Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam percobaan ini akan dilakukan pembuatan larutan dengan
menggunakan zat padat dan zat cair. Larutan dapat di definisikan sebagai
campuran homogen antara dua zat atau lebih, pada larutan terdapat dua komponen
yang membentuk larutan yaitu zat terlarut dan pelarut. Pelarut yang banyak
digunakan adalah air. Perbedaan antara zat terlarut dan zat pelarut sebenarnya
relatif. Suatu zat pada suatu saat dapat merupakan solute dan pada saat lain dapat
merupakan solvent. Biasanya kita mengambil zat yang banyaknya kandungan
sebagai pelarut dan zat yang sedikit kandungannya sebagai zat terlarut. Dalam
larutan terdapat 3 fasa, yaitu fasa gas, cair, dan padat. Larutan ini terdiri dari 3
jenis larutan yaitu larutan gas, cair, dan padat.
Pada praktikum ini, diharapkan agar praktikan dapat mengetahui serta
memahami tentang konsentrasi suatu karutan yang ada atau yang akan dibuat.
Dalam hal ini akan diketahui apakah larutan tersebut akan terlarut sempurna atau
tidak. Dalam percobaan ini pula, kita dapat mengetahui cara-cara ataupun
prosedur ketika mencampurkan suatu larutan yang mana ukurannya telah
ditentukan terlebih dahulu. Percobaan ini akan membahas mengenai konsentrasi
larutan yang dapat dinyatakan dengan beberapa cara, antara lain ; molaritas,
molalitas,normalitas, persen berat, dan volum, dan lain sebagainya.
Peranan larutan dalam kehidupan sangat menentukan. Zat makanan yang
diserap manusia, hewan, maupun tumbuhan harus berbentuk larutan. Hampir
semua dilakukan dalam bentuk larutan, agar reaksinya berlangsung cepat. Oleh
karena itu pokok pembahasan tentang larutan perlu di bahas dan diketahui lebih
banyak lagi.
1.2. Tujuan
- Mengetahui dan memahami prinsip dasar pembuatan larutan
- Mengetahui macam-macam cara dalam menyatakan konsentrasi larutan
- Mengetahui perbedaan larutan homogen dengan larutan heterogen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Larutan
Larutan adalah campuran homogen. Suatu campuran dikatakn homogen jika
antar komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi
walaupun menggunakan mikroskop ultra. Selain itu campuran homogen
mempunyai komposisi yang sama pada setiap bagiannya. Seperti contoh yaitu
larutan gula di dalam air, larutan ini tampak homogen dan mempunyai komposisi
yang sama pada sifat bagiannya. Komponen larutan tidak dapat dipisahkan
melalui penyaringan. (purba, 1994)
Larutan terdiri atas pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Biasanya,
komponen yang jumlahnya terbanyaklah yang di anggap sebagai pelarut. Dalam
larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel – partikel yang sangat kecil
dengan diameter kurang dari 1 nm. Partikel larutan tidak dapat dilihat lagi
meskipun lagi meskipun menggunakan mikroskop ultra. Oleh karena itulah
larutan tampak homogen dan merupakan satu fase. Larutan ada yang berupa
padat, cair, atau gas. Wujud larutan bergantung pada jenis dan perbandingan
komponennya. Tanah tergolong larutan padat, sedangkan udara adalah larutan
gas.
2.2. Kelarutan
Kita sudah tahu bahwa satu sendok gula dapat larut dalam satu gelas air.
Namun, bila gula ditambahkan terus-menerus kedalam larutan tersebut maka
suatu saat gula tidak dapat lagi larut. Butiran – butiran gula akan mengendap di
dasar gelas. Pada kondisi ini dikatakan bahwa larutan telah jenuh. Kelarutan
jumlah maksimal zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu
tertentu. (purba, 2002)
a. Pengaruh Suhu Pada Kelarutan
Larutan jenuh adalah larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut
pada suhu tertentu. Misalkan kita mempunyai satu gelas larutan larutan gula
yang telah jenuh pada suhu 20o c. Bila larutan tersebut dipanaskan sampai 40o
c, sebagian gula yang ada di dasar gelas akan larut dan tersisa sedikit. Jika
suhu dinaikan lagi sampai 80o c, semua gula akan larut. Jadi gula lebih
banyak larut dalam air panasa daripada air dingin. Secara umum kelarutan
suatu zat akan lebih besar bila suhu dinaikan.
Pada percobaan di atas, kita mengubah – ubah variabel suhu dengan tujuan
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap variabel kelarutan. Dalam hal ini,
suhu disebut variabel manipulasi dan kelarutan sebagai variabel kontrol.
b. Membandingkan Kelarutan Zat Terlarut
Kelarutan suatu zat tergantung pada partikel-partikel penyusunnya dan
bagaimana ikatannya. Jadi kelarutan tiap zat berbeda.
c. Membandingkan Jenis Pelarut
Kelarutan zat terlarut juga tergantung pada jenis pelarut. Pada percobaan
untuk melarutkan iodin yang digunakan dua pembanding yaitu iodin yang
dilarutkan di dalam air, serta iodin yang dilarutkan dalam sikloheksana,
keduanya dilarutkan pada 100 gram air dann 100 gram sikloheksana pada
suhu 20o c. Ternyata iodin yang larut di dalam air hanya 0,3 gram, sedangkan
pada sikloheksana iodin yang larut sebanyak 2,8 gram. Hal tersebut terjadi
karena sikloheksana lebih baik daripada air untuk memisahkan partikel-
partikel iodin satu sama lain karena sikloheksana lebih kuat menarik partikel-
partikel iodin dibandingkan air. (purba, 2002)
2.3. Proses Pelarutan
Kelarutan berbeda dengan proses pelarutan. Kelarutan menyatakan jumlah
maksimal zat terlarut yang dapat larut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu.
Kelarutan suatu zat di pengaruhi oleh suhu. Secara umum, makin tinggi suhu
maka kelarutan suatu zat akan makin besar.
Proses pelarutan mempelajari tentang bagaimana suatu larutan terbentuk.
Kecepatan proses pelarutan dipengaruhi oleh suhu, pengadukan, ukuran partikel
zat terlarut, dan volum pelarut. Berikut penjelasannya :
1. Suhu
Bila suhu dinaikan, partikel pelarut bergerak lebih cepat dan bertabrakan lebih
sering dengan zat terlarut, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih cepat.
2. Pengadukan
Pengadukan memindahkan larutan jenuh dari sekitar zat terlarut dan
menggantinya dengan pelarut yang belum jenuh, sehingga proses pelarutan
berlangsung lebih cepat.
3. Memperkecil ukuran zat terlarut
Memperkecil ukuran berarti memperluas permukaan zat terlarut yang dapat
diserang oleh pelarut, sehingga proses pelarutan berlangsung lebih cepat.
4. Memperbesar volum pelarut
Memperbesar volum pelarut berarti memperkecil konsentrasi larutan, sehingga
proses pelarutan berlangsung lebih cepat. (Johnson, 2004)
D. Sifat-sifat koligatif larutan
Hukum raoult merupakan dasar bagi empat sifat larutan encer yang disebut
sifat koligatif sebab sifat-sifat itu bergantung pada efek kolektif jumlah partikel
terlarut, bukannya pada sifat partikel yang terlibat. Keempat sifat itu ialah :
1. Penurunan tekanan uap
Perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat
terlarut. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan
diatas pelarut murninya.
2. Peningkatan titik didih
Titik didih normal cairan murni atau larutan ialah suhu pada saat tekanan uap
mencapai 1 atm. Karena zat terlarut menurunkan tekanan uap, maka suhu
larutan harus dinaikan agar ia mendidih. Artinya, titik didih larutan lebih
tinggi daripada titik didih pelarut murni. Gejala ini, yang disebut sebagai
peningkatan titik didih, merupakan metode alternatif untuk menentukan
massa molar.
3. Penurunan titik beku
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Pelarut
padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut, sebagaimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan
demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap
pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama,
mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku
larutan dapat diidentifikasikan sebagai suhu ketika kurva tekanan uap pelarut
padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut
ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu
suhu ketika Kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih ΔTf =
Tf – Tf dengan demikian bertanda negatif. Pengukuran penurunan titik beku,
seperti halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan
massa molar zat yang tidak diketahui. Jika suatu zat berdisosiasi dalam
larutan, maka molalitas total semua spesies yang ada (ionik atau netral) harus
digunakan dalam perhitungan.
4. Tekanan osmotic
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab perannya
yang penting dalam transport molekul melalui membrane sel. Membrane
seperti ini disebut semipermeabel, yang membiarkan molekul kecil lewat
teteapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membrane
semipermeabel (misalnya selofan biasa) dapat digunakan untuk memisahhkan
molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Tekanan osmotic
terutama bermanfaat untuk mengukur massa molar molekul besar seperti
protein, yang kelarutannya mungkin rendah. Osmosis mempunyai kegunaan
penting lain. Di beberapa bagian dunia, air bersih merupakan komoditas
berharga. Air bersih dapat diperoleh dengan lebih ekonomis dengan
desalinasi air asin, melalui proses yang disebut osmosis balik, bukannya
dengan destilasi. Bila larutan ionik yang bersentuhan dengan membrane
semipermeabel diberi tekanan yang melebihi tekanan osmotic, air yang sangat
murni akan melewati membran. Osmosis balik juga digunakan untuk
mengendalikan pencemaran air.
(oxtobi,2001)
E. Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Reaksi kimia disertai pelepasan atau penyerapan energy. Reaksi yang
membebaskan energy disebut reaksi eksoterm, sedangkan yang menyerap energy
disebut reaksi endoterm. Contoh reaksi eksoterm yaitu pembakaran, sedangkan
contoh reaksi endoterm, yaitu perubahan beras menjadi nasi dan fotosintesis.
Banyak reaksi yang berlangsung serta merta begitu zat pereaksi dicampurkan,
tetapi banyak juga yang memerlukan pemanasan. Reaksi eksoterm yang
berlangsung serta-merta menyebabkan kenaikan suhu, sedangkan reaksi endoterm
menyebabkan penurunan suhu. (purba,2002)
F. Cara – Cara Perhitungan Konsentrasi Suatu Zat
1. Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas merupakan
cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer.
Rumus molaritas
n gr 1000
M= atau M= x
V Mr V
Ket =

M = Molaritas g = massa
n = mol Mr= Massa relatif zat terlarut
v = volume

Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit
ketergantungan dengan suhu.
2. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas
tidak ada volume, namun massa yang tidak berpengaruh pada suhu.
Rumus molalitas
n gr 1000
m= atau m= x
P Mr P
Ket = m = molalitas
P = massa pelarut (kg)
3. Persen Massa
Persen massa atau sering disebut persen bobot perbobot (%b/b), menyatakan
jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan.
Rumus persen massa :
massa zat terlarut
% massa = x 100 %
massa larutan

4. Persen Volume
Persen volume atau persen volum per volum (%v/v) menyatakan jumlah zat
terlarut dalam 100 bagian volume larutan
Rumus persen volume :
volume zat terlarut
% volume = x 100 %
volume larutan
5. PPM
PPM (Part Per Million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta
bagian campuran.
Rumus PPM :
massa zat terlarut (komponen)
PPM Massa = x 100 %
massa larutan(campuran)
massa zat terlarut (komponen )
PPM Volume = x 100 %
massa larutan(campuran)
6. Fraksi Mol
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah moll
seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut)
Rumus fraksi mol :
Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan

na Ket :
Xa = na+nb
Xa = fraksi mol
na = mol zat terlarut
nb = mol zat pelarut
7. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal
Rumus normalitas :
g rek 1000 gr
N= atau m= x x velensi
V V Mr
Valensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam dan
basa) yang dilepaskan. (Oxtoby,2001)
Larutan dapat didefinisikan sebagai phase yang homogen yang mengandung
lebih dari 1 komponen. Jadi tiap-tiap bagian larutan itu mempunyai komposisi
kimia dan sifat-sifat fisika yang sama. Bila sistem hanya terdiri dari 2 zat maka
disebut larutan biner, misalnya alkohol dalam air. Zat yang ada dalam jumlah
yang lebih besar disebut zat pelarut (solvent), sedang zat yang ada dalam jumlah
yang lebih kecil disebut zat terlarut (solute). Misalnya : dalam larutan alkohol
15%, air sebagai solvent dan alkohol sebagai solute. (Respati,2007)
Larutan ideal ialah larutan dimana gaya tarik menarik antara molekul-molekul
yang tidak sejenis sama dengan gaya tarik menarik antara molekul-molekul yang
sejenis. Larutan zat A dalam zat B itu ideal bila gaya tarik menarik antara molekul
A dan molekul B sama dengan gaya tarik menarik antara molekul A dengan
molekul A yang lain ayau molekul B dengan molekul B yang lain. (Respati,2007)
Suatu zat dikatakan tak larut (insoluble), jika zat tersebut larut sangat sedikit,
misalnya kuang dari 0,1 g zat terlarut dalam 1000 g pelarut. Pada dasarnya tidak
ada zat yang bersifat mutlak tak larut dalam pelarut tertentu. Namun kebanyakan
zat padat yang terbentuk dengan ikatan kuat seperti logam-logam,
kaca,plastik,batuan silikat dan mineral praktis tak larut dalam cairan biasa. Bila
dua cairan tak dapat larut satu sama lain, maka keduanya dikatakan tak dapat
campur (immiscible). Contohnya air dengan minyak. (Yazid,2005)
Dalam kehidupan sehari-hari, larutan memegang peranan penting bagi
makhluk hidup. Misalnya :
- Bulu – bulu akar yang sangat halus menghisap makanan dalam bentuk
larutan. Dengan cara ini tumbuhan memperoleh unsur-unsur untuk
keperluan hidupnya.
- Bebrapa jenis hewan kecil bermulut sempit mengambil makanan dalam
bentuk larutan
- Pencernaan makanan, makanan yang padat perlu dijadikan larutan terlebih
dahulu supaya lebih mudah di cerna.
(soepardi,1990)

Perbandingan jumlah zat terlarut terhadap jumlah pelarut disebut


konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan merupakan ukuran kepekatan
larutan. Larutan yang mengandung zat terlarut relatif banyak disebut
larutan pekat, sedang larutan yang mengandung zat terlarut relatif sedikit
disebut larutan encer. (polling,1991)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
- Pipet tetes
- Corong kaca
- Batang pengaduk
- Neraca analitik
- Pipet volum
- Labu ukur
- Gelas kimia
- Spatula
3.1.2. Bahan
- Aquades
- HNO3
- NaOH
- Tissue

3.2. Prosedur Percobaan


3.2.1. Percobaan 1, pembuatan larutan HNO3
1
- Dimasukan aquades ke dalam labu ukur 100 ml, ± dari labu ukur
4
tersebut
- Dipipet 1,43 ml larutan HNO3 pekat, kemudian masukan ke dalam labu
ukur yang telah diisi aquades tadi
- Ditambahkan lagi aquades ke dalam labu ukur hingga sampai pada
tanda tera
- Labu ukur ditutup, kemudian dihomogenkan dengan cara dibolak-
balikan
- Hitung konsentrasi HNO3 yang terkandung di dalam larutan

3.2.2. Percobaan 2, pembuatan larutan NaOH


- Ditimbang padatan NaOH sebanyak 1 gram, kemudian dimasukan
dalam gelas kimia
- Dilarutkan padatan NaOH dengan 25 ml aquades
- Dipindahkan larutan NaOH ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian
ditambahkan aquades hingga tanda tera
- Hitung konsentrasi NaOH yang terkandung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan

N
Percobaan Hasil Pengamatan
o
1 Pembuatan HNO3 - Larutan HNO3 yang
- Dipipet 1,43 ml larutan dicampurkan aquades tetap
HNO3 pekat berwarna bening
- Dimasukan aquades ke - Konsentrasi HNO3 :
M HNO3 = 0,2256 M
1
dalam labu ukur ± nya
4 - Terbentuk meniskus cekung
- Dimasukan larutan HNO3 pada permukaan larutan
tadi kedalam labu ukur 100
ml
- Ditambahkan aquades
hingga tanda tera, lalu
dihomogenkan
- Hitung konsentrasi HNO3
2 Pembuatan larutan NaOH - Padatan NaOH tampak larut
- Ditimbang 1 gram NaOH dan menyatu dengan aquades
dalam botol timbang - LarutanNaOHtetapberwarnaputi
- Dipindahkan dalam beaker hdanbening
glass dan dilarutkan dengan - KonsentrasiNaOH
25 ml aquades M NaOH = 0,5 M
- Dimasukan dalam labu ukur % NaOH = 2 %
50 ml - Terbentuk meniscus
- Ditambahkan aquades cekungpadapermukaanlarutan
hingga tanda tera, lalu
dihomogenkan
- Hitung konsentrasi NaOH

4.2. Perhitungan
4.2.1. LarutanHNO3
Konsentrasi HNO3sebelum di campur :
q = 70%
Mr = 63,01
bj = 1,43
10 x q x bj 10 x 70 % x 1,42 gr
M= = = 15,78 M
Mr 63,01
Rumus pengenceran (konsentrasi HNO3 setelah dicampur) :
M1.V1 = M2.V2

15,78 . 1,43 = M2 . 100

22,56 = M2 . 100

22,56
= M2
100

M2= 0,2256 M

4.2.2. Larutan NaOH


Konsentrasi NaOH
gr = 1 gram
Mr = 40
V= 60 ml
gr 1000 1 1000
M= x = x = 0,5 M
Mr V 40 50
w gr NaOH 1
% = x 100 % = x 100 % = 2 %
v V 50

4.3. Pembahasan
Untuk membuat suatu larutan perlu dihitung konsentrasinya terlebih dahulu.
Konsentrasi merupakan perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat
dalam larutan, atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.
Berikut merupakan cara-cara perhitungannya.

1. Molaritas
Molaritas ialah jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas
merupakan cara paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer.
Rumus Molaritas
n gr 1000
M= atau M= x
V Mr V
Ket =

M = Molaritas g = massa
n = mol Mr= Massa relatif zat terlarut
v = volume

2. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas
tidak ada volume, namun massa yang tidak berpengaruh pada suhu.
Rumus molalitas
n gr 1000
m= atau m= x
P Mr P
Ket = m = molalitas
P = massa pelarut (kg)
3. Persen Massa
Persen massa atau sering disebut persen bobot perbobot (%b/b), menyatakan
jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan.
Rumus persen massa :
massa zat terlarut
% massa = x 100 %
massa larutan
4. Persen Volume
Persen volume atau persen volum per volum (%v/v) menyatakan jumlah zat
terlarut dalam 100 bagian volume larutan
Rumus persen volume :
volume zat terlarut
% volume = x 100 %
volume larutan
5. PPM
PPM (Part Per Million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta
bagian campuran.
Rumus PPM :
massa zat terlarut (komponen)
PPM Massa = x 100 %
massa larutan(campuran)
massa zat terlarut (komponen)
PPM Volume = x 100 %
massa larutan(campuran)
6. Fraksi Mol
Fraksi mol menyatakan perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah moll
seluruh larutan (mol terlarut + mol pelarut)
Rumus fraksi mol :
Larutan terhadap jumlah seluruh zat dalam larutan

Ket :
na Xa = fraksi mol
Xa =
na+nb
na = mol zat terlarut
nb = mol zat pelarut
7. Normalitas
Normalitas menyatakan jumlah garam ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter
larutan. Satuannya dilambangkan dengan N dan disebut Normal
Rumus normalitas :
g rek 1000 gr
N= atau m= x x velensi
V V Mr
Valensi menyatakan banyaknya ion H+ atau OH- (dalam larutan asam dan
basa) yang dilepaskan.

Pada percobaan pertama, yaitu HNO3 dalam 100 ml air, mula-mula dipipet
1,43 larutan HNO3 pekat. Zat tersebut kemudian dimasukan kedalam labu ukur
100 ml tang telah diisi aquades kira-kira seperempatnya. Larutan tersebut
kemudian ditambahkan aquades lagi hingga mencapai tanda tera, lalu
dihomogenkan. Larutan tersebut akan membentuk meniskus cekung. Larutan
tersrbut bersifat homogen karena HNO 3 dan aquades dapat bercampur sempurna
tanpa bisa di bedakan lagi kedua zatnya.dan pada percobaan pembuatan larutan
HNO3 ini, larutan bereaksi secara eksoterm yaitu proses melepaskan panas dari
sistem ke lingkungan, maka dari itu temperatur dari larutan ini akan naik,sehingga
akan menimbulkan panas apabila HNO3 ini di campurkan dengan aquades.
Untuk percobaan pembuatan larutan yang kedua, mula-mula ditimbang 1 gr
NaOH dalam botol timbang, kemudian di pindahkan kedalam beaker glass, lalu
tambahkan aquades sebanyak 25 ml. Kemudian aduk dengan menggunakan
batang pengaduk hingga NaOH laryt dalam aquades.kemudian setelah larut,
pindahkan larutan tersebut kedalam labu ukur , lalu tambahkan aquades kedalam
larutan tersebut hingga tanda tera. Akan terbentuk meniskus cekung pada larutan
yang berada di dalam labu ukur. Secara fisik, larutan tersebut memang tidak ada
yang berubah, namun konsenttrasi dari larutan tersebut yang akan berubah.
Fungsi perlakuan seperempat air aquades yang diisi sebelum HNO 3 di
masukan pada percobaan pembuatan larutan HNO3 adalah agar labu ukur yang
terbuat dari kaca tidak pecah atau retak pada saat dituangkannya larutan HNO 3,
selain itu juga agar HNO3 yang bereaksi dengan aquades tidak meletup dan keluar
dari labu ukur karena letuapannya akan sangat panas dan berbahaya. Karena itu
labu ukur yang digunakan untuk mencampurkan larutan HNO3 harus diisi dengan
seperempat aquades terlebih dahulu agar larutan HNO3 tidak membahayakan.
Selain itu saat akan mengambil larutan HNO3 dari larutan induknya, harus
menggunakan masker dan sarung tangan agar tidak tercium asap yang dihasilkan
oleh HNO3, karena zat ini sangat rentan dan mudah bereaksi dengan udara, sarung
tangan yang digunakan ialah agar dapat meredam panas yang dihasilkan oleh
larutan aquades dan HNO3 saat bereaksi dan menimbulkan panas. Pada padatan
NaOH, pada saat padatan telah dilarutkan di dalam 25 ml aquades di dalam gelas
ukur larutan dituangkan ke dalam labu ukur 50 ml. Pada saat penuangan, seluruh
bagian dalam dari gelas ukur harus dibilas dengan aquades dan air tersebut harus
ikut dimasukan kedalam labu ukur bersama larutan NaOH. Fungsi perlakuan ini
ialah agar partikel – partikel dari padatan NaOH tidak ada yang tertinggal di
dalam gelas ukur. Karena percobaan ini membutuhkan perhitungan yang
kuantitatif dan berdasarkan fakta.
Campuran homogen adalah campuran yang tidak bisa dibedakan antara zat-
zat yang bercampur di dalamnya. Seluruh bagian dalam campuran homogen
mempunyai sifat yang sama. Contoh dari campuran homogen ialah garam dapur
dan air. Campuran heterogen, merupakan campuran yang mengandung zat-zat
yang tidak dapat bercampur satu dengan yang lain. Sehingga dapat di bedakan
partikel sifat dari zat yang tercampur tersebut, seperti bentuk dan warna. Contoh
dari campuran heterogen yaitu gula dan pasir.
Dalam membuat suatu larutan, terdapat faktor-faktor kesalahan dalam
percobaan. Berikut faktor-faktor tersebut :
1. Apabila dalam pengambilan bahan untuk membuat larutan kelebihan atau
kekurangan dari hasil yang diinginkan, maka akan mempengaruhi
konsentrasi larutan yang kita inginkan.
2. Dalam melakukan percobaan, harus menggunakan perlengkapan
praktikum dengan baik dan benar, apabila diabaikan, maka akan
membahayakan praktikan sendiri. Contoh : sarung tangan, apabila dalam
pengambilan bahan cair yang berbahaya, air bisa saja tumpah ke tangan
praktikan.
3. Kurang waspadanya praktikan pada peralatan laboratorium yang mudah
pecah, bisa mengakibatkan rusak dan pecahnya peralatan tersebut yang
dapat merugikan pihak laboratorium atau praktikan.
Bahan –bahan yang digunakan dalam praktikum mempunyai sifat fisik dan
kimia reagennya masing-masing. Pada NaOH (Natrium Hidroksida), zat ini
berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pelet, serpihan atau
batang atau dalam bentuk lainnya. Sangan basa, keras, rapuh dan menunjukan
pecahan hablur. Bila di biarkan di udara akan cepat menyerap karbon dioksida dan
lembab. Kelarutan mudah larut di dalam air dan dalam etanol, tetapi tidak mudah
larut dalam eter. Titik leleh 318o c serta titik didih 1390oc NaOH membentuk basa
kuat nila dilarutkan dalam air, NaOH murni merupakan padatan berwarna putih.
Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida.
Pada HNO3 larutan ini disebut asam nitrat. Larutan ini memiliki titik cair -42 o c.
HNO3 bersifat stabil, pengoksidasi kuat bereaksi dengan hampir semua logam dan
sifat biasanya korosif (merusak/mengikis). Apabila kulit tersentuh dengan asam
ini, akan menghasilkan rasa terbakar dan iritasi. Asam kuat biasanya digunakan
untuk reagen sebagai analisa kualitatif penentuan ion-ion logam dan sangat
reaktif.
Perubahan materi disertai pelepasan atau penyerapan energi. Reaksi yang
membebaskan energi disebut reaksi eksoterm. Eksoterm merupakan reaksi kimia
dimana sistem melepas energi ke lingkungan sehingga suhu lingkungan akan
meningkat. Reaksi yang menyerap energi disebut reaksi endoterm. Endoterm
merupakan suatu reaksi kimia dimana sistem menyerap energi dari lingkungan
sehingga suhu lingkungan akan berkurang. Contoh reaksi eksoterm yaitu
pembakaran. Sedangkan contoh reaksi endoterm yaitu perubahan beras menjadi
nasi.
Prinsip percobaan pembuatan larutan didasarkan pada konsentrasi suatu zat
yang akan dibuat, serta menggunakan ketelitian tinggi, karena jika terjadi
kesalahan yang kecil, maka larutan yang ingin dibuat tidak akan menjadi larutan
yang diinginkan.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
- Prinsip dasar pembuatan larutan didasarkan pada jenis dan bahan dari zat
yang akan dilarutkan. Apabila zat yang akan dilarutkan berupa padatan,
maka zat tersebut harus ditimbang dahulu dan dipahami sifat dasar dari
larutan tersebut. Seperti padatan NaOH yang mudah bereaksi dengan
udara dan menguap.
- Macam – macam cara dalam menyatakan konsentrasi larutan :
1. Molaritas
n gr 1000
M= atau M= x
V Mr V

Ket =

M = Molaritas g = massa
n = mol
Mr= Massa relatif zat terlarut
v = volume

2. Molalitas
n gr 1000
m= atau m= x
P Mr P
Ket = m = molalitas
P = massa pelarut (kg)
3. Persen massa
massa zat terlarut
% massa = x 100 %
massa larutan
4. Persen volume
volume zat terlarut
% volume = x 100 %
volume larutan
- Perbedaan antara larutan homogen dengan larutan heterogen didasarkan
pada sifat zat terlarutnya. Larutan homogen adalah suatu keadaan dimana
dua zat menjadi sama sifatnya karena bergabung, sedangkan larutan
heterogen adalah suatu keadaan larutan dimana dua zat bercampur namun
masih dapat dibedakan unsur-unsurnya.

5.2. Saran
- Untuk percobaan selanjutnya, diharapkan agar digunakan bahan – bahan
yang lebih variatif lagi, tetapi masih dalam zat yang sejenis, misal zat cair
atau padat saja. Agar dapat membandingkan pembuatan macam – macam
zat yang sejenis. Contohnya seperti pembuatan larutan dari padatan
NaOH dan pembuatan larutan NaCl yang sama – sama merupakan zat
padat.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson.2004.Sains Kimia SMP.Jakarta: Erlangga

Oxtoby,David.W.2001.Prinsip-Prinsip Kimia Modern.Jakarta: Erlangga.

Polling,Ir.C.1991.Ilmu Kimia Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga.

Purba, Michael.1994.Ilmu Kimia SMU.Jakarta:Erlangga.


Purba, Michael.2002.Kimia untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga.

Respati,Ir.2007.Dasar-Dasar Ilmu Kimia.Yogyakarta:Rineka Cipta.

Soepardi,Djarkasih,dkk.1990.Ilmu Kimia Program Inti.Klaten:Intan Pariwara.

Yazid,Estien.2005.Kimia Fisika Untuk Paramedis.Yogyakarta:Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai