil di himpunan bilangan real), maka
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
1. Fungsi di dalam akar

2. Fungsi pecahan

3. Fungsi dimana penyebutnya adalah fungsi lain dalam bentuk akar

4. Fungsi logaritma

 Aljabar Fungsi

Jika f : x → f(x) dan g : x → g(x) maka:

 (f + g)(x) = f(x) + g(x)


 (f – g)(x) = f(x) – g(x)
 (f × g)(x) = f(x) × g(x)

Daerah asalnya:
Df+g, Df–g, Df×g = Df ∩ Dg (irisan dari Df dan Dg)
Df/g = Df ∩ Dg dan g(x) ≠ 0

 Komposisi fungsi

Notasi : f komposisi g dapat dinyatakan dengan f o g (dapat juga dibaca ”f bundaran


g”), (f o g)(x) = f(g(x)) (g dimasukkan ke f).
Ilustrasi:

Contoh: f(1) = 2, g(2) = 0, maka (g o f )(1) = g(f(1)) = g(2) = 0

 Sifat-Sifat Komposisi Fungsi


1. Tidak bersifat komutatif (f o g)(x) ≠ (g o f)(x)
2. Asosiatif (f o (g o h))(x) = ((f o g) o h)(x)
3. Terdapat fungsi identitas I(x) = x (f o I)(x) = (I o f)(x) = f(x)

 Invers Fungsi

Notasi : Invers dari fungsi f(x) dilambangkan dengan f–1 (x)


Ilustrasi

Contoh:

 Jika f(2) = 1 maka f–1(1) =2, Jika digambar dalam koordinat cartesius, grafik invers fungsi
merupakan pencerminan dari grafik fungsinya terhadap garis y = x
Sifat-Sifat Invers Fungsi:
 (f–1)–1(x) = f(x)
 (f o f–1)(x) = (f–1 o f)(x) = I(x) = x, I = fungsi identitas
 (f o g)–1(x) = (g–1 o f–1)(x)

Ingat: (f o g–1)(x) ¹ (f o g)–1(x)

 Mencari invers fungsi

Nyatakan persamaan fungsinya y = f(x), Carilah x dalam y, namai persamaan ini dengan
x = f–1(y). Ganti x dengan y dan y dengan x, sehingga menjadi y = f –1(x), yang merupakan invers
fungsi dari f.

BAB III

PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN
1. Buku utama
- Terdapat contoh soal dan soal soal yang bisa kita kerjakan
- Terdapat gambar yang bisa membantu kita untuk lebih memahami materi

2. Buku pembanding
- Dijelaskan mengenai pengertian limit
- mudah untuk dimengerti dan dipelajari
B. KEKURANGAN
1. Buku utama
- terlaku banyak menggunakan nomor disetiap materi yang ada
- materi yang ada terlalu sulit untuk dipahami
2. Buku pembanding
- Materi yang disajikan hanya sedikit
- Tidak terdapat contoh soal

BABIV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. trigonometri

Menurut konvensi suatu garis lurus yang ber

otasi satu sudut penuh dan kembali keposisi awalnya dikatakan telah di rotasi melalui 360
derajat - 360°- dimana di setiap derajat nya dibagi menjadi 60 menit – 60’ – dan setiap menitnya
di bagi lagi menjadi 60 detik – 60’’.Sudut lurus adalah separuhnya, yakni180 ° dan sudut siku
separuh nya lagi,yakni 90 °di sebut sudut lancip dan yang lebih besar dari pada90 ° disebut sudut
tumpul.

2. Fungsi limit
Limit suatu fungsi merupakan salah satu konsep mendasar
dalam kalkulus dananalisis, tentang kelakuan suatu fungsi mendekati titik masukan tertentu.
Suatu fungsi memetakan keluaran f(x) untuk setiap masukan x. Fungsi tersebut memiliki
limit L pada titik masukan p bila f(x) "dekat" pada L ketika x dekat pada p. Dengan kata
lain, f(x) menjadi semakin dekat kepada L ketika x juga mendekat menuju p. Lebih jauh lagi,
bila f diterapkan pada tiap masukan yang cukup dekat pada p, hasilnya adalah keluaran yang
(secara sembarang) dekat dengan L. Bila masukan yang dekat pada p ternyata dipetakan pada
keluaran yang sangat berbeda, fungsi f dikatakan tidak memiliki limit.

B . Saran

Saran saya yaitu penulisan tentang kalkulus pembahasanyan harus lebih luas lagi dan agar
dapat dimengerti ataupun dipahami bagi pembaca. Bagi pembaca agar dapat memahami dan
mengerti tentang seluruh pelajaran yang dipelajari di teknik khususnya pelajaran kalkulus.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. Marsangkap Silitonga, M. Pd. & Drs. Jongga Manullang, M. Pd,2018.kalkulus.medan.


Dr. Warsoma Djohan M.Si dan Dr. Wono Setya Budhi,kalkulus 1.
LAMPIRAN :

Anda mungkin juga menyukai