Penyajian hasil tes bakum dan DAT berbeda. Pada DAT skor di bawah persentil
50 digambarkan ke bawah sampai skor yang dimaksud, dan di atas persentil 50
digambarkan ke atas sampai skor yang di maksud.
Waktu yang digunakan untuk mengerjakan tes ini adalah 30 menit. Sedangkan
untuk instruksi sekitar lima sampai dengan tujuh menit.
Adapun tujuan DAT adalah:
3. Psikoterapi
Jumlah soal
Jumlah soal dalam tes ini terdiri dari 225 pasangan pernyataan-pernyataan. Di muka
setiap pasangan pernyataan-pernyataan itu ada huruf A untuk pernyataan pertama, dan
huruf B untuk pernyataan kedua.
Dari setiap kebutuhan tersebut diatas, edward membuat sembilan macam pernyataan
yang isinya menunjukkan sikap dan kecenderungan dari kebutuhan tersebut. Pasangan
dari suatu variabel dipasangkan dengan pernyataan dari variabel lainnya, sehingga
diperoleh 210 pasang pernyataan. Pemasangan pernyataan ini mengikuti suatu pola
tertentu seperti yang terlihat pada kertas jawaban (answer sheet), agar kecenderungan
yang sama terletak pada garis atau kolom yang sama.
Selanjutnya, edward menambahkan 15 pasang pernyataan sebagai pengulangan dari
pernyaan yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk melihat dan mengetahui
konsistensi (con) jawaban-jawaban testi yang dikenai EPPS. Bila jawaban konsisten di
bawah 10 atau jawaban incon diatas 5, maka kesimpulan hasil jawaban testi dinyatakan
inconsistence (diragukan).
Alat Tes EPPS sering dikategorikan sebagai suatu "power test" yaitu alat tes yang tak
dibatasi waktu pengerjaannya. Sehingga, lebih ditekankan pada penyelesaian tugas
bukan kecepatan waktu tes. Dalam mengisi alat tes EPPS wajib semua butir soal harus
dijawab, bila ada satu saja butir soal yang tak terjawab maka interpretasi yang akurat
sulit dilakukan. alat Tes EPPS dapat diterapkan secara perorangan maupun kelompok.
Tujuan awalnya adalah untuk penggunaan kegiatan konseling dan ditujukan untuk
orang-orang yang normal (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Penyebab terjadinya jawaban incon ini mungkin:
Mengadakan re-tes
Memberikan bimbingan konseling
Penting:
Raven dan Wechsler mengakui adanya taraf genius, hanya mereka tidak mengembangkan
teori dan alat ukurnya. Maka dari itu, dalam pratiknya kita tidak dapat mengatakan dengan
istilah genius jika misalnya kita memperoleh skor tes Wechsler 140.
o Very Superior, mereka dapat ditempatkan di sekolah biasa tetapi ada tambahan
berupa layanan individual (Program pengayaan atau akselerasi).
o Superior, Di Sekolah biasa dan masih dapat dikembangkan aspek afektifnya.
o High Average, studinya relatif stabil.
o Average, mulai diperlukan adanya bimbingan preventif, karena hasil belajarnya bisa
naik dan bisa pula turun.
o Low Average, adalah kelompok anak yang sehari-hari disebut sebagai Slow
Learners (lamban belajar). Mereka ini perlu memperoleh tambahan pengajaran yang
disesuaikan (adjusted curriculum practice), karena kelompok ini mulai ada
karawanan yang kadang kala menimbulkan tinggal kelas.
o Borderline, merupakan golongan kognitifnya tidak dapat berkembang. Karena itu
lebih bijaksana jika mereka ditempatkan di sekolah Semi Luar Biasa.
o Mentally deffective, merupakan anak-anak yang harus ditempatkan di Sekolah Luar
Biasa. Kelompok ini diotempatkan menjadi tiga, yaitu:
Debil, adalah mereka yang dikatakan sebagai individu yang mampu didik
(marginal independent retarded atau educable), yaitukelompok anak yang
masih bisa menerima pendidikan yang diberikan di dalam situasi sekolah
(Sekolah Luar Biasa). Mereka ini dapat dididik untuk melakukan kebiasaan
yang baik untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan lingkungannya yang
terkecil, misalnya membersihkan tempat tidur, menyapu lantai rumah,
menyapu dan membersihkan halaman, menyemir sepatu.
Embisil, adalah mereka yang dikatakan sebagai individu yang mampu
latih (trainable atau semi dependent). Mereka dapat dilatih untuk
memperoleh keterampilan tertentu, misalnya membuat perkakas rumah
tangga yang sederhana yang tidak membutuhkan kreativitas dan imajinasi
yang tinggi seperti keset dari serabut kelapa. Biasanya mereka ditempatkan
di rehabilitasi sosial sehingga menjadi sumber daya manusia yang eksis.
Idiot, adalah kelompok individu yang perlu rawat (total care atau dependent).
Mereka tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri, bahkan kehidupannya
sepenuhnya tergantung pada bantuan oprang lain. Biasanya kelompok ini di
rawat di lembaga pemeliharaan Cacat Mental.
Skoring SPM
Tes Psikologi digunakan untuk mengukur berbagai kemungkinan atas bermacam
kemampuan secara mental dan apa-apa yang mendukungnya, termasuk prestasi dan
kemampuan, kepribadian, intelegensi, atau bahkan fungsi neurologis.
Cara Skoring Standard Progressive matrices :
Cara penilaian pada tes ini adalah memberi nilai 1 pada jawaban yang benar, dan nilai 0
pada jawaban yang salah. Sehingga skor mentah atau Raw Scored maksimal yang dapat
diperoleh adalah 60 (RS maksimal = 60). Semua angka jawaban yang cocok dengan angka
pada kunci jawaban dijumlahkan. Jumlah angka jawaban yang sesuai tersebut disebut skor
mentah yang dimiliki Testee.
Setelah Raw Score diperoleh, maka tester perlu mengubah skor tersebut ke dalam bentuk
persentil. Caranya adalah skor mentah diperoleh dimasukkan dalam table skor mentah dan
langkah selanjutnya adalah mengkonversikan skor mentah ke dalam persentil. Skor persentil
diperoleh dengan cara mencocokkan skor mentah pada tabel konversi,
Setelah IQ masing-masing testee diperoleh dan kita berkeinginan untuk mengetahui taraf IQ
seseorang testee, maka IQ masing-masing testee harus dicocokkan dengan klasifikasi
tertentu. Untuk menentukan taraf IQ masing-masing testee digunakan klasifikasi IQ dari
Stanford – Binet Test.
Contoh Item
Tes ini terdiri dari lima (5) kelompok soal (A, B, C, D, E), dimana masing-masing kelompok
soal berisi 12 soal. Dengan demikian, jumlah keseluruhan soal adalah sebanyak 60 soal
(A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, A8, A9, A10, A11, A12, B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7, B8, B9,
B10, B11, B12, C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9, C10, C11, C12, D1, D2, D3, D4, D5,
D6, D7, D8, D9, D10, D11, D12, E1, E2, E3, E4, E5, E6, E7, E8, E9, E10, E11, E12).
Pada masing-masing kelompok soal, setiap soal akan bergerak dari soal yang mudah
hingga soal yang sulit, dimana kondisi ini menunjukkan bahwa dibutuhkan kapasitas kognitif
yang lebih besar untuk memasukkan dan menganalisa informasi di dalam otak kita. Semua
kelompok soal pada tes ini disajikan dengan dicetak tinta hitam pada latar putih (hitam
putih).
Tes ini dirancang khusus untuk testee berusia 6 hingga 65 tahun, dimana tes ini dapat
disajikan secara individual ataupun klasikal. Waktu untuk mengerjakan tes ini adalah kurang
lebih 30 menit. Di bawah ini merupakan contoh tes SPM dan instruksi untuk mengerjakan tes
tersebut.
Instruksi : “Di sini ada sepotong gambar tetapi ada bagian yang hilang. Coba pilih dari 6
pilihan di bawahnya mana yang cocok untuk mengisi bagian yang hilang. Apakah anda
sudah mengerti cara mengerjakannya?”
4. TES WARTEGG
Pengertian:
Tes wartegg ini disebut juga dengan drawing completion test, karena subyek harus melengkapi
gambar-gambar kecil yang telah tersedia pada 8 kotak. Pada setiap kotak terdapat gambar yang
memberikan kesan seolah-olah baru akan digambar yang disebut rangsang. Rangsang ini
mempunyai sifat khusus dan physignomi sendiri serta kualitasnya terkandung di dalam gestalt-nya
masing-masing.
1. Landasan Teori
Dasar teori dari tes ini adalah psikologi Gestalt yang dikembangkan oleh F. Kreinger dan F. Sander
di University of Lepzing. Menurut psikolgi Gestalt bukan saja obyek yang dipersepsikan, tetapi juga
subyek yang mengalami harus dianggap sebagai “struktur” . struktur ini terbentuk dari sejumlah
orientasi dan disposisi yang spesifik dan dinamis yang cenderung “memberi bentuk” dan
mengorganisir yang alami.
Dari hasil pengolahan rangsang yang dibuat subyek dapat dilihat struktur dari subyek yang
membuat.
Test ini kemudiaan di kembangkan oleh Wartegg seperti yang dapat dilihat pada “blank” yang
dipakai sekarang. Stimulus sangat sedikit dan sebagiaan besar sangat kecil sehingga
memungkinkan variasi respons yang cukup luas. Kemungkinan untuk mengkonstruksikan stimulus
dalam suatu keseluruhan yang berarti menjadi lebih besar.
Dengan adanya kebebasan yang besar dalam menkonstruksikan stimulus maka semakin besar pula
kemungkinan individu mengekspresikan dirinya. Materi test yang digunakan oleh wartegg juga
bertujuan untuk menghindarkan faktor-faktor yang mengancam misalnya dari sifat test yang
ambigius dan asing yang mungkin menimbulkan sikap ragu-ragu, cemas, dan lain-lain.
Ukuran segi empat bertujuan untuk membantuk subyek memusatkan perhatian pada tempat yang
terbatas. Pada stimulus dan ukuran ini memungkinkan semua gambar terlihat dalam satu halaman
sehingga memudahkan perbandingan-perbandingan yang berhubungan dengan skor dan
interpretasi hasil. Bingkai yang hitam dari segi empat juga bertujuaan untuk memusatkan perhatian
subyek pada stimulus.
Tujuan utama pembuatan skema untuk dijadikan pegangan atau dasar untuk mengerti kepribadian
seseorang tetapi tidak berarti bahwa kepribadian merupakan suatu gabungan dari elemen-elemen
yang terpisah karena sebetulnya kepribadian tidak dapat di bagi-bagi. Fungsi–fungsi (activity,
intellect, dan lain-lain) hanya untuk menunjukkan sejumlah elemen tingkah laku yang dapat di
observasi (sebagai konsep operasional).
Hasil penjumlahan skor tersebut menggambarkan profil kepribadian yang meliputi:
5. TES KRAEPELIN
Pengertian:
Menurut Dr. J. de Zeeuw, tes Kraepelin digolongkan sebagai tes yang mengukur
faktor-faktor khusus non intelektual (tes konsentrasi). Sedangkan menurut Anne
Anestesi, tes Kraepelin merupakan tes kecepatan. Ini ditunjukan dengan banyaknya
soal yang dibatasi waktu dimana testi dipastikan tidak dapat menyelesaikan seluruh
soal. Jadi pada tes Kraepelin memang testi tidak diharapkan untuk menyelesaikan
seluruhnya setiap lajur. Yang dilihat disini adalah kecepatan kerja testi.
Selain kecepatan kerja, faktor-faktor lain yang diungkapkan adalah ketelitian,
konsenterasi dan stabilitas kerja. Aspek-aspek yang berpengaruh bermacam-macam,
misalnya persepsi visual, konseptual, koordinasi senso-motorik, pushing power,
ketahanan, learning effect.
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui karakter dan performa maksimal seorang
calon pegawai. Karena itu, tekanan skoring dan interpretasi didasarkan pada hasil tes
secara objektif.
Karakteristik Tes:
Karakteristik tes ini yaitu materinya hanya berupa angka-angka 1 sampai dengan 9
yang tersebar secara acak membentuk lajur dan baris. Lajur dari kiri ke kanan terdiri
dari 50 lajur, dan dari bawah ke atas membentuk 28 baris. Testi bertugas
menjumlahkan angka-angka tersebut dalam dua angka yang berdekatan dalam setiap
lajur dari bawah ke atas dengan waktu 15 detik. Setelah 15 detik dan aba-aba, maka
testi harus pindah ke lajur berikutnya tanpa harus menyelesaikan lajur yang sedang
dikerjakan. Begitu seterusnya sampai 50 lajur selesai dalam waktu 12 menit 30 detik.
1. Bila hasil menjumlahkan angka-angka “ansich”, rendah sekali dan tidak pada
kedudukan minimum normal hal ini dapat diprediksi bahwa ada gejala depresi
mental pada testi.
2. Bila terdapat salah hitung terlalu banyak dalam menjumlahkan angka dan
dibawah minimum normal, diprediksikan bahwa testi mengalami distraksi mental
atau “ mental disorder”.
3. Hasil tes menunjukkan ritme yang tajam, artinya pada suatu ketika terjadi hasil
rendah, disebabkan pada suatu saat kehilangan ingatannya, sehingga dapat
disimpulkan adanya gejala epilepsi.
4. Bila terdapat range ritme yang terlalu besar pada hasil tes hingga di bawah
minimum normal, dapat diprediksikan bahwa testi mengalami gangguan
emosional.
5. Di dalam grafik hasil tes menunjukkan garis naik tegak lurus atau tetap secara
kaku, dapat diprediksikan sebagai perfeksionis
6. Di dalam grafik hasil tes menunjukkan penurunan hingga minimum normal, dapat
diprediksikan adanya gejala kelelahan dan mungkin gejala neurasthenia.
Sebagai tes kepribadian, tes Kraepelin mempunyai nilai diagnosis yang cukup handal
untuk memberikan informasi tentang kepribadian seseorang, paling tidak
tentang performance kepribadiannya sebagaimana disebutkan di atas.
Pengertian:
1. Kesehatan
2. Keadaan Penghidupan
3. Rekreasi dan Hobi
4. Kehidupan Keluarga
5. Agama dan Moral
6. Kehidupan Sosial dan Keaktifan Berorganisasi
7. Hubungan Pribadi
8. Muda-Mudi
9. Penyesuaian Terhadap Sekolah
10. Masa Depan dan Cita-cita Pendidikan Jabatan
8. SOSIOMETRI
9. Pengertian
Sosiometri adalah alat yang digunakan untuk meneliti struktur sosial sekelompok
individu dengan dasar penelaahan terhadap relasi sosial, status sosial dari
masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan. Sosiometri dapat juga
dikatakan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang
dinamika kelompok, selain itu dapat juga dipergunakan untuk mengetahui
popularitas seseorang dalam kelompoknya serta untuk meneliti kesulitan
hubungan seseorang terhadap teman-temannya dalam kelompok, baik dalam
kegiatan belajar, bermain, bekerja dan kegiatan-kegiatan kelompok lainnya.
Kegunaan lebih lanjut dari teknik sosiometri ini ialah:
1. Untuk memperbaiki hubungan insani (human relationship).
2. Untuk menentukan kelompok kerja tertentu.
3. Untuk meneliti kemampuan memimpin seseorang dalam kelompok pada
suatu kegiatan tertentu.
4. Untuk mengatur tempat duduk di dalam kelas.
5. Untk mengetahui kekompakan dan perpecahan anggota kelompok.
Persiapan
Pelaksanaan