Anda di halaman 1dari 6

2.

3 Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence Theory)

Sebuah teori yang memberi media massa lebih banyak kekuatan daripada teori-teori lain adalah
teori spiral keheningan yang dikembangkan oleh Elisabeth Noelle Neumann (1973,1990). Noelle
Neumann menyatakan bahwa media massa mempunyai dampak yang sangat kuat pada opini publik tetapi
dampak ini diremehkan atau tidak terdeteksi di masa lalu karena keterbatasan riset (Severin dan Tankard,
2008:324).
Neumann memperkenalkan spiral keheningan sebagai upaya untuk menjelaskan bagaimana opini
publik dibentuk. Melalui tulisannya yang berjudul The Spiral of Silence, secara ringkas teori ini ingin
menjawab pertanyaan, mengapa orang-orang dari kelompok minoritas sering merasa perlu untuk
menyembunyikan pendapat, pilihan dan pandangannya ketika berada dalam kelompok mayoritas. Bahkan
orang-orang yang sedang berada dalam kelompok minoritas sering merasa perlu untuk mengubah
pendiriannya. Sebab, kalau tidak mengubah penderiannya ia akan merasa sendiri. Ini bisa diamati pada
individu yang menjadi masyarakat pendatang di suatu kelompok tertentu. Ia merasa perlu diam seandainya,
pendapat mayoritas bertolak belakang dengan pendapat dirinya. Atau kalau pendapat itu tidak merugikan
dirinya, bahkan ia sering merasa perlu untuk mengubah pendirian sesuai dengan kelompok mayoritas
dimana dia berada (Nurudin, 2004:171).
Dalam teori Noelle-Neumann, opini publik dibentuk melalui proses yang disebut
spiral kesunyian (spiral of silence). Pada sebuah isu kontroversial, orang-orang membentuk
kesan-kesan tentang distribusi opini. Mereka mencoba menentukan apakah mereka
merupakan mayoritas, dan kemudian mereka mencoba menentukan apakah opini publik
sejalan dengan mereka. Apabila mereka merasa mereka adalah minoritas, maka mereka
cenderung untuk diam berkenaan dengan isu tersebut. Apabila menurut mereka opini publik
berubah menjadi berbeda dengan pendapat mereka, maka mereka cenderung untuk diam
berkenaan dengan isu tersebut. Semakin mereka diam, semakin orang lain merasa bahwa
sudut pandang tertentu tidak terwakili, dan mereka semakin diam (Severin & Tankard,
2008:326).

Teori spiral kesunyian menyatakan bahwa individu mempunyai organ indra yang
mirip statistik yang digunakan untuk menentukan “opini dan cara perilaku mana yang
disetujui atau tidak disetujui oleh lingkungan mereka, serta opini dan bentuk perilaku mana
yang memperoleh atau kehilangan kekuatan” (Noelle Neumann,1993:202) dalam (Severin &
Tankard, 2008:326).

Dalam (Littlejohn dan Foss, 2017:429) mengemukakan bahwa spiral keheningan


terjadi ketika individu yang merasa bahwa opini mereka terkenal senang mengungkapkan
diri, sedangkan mereka yang tidak memikirkan tentang opininya terkenal sebagai orang yang
selalu diam. Proses ini terjadi dalam sebuah spiral, sehingga salah satu sisi masalah berakhir
dengan banyaknya publisitas dan sisi yang lain hanya dengan sedikit publisitas. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mengungkapkan opini-opini kita dalam berbagai cara yaitu kita
membicarakannya, kita menutup mulut, dan kita memasang stiker di mobil. Menurut teori ini,
manusia condong untuk melakukan hal-hal ini ketika mereka merasa bahwa orang lain
membagi opininya dan tidak akan melakukannya jika orang lain tidak melakukan hal serupa.
Spiral keheningan sepertinya disebabkan oleh rasa takut akan pengasingan. Spiral keheningan
bukan hanya tentang keinginan untuk berada pada pihak yang menang, tetapi merupakan
sebuah usaha untuk menghindari pengasingan dari kelompok sosial.

Dalam (Griffin, 2003:372) mengemukakan bahwa Istilah spiral of Silence mengacu


pada meningkatnya tekanan yang dirasakan orang untuk menyembunyikan pandangan
mereka ketika mereka berpikir bahwa mereka adalah minoritas. Noelle-Neumann percaya
bahwa televisi mempercepat spiral, tetapi untuk memahami peran media massa dalam
prosesnya, pertama-tama kita harus memahami sensitivitas orang yang luar biasa terhadap
standar yang selalu berubah tentang apa yang akan ditoleransi masyarakat.
Gambar 1: menggambarkan perjalanan faksi-faksi minoritas dalam spiral keheningan.
Bola tersebut mewakili orang-orang yang merasakan sedikit perbedaan antara posisi mereka
dan opini publik yang berlaku, seperti pendukung Presiden Jimmy Carter di awal musim
gugur 1980. Hingga saat ini mereka merasa nyaman mengekspresikan pandangan mereka di
depan umum, mungkin bahkan menampilkan tombol kampanye atau stiker. Tetapi kemudian
rasa takut yang menganggu akan isolasi yang mendesak seperti tarikan gravitasi meyakinkan
mereka untuk lebih berhati-hati dalam apa yang mereka katakan. Stiker bemper menghilang,
dan mereka menghindari pertengkaran dengan kaum Reagan. Carter belum kehilangan
kekuatan memilih; hanya semangat lahiriah yang meruncing. Namun, tuntutan Partai
Republik untuk Reagan tidak berkurang, sehingga para pendukung Carter mendapat kesan
bahwa mereka mendukung pilihan mereka.
Gambar 1: The Downward Spiral of Silance

Sumber: Griffin (2003:378)

Orang-orang Carter sekarang telah menjadi lingkaran penuh. Antena politik mereka
mencatat perubahan relatif dalam sentimen publik bahkan sebelum itu muncul dalam jajak
pendapat. Kekuatan nyata Reagan menjadi ramalan yang memuaskan karena hal itu
menyebabkan demokrat melihat kesenjangan yang melebar antara mereka dan pendapat
mayoritas. Pada tingkat yang lebih besar, mereka mundur dari pengawasan publik dan dengan
demikian, memulai sirkuit yang lebih ketat pada spiral ke bawah yang semakin cepat menuju
keheningan. Semakin besar perbedaan yang dirasakan antara opini publik dan sudut pandang
mereka, semakin mereka merasakan kekuatan permintaan masyarakat yang mereka berikan.
Akhirnya, tekanan untuk menyesuaikan diri menjadi begitu besar sehingga para pemilih yang
tidak berkomitmen dan demokrat yang ragu-ragu adalah yang paling takut pada sisi-sisi
pengucilan yang terisolasi. Hasilnya adalah kejutan besar (tapi dapat diprediksi) untuk
Ronald Reagan (Griffin, 2003:387).

2.3.1 Karakteristik Komunikasi Massa


Noelle Neumann menunjukkan bahwa tiga karakteristik komunikasi massa yaitu
kumulasi, ubikuitas dan harmoni bergabung untuk menghasilkan dampak pada opini publik
yang sangat kuat.

 Kumulasi (cumulation) mengacu pada pembesaran tema-tema atau pesan-besan


tertentu secara perlahan-lahan dari waktu ke waktu.
 Ubukuitas (ubiquity) mengapu pada kehadiran media massa yang tersebar luas.
 Harmoni (consonance) mengacu pada gambaran tunggal dari sebuah kejadian atau isu
yang dapat berkembang dan sering kali digunakan bersama oleh surat kabar, majalah,
jaringan televisi, dan media lain yang berbeda-beda. Dampak harmoni adalah untuk
mengatasi ekspos selektif, karena orang tidak dapat memilih pesan lain, dan untuk
menyajikan kesan bahwa sebagian besar orang melihat isu dengan cara yang disajikan
media (Severin dan Tankard, 2008:326).

2.3.2 Peran Media Massa Dalam Membentuk Opini Publik

Kajian Noelle-Neumann ini menitikberatkan peran opini yang dalam interaksi sosial.
Sebagaimana kita ketahui, opini publik sebagai sebuah isu kontroversial akan berkembang
pesat manakala dikemukakan lewat media massa. Ini berarti opini publik orang-orang juga
dibentuk, disusun, dikurangi oleh peran media massa. Jadi ada kaitan erat antara opini dengan
media massa. Opini yang berkembang dalam kelompok mayoritas dan kecenderungan
seseorang untuk diam (sebagai basis dasar teori spiral kesunyian) karena dia berasal dari
kelompok minoritas juga bisa dipengaruhi oleh isu-isu dari media massa (Nurudin,
2004:172).

Media massa memainkan peran penting dalam spiral kesunyian karena media massa
merupakan sumber yang diandalkan orang untuk menemukan distribusi opini publik. Media
massa dapat berpengaruh dalam spiral kesunyian dalam tiga cara, yaitu:

a) Media massa membentuk kesan tentang opini yang dominan


b) Media massa membentuk kesan tentang opini mana yang sedang meningkat
c) Media massa membentuk kesan tentang opini mana yang dapat disampaikan di muka
umum tanpa menjadi tersisih (Noelle Neumann, 1973:108) dalam (Severin &
Tankard, 2008:326).

Dalam hal ini (Littlejohn dan Foss, 2017:431) mengemukakan bahwa media sendiri
juga berkontribusi dalam spiral keheninggan. Ketika memberikan suara, individu biasanya
menyatakan bahwa mereka merasa tidak berdaya dihadapan media. Ada dua jenis
pengalaman yang menekankan perasaan tidak berdaya ini. Pertama, kesulitan dalam
mendapatkan publisitas untuk sebuah sudut pandang. Kedua, dikorbankan oleh media dalam
apa yang Noelle-Neumann sebut dengan fungsi penghukum (pillory function) dari media.
Dalam setiap hal, individu merasa tidak berdaya melawan media, menjadikan media sebuah
bagian penting dari spiral keheningan.
Oleh sebab itu, media mempublikasikan opini-opini yang umum dan yang tidak
umum. Akibatnya, individu sering kali tidak dapat mengatakan dari mana opini mereka
berasal. Mereka bingung tentang apa yang dipelajari melalui media dengan apa yang
dipelajari melalui jalur interpersonal. Pengaruh media pada opini publik bersifat kumulatif
dan tidak selalu nyata.

2.3.3 Asumsi Teori Spiral Keheningan

Konsep spiral of silence diambil dari badan teori yang lebih besar mengenai opini
publik yang dibangun dan diuji oleh Noelle-Neumann (1974, 1984, 1991) selama bertahun-
tahun. Teori yang relevan ini membahas interaksi antara empat elemen: media massa,
komunikasi antarpribadi dan hubungan sosial, pernyataan opini individual, dan persepsi
dimana individu memiliki ‘iklim opini’ yang melingkupi dalam lingkungan sosial mereka
sendiri. Asumsi utama dalam teori ini (Noelle-Neumann, 1991) adalah sebagai berikut:

 Masyarakat mengancam individu yang menyimpang dengan isolasi.


 Individu mengalami ketakutan akan isolasi secara terus-menerus.
 Ketakutan akan isolasi ini menyebabkan individu untuk mencoba mengukur iklim
opini sepanjang waktu.
 Hasil dari perkiraan ini memengaruhi perilaku mereka dalam publik, terutama
kesedian mereka untuk mengekspresikan opini secara terbuka maupun tidak.

Secara singkat, teori ini mengajukan bahwa untuk menghindari isolasi dalam isu
publik yang penting (misalnya dukungan partai politik), banyak orang dipandu oleh apa yang
mereka pikir sebagai opini yang dominan atau yang melemah dalam lingkungan mereka.
Masyarakat cenderung menyembunyikan pandangan mereka jika mereka merasa sebagai
minoritas dan akan lebih memilih untuk mengungkapkan opini jika mereka merasa memiliki
pendapat yang dominan. Hasilnya adalah bahwa pandangan-pandangan tersebut yang
dipersepsikan sebagai dominan mendapatkan lebih banyak pondasi dan pandangan alternatif
akan semakin menjauh. Ini merupakan efek spiral yang dimaksud (McQuail, 2011:284).

DAFTAR PUSTAKA
Griffin, Em. (2003). A First Look At Communication Theory. Fifth Edition. Boston:
McGraw Hill.

Littlejohn, Stephen W dan Foss, Karen A. (2017). Ed. 9. Teori Komunikasi: Theories of
Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.

McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Ed. 6. Jakarta: Salemba
Humanika.

Nurudin. (2004). Komunikasi Massa. Malang: CESPUR.

Severin, Werner J dan Tankard, Jr, James W. (2008). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode,
dan Terapan di Dalam Media Massa. Ed. Kelima. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai