Anda di halaman 1dari 13

MACAM-MACAM TES BIMBINGAN DAN KONSELING

1. TES BAKUM (BAKAT UMUM)

Maksud dan tujuan tes bakat


Tes bakum disebut juga TKD (tes Kemampuan Diferensial) atau Tintum 69 (Tes
Intelegensi Umum).
Tes Bakum atau TKD atau Tintum 69 adalah serangkaian tes kemampuan
diferensial yang praktis untuk mengetahui serangkaian bakat indiviodu. Tes
bakum disusun atas dasar teori multiple factor yang dipelopori oleh Thurstone, L.
L., & Thurstone T. G. (1941).
Thurstone mengemukakan selusin faktor yang dirancang sebagai tujuh faktor
kemampuan mental primer (manual TKD, t. Th.), yaitu:
V: Verbal comprehension (kemampuan verbal) atau faktor verbal, merupakan
kemampuan menggunakan bahasa.
W: Word Fluency (Kefasihan Kata-kata), yaitu faktor kelancaran atau kefasihan
menggunakan kata- kata, dan faktor ini secara umum dianggap sesuatu indikator
mudah tidaknya seseorang mengubah rasionya dan mengalihkan rasionya
sesuai dengan kebutuhannya.
N: Number Facility/ faktor bilangan: yaitu kemampuan untuk bekerja dengan
bilangan (kecakapan menghitung)
S: Space Relations (penguasaan ruang), yaitu kemampuan untuk mengadakan
orientasi tempat dan ruang, khususnya persepsi dan visualisasi dalam tiga
dimensi.
M: Assosiative Memory atau faktor ingatan, yaitu kemampuan untuk
mengingat.
P: Perpectual Speed atau kecepatan persepsi, yaitu faktor kemampuan untuk
mengamati (persepsi) dengan cepat, cermat dan teliti.
I/R: Induction atau Reasoning (faktor penalaran), yaitu kemampuan untuk
berpikir logis.
Namun didasari oleh pertimbangan praktis, tes bakum hanya mengukur lima
faktor saja, yaitu verbal comprehension, number facility, space relation,
perceptual speed dan induction arau general reasoning.
Kecuali alasan di atas, tes bakum dikatakan praktis oleh karena administrasi
dapat dilakukan secara klasikal dan waktu pelaksanaan relatif singkat (66 menit)
Seluruh baterai tes bakum terdiri dari 10 persoalan untuk mengungkapkan 10
aspek bakat umu individu, yaitu:
Pemahaman sosial : Sikap terhadap situasi sosial praktis
Kawasan pengetahuan: ruang lingkup pengetahuan terhadap dunia luar.
Analogi verbal: kemampuan analogi berpikir verbal
Logika sosial: cara berpikir logis terhadap masalah-masalah sosial
Pemahaman numerik: penalaran berhitung dengan angka
Logika numerik: logika berpikir dengan angka
Kemampuan analogi : kemampuan berpikir analogi
Berpikir induktif-deduktif: kemampuan berpikir diskriminasi-generalisasi
Persepsi keruangan: kemampuan pandang ruang (stereometri)

Ketepatan presisi: kemampuan persepsi secara tepat.

2. TES DAT (Differential aptitude tes)

 Tes DAT dapat memberikan gambaran tentang keseluruhan bakat seseorang


secara maksimal dan terperinci. Tes DAT banyak digunakan untuk penjurusan di
SMU dan SMK dan akhir-akhir ini seringkali digunakan dalam konseling
pendidikan dan pekerjaan bagi para remaja yang memasuki dunia kerja dan
seleksi lamaran kerja.
Tes DAT terdiri dari delapan (8) subtes yaitu untuk mengukur:

o Verbal Reasoning (penalaran verbal= VR) akan mengungkapkan


bagaimana baiknya seseorang untuk dapat memahami ide-ide yang
diekspresikan secara verbal, dan dapat berpikir serta menalar dengan
kata-kata.
o Numerical Ability (kemampuan angka=NA) akan mengungkapkan kepada
seseorang bagaimana sebaiknya mereka memahami ide-ide yang
diekspresikan dalam angka-angka, dan bagaimana jelasnya mereka untuk
dapat berpikir serta mengadakan penalaran dengan angka-angka.
o Abstract Reasoning (penalaran abstrak=AR) dapat mengungkapan
bagaimana sebaiknya seseorang untuk memahami ide-ide yang tidak
dinyatakan dengan kata-kata atau angka-angka, anatara lain diagram,
potongan-potongan gambar, serta posisi.
o Space Relations (tilikan ruang= SR) dapat mengungkapkan bagaimana
sebaiknya seseorang dapat membayangkan, bentuk gambar-gambar dari
objek-objek padat dengan hanya melihat rencana (plant) di atas kertas
yang rata-rata, serta bagaimana sebaiknya seseorang berpikir dalam tiga
dimensi.
o Mechanical Reasoning (penalaran Mekanis= MR) dapat mengungkapkan
bagaimana dengan mudahnya seseorang dapat mengungkap prinsip-
prinsip umum fisika pada saat seseorang melihatnya dalam kejadian
sehati-hari, serta pemahaman seseorang terhadap hukum yang
mendasari alat-alat, mesin dan gerakan sederhana.
o Clerical Speed And Accurancy (ketepatan dan ketelitian klerikal = CSA)
mengukur bagaimana kecepatan dan ketelitian seseorang dalam
membandingkan dan memperhatikan daftar tertulis seperti nama-nama
atau angka-angka. Hanya subtes ini yang menuntut kecepatan kerja
dalam DAT.
o Language Usage: Spelling and grammar (pemakaian bahasa: mengeja
dan tata bahasa) terdiri dari dua ter prestasi belajar yang singkat yang
mengukur kemampuan penting yang perlu dipertimbangkan oleh
seseorang bersama dengan tes bakat lainnya dalam DAT.
o Subtes Mengeja (Spelling) dapat mengukur bagaimana baiknya
seseorang untuk mengeja kata-kata umum dalam bahasa indonesia
(inggris) sedangkan subtes tata bahasa (grammar) dapat mengukur
bagaimana baiknya seseorang unruk dapat memahami kesalahan-
kesalahan tata bahasa, tanda baca, dan pemakaian kata-kata dalam
kalimat yang mudah.
o Scholastic Aptitude (bakat skolastik=VR+NA), kombinasi dari skor verbal
reasoning dan numerical ability akan mengungkapkan kemampuan
skolastik seseorang, dan merupakan suatu estimasi yang baik tentang
bakat skolastik, yaitu suatu kemampuan untuk menyelesaikan bidang
studi- bidang studi atau program studi persiapan untuk memasuki
perguruan tinggi di sekolah, dan keberhasilan di perguruan tinggi.

Penyajian hasil tes bakum dan DAT berbeda. Pada DAT skor di bawah persentil
50 digambarkan ke bawah sampai skor yang dimaksud, dan di atas persentil 50
digambarkan ke atas sampai skor yang di maksud.
Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes ini adalah 30 menit. Sedangkan
untuk instruksi sekitar lima sampai dengan tujuh menit.
Adapun tujuan DAT adalah:

 Untuk mendapatkan prosedur penilaian yang ilmiah, terintegrasi dan


standard
 Untuk melakukan prediksi dalam bidang pendidikan dan pekerjaan
 Untuk pelajaran atau pekerjaan/ profesi yang memerlukan persepsi
hubungan antara benda-benda.
 Untuk mengungkapkan prestasi belajar pada bidang tertentu agar lebih
spesifik (kemampuan khusus).

3. TES EPPS (edward personality preference schedule)

Pengertian Tes EEPS


EPPS (Edward Personality Preference Schedule) untuk mengungkapkan atau
kebutuhan (needs) khusus yang dimiliki seseorang. EPPS adalah alat tes kepribadian
(Personality Test) yang bersifat self-report inventory atau personality inventory, yang
diciptakan oleh Allen L. Edwards pada tahun 1953. Menurut Edward, kebutuhan
seseorang dapat diklasifikasikan ke dalam 15 golongan yang dibuatnya berdasarkan
suatu daftar kebutuhan pokok manusia yang disusun oleh H. A Murray. Dalam 20
kebutuhan pokok yang disusun oleh murray, kemudian oleh Edward disusun menjadi 15
kebutuhan (needs) yang wajib dimiliki seseorang yang normal. Pak Edward dalam
penelitiannya menyiapkan kumpulan butir soal-soal yang sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan tersebut.

 Achievement: untuk berbuat sebaik mungkin; untuk menyelesaikan tugas-tugas


yang sukar dan menarik.
 Deference: untuk menyuruh orang lain memutuskan suatu pendapat bagi dirinya;
untuk menyesuaikan apa yang di harapkan dari orang lain terhadap dirinya.
 Order: untuk berbuat secara teratur dan rapi dengan perencanaan sebelumnya.
 Exhibition: untuk mejadi pusat perhatian; untuk menonjolkan sesuatu prestasi
atau mengatakan keberhasilannya.
 Autonomy: untuk berdiri sendiri dalam membuat keputusan; untuk menghindari
urusan dan campur tangan orang lain.
 Affiliation: untuk baik hati; untuk ikut ambil bagian dengan teman-teman
sekelompok; untuk bekerjasama atau berbuat sesuatu dengan orang lain.
 Intraception: untuk menganalisis motif dan perasaan diri; untuk memahami dan
mengerti perasaan orang lain.
 Succorance: untuk menerima bantuan atau afeksi dari orang lain; untuk supaya
orang lain bersimpati dan mengerti tentang dirinya.
 Dominance: untuk mengatasi dan memengaruhi orang lain; untuk memerintah
orang lain; untuk diperlakukan pemimpin.
 Abasement: untuk merasa bersalah bila, orang lain berbuat kesalahan; untuk
menerima fitnahan, merasa takut dan rendah diri.
 Nurturance: untuk menolong teman dan orang lain yang mengalami kesulitan;
untuk mengampuni dan berlaku dermawan terhadap orang lain.
 Change: untuk berbuat sesuatu yang baru dan berbeda; untuk ingin mengikuti
perubahan keadaan atau kebudayaan.
 Endurance: untuk bertekun dalam tugas-tugas yang dihadapinya; untuk tidak
ingin diganggu selama bertugas
 Heterosexuality: untuk bergaul bebas dengan lawan jenisnya untuk ikut aktif
dalam pertemuan dimana orang dari jenis lain hadir
 Aggression: untuk menyerang pendapat orang lain yang berbeda; untuk suka
mempermainkan orang lain.

Kegunaan Alat Tes EPPS

1. Seleksi dan Penempatan

Seleksi dan penempatan karyawan baik di lingkungan instansi pemerintah maupun


swasta, mempunyai nilai yang cukup efektif dengan menggunakan EPPS. Karena
dengan EPPS akan dapat diketahui kecenderungan pribadi testi untuk diterima atau
ditempatkan pada job yang sesuai dengan kepribadiannya. Misalnya untuk job kasir
dibutuhkan orang yang mempunyai needs of achievement, order dan endurance yang
tinggi.
2. Bimbingan Konseling

Berdasarkan data EPPS seorang guru pembimbing dapat memberikan layanan


bimbingan konseling, khususnya pada kecenderungan kepribadian tertentu yang
menonjol, baik negatif maupun positif, isalnya testi cenderung inkosisten. Dari data ini
bisa ditelusuri sebab-sebab inkosisten itu mungkin karena testi menolak rangsang (tidak
mau bekerjasama dengan orang lain, testi tidak siap diberi tugas, testi suka menentang,
testi sedang mengalami konflik dan testi tidak jujur.

3. Psikoterapi

Dengan melihat data EPPS terapis akan dapat memberikan treatment yang sesuai


dengan masalah yang muncul dari 15 kecenderungan kepribadian testi.

4. Riset Sumber Daya Manusia

Jumlah soal
Jumlah soal dalam tes ini terdiri dari 225 pasangan pernyataan-pernyataan. Di muka
setiap pasangan pernyataan-pernyataan itu ada huruf A untuk pernyataan pertama, dan
huruf B untuk pernyataan kedua.
Dari setiap kebutuhan tersebut diatas, edward membuat sembilan macam pernyataan
yang isinya menunjukkan sikap dan kecenderungan dari kebutuhan tersebut. Pasangan
dari suatu variabel dipasangkan dengan pernyataan dari variabel lainnya, sehingga
diperoleh 210 pasang pernyataan. Pemasangan pernyataan ini mengikuti suatu pola
tertentu seperti yang terlihat pada kertas jawaban (answer sheet), agar kecenderungan
yang sama terletak pada garis atau kolom yang sama.
Selanjutnya, edward menambahkan 15 pasang pernyataan sebagai pengulangan dari
pernyaan yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui
konsistensi (con) jawaban-jawaban testi yang dikenai EPPS. Bila jawaban konsisten di
bawah 10 atau jawaban incon diatas 5, maka kesimpulan hasil jawaban testi dinyatakan
inconsistence (diragukan).
Alat Tes EPPS sering dikategorikan sebagai suatu "power test" yaitu alat tes yang tak
dibatasi waktu pengerjaannya. Sehingga, lebih ditekankan pada penyelesaian tugas
bukan kecepatan waktu tes. Dalam mengisi alat tes EPPS wajib semua butir soal harus
dijawab, bila ada satu saja butir soal yang tak terjawab maka interpretasi yang akurat
sulit dilakukan. alat Tes EPPS dapat diterapkan secara perorangan maupun kelompok.
Tujuan awalnya adalah untuk penggunaan kegiatan konseling dan ditujukan untuk
orang-orang yang normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Penyebab terjadinya jawaban incon ini mungkin:

1. Testi belum integrated (menyatu) dengan pernyaan EPPS


2. Testi mengalami konflik
3. Testi cenderung tidak jujur
Menghadapi kasus ini, langkah yang dilakukan guru pembimbing yaitu:

 Mengadakan re-tes
 Memberikan bimbingan konseling

4. Tes SPM (STANDAR PROGRESIVE MATRICES)

 Standard Progressive Matrices (SPM) merupakan salah satu contoh bentuk skala


intelegensi yang dirancang oleh J.C. Raven yang diciptakan pada tahun 1938 dan biasa
disebut Progressive Matrices. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan untuk
mengerti dan melihat hubungan antara bagian-bagian gambar yang disajikan serta
mengembangkan pola berpikir yang sistematis. Jenis tes ini dikelompokkan sebagai tes non
verbal artinya materi soalnya tidak diberikan dalam bentuk tulisan ataupun bacaan
melainkan dalam bentuk gambar-gambar.
Penyusunan soal bertingkat dari soal-soal yang mudah ke soal-soal yang sukar. Pada
tingkat awal soal-soal membutuhkan kecermatan untuk membeda-bedakan. Pada tingkat
lebih lanjut, soal-soal membutuhkan kemampuan berpikir analogis dan logis. SMP terdiri dari
60 soal yang dikelompokkan ke dalam lima seri: A, B, C, D, E dengan waktu 30 menit. Tes
ini dapat digunakan untuk orang normal usia 6-65 tahun. Hasil tes Raven tidak menunjukkan
nilai angka kecerdasan atau IQ seperti pada tes Binet, melainkan berupa tingkat atau taraf
kecerdasan yang menggunakan ukuran (norma) persentil atau percentile point (PP).
Berdasarkan nilai yang diperoleh, maka testi dapat dikategorikan ke dalam tingkat
kecerdasannya sbb:

o Genius, merupakan tingkat kecerdasan yang paling tinggi. Individu yang mempunyai


taraf intelegensi ini hendaknya diberi pendidikan luar biasa supaya dapat
teraktualisasikan kognitifnya. Misalnya dengan mengirimkannya untuk sekolah di luar
negeri, karena pada umumnya di luar negeri sudah tersedia lembaga pendidikan
yang memadai untuk anak genius.

Penting:
Raven dan Wechsler mengakui adanya taraf genius, hanya mereka tidak mengembangkan
teori dan alat ukurnya. Maka dari itu, dalam pratiknya kita tidak dapat mengatakan dengan
istilah genius jika misalnya kita memperoleh skor tes Wechsler 140.

o Very Superior, mereka dapat ditempatkan di sekolah biasa tetapi ada tambahan
berupa layanan individual (Program pengayaan atau akselerasi).
o Superior, Di Sekolah biasa dan masih dapat dikembangkan aspek afektifnya.
o High Average, studinya relatif stabil.
o Average, mulai diperlukan adanya bimbingan preventif, karena hasil belajarnya bisa
naik dan bisa pula turun.
o Low Average, adalah kelompok anak yang sehari-hari disebut sebagai Slow
Learners (lamban belajar). Mereka ini perlu memperoleh tambahan pengajaran yang
disesuaikan (adjusted curriculum practice), karena kelompok ini mulai ada
karawanan yang kadang kala menimbulkan tinggal kelas.
o Borderline, merupakan golongan kognitifnya tidak dapat berkembang. Karena itu
lebih bijaksana jika mereka ditempatkan di sekolah Semi Luar Biasa.
o Mentally deffective, merupakan anak-anak yang harus ditempatkan di Sekolah Luar
Biasa. Kelompok ini diotempatkan menjadi tiga, yaitu:
 Debil, adalah mereka yang dikatakan sebagai individu yang mampu didik
(marginal independent retarded atau educable), yaitukelompok anak yang
masih bisa menerima pendidikan yang diberikan di dalam situasi sekolah
(Sekolah Luar Biasa). Mereka ini dapat dididik untuk melakukan kebiasaan
yang baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan lingkungannya yang
terkecil, misalnya membersihkan tempat tidur, menyapu lantai rumah,
menyapu dan membersihkan halaman, menyemir sepatu.
 Embisil, adalah mereka yang dikatakan sebagai individu yang mampu
latih (trainable atau semi dependent). Mereka dapat dilatih untuk
memperoleh keterampilan tertentu, misalnya membuat perkakas rumah
tangga yang sederhana yang tidak membutuhkan kreativitas dan imajinasi
yang tinggi seperti keset dari serabut kelapa. Biasanya mereka ditempatkan
di rehabilitasi sosial sehingga menjadi sumber daya manusia yang eksis.
 Idiot, adalah kelompok individu yang perlu rawat (total care atau dependent).
Mereka tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri, bahkan kehidupannya
sepenuhnya tergantung pada bantuan oprang lain. Biasanya kelompok ini di
rawat di lembaga pemeliharaan Cacat Mental.

Skoring SPM
Tes Psikologi digunakan untuk mengukur berbagai kemungkinan atas bermacam
kemampuan secara mental dan apa-apa yang mendukungnya, termasuk prestasi dan
kemampuan, kepribadian, intelegensi, atau bahkan fungsi neurologis.
Cara Skoring Standard Progressive matrices :

o Langkah Pertama: Menskor jawaban testee sehingga mendapatkan skor mentah

Cara penilaian pada tes ini adalah memberi nilai 1 pada jawaban yang benar, dan nilai 0
pada jawaban yang salah. Sehingga skor mentah atau Raw Scored maksimal yang dapat
diperoleh adalah 60 (RS maksimal = 60). Semua angka jawaban yang cocok dengan angka
pada kunci jawaban dijumlahkan. Jumlah angka jawaban yang sesuai tersebut disebut skor
mentah yang dimiliki Testee.

o Mengkonversikan Skor Mentah Dalam Persentil

Setelah Raw Score diperoleh, maka tester perlu mengubah skor tersebut ke dalam bentuk
persentil. Caranya adalah skor mentah diperoleh dimasukkan dalam table skor mentah dan
langkah selanjutnya adalah mengkonversikan skor mentah ke dalam persentil. Skor persentil
diperoleh dengan cara mencocokkan skor mentah pada tabel konversi,

3. Mengkonversikan Persentil ke Dalam IQ

Untuk mengkonversikan persentil dari masing-masing testee ke dalam IQ digunakan tabel


equivalensi. Cara mengkonversikannya adalah dengan cara persentil masing-masing testee
dicari pada tabel equivalensi pada kolom persentil ditarik garis ke kanan maka akan
diketemukan IQ masing-masing testee.

Langkah Ketujuh: Menentukan Taraf Inteligensi

Setelah IQ masing-masing testee diperoleh dan kita berkeinginan untuk mengetahui taraf IQ
seseorang testee, maka IQ masing-masing testee harus dicocokkan dengan klasifikasi
tertentu. Untuk menentukan taraf IQ masing-masing testee digunakan klasifikasi IQ dari
Stanford – Binet Test.
Contoh Item
Tes ini terdiri dari lima (5) kelompok soal (A, B, C, D, E), dimana masing-masing kelompok
soal berisi 12 soal. Dengan demikian, jumlah keseluruhan soal adalah sebanyak 60 soal
(A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10, A11, A12, B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9,
B10, B11, B12, C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, C10, C11, C12, D1, D2, D3, D4, D5,
D6, D7, D8, D9, D10, D11, D12, E1, E2, E3, E4, E5, E6, E7, E8, E9, E10, E11, E12).
Pada masing-masing kelompok soal, setiap soal akan bergerak dari soal yang mudah
hingga soal yang sulit, dimana kondisi ini menunjukkan bahwa dibutuhkan kapasitas kognitif
yang lebih besar untuk memasukkan dan menganalisa informasi di dalam otak kita. Semua
kelompok soal pada tes ini disajikan dengan dicetak tinta hitam pada latar putih (hitam
putih).
Tes ini dirancang khusus untuk testee berusia 6 hingga 65 tahun, dimana tes ini dapat
disajikan secara individual ataupun klasikal. Waktu untuk mengerjakan tes ini adalah kurang
lebih 30 menit. Di bawah ini merupakan contoh tes SPM dan instruksi untuk mengerjakan tes
tersebut.
Instruksi : “Di sini ada sepotong gambar tetapi ada bagian yang hilang. Coba pilih dari 6
pilihan di bawahnya mana yang cocok untuk mengisi bagian yang hilang. Apakah anda
sudah mengerti cara mengerjakannya?”

4. TES WARTEGG

 Pengertian:

Tes wartegg ini disebut juga dengan drawing completion test, karena subyek harus melengkapi
gambar-gambar kecil yang telah tersedia pada 8 kotak. Pada setiap kotak terdapat gambar yang
memberikan kesan seolah-olah baru akan digambar yang disebut rangsang. Rangsang ini
mempunyai sifat khusus dan physignomi sendiri serta kualitasnya terkandung di dalam gestalt-nya
masing-masing.

1. Landasan Teori

Dasar teori dari tes ini adalah psikologi Gestalt yang dikembangkan oleh F. Kreinger dan F. Sander
di University of Lepzing. Menurut psikolgi Gestalt bukan saja obyek yang dipersepsikan, tetapi juga
subyek yang mengalami harus dianggap sebagai “struktur” . struktur ini terbentuk dari sejumlah
orientasi dan disposisi yang spesifik dan dinamis yang cenderung “memberi bentuk” dan
mengorganisir yang alami.
Dari hasil pengolahan rangsang yang dibuat subyek dapat dilihat struktur dari subyek yang
membuat.
Test ini kemudiaan di kembangkan oleh Wartegg seperti yang dapat dilihat pada “blank” yang
dipakai sekarang. Stimulus sangat sedikit dan sebagiaan besar sangat kecil sehingga
memungkinkan variasi respons yang cukup luas. Kemungkinan untuk mengkonstruksikan stimulus
dalam suatu keseluruhan yang berarti menjadi lebih besar.
Dengan adanya kebebasan yang besar dalam menkonstruksikan stimulus maka semakin besar pula
kemungkinan individu mengekspresikan dirinya. Materi test yang digunakan oleh wartegg juga
bertujuan untuk menghindarkan faktor-faktor yang mengancam misalnya dari sifat test yang
ambigius dan asing yang mungkin menimbulkan sikap ragu-ragu, cemas, dan lain-lain.
Ukuran segi empat bertujuan untuk membantuk subyek memusatkan perhatian pada tempat yang
terbatas. Pada stimulus dan ukuran ini memungkinkan semua gambar terlihat dalam satu halaman
sehingga memudahkan perbandingan-perbandingan yang berhubungan dengan skor dan
interpretasi hasil. Bingkai yang hitam dari segi empat juga bertujuaan untuk memusatkan perhatian
subyek pada stimulus.

1. Aspek yang diungkap

Tujuan utama pembuatan skema untuk dijadikan pegangan atau dasar untuk mengerti kepribadian
seseorang tetapi tidak berarti bahwa kepribadian merupakan suatu gabungan dari elemen-elemen
yang terpisah karena sebetulnya kepribadian tidak dapat di bagi-bagi. Fungsi–fungsi (activity,
intellect, dan lain-lain) hanya untuk menunjukkan sejumlah elemen tingkah laku yang dapat di
observasi (sebagai konsep operasional).
Hasil penjumlahan skor tersebut menggambarkan profil kepribadian yang meliputi:

1. Emosi terbukaa (out going)


2. Emosi tertutup (seclusive)
3. Imajinasi kreatif (creative)
4. Imajinasi kombinatif (combinative)
5. Intelegensi praktis (practical)
6. Intelegensi spekulatif (speculative)
7. Aktivitas dinatif (dynamic)
8. Aktivitas terkontrol (controlled)

5. TES KRAEPELIN

Pengertian:
Menurut Dr. J. de Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan sebagai tes yang mengukur
faktor-faktor khusus non intelektual (tes konsentrasi). Sedangkan menurut Anne
Anestesi, tes Kraepelin merupakan tes kecepatan. Ini ditunjukan dengan banyaknya
soal yang dibatasi waktu dimana testi dipastikan tidak dapat menyelesaikan seluruh
soal. Jadi pada tes Kraepelin memang testi tidak diharapkan untuk menyelesaikan
seluruhnya setiap lajur. Yang dilihat disini adalah kecepatan kerja testi.
Selain kecepatan kerja, faktor-faktor lain yang diungkapkan adalah ketelitian,
konsenterasi dan stabilitas kerja. Aspek-aspek yang berpengaruh bermacam-macam,
misalnya persepsi visual, konseptual, koordinasi senso-motorik, pushing power,
ketahanan, learning effect.
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui karakter dan performa maksimal seorang
calon pegawai. Karena itu, tekanan skoring dan interpretasi didasarkan pada hasil tes
secara objektif.

Karakteristik Tes:
Karakteristik tes ini yaitu materinya hanya berupa angka-angka 1 sampai dengan 9
yang tersebar secara acak membentuk lajur dan baris. Lajur dari kiri ke kanan terdiri
dari 50 lajur, dan dari bawah ke atas membentuk 28 baris. Testi bertugas
menjumlahkan angka-angka tersebut dalam dua angka yang berdekatan dalam setiap
lajur dari bawah ke atas dengan waktu 15 detik. Setelah 15 detik dan aba-aba, maka
testi harus pindah ke lajur berikutnya tanpa harus menyelesaikan lajur yang sedang
dikerjakan. Begitu seterusnya sampai 50 lajur selesai dalam waktu 12 menit 30 detik.

Tes Kraepelin sebagai tes kepribadian


Tes kraepelin sebagai tes kepribadian, digunakan untuk menentukan tipe
“performance”. Hal ini dicontohkan oleh Marcham Darokah, sebagaimana dikutip oleh
Kuntjoro dan Atamimi (1984: 2), misalnya:

1. Bila hasil menjumlahkan angka-angka “ansich”, rendah sekali dan tidak pada
kedudukan minimum normal hal ini dapat diprediksi bahwa ada gejala depresi
mental pada testi.
2. Bila terdapat salah hitung terlalu banyak dalam menjumlahkan angka dan
dibawah minimum normal, diprediksikan bahwa testi mengalami distraksi mental
atau “ mental disorder”.
3. Hasil tes menunjukkan ritme yang tajam, artinya pada suatu ketika terjadi hasil
rendah, disebabkan pada suatu saat kehilangan ingatannya, sehingga dapat
disimpulkan adanya gejala epilepsi.
4. Bila terdapat range ritme yang terlalu besar pada hasil tes hingga di bawah
minimum normal, dapat diprediksikan bahwa testi mengalami gangguan
emosional.
5. Di dalam grafik hasil tes menunjukkan garis naik tegak lurus atau tetap secara
kaku, dapat diprediksikan sebagai perfeksionis
6. Di dalam grafik hasil tes menunjukkan penurunan hingga minimum normal, dapat
diprediksikan adanya gejala kelelahan dan mungkin gejala neurasthenia.

Sebagai tes kepribadian, tes Kraepelin mempunyai nilai diagnosis yang cukup handal
untuk memberikan informasi tentang kepribadian seseorang, paling tidak
tentang performance kepribadiannya sebagaimana disebutkan di atas.

Tes Karepelin sebagai tes bakat


Tes kraepelin sebagai tes bakat dimaksudkan untuk mengukur “maximum
peformance” seseorang. Karena itu, tekanan skoring dan interpretasinya didasarkan
pada hasil-hasil tes secara objektif dan bukan proyektifnya.
Hasil tes Kraepelin akan menginterpretasikan empat hal, yaitu:

1. Faktor kecepatan (speed factor), bisa mengindikasikan tempo kerja


2. Faktor ketelitian (accuracy factor), bisa mengindikasikan konsentrasi kerja
3. Faktor keajegan (rithme factor), bisa mengindikasikan stabilitas emosi
4. Faktor ketahanan (ausdeur factor), bisa mengindikasikan daya tahan terhadap
situasi menekan.

Aspek-Aspek Tes Kraepelin


Umumnya tes Kraeplin digunakan untuk mengetahui kepribadian calon pegawai dalam
ujian tertulis pada proses rekruitmen pegawai perusahaan. Biasanya HRD memilih tes
ini untuk mengetahui beberapa aspek yang bisa ditunjukkan dari hasil interpretasi tes
Kraepelin.
Beberapa aspek yang bisa dinilai dari hasil tes Kraepelin di antaranya:

 Aspek Keuletan dan Daya Tahan


 Aspek Kemauan dan Kehendak Individu
 Aspek Emosi
 Aspek Penyesuaian Diri
 Aspek Stabilitas Diri

7. Tes DCM (DAFTAR CEK MASALAH)

 Pengertian:

Daftar beisi pertanyaan-pertanyaan yang merupakan masalah yang diasumsikan biasa


dialami oleh individu dalam tingkat perkembangan tertentu. DCM digunakan untuk
mengungkap masalah-masalah yang dialami oleh individu, dengan merangsang atau
memancing individu untuk mengutarakan masalah yang pernah atau sedang
dialaminya.
DCM hasil rancangan penulis ini terdiri dari 240 butir pernyataan dan 3 butir pertanyaan
yang terbagi dalam 5 bidang. 4 bidang sesuai dengan bidang bimbingan yakni : pribadi,
sosial, belajar dan karir.

 Beberapa aspek yang berusaha diungkap lewat DCM ini adalah :

1. Kesehatan
2. Keadaan Penghidupan
3. Rekreasi dan Hobi
4. Kehidupan Keluarga
5. Agama dan Moral
6. Kehidupan Sosial dan Keaktifan Berorganisasi
7. Hubungan Pribadi
8. Muda-Mudi
9. Penyesuaian Terhadap Sekolah
10. Masa Depan dan Cita-cita Pendidikan Jabatan

 Fungsi dari DCM

1. Untuk memudahkan individu mengemukakan masalah yang pernah atau sedang


dihadapi.
2. Untuk mensistimatisasi jenis masalah yang ada pada individu agar memudahkan
analisa dan sintesa dengan data yang diperoleh dengan cara/alat lain.
3. Untuk menyusun program pelayanan konseling agar sesuai dengan kebutuhan
dan permasalahan siswa.
 Kegunaan DCM

1. Untuk melengkapi data individu yang sudah ada


2. Untuk mengenal individu yang perlu segera mendapat bimbingan khusus
3. Sebagai pedoman penyusunan program bimbingan klasikal dan bimbingan
kelompok pada umumnya
4. Untuk mendalami masalah individu maupun kelompok.

 Implikasi Hasil Aplikasi Instrumentasi Dalam Pelayanan Konseling

Hasil Aplikasi Instrumentasi pada hakekatnya dapat diaplikasikan dalam seluruh


spektrum kegiatan pelayanan konseling, mulai dari perencanaan sampai dengan
penilaian dan pengembangannya. Bahkan memungkinkan kegiatan Aplikasi
Instrumentasi ini merupakan langkah yang menentukan dalam penentuan pemberian
layanan konseling. Secara umum Implikasi hasil Aplikasi Instrumentasi ini dapat
dijelaskan sebagai berikut :

 Perencanaan Program Konseling Tindak lanjut Layanan


 Penetapan Peseta Layanan Pengembangan layanan konseling
 Sebagai Isi Layanan/ topik

8. SOSIOMETRI
9. Pengertian
Sosiometri adalah alat yang digunakan untuk meneliti struktur sosial sekelompok
individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial, status sosial dari
masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan. Sosiometri dapat juga
dikatakan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang
dinamika kelompok, selain itu dapat juga dipergunakan untuk mengetahui
popularitas seseorang dalam kelompoknya serta untuk meneliti kesulitan
hubungan seseorang terhadap teman-temannya dalam kelompok, baik dalam
kegiatan belajar, bermain, bekerja dan kegiatan-kegiatan kelompok lainnya.
Kegunaan lebih lanjut dari teknik sosiometri ini ialah:
1. Untuk memperbaiki hubungan insani (human relationship).
2. Untuk menentukan kelompok kerja tertentu.
3. Untuk meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok pada
suatu kegiatan tertentu.
4. Untuk mengatur tempat duduk di dalam kelas.
5. Untk mengetahui kekompakan dan perpecahan anggota kelompok.

Proses pembuatan sosiometri dilakukan dengan jalan meminta kepada setiap


individu dalam kelompok untuk memilih anggota kelompok lainnya (tiga orang)
yang disenangi atau tidak disenangi dalam bekerjasama, yang masing-masing
nama yang paling disenangi atau paling tidak disenangi. Atas dasar saling pilih
antara anggota kelompok inilah dapat diketahui banyak tidaknya seseorang
individu dipilih oleh anggota kelompoknya, bentuk-bentuk hubungan dalam
kelompok, kepopuleran dan keterasingan individu.
Beberapa hal yang perlu diingat dalam melancarkan sosiometri:

6. Sebelum dilaksanakan hendaknya petugas berusaha menciptakan


hubungan baik dengan kelompok.
7. Petunjuk diberikan dengan jelas.
8. Dijelaskan maksud pelanksanaan sosiometri.
9. Sosiometri hendaknya diselenggarakan dalam kondisi dimana siswa tidak
saling mengetahui jawabannya.
10. Petugas harus menyadari bahwa pilihan individu merupakan informasi
yang bersifat rahasia.
11. Individu harus saling mengenal.
12. Langkah-langkah penyelenggaraan sosiometri

Persiapan

13. Menentukan kelompok siswa yang diselidiki.


14. Memberikan informasi tertentu tentang tujuan diselenggarakannya
sosiometri.
15. Mempersiapkan angket sosiometri
16. mempersiapkan kartu pilihan sosiometri.

Pelaksanaan

17. Membagikan dan mengisi angket sosiometri.


18. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah pengisian angket sudah
benar.
19. Membuat laporan hasil analisis sosiometri.

Anda mungkin juga menyukai