Anda di halaman 1dari 14

BAB 1 METODOLOGI

1.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kunjungan Lapang


Kunjungan lapang menuju tempat industri ini dilakukan pada hari Senin
tanggal 5 Desember 2016. Dimana industri yang dituju yaitu PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk yang berada di wilayah Pasuruan tepatnya kawasan PIER, Jl. Raya
Rembang Industri No. 28, Pasuruan 67152. Kunjungan industri n=ini merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi tugas dan penilaian untuk
matakuliah manajemen muu pangan dan hasil pertanian. Peserta yang mengikuti
kegiatan kunjungan industri ini adalah mahasiswa THP angkatan 2015 dengan
didampingi asisten dosen dan dosen pengampu matakuliah manajemen mutu
pangan dan hasil pertanian.
1.2 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan beberapa cara yaitu kunjungan lapang
langsung, pemaparan materi dengan cara presenrasi oleh pihak industri,
wawancara, diskusi ataupun tanya jawab dan yang terakhir adalah study pustaka
yang dilakukan untuk dibandingkan antara hasil kunjungan dengan teori yang ada.
Dimana hal tersebut dilakukan dengan cara mencari literatur.
1.2.1 Kunjungan Lapang
Kunjungan Industri adalah suatu kegiatan kunjungan langsung yang
dilaksanakan dengan menuju industri yang telah ditentukan dengan tujuan untuk
mengamati kondisi atau mengamati suatu kegiatan praktik yang dilkakukan oleh
suatu instansi. Kunjungan industri yang dilakukan di sini yaitu di Sari Roti PT
Nippon Indosari Corpindo Tbk dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah
penerapan HACCP, SOP dan SSOP di industri ini serta untuk mengetahui
bagaimanakah proses produksi roti dilakukan.
1.2.2 Pemaparan Materi (Presentasi)
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak audien.
Tujuan dari presentasi adalah untuk memberikan informasi dan untuk meyakinkan
atau membujuk seseorang (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin
membantah pendapat tertentu). Presentasi dilakukan dengan memaparkan materi
tentang profil singkat perusahaan, proses pengelohan di pabrik serta kebijakan-
kebijakan yang diterapkan di pabrik yang berkenaan dengan HACCP dan SSOP.
1.2.3 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pihak pabrik Sari Roti yang mana dilakukan
oleh manajer pemasaran dan juga kepala bagian QC. Yang dimaksud dengan
wawancara menurut Nazir (1988) adalah suatu proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Sedangkan menurut Hadi (2007) yang dimaksud dengan wawancara adalah
metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan
secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.
1.2.4 Diskusi
Diskusi merupakan metode pencapaian kesepatan dari sebuah hail pemkiran
dan jawaban, dimana dapat dilakukan dengan cara tanya jawab antara penyaji
dengan audiens yang hadir. Diskusi ini berlangsug dengan antusias dan jumlah
penanya yang dibatasi karena kondisi dan waktu yang tidak memungkinkan.
Diskusi di sini dilakukan dengan menjawab pertanyaan sejumlah 10 dari audiens
dengan ranah pertanyaan mulai penerapan sistem GMP, SSOP, ISO dan HACCP
yang ada.
1.2.5 Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan menggunakan literatur yang sesuai sebagai
sumber dengan materi yang dibutuhkan untuk dilakukan perbandingan. Menurut
Nazir (1988) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan studi kepustakaan
adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap
buku-buku, litertur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Studi kepustakaan merupakan
langkah yang penting sekali dalam metode ilmiah untuk mencari sumber data
sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana
ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana
terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat.
1.3 Diskusi
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Profil Singkat Perusahaan
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan perusahaan roti yang
meluncurkan produk roti pertama pada bulan september 1996 dengan brand “Sari
Roti” kemudian pada awal tahun 2001 meluncurkan brand kedua yaitu “Boti”. PT
Nipon Indosari Corpindo merupakan perusahaan roti petama di Indonesia yang
menggunakan teknologi modern dari Jepang yang dalam proses pembuatannya
memiliki standarisasi untuk mendapai kriteria halal, healthy (sehat), hygiene
(bersih).
Visi dari PT Nippon Indosari Corpindo Tbk yaitu menjadi perusahaan
terbesar di Indonesia di bidang bakery products dengan menghasilkan dan
mendistribusikan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau
bagi rakyat Indonesia. Sedangkan misinya adalah membantu meningkatkan
kualitas hidup bangsa Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan
makanan yang bermutu tinggi, sehat, halal, dan aman bagi pelanggan melalui
penerapan GMP (Good Manufacturing Practice), SSOP (Sanitation Standard
Operating Procedure), dan HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point).
Sistem kekuatan produksi PT Nipon Indosari Corpindo Tbk terletak pada
keterpaduan operasi (Supply Chain Management) dalam cara kerja yang saling
melengkapi dalam tiap bagian perusahaan sehingga mampu meningkatkan
efisiensi dan kinerja perusahaan. Kemampuan pemasaran dan distribusi serta
keterampilan manajemen yang didukung dengan teknologi informasi yang update
telah menempatkan PT Nipon Indosari Corpindo Tbk pada posisi terdepan dalam
industri roti modern di Indonesia saat ini. PT Nipon Indosari Corpindo
mendistribusikan prosuk rotinya melalui 56% jaringan distribusi modern yaitu
Hypermarket, supermarket, dan minimarket, sementara jaringan tradisional 44%
(PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk. 2010)
2.1 Hasil Pengamatan dan Analisa Data
2.2.1 Analisa Sistem yang Digunakan pada Industri (HACCP/ISO)
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu sistem
jaminan mutu yang mendasarkan kepada kesadaran atau penghayatan bahwa
hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu
tetapi dapat dilakukan pengendalian untuk mengontrol bahaya-bahaya tersebut
(Winarno dan Surono. 2002)
Pada tahun 2006 perusahaan mendapatkan sertifikat HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point) yaitu sertifikat jaminan keamanan pangan sebagai
bukti komitmen perusahaan dalam mengedepankan prinsip 3H (Halal, Healthy,
Hygienic) pada setiap produk Sari Roti. Selain itu, seluruh produk Sari Roti telah
terdaftar melalui Badan BPOM Indonesia dan memperoleh sertifikat halal yang
dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa
produk yang dihasilkan oleh perusahaan aman dikonsumsi. Sedangkan sertifikat
HACCP ini menandakan bahwa sistem pengawasan produk perusahaan dilakukan
dengan ketat. Misalnya pada tahapan produksi, perusahaan memiliki sistem
pengawasan mutu yaitu pengawasan yang bersifat control point (CP), dan critical
control point (CCP). Pengawasan control point (CP) secara umum dilakukan pada
setiap tahapan produksi, sedangkan untuk critical control point (CCP) diperlukan
pengawasan yang lebih ketat karena bagian-bagian tertentu dalam proses produksi
sangat erat berhubungan dengan masalah keamanan pangan hingga produk sari
roti yang dihasilkan dapat dinyatakan aman dan terbebas dari kontaminan (PT
Nippon Indosari Corpindo, Tbk. 2010).
Selain itu, PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk. memiliki visi dan misi yaitu
senantiasa menghasilkan produk yang bermutu tinggi, sehat, halal, dan aman
untuk dikonsumsi dalam rangka pencapaian visi dan misi perusahaan melalui
penerapan GMP (Good Manufacturing Practice), SSOP (Sanitation Standard
Operating Procedure), HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point), dan
Sistem Jaminan Halal (SJH), sehingga dapat memberikan jaminan kepuasan
kepada pelanggan (PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk. 2010).
Selain itu, perusahaan juga menerapkan sistem HACCP untuk tempat
produksi pangan. Misalanya bangunan yang digunakan untuk area produksi
pangan telah memenuhi standart GMP yang ada. Karena memang perusahaan
berkomitmen tinggi untuk menciptakan produk yang aman bagi konsumen. Untuk
lokasi pemilihan perusahaan juga telah menenuhi standart GMP, namun
kelamahan pabrik sari roti ini berada tepat di pinggir jalan raya dan sepertinya
berada di dekat pabrik lain karena sempat terbaui aroma tidak sedap yang berasal
dari luar area pabrik sari roti. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernytaan FDA
(1995) bahwa suatu perusahhan insdustri makanan harus bau yang lain dimana
bau ini dapat berasal dari kegiatan-kegiatan lain yang berada di sekitar area pabrik
(tapi bukan disebabkan oleh pabrik itu sendir melainkan kegiatan di luar pabrik
yang mencemari area pabrik yang ada). Akan teapi untuk keseluruhan standart
GMP yang lain, pabrik sari roti ini tlah memenuhi standart pelaksanaan GMP dan
HACCP. Sedangkan untuk sitem ISO yang digunakan di pabrik ini adalah ISO
22000 dengan pelaksanaan audit sebanyak 5 kali. Pada pabrik sari roti yang
berada di Pasuruan ini belum menerapkan ISO 9000 karena pada saat itu rancu
dengan pelaksanaan ISO 9001-2008 dan ISO 9001-2015 yang merupakan versi
barunya, sehingga membuat pihak perusahaan unttk lebih mrmilih menerapkan
ISO 22000 terlebih dahulu. Akan tetapi menurut narra sumber yang merupakan
QM di bidang pengwasan produk menyatakan akan menerapkan ISO 9000 pada
tahun 2017 mendatang.
2.2.2 SOP dan SSOP yang Diterapkan pada Perusahaan
2.2.2.1 Air
Air merupakan komponen penting dalam industri pangan yang digunakan
untuk mencuci bahan baku, sebagai air minum, mencuci peralatan. Oleh karena
itu perlu dijaga agar tidak terjadi kontaminasi silang antara air bersih dengan air
kotor (Susiwi, 2009). Menurut SNI 01-4872-2006 untuk menjamin ketersediaan
bahan baku air yang memenuhi persyaratan mutu dan bebas dari baktrri patogen
dengan bahan baku air yang layak minum maka harus ditampung dalam tangki
yang tertutup dan tersanitizer. Syarat-syarat airminum antara lain :
1. Bebas dari bakteri dan zat kimiawi
2. Bersih dan jernih, serta tidak berwarna dan tidak berbau
3. Tidak mengandung bahan tersuspensi
4. Tangki terbuat dari bahan yang tidak mudah korosi
5. Pipa salran air bersih tidak berdampingan dengan pipa pembuangan
limbah
Berdasarkan hasil kunjungan di pabrik Sari Roti PT. Nippon Indosari
Corpindo, sumber air di pabrik yang digunakan sebagai air minum, mencuci
bahan baku, mencuci peralatan/mesin menggunakan air PAM, bukan
menggunakan air sumur tanah maupun air sumur bor. Air PAM yang digunakan
tersebut telah melewati uji analisis air dari PAM. Maka pada perusahaan sari roti
telah menerapkan Standar Operational Producing (SSOP) dalam penggunaan air
untuk produksi.
2.2.2.2 Kondis Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Bahan Pangan
Peralatan, permukaan kerja dan pakaian kerja yang bersentuhan langsung
dengan makanan harus terbuat dari bahan yang mudah untuk dibersihkan, tahan
karatdan terbuat dari bahan yang tidak beracun yang dirancang sesuai dengan
penggunaanya (Thaheer, 2005). Susianawati (2006), menyatakan bahwa
permukaan yang bersentuhan langsung dengan produk harus bersih dan dilakukan
inspeksi oleh supervisor sanitasi untuk memastikan bahwa kondisi permukaan
tersebut cukup bersih. Sebelum kegiatan produksi dimulai maka permukaan yang
kontak langsung dengan produk harus dibersihkan dengan air dingin dan
disanitasi dengan sanitizer sodium hypoklorit 100mg/L. Peralatan yang
bersentuhan langsung dengan produk dibersihkan dengan sikat dan pembersih
alkalin terklorinasi pada air hangat.
Berdasarkan hasil kunjungan di pabrik Sari Roti PT. Nippon Indosari
Corpindo, permukaan yang bersentuhan langsung dengan bahan pangan selalu di
inspeksi sehingga terjaga kebersihannya, permukaan tersebut terbuat dari bahan
yang tahan karat, selalu dibersihkan dengan sanitizer, pekerja selalu memakai
pakaian khusus dan pekerja yang menangani pengolahan makanan tidak
menggunakan sarung tangan agar adonan tidak lengket pada sarung tangan.
Berdasarkan hasil perbandingan dengan literatur yang ada maka praktek kerja
yang diterapkan oleh PT. Nippon Indosari Corpindo telah sesuai dengan SSOP
dalam kondisi kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan.
2.2.2.3 Kontaminasi Silang
Perancangan atau tata letak harus dapat mencegah terjadinya kontaminasi
silang. Selain itu harus ada penjaminan produk yang disimpan bahwa produk
tersebut telah dipisahkan dan dilakukan penanganan atau pengolahan pangan serta
peralatan ditangani dengan baik (Silvana, 2010). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengawasan dan pelaksanaan penerapan SSOP untuk
melakukan pencegahan kontaminasi silang, menurut Susianawati (2006) saat
penyimpanan karyawan tidak boleh merokok, meludah, makan atau minum di
tempat kerja dan pada tempat penyimpanan produk.
Berdasarkan hasil kunjungan lapang di pabrik Sari Roti PT. Nippon
Indosari Corpindo, kondisi area dan peralatan pengolahan selalu bersih, antara
ruangan penanganan bahan baku dengan ruangan pengolahan produk terpisah
secara jelas, produk olahan dismipan secara terpisah sesuai jenis produk, arus
pergerakan pekerja dalam ruangan dalam ruang produksi berjalan dengan lancar,
pekerja dalam keadaan sehat, bebas luka, berpakaian bersih, termasuk sarung
tangan, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan dari toilet
tidak makan, minum, merokok, meludah, atau tindakan lain yang tak higienis,
tidak memakai perhiasan. Betrdasarkan hasil perbandingan dengan literatur
pekerja di perusahaan Sari Roti telah menerapkan sistem SSOP pada bagian
pencegahan kontaminasi silang.
2.2.2.4 Kondisi Kebersihan Toilet dan Tempat Cuci Tangan
Menurut Thaheer (2005), unit pengolahan harus dilengkapi toilet yang
cukup untuk seluruh karyawan dan dipisahkan antara toilet pria dan wanita. Toilet
harus dilengkapi dengan ventilasi dan dalam kondisi higienis, toilet dan cuci
tangan harus dilengkapi dengan air yang cukup. Menurut Susianawati (2006),
toilet dan fasilitasnya harus dilengkapi dengan pintu yang dapat tertutup secara
otomatis, selalu terpelihara dengan baik dan tetap bersih, disanitasi setiap hari
pada akhir operasional. Bak cuci tangan dan fasilitasnya harus ada air mengalir,
sabun pembersih berbentuk cair, desinfektan dan penyediaan pengering/lap. Toilet
harus dilengkapi dengan ventilasi dan dalam kondisi higienis, toilet dan cuci
tangan harus dilengkapi dengan air yang cukup.
Berdasarkan hasil kunjungan lapang di pabrik Sari Roti PT. Nippon
Indosari Corpindo, fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air mengalir,
dilengkapi dengan sabun, handuk atau tissue , desinfektan daan tempat sampah
tertutup. Pada toilet jumlahnya satu toilet tidaak cukup untuk 24 karyawan,
letaknya tidak langsung berhadapan ke ruang proses pengolahan, ventilasi daan
penerangan cukup, dilengkapi fasilitas cuci tangan, waktu pembersihan terjadwl
dengan frekuensi yang cukup. Berdasarkan perbandingan dengan dengan literatur,
dalam penerapan kondisi kebersihan toilet dan tempat cuci tangan, perusahaan ini
tidak seluruhnya sesuai dengan literatur SSOP pada bagaian fasilitas pencuci
tangan, sanitasi dan toilet.
2.2.2.5 Perlindungan dari Bahan Kontaminasi
Bangunan unit pengolahan dan sekitarnya harus dirancang dan ditata,
sehingga ruangan dipisahkan dengan batas dan alur yang jelas. Lantai yang
sifatnya basah harus cukup kemiringannya, tahan lama dan mudah dibersihkan,
pertemuan lantai dengan dinding melengkung, terbuat dari bahan yang kedap air,
batu, beton dan tile keramik. Permukaan dinding harus kedap air, permukaan
halus dan rata, berwarna terang, ketinggian dinding 2 meter, harus dapat dicuci,
tahan terhadap bahan kimia dan tidak boleh ditempatkan sesuatu yang
mengganggu operasi pembersihan. Pertemuan antara dinding dengan dinding dan
dinding dengan lantai tidak boleh membentuk sudut mati, harus melengkung dan
rapat air. Langit-langit tidak retak, tidak bercelah, tidak terdapat tonjolan, dan
sambungan terbuka, kedap air dan berwarna terang, tidak boleh ada pipa diatas,
tinggi minimum 3 m dan dicat anti jamur. Ventilasi cukup menjamin sirkulasi
udara, menghilangkan bau, mencegah pengembunan dan pertumbuhan jamur,
menghindari panas yang berlebihan, dilengkapi kasa tahan karat yang bisa dilepas
untuk dibersihkan. Ruangan kerja mendapatkan penerangan cahaya merata, lampu
tidak merubah warna produk dan lampu dilindungi dengan pengaman. Permukaan
pintu tahan karat, halus, rata, tahan air dan mudah dibersihkan. Pintu dirancang
sehingga dapat menutup dengan sendirinya dan cukup lebar.
Berdasarkan hasil kunjungan lapang di pabrik Sari Roti PT. Nippon
Indosari Corpindo, ruangan produksi mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta
bebas dari debu/tanah, kondisi lantai ruang kedap air dan kuat, permukaan rata,
licin, mudah dibersihkan,cukup kering dan kelandaian mengarah ke pembuangan,
pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung dan kedap air, ventilasi dan
pengatur suhu ruangan berfungsi dengan baik. Erdasarkan hasil perbandingan
antara literatur dengan perusahaan Sari Roti, dapat disimpulkan bahwa perusahaan
Sari Roti telah menerapkan SSOP dalam perlindungan dari bahan – bahan
kontaminasi pada perusahaannya.
2.2.2.6 Pelabelan, Penyimpanan, Penggunaan Bahan Toksin Secara Benar
Label memiliki peran yang sangat penting buat produsen maupun
konsumen. Bagi konsumen label dapat digunakan sebagi informasi dan daya tarik
terhadap produk. Menurut Susiwi (2009), tujuan dari pelabelan dan penyimpanan
adalah untuk perlindungan terhadap produk dan kontaminasi. Hal yang harus
diperhatikan dalam pelabelan adalah:
· Nama bahan/larutan dalam wadah
· Petunjuk penggunaannya
· Penyimpanan seharusnya tempat dan akses terbatas;
· Memisahkan bahan food grade dengan non food grade;
· Jauhkan dari peralatan dan barang-barang kontak dengan produk;
· Penggunaan bahan toksin harus menurut instruksi perusahaan produsen;
· Prosedur yang menjamin tidak akan mencemari produk.
Berdasarkan hasilkunjungan lapang di perusahaan Sari Roti, semua bahan
kimia berbahaya dikemas/dilabel/diberi identitas dengan baik,semua bahan kimia
harusterpisah dengan bahan dan alat lain, ada petunjuk penggunaan SSOPdalam
pemusnahan bahan kimia yang rusak, identitas pemasok,distributor, atau produsen
didokumentasikan secara baik. Berdasarkan perbadingan dengan literatur,
perusahaan ini telah menerapkan SSOP dalam pelabelan, penyimpanan,
pengginaan toksin secara benar.
2.2.2.7 Pengawasan Kesehatan Karyawan
Kondisi karyawan saat bekerj harus bersih dan sehat, karena kondisi
kesehatannya dapat mengkontaminasi bahan makanan. Kondisi karyawan yang
sakit, luka dan kondisi tidak sehat lain dapat menjadi sumber kontaminasi
mikroba (Susiwi, 2009).
Berdasarkan hasil kunjungan lapang di perusahaan Sari Roti, keadaan
karyawan yang berhubungan dengan produksi makanan harus sehat, bebas luka,
penyakit kulit dan hal lain yang dapat mencemari produk, keterangan tersebut
dapat disimpulkan bahwa perusahaan Sari Roti telah mrnerapkan SSOP pada
pemeriksaan keseshatan karyawan.
2.2.2.8 Pengendalian Hama dari Unit Pengolahan
Bagian pengolahan dan penanganan yang berhubungan dengan lingkungan
luar harus dilengkapi alat untuk mencegah burung, serangga, tikus dan binatang
lainnya. Jalan atau lubang tikus dan serangga harus ditutup
dengan screen (saringan) logam tahan karat. Pembasmian serangga dengan
pestisida harus mendapat persetujuan pemerintah dan penggunaannya harus dalam
pengawasan. Menurut Susiwi (2009), pemberantasan hama pengerat dilakukan
dengan menggunakan jebakan tikus, agar lebih efisien dan aman.
Berdasarkan hasil kunjungan lapang di perusahaan Sari Roti, bangunan
dan bagian-bagiannya bersih, kuat, terpelihara dan dapat berfungsi dengan baik,
ada usaha pencegahan masuknya serangga dan hama, prosedur dan dosis
penggunaan bahan kimia beracun berdasarkan peraturan, bahan kimia berbahaya
disimpan dalam ruang tersendiri, penanganan limbah hasil pengolahan pangan
dilakukan dengan baik, alat / perlengkapan pengendalian serangga dan hama
tersedia dan berfungsi dengan baik. Berdasarkan perbandingan data yang
dibandingkan dengan literatur dapat disimpulkan perusahaan Sari Roti telah
menerapkan SSOP dalam pengendalaian hama dari unit pengolahan.

2.2.3 Diagram Alir Teknologi Pengolahan Produk dan Sistem HACCP/ISO


2.2.3.1 Diagram Alir Pembuatan Roti
Persiapan bahn baku (tepung terigu, air
dan ragi)

pencampuran

Fermentasi (3-4 jam)

Penambahan garam dan


susu

Pencampuran
Adonan
Pemotongan
Pembulatan
Adonan
Adonanroti
dibentuk
disusun yang
dibiarkan
padakedua
menggunakan
adonan selama
sesuai
sesuai
loyang
yang
Pemipihan
beberapa
standar
rounder
khususadonan
dikehendaki
menit
Fermentasi akhir

cvv
Pengovenan

Proses colling tower

Pengemasan

Pengujian dengan metal


detector

Pendistribusian
DAFTAR PUSTAKA
Nazir, Mohammad (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Hadi, Sutrisno. 2007. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset.
FDA (Food and Drug Administration). 1995. Hazard Analysis and Critical
Control Point (HACCP) system and guidelines for its application. Annex
to CAC/RCP 1-1969, Rev. 3.
PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk. 2010. Annual Report Sari Roti. Kawasan
Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Susianawati, R. 2006.Kajian Penerapan GMP dan SSOP pada produk Ikan Asin
Teri Kering dalam Upaya Preningkatan Keamanan Pangan di Kabupaten
Kendal. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang
Susiwi, 2009. (GMP) Good Manufacturing Practice Cara Pengolahan Pangan
yang Baik.
Thaheer, 2005. Sistem Manajemen Mutu HACCP. Jakarta : Bumi Aksara.
Winarno, F. G. dan Surono. 2002. HACCP dan Penerapannya dalam Industri
Pangan. Bogor: Embrio Press.

Anda mungkin juga menyukai