Makalah Modul 6 PKR
Makalah Modul 6 PKR
PERSEORANGAN
Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Kelas Rangkap
Dosen pengampu: Dra. Sumilah, M.Pd.
Disusun oleh:
Dwi Lestari 1401415013
Bekti
Zulekhah
Orin
ROMBEL 001
1. Pembuka
1.1 Latar Belakang
Oleh karena itu dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, perlu suatu
perbuatan yang bersifat memanusiawikan pendidikan. Artinya bahwa perbedaan
individu ( siswa ) perlu mendapatkan perhatian yang memadai. Dalam pengajaran
yang klasikal pada dasarnya kebutuhan masing-masing siswa tidak dapat dilayani
oleh guru karena semua anak di perlakukan sama.
Pengertian
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru membimbing
murid dalam belajar secara kelompok dengan jumlah berkisar antara 3 hingga 5 orang
atau paling banyak 8 orang untuk setiap kelompoknya. Sedangkan keterampilan
dalam pengajaran perorangan atau pengajaran individual adalah kemampuan guru
dalam membimbing murid dalam belajar secara individual terutama bagi siswa yang
mengalmi kesulitan belajar atau bermasalah. Dalam belajar secara individual guru
bersama murid menentukan tujuan, bahan ajar, prosedur dan waktu yang digunakan
dalam pengajaran dengan memperhatikan tuntutan-tuntutan atau perbedaan-
perbedaan individual murid.
Hakekat keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan adalah
terjadinya hubungan interpersonal antara guru dengan murid dan juga murid dengan
murid. Dalam keterampilan mengajar ini, murid belajar sesuai dengan kecepatan dan
kemampuan masing-masing. Selain itu murid juga mendapat bantuan dari guru sesuai
dengan kebutuhannya, dan murid dilibatkan dalam perencanaan kegiatan belajar
mengajar. Peran guru dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai
organisator kegiatan belajar mengajar, sumber informasi (nara sumber) bagi murid,
motivator bagi murid untuk belajar, penyedia materi dan kesempatan belajar
(fasilitator) bagi murid, pembimbing kegiatan belajar murid, dan sebagai peserta
kegiatan belajar.
Rasional
Kombinasi pengajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kan peluang
yang besar bagi tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, penguasaan
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan satu kebutuhan
yang esensial bagi setiap calon guru dan guru profesional. Adapun alasan-alasan perlu
dikuasai guru keterampilan menga-jar kelompok kecil dan perorangan sebagai berikut
:
a. Pada dasarnya murid mempunyai kemampuan dan cara belajar yang berbeda.
Dalam pengajaran klasikal, guru memperlakukan murid de-ngan cara yang sama,
sehingga perbedaan kemampuan dan cara bela-jar murid hampir tak pernah mendapat
perhatian. Pembelajaran secara klasikal memang perlu dilakukan agar murid
menyadari bahwa tidak semua kebutuhannya dapat dipenuhi. Namun
haruslah dicari alternatif atau cara lain agar murid juga dapat belajar sesuai
dengan kemampuan dan cara yang dipilihnya. Pembelajaran kelompok kecil dan per-
orangan dapat memenuhi keperluan tersebut.
b. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan terjadinya
hubungan antarpribadi yang lebih akrab dan sehat antar guru dengan murid dan murid
dengan murid. Guru dapat memberikan perhatian lebih banyak pada murid yang
memerlukannya dan bahkan dapat membuat murid lebih percaya diri.
c. Kadang-kadang murid dapat lebih mudah belajar dengan cara mengajar
temannya atau dengan cara belajar bersama teman seperti mengerjakan tugas bersama
dan bertukar pendapat. Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memungkinkan
terjadinya hal ini.
d. Kegiatan kelompok kecil memungkinkan murid terlibat lebih aktif dalam
belajar, sehingga tanggung jawab murid dalam belajar juga menjadi lebih besar.
Bekerja di dalam kelompok memungkinkan mu-rid untuk membangun kebiasaan
bekerja sama, tenggang rasa dan saling menghargai. Selain itu, sifat kepemimpinan
dapat berkembang karena bekerja dalam kelompok memerlukan seorang pemimpin
kelompok.
e. Sejalan dengan kegiatan kelompok kecil, kegiatan individual atau perorangan
juga mempunyai berbagai kekuatan. Dengan belajar sendiri, murid akan mempunyai
tanggung jawab belajar yang lebih besar, di samping dapat belajar sesuai dengan
kebutuhannya sendiri. Misalnya, jika murid sudah mampu memecahkan soal-soal
berhitung yang diberikan guru, ia dapat langsung mengerjakan tugas lain seperti
membantu temannya, memecahkan soal yang lebih sukar, atau belajar di
perpustakaan.
Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan akan membuahkan hasil dalam
bentuk berbagai sikap dan nilai serta terpenuhi kebutuhan belajar murid. Keberhasilan
murid dalam belajar mencerminkan keberha-silan guru dalam mengajar. Penting
kemampuan mengajar kelompok kecil dan perorangan bagi guru adalah hakekat dan
prinsip pembelajran kelas rangkap, yaitu keserempakan kegiatan belajar mengajar,
kadar tinggi waktu kegiatan akademik, kontak psikologis gurusiswa secara
berkelanjutan dan peman-faatan sumber belajar secara efisien. Tampak dapat
diwujudkan melalui penguasaan yang mantap terhadap keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan.
Variasi Pengorganisasian
Variasi pengorganisasian merupakan keterampilan guru di dalam menggunakan
bermacam-macam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik
sekaligus mengatasi kebosanan atau kejenuhan dan menimbulkan minat, gairah, dan
aktivitas belajar yang efektif.
Variasi pengorganisasian, mencakup penggunaan pola interaksi multi arah
artinya antara guru dengan murid, murid dengan guru atau murid dengan murid.
Variasi pengorganisasian mencakup pengelompokan siswa, penataan ruang, dan
variasi pemanfaat sumber belajar.
a. Variasi pengelompokan siswa
Dalam pembelajaran kelas rangkap, keaktifan kelompok merupakan salah satu
kunci keberhasilan belajar siswa. Agar guru dapat mengaktif-kan kelompok
sebaiknya guru memahami prinsip-prinsip dasar pembela-jaran kelas rangkap. Oleh
karena itu apabila guru ingin mengaktifkan kelompok sebaiknya guru mengadakan
persiapan yang cukup matang. Guru hendaknya terlebih dahulu memahami secara
mendalam tujuan yang akan dicapai dan topik yang akan dipelajari siswa. Dengan
demikian guru akan dapat menentukan langkahlangkah yang harus ditempuh siswa,
merumuskan
masalah yang menjadi pusat perhatian diskusi, membimbing diskusi kelompok,
dan mengadakan variasi dalam pola interaksi dan kegiatan.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Pengelompokan murid berdasarkan rombongan belajar
Dalam hal ini pembagian kelompok berdasarkan kelasnya. Hal ini dilakukan
jika dalam pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap menggunakan model pengelolaan
PKR 111, PKR 211, PKR 221, dan PKR 311 yaitu bentuk pelaksanaan PKR dalam
satu ruangan. Misalnya kelas III, kelas IV, dan kelas V di dalam satu ruangan. Ini
berarti dalam satu ruangan ada tiga kelompok/rombongan siswa sesuai kelasnya. Jadi
pengelompok tersebut bertolak pada status administrasi siswa, dan pengelompokkan
lebih bersifat formal. Pengelompokkan seperti ini memudahkan guru dalam
pencatatan kehadiran, penilaian, dan pengaturan tugas, sehingga memudahkan dalam
mengadminis-trasikan. Ditinjau dari
perlakuan proses pembelajaran cara tersebut tidak memberi ruang bagi
pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu bisa juga
terjadi kesukaran memba-ngun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu
ketika ada kelas yang siswanya hanya beberapa orang sedang kelas lain siswanya
cukup banyak.
2) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan kemampuan
Kemampuan siswa berbeda satu sama lain. Dari sekian banyak siswa tentu ada
yang kemampuannya kurang lebih sama. Data kemampuan siswa dapat diperoleh dari
hasil tes kemampuan atau catatatan prestasi belajar sebelumnya. Berangkat dari hasil
tes tersebut murid dikelompokkan ke dalam murid kelompot di atas rata-rata,
kelompok rata-rata, dan kelompok di bawah rata-rata. Untuk melaksa-nakan
pengelompokkan tersebut bisa diberikan tes kemampuan umum (TKU) atau yang
sejenisnya sejak siswa memasuki SD atau setiap awal tahun. Dapat pula semata-mata
didasarkan hasil atau prestasi belajar yang tercantum pada buku rapor. Bahan belajar
yang diberikan bukan dikemas berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu
sesuai dengan prinsip
belajar tuntas atau “mastery learning”.
3) Pengelompokan murid berdasarkan kemampuan campuran
Di kelas sering kita jumpai murid yang memiliki kesamaan bakat dan
keterampilan dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu suatu
proyek belajar. Misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan
menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Diperlukan sejumlah siswa dengan
berbagai kemampuan, bakat, dan minat, dalam setiap kelompoknya. Agar proyek
belajar itu benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan
tugas sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Kelompok ini memanfaatkan
perbedaan untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pengelompokkan ini lebih bersifat
sementara, sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Dalam kelompok ini murid
yang menonjol pada mata suatu pelajaran dapat membantu murid lain yang
kemampuannya kurang atau rendah.
4) Pengelompokkan murid berdasarkan kesamaan usia
Murid yang seusianya biasanya memiliki kemampuan dan kecapatan belajar
yang hampir sama. Murid suatu kelas dapat dipecah ke dalam kelompok murid
berdasarkan persamaan usia. Pengorganisasian murid SD khususnya dalam
pengelompokkan murid dapat dipakai untuk sementara waktu sesuai kebutuhan dan
sasaran pembelajaran. Misal siswa kelas III dan IV dalam suatu ruangan usianya ada
yang sama, meskipun jenjang kelas berbeda.
5) Pengelompokkan berdasarkan kompatibilitas murid
Setiap murid memiliki hubungan pertemanan yang didasarkan pad rasa saling
menyukai atau rasa persahabatan. Dasar pertemanan biasanya karena tempat tinggal
berdekatan, duduk di kelas selalu bersama, sering mengerjakan tugas atau belajar
bersama, dan karena memiliki kegiatan
yang sama di luar sekolah. Terbentuk kelompok seperti ini bersifat alami.
Pengelompokkan ini didasarkan adanya kebutuhan pembelajaran, yaitu karena adanya
tugas berkaitan dengan kedekatan tempat tinggal. Contoh membuat denah kampung,
desa, atau komplek perumahan.
6) Pengelompokkan murid sesuai kebutuhan pembelajaran
Dalam pembelajaran telah dirumuskan tujuannya oleh guru. Terca-painya
tujuan itu perlu dukungan dengan pengelompokkan murid sesuai kebutuhannya.
Contoh konkrit yaitu; dalam simulasi atau bermain peran atau permainan, murid
dikelompokkan sesuai dengan tugas dan atau
peran yang harus dilakukan pada saat siswa itu. Pengelompokkan murid sesuai
kebutuhan dapat pula dilakukan pada kegiatan karyawisata murid. Dalam karyawisata
ada yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancarai dan mencatat,
mengambil foto dan sebagainya.
b. Variasi penataan ruang
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih
kompleks dari pada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk yang dilaksanakan
dalam dua atau tiga ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk murid
dapat papan tulis diatur atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir
kedua atau ketiga ruangan tersebut. Contoh, guru merangkap kelas I, II, dan III,
dengan jumlah murid rata-rata 15 maka dapat digunakan ruang kelas I, sedang kelas
II dan kelas III digabung di ruang kelas I. karena jumlah siswa sedikit. Tetapi jika
jumlah murid banyak diperlukan dua ruang kelas, sehingga kelas II dan III digabung
dalam stu ruangan atau kelas I dan II dalam satu ruangan. Sedangkan penataan ruang
untuk pengelolaan PKR dalam satu ruangan selain pertimbangan kemudahan
penanganan dua atau tiga rombongan belajar juga pertimbangan pengaturan iklim
kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta peluang saling menggangu. Dalam
penataan ruang bisa divariasi model pengelolaan PKR 221, 222, dan 333.
c. Variasi sumber belajar
Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya
pemanfaatan sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya
memahami, dan memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Sumber belajar
mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat,
kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa
dalam belajar. Berbagai sumber belajar tersebut sebaiknya digunakan secara
bervariasi dalam pembelajaran kelas rangkap, sehingga tetap terjaga kegairahan dan
motivasi belajar siswa. Contoh, seorang guru mengajar dengan merangkap tiga kelas
yaitu kelas IV, V, dan VI maka siswa kelas IV bisa diberi tugas dimana jawaban dapat
diperoleh dari sebuah buku di Perpustakaan. Siswa Kelas V diberi tugas dengan
mencari jawaban di alam sekitar misal dikebun sekolah/halaman sekolah, kelas enam
diberi tugas yang jawabannya diperoleh dari sumber masyarakat.
d. Variasi model implementasi
Model 1. Pelajaran diawali dengan pertemuan klasikal untuk memberikan
informasi dasar, penjelasan tentang tugas yang akan dikerjakan, serta hal-hal lain
yang dianggap perlu. Dalam model 1 ini, setelah pertemuan kelas, murid diberikan
kesempatan untuk memilih kegiatan dengan bekerja dalam kelompok atau bekerja
secara perorangan. Setelah waktu yang ditetapkan berakhir, pelajaran diakhiri dengan
pertemuan kelas kembali untuk melaporkan segala sesuatu yang telah dilakukan.
Model 2. Pertemuan diawali dengan pengarahan atau penjelasan secara klasikal
tentang materi, tugas, serta cara yang digunakan. Setelah itu langsung bekerja dalam
kelompok kelompok kecil yang diakhiri dengan laporan kelompok.
Model 3. Pertemuan diawali dengan penjelasan secara klasikal. Setelah itu
murid langsung bekerja secara perorangan dan kemudian bergabung dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengolah hasil yang dicapai dan diakhiri dengan
laporan kelompok.
Model 4. Pertemuan diawali dengan penjelasan klasikal tentang kegiatan atau
tugas yang akan dilaksnakan. Setelah itu langsung bekerja secara perorangan.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Mengajar Kelompok Kecil
dan Perorangan
Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan harus memperhatikan halhal
sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilakukan berdasarkan perbedaan individual
Murid SD secara undividual berbeda dalam banyak hal. Perbedaan tersebut
antara lain: berbeda dalam kemampuan berpikir, kharakteristik, berbeda secara
emosional, berbeda daya tangkapnya, bakat, maupun minatnya. Perbedaan tersebut
perlu mendapat perhatian serius dalam pembelajaran kelas rangkap. Layanan
bimbingan secara individual sangat
membantu murid untuk dapat berkembang dan mencapai prestasi belajar secara
optimal.
b. Memperhatikan dan melayani kebutuhan murid
Dalam pembelajaran kelas rangkap perlu memperhatikan dan melayani
kebutuhan murid. Murid berasal dari latar belakang keluarga yang tidak sama, serta
lingkungan kehidupan yang tidak sama pula sehingga memiliki pengalaman hidup
berbeda satu sama lain. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan kebutuhan siswa.
Guru dalam memberikan perhatian dan melayani murid tidak di sama ratakan.
c. Mengupayakan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif
Pembelajaran kelas rangkap dilakukan dengan tujuan agar pada diri murid
terjadi proses belajar secara aktif dan efektif. Hal ini yang diutamakan dalam
pembelajaran, bukan bagaimana guru mengajar, tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana guru mengajar agar murid melakukan tindak belajar secara aktif dan
efektif.
d. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid
Sangat penting bagi seorang guru memperhatikan tumbuhkembangnya
kemampuan murid secara optimal. Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar
adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek
perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek
bahasa, aspek sosial,
maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya menjadi
tanggung jawab buru di sekolah.
d. Merangsang tumbuh-kembangnya kemampuan optimal murid
Sangat penting bagi seorang guru memperhatikan tumbuhkembangnya
kemampuan murid secara optimal. Tugas guru sebagai pendidik di sekolah pada dasar
adalah membantu tumbuh-kembangnya murid secara optimal seluruh aspek
perkembangan, yaitu baik aspek intelektual, aspek emosional, aspek moral, aspek
bahasa, aspek sosial, maupun aspek fisik. Semua aspek tersebut tumbuh-kembangnya
menjadi tanggung jawab buru di sekolah.
f. Langkah pengajaran kelompok kecil dan perorangan
Dalam pengajaran kelompok kecil, langkah pertama adalah mengorganisasi
siswa, sumber, materi, ruangan, serta waktu yang diperlukan, dan diakhiri dengan
kegiatan kulminasi yang dapat berupa rangkuman, pemantapan, atau laporan. Dalam
pengajaran perorangan guru harus mengenal murid secara pribadi sehingga kondisi
belajar dapat diatur. Kegiatan dalam pengajaran perorangan dapat dilakukan melalui
paket belajar atau bahan yang telah disiapkan oleh guru.
g. Menggunakan berbagai variasi dalam pengorganisasiannya
Variasi pengorganisasian mencacup variasi pengelompokan, variasi penataan
ruang, dan variasi sumber belajar. Ketiga variasi pengorganisa-sian tersebut perlu
dilakukan dan pembelajaran kelas rangkap. Mengingat guru tidak dapat perperan dan
mengontrol secara terus menerus terhadap semua kelompok belajar. Kebosanan dan
kejenuhan akan muncul jika tanpa variasi pengorganisasian.
2.2 Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Jika kita kaitkan keterampilan tersebut dengan pembelajaran kelas rangkap, kita
akan melihat bahwa keterampilan ini sangat dibutuhkan. Guru yang terampil
membimbing dan memudahkan murid belajar, mengjar dua kelas atau lebih tidak
akan menjadi masalah. Guru tidak harus membimbing atau membantu semua murid,
namun guru tahu kapan dia harus membantu siapa, dan bagaimana dia harus
membantu.
D. Keterampilan Merencanakan dan Melaksanakan Kegiatan Belajar
Mengajar
Kegiatan guru dalam pembelajaran seperti membuka pelajaran, menyajikan
kegiatan inti, membimbing peserta didik dan mengevaluasinya, hendaknya diatur
dengan baik dan penuh kesungguhan. Yang dimaksud dengan merencanakan atau
desain kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran kelas rangkap adalah kerangka
pikir yang melukiskan bentuk penataan kegiatan belajar siswa dalam rangka
pencapaian tujuan belajar. Kegiatan belajar mengajar dalam rangka pelaksanaan PKR
rancangan kegiatan pembelajaran erat kaitannya dengan model PKR yang diterapkan.
Tugas guru yang utama adalah membantu murid melakukan kegiatan, baik secara
perorangan maupun secara kelompok. Untuk itu guru harus mampu membuat
perencanaan kegiatan belajar mengajar yang tepat bagi setiap murid dan kelompok
serta mampu melaksanakannya. Untuk membuat perencanaan yang tepat, guru
dituntut mampu mendiagnosis kemampuan akademis murid, memahami gaya belajar-
mengajar, minat murid, dan sebagainya. Berdasarkan hasil diagnosis tersebut guru
diharapkan mampu menetapkan kondisi dan tuntutan belajar berupa belajar
mandiri, paket kegiatan belajar, belajar dengan tutorial teman sebaya, simulasi,
dan sebagainya yang semuanya memandu murid untuk menghayati pengalaman
bekerja sama atau bekerja dengan pengarahan sendiri. Keterampilan merencanakan
dan melaksanakan kegiatan belajar me-ngajar ini mencakup :
1. Membantu murid menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi murid
untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Merencanakan kegiatan belajar mengajar bersama murid. Berdasarkan hasil
diagnosis penetapan tujuan, guru dapat merencanakan kegiatan belajar yang sesuai
dengan tujuan, minat, dan kemampuan murid.
3. Bertindak atau berperan sebagai penasehat bagi murid bila diperlukan.
Selama kegiatan berlangsung, murid mungkin mengalami berbagai kesulitan. Guru
dapat memberikan bantuan yang tepat jika guru mampu berinteraksi secara efektif
dengan murid, sehingga murid mau mengungkapkan masalahnya
4. Membantu murid menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti
memberi kesempatan kepada murid untuk memperbaiki dirinya sendiri yang
merupakan kerja sama guru dengan murid dalam situasi pendidikan yang manusiawi.
Dari empat kelompok keterampilan di atas Anda dapat menyimak bahwa mengajar
kelompok kecil dan perorangan mempersyaratkan penguasaan keterampilan yang
cukup kompleks. Anda perlu menguasai keterampilan dasar mengajar sebelumnya,
yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan,
membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, dan
mengelola kelas. Dalam penerapannya, kelompok keterampilan mengajar kelompok
kecil dan perorangan masing-masing mempunyai tekanan yang berbeda.
Keterampilan mengorganisasikan kegiatan serta membimbing dan memudahkan
belajar lebih banyak terkait dengan mengajar kelompok kecil, sedangkan
keterampilan menga dakan pendekatan secara pribadi serta merencanakan dan
melaksanakan kegiatan lebih banyak terkait dengan pembelajaran perorongan.
Setelah membaca dengan cermat serta mengerjakan latihan-latihan kecil yang
disajikan di atas, kini tiba saatnya Anda mengerjakan latihan berikut agar pemahaman
Anda tentang keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan menjadi lebih
mantap.
3. Penutup
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Djalil, Aria, dkk. 2010. Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sunawan. Tanpa tahun. Unit 5 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perorangan dalam PKR..
Madyawati. 2015. Ketrampilan Dasar Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan.
Diakses pada 15 April 2017
https://blogmadyawati.wordpress.com/2015/06/08/ketrampilan-dasar-mengajar-
kelompok-kecil-dan-perorangan/