Anda di halaman 1dari 20

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

KESETARAAN TEKSTUAL: Tematik dan Informasi


Struktur

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Praktek


Dosen Penerjemah : Prof. Dr. H. Ilzamudin, MA.

Disusun oleh:

Grup 5

Alfiah Dwi Rahayu 19123057


Nazwa Veradia Hasanah 191230143

Tresna Febriani 191200170


Ahmad Muttaqin 191230173

TBI 5 E

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GURU
UIN SULTAN MAULANA HASANUDIN
BANTEN 2021 M/ 1442 H
FREFACE

Pertama-tama puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat Allah, penulis dapat

menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “TEXTUAL EQUIVALENCE: Thematic and Information

Structure” ini dengan sebaik-baiknya. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang

diberikan oleh Prof. Dr. H. Ilzamudin, MA selaku dosen Praktek Penerjemahan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menemui banyak kesulitan mulai dari materi hingga sumber-

sumber yang diperoleh untuk memperoleh materi tersebut

Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna baik dari segi struktur

maupun isi. Penulis mengharapkan kritik, masukan dan saran dari pembaca dan dosen untuk membantu penulis

dalam menyempurnakan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk

menambah pengetahuan tentang materi Praktek Menerjemahkan.

Serang, 17 November 2021

Grup 5

2
BAB I
PENGANTAR

Sebuah latar belakang

Penerjemahan dapat diartikan sebagai proses perubahan dari satu bentuk ke bentuk

lain, atau perubahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Lebih lanjut, menurut Munday (2008:5),

proses penerjemahan antara dua bahasa tulis yang berbeda melibatkan perubahan teks tertulis

dari teks asli atau teks sumber (TS) dalam teks bahasa lisan dari bahasa sumber (Bsa) tersebut

menjadi teks sasaran tertulis. teks (TT) dalam bahasa verbal yang berbeda (bahasa target TT).

Terkait dengan padanan pada tataran tekstual atau padanan tekstual, dapat

dinyatakan bahwa padanan leksikal dan struktur gramatikal tidak serta merta

menghadirkan padanan tekstual dalam teks sasaran (TT). Hal ini juga menunjukkan bahwa

teks yang harus dihasilkan oleh penerjemah adalah teks yang memiliki konsistensi kohesi

dan informasi (Panou: 2013: 4). Unsur pembentuk korespondensi tekstual yang terdapat

dalam sebuah teks terdiri dari: (1) Struktur tematik dengan aspek tema dan rima yang

terdapat pada setiap klausa; (2) penyajian struktur informasi yang mencerminkan informasi

yang diberikan dan informasi baru; (3) perangkat kohesif sebagai sarana yang memiliki

peran penting dalam menciptakan kohesi dan koherensi teks (Baker: 2011, 131).

Pemahaman mendalam tentang kesetaraan tekstual diperoleh melalui studi target

teks akan memberikan gambaran yang nyata, rinci, dan mendalam tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan

kesepadanan tekstual, gambaran yang mungkin berbeda dengan teori-teori yang dijelaskan oleh para ahli penerjemahan

selama ini.

B. Pernyataan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan struktur tematik: tema dan rheme?

2. Apa yang dimaksud dengan struktur tematik: gramatikalitas versus akseptabilitas?

3. Apa yang dimaksud dengan struktur tematik: organisasi dan pengembangan teks?

4. Apa yang dimaksud dengan struktur tematik: urutan bertanda versus tidak bertanda?

5. Apa itu Struktur informasi: diberikan dan baru?

6. Bagaimana Keberanian Ditentukan?

7. Apa yang dimaksud dengan struktur susunan linier dan status tematik dalam FSP?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu struktur tematik: tema dan rheme.

3
2. Untuk mengetahui apa itu struktur tematik: gramatikalitas versus akseptabilitas.

3. Untuk mengetahui apa itu struktur tematik: organisasi dan pengembangan teks.

4. Untuk mengetahui apa itu struktur tematik: urutan bertanda versus tidak bertanda.

5. Untuk mengetahui apa itu Struktur informasi: diberikan dan baru.

6. Untuk mengetahui bagaimana Keberanian Ditentukan.

7. Untuk mengetahui apa itu struktur susunan linier dan status tematik dalam FSP.

4
ISI

FREFASI ................................................................... ................................................................... ...................................2

BAB I ................................................................... ................................................................... .................................3

PENGANTAR ................................................. ................................................................... .................3

Sebuah latar belakang ............................................... ................................................................... ....................3

B. Rumusan Masalah............................................................ ................................................................... 3

C. Tujuan Penulisan ............................................................ ................................................................... .............3

BAB II................................................................ ................................................................... .................................6

DISKUSI ................................................................... ................................................................... .........................6

A. Gambaran Hallidayan tentang Arus Informasi.................................................. .................................6

A. Struktur tematik: tema dan rema .................................................. .................................6

B. Struktur tematik: gramatikal versus akseptabilitas.................................................. 6


C. Struktur tematik: organisasi dan pengembangan teks .................................................. ..7

D. Struktur tematik: urutan bertanda versus tidak bertanda ......................................... 8

e. Struktur informasi: diberikan dan baru ............................................ .........................10


F. Bagaimana Keberanian Ditentukan? ................................................................... ..................................11

G. Struktur Informasi Bertanda vs Tidak Bertanda .................................................. ............... 12

H. Struktur Informasi Bertanda dan Rema Bertanda .................................................. ......12

B. POSISI SEKOLAH PRAHA PADA ARUS INFORMASI: PERSPEKTIF KALIMAT


FUNGSIONAL ........................................ ................................................................... .......12
A. Susunan linier dan status tematik dalam FSP .................................................. .............14

B. Susunan linier dan struktur bertanda di FSP .................................................. ........15


C. Ketegangan antara urutan kata dan fungsi komunikatif: masalah dalam
terjemahan?................................................ ................................................................... ..................................15

D. Strategi yang disarankan untuk meminimalkan dislokasi linier............................................ .16

BAB III ................................................................... ................................................................... ........................19

KESIMPULAN ................................................................... ................................................................... .......................19

5
BAB II
DISKUSI

A. Gambaran Umum Halliday tentang Arus Informasi

A. Struktur tematik: tema dan rheme


Salah satu cara untuk menjelaskan organisasi interaksional kalimat adalah dengan

menyarankan bahwa klausa terdiri dari dua segmen. Segmen pertama disebut tema. Tema

adalah tentang apa klausa itu. Ia memiliki dua fungsi: (a) ia bertindak sebagai titik orientasi

dengan menghubungkan kembali ke bentangan wacana sebelumnya dan dengan demikian

mempertahankan sudut pandang yang koheren, dan (b) ia bertindak sebagai titik tolak

dengan menghubungkan ke depan dan berkontribusi pada pengembangan bentangan

kemudian. Dalam model Ptolemy yang menyediakan sistem yang cukup akurat untuk

memprediksi posisi benda-benda langit di langit, temanya adalah model Ptolemy. Inilah yang

dimaksud dengan klausa. Pada tingkat klausa, seorang pembicara mengumumkan topik

pesannya dengan tema, yaitu dengan meletakkannya di posisi awal.

Segmen kedua dari klausa disebut rheme. Rema adalah apa yang dikatakan

pembicara tentang tema. Ini adalah tujuan dari wacana. Dengan demikian, itu

adalah elemen terpenting dalam struktur klausa sebagai pesan karena itu mewakili

informasi yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar. Rema inilah yang

memenuhi tujuan komunikatif ujaran. Dalam contoh sebelumnya, rheme

menyediakan sistem yang cukup akurat untuk memprediksi posisi benda-benda

langit di langit, itulah yang penulis katakan tentang model Ptolemy. Ini pada

dasarnya berarti bahwa setiap klausa memiliki struktur pesan: ia mengatakan

sesuatu (rema) tentang sesuatu (tema).

B. Struktur tematik: tata bahasa versus penerimaan


Berbeda dengan perbedaan subjek-predikat, pengertian tema dan rheme dapat

digunakan untuk menjelaskan penerimaan (bukan gramatikalitas) dari urutan

tertentu dalam konteks tertentu. Tema dan rheme bukanlah pengertian gramatikal.

Mereka tidak ada hubungannya dengan apakah urutan yang diberikan gramatikal

atau tidak. Urutan gramatikal adalah bagian dari sistem abstrak bahasa. Dalam

konteks, tata bahasa tidak selalu menjamin penerimaan atau koherensi.

Tema dan rheme bukanlah pengertian gramatikal. Tata bahasa adalah bagian dari abstrak

6
sistem bahasa. Dalam konteks, tata bahasa tidak selalu memastikan
penerimaan atau koherensi.
Contoh: Sekarang Presiden datang ke sini. Ini adalah jendela yang dia lewati untuk melambai ke

kerumunan.Atas kemenangannya lawannya mengucapkan selamat padanya. 'Tuan-tuan dan nyonya-

nyonya. Bahwa Anda percaya diri pada saya menghormati saya ...' Kalimat ini secara tata bahasa benar

tetapi tidak dapat diterima.Lawannya mengucapkan selamat kepadanya atas kemenangannya. Ini akan

lebih baik.

Penerimaan, bukan gramatikal dalam konteks tertentu tergantung pada bagaimana

cocok dengan lingkungan tekstual sekitarnya. Alasan cacat tematik dari kutipan

sebelumnya akan menjadi jelas saat kita menjelajahi berbagai aspek organisasi tematik.

Pada tahap ini, cukup untuk menunjukkan bahwa sulit untuk melihat hubungan antara

tema-tema dari klausa sebelumnya, atau bahkan antara rheme dan tema berikutnya,

misalnya. Akibatnya teks terasa terputus-putus dan kurang orientasi. Klausa individual

memiliki tata bahasa yang sempurna, tetapi, secara bersama-sama, mereka tidak dapat

diterima sebagai bagian dari wacana.

C. Struktur tematik: organisasi dan pengembangan teks

Selain melengkapi gagasan gramatikalitas dengan gagasan penerimaan dan

kealamian, perbedaan tema-rema juga dapat berguna dalam menjelaskan metode

pengorganisasian dan pengembangan dalam berbagai jenis teks; lihat Hatim dan

Mason (1990, Bab 10) dan Hatim (1997, Bab 8) untuk diskusi ekstensif tentang

masalah ini.

Di bidang ini, banyak penekanan secara tradisional ditempatkan pada tema

daripada pada rheme. Menurut definisi, tema mewakili titik berangkat pembicara

atau penulis di setiap klausa, yang menunjukkan bahwa peran organisasinya lebih

penting daripada rheme. Pemilihan tema individu dari klausa tertentu dalam teks

tertentu tidak dengan sendirinya sangat signifikan. Tetapi keseluruhan pilihan dan

urutan tema, terutama klausa independen, memainkan peran penting dalam

mengatur teks dan dalam memberikan titik orientasi untuk rentang bahasa tertentu.

Tidak mengherankan, misalnya, brosur perjalanan, setidaknya dalam bahasa Inggris,

dicirikan oleh menjamurnya penambahan tempat dalam posisi tema. Dalam konteks

perjalanan, lokasi memberikan titik orientasi alami

di mana teks secara keseluruhan dapat diatur.

7
Penekanan secara tradisional ditempatkan pada tema daripada pada rheme.

Pemilihan tema individu dari klausa tertentu dalam teks tertentu tidak dengan sendirinya

sangat signifikan. Tetapi keseluruhan pilihan dan urutan tema, terutama klausa

independen, memainkan peran penting dalam mengatur teks dan dalam memberikan

titik orientasi untuk rentang bahasa tertentu.

Contoh: Brosur perjalanan menjamur tempat tambahan dalam posisi tema.


Hal ini karena dalam konteks perjalanan, lokasi memberikan titik orientasi
alami di mana teks dapat diatur.

Penerjemah tidak boleh meremehkan efek kumulatif dari pilihan tematik pada cara kita

menafsirkan teks. Jika tema sebagian besar kalimat paragraf mengacu pada satu bidang

semantik (misalnya lokasi, bagian dari beberapa objek, kebijaksanaan vs kesempatan, dll.)

maka bidang semantik itu akan dianggap sebagai metode pengembangan paragraf.

D. Struktur tematik: urutan bertanda versus tidak bertanda

Area lebih lanjut di mana gagasan tentang tema dan rheme telah terbukti sangat berguna

berkaitan dengan struktur bertanda dan tidak bertanda. Aspek khusus dari organisasi tematik ini

memiliki relevansi khusus dalam penerjemahan karena memahaminya dapat membantu

meningkatkan kesadaran kita akan pilihan bermakna yang dibuat oleh pembicara dan penulis

dalam proses komunikasi.

Pilihan tematik melibatkan pemilihan elemen klausa sebagai tema. Unsur-unsur

klausa utama adalah subjek, predikator, objek, pelengkap, dan tambahan. Dalam model

Hallidayan, pilihan tematik dinyatakan dengan menempatkan salah satu unsur tersebut

pada posisi awal dalam klausa. Pilihan tema selalu bermakna karena menunjukkan titik

berangkat pembicara/penulis. Tetapi beberapa pilihan lebih bermakna daripada yang lain,

karena mereka lebih ditandai daripada yang lain.

Dalam linguistik, kebermaknaan mengacu pada cara kata-kata diubah atau ditambahkan untuk

memberi arti khusus. Pilihan yang tidak ditandai hanyalah makna normal. Misalnya, present tense

tidak ditandai untuk kata kerja bahasa Inggris. Pilihan tematik melibatkan pemilihan elemen klausa

sebagai tema. Unsur-unsur klausa utama adalah subjek, predikator, objek, pelengkap, dan

tambahan.

Dalam model Halliday, pilihan tematik dinyatakan dengan menempatkan salah satu dari ini

8
unsur-unsur pada posisi awal dalam klausa. Tetapi beberapa pilihan lebih bermakna

daripada yang lain, karena mereka lebih ditandai daripada yang lain. Makna sangat erat

kaitannya dengan pilihan, sehingga semakin wajib suatu unsur, semakin kurang ditandai

dan semakin lemah maknanya.

Ahli bahasa Hallidayan mengidentifikasi tiga jenis utama tema yang ditandai dalam

bahasa Inggris: fronted theme, predicated theme dan mengidentifikasi theme. Ini dijelaskan

dengan contoh-contoh dari teks terjemahan jika ada.

1. Tema Fronted
Fronting melibatkan 'pencapaian tema ditandai dengan pindah ke posisi awal item

yang dinyatakan tidak biasa di sana' (Greenbaum dan Quirk 1990:407). Mengambil

struktur yang tidak bertanda seperti Buku ini menerima banyak publisitas di Cina

sebagai titik awal, kami dapat menyarankan sejumlah kemungkinan struktur tematik

dalam bahasa Inggris, dimulai dengan yang paling sedikit ditandai dan diakhiri

dengan yang paling ditandai, Elemen tematik di depan dicetak miring .

• Fronting Of Time Atau Place Adjunct: Di Tiongkok buku itu mendapat

banyak publisitas. - struktur yang ditandai

Penambahan tema tempat dan waktu kurang ditandai dalam beberapa bahasa, seperti

Spanyol dan Portugis, dibandingkan dalam bahasa Inggris.

• Fronting Objek Atau Pelengkap


Obyek: Banyak publisitas buku diterima di Cina.
Melengkapi: Baik dipublikasikan buku itu.
Bagian depan objek dan pelengkap jauh lebih menonjol daripada bagian depan tambahan

dalam bahasa Inggris. Fronting suatu objek kurang ditandai dalam bahasa Cina daripada

dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Jerman, sama sekali tidak ditandai jika disertai

dengan penentu yang pasti.

• Fronting Predikator
Mereka berjanji untuk mempublikasikan buku itu di Tiongkok, dan mengumumkan itu mereka

lakukan. – pilihan tematik yang paling menonjol dalam bahasa Inggris

2. Tema Predikat
Melibatkan penggunaan struktur-it (struktur sumbing) untuk menempatkan

elemen di dekat awal klausa. Misalnya:Itu adalah buku yang menerima banyak

publisitas di Cina. -Tema dari struktur-it bukanlah dia melainkan elemen yang

muncul setelah kata kerja menjadi. Itu hanya bertindak sebagai subjek kosong

9
yang memungkinkan elemen tertentu seperti buku atau di Cina ditempatkan
di dekat awal klausa dan ditafsirkan sebagai temanya.
3. Mengidentifikasi Tema

Mengidentifikasi tema sangat mirip dengan tema berpredikat. Alih-alih menggunakan It

(struktur sumbing), tema pengidentifikasi menempatkan elemen pada posisi tema dengan

mengubahnya menjadi nominalisasi menggunakan struktur-wh (disebut struktur sumbing

semu)

Contoh: Apa yang diterima buku itu di Cina adalah publisitas besar.Item dalam

posisi tema dengan demikian menonjol di kedua struktur – berpredikat dan

mengidentifikasi. Bedanya, dalam tema berpredikat, unsur tematik dihadirkan

sebagai informasi baru; dalam mengidentifikasi tema, unsur tematik disajikan

sebagai informasi yang diketahui.

Tema berpredikat dan mengidentifikasi harus ditangani dengan hati-hati dalam

terjemahan karena mereka jauh lebih ditandai dalam bahasa dengan urutan kata yang

relatif bebas, seperti Jerman, daripada dalam bahasa Inggris.

Contoh: Ini untuk pelanggan seperti itu bahwa kami telah mendaftarkan sifat-sifat bahan

Matroc yang lebih banyak digunakan.

Jerman: Fur solche Kunden haben wir die Eigenschaften der gängigsten

Matroc Werkstoffe aufgelistet.

Kembali tr.: … Untuk pelanggan seperti itu, kami memiliki properti dari bahan Matroc

paling populer yang terdaftar.

Selain tema fronted, predicated, dan mengidentifikasi, jenis tema yang ditandai lainnya ada

dalam bahasa Inggris, tetapi mereka cenderung jauh lebih terbatas dan lebih mungkin

digunakan dalam bahasa informal. Ini adalah tema preposed dan postposed theme (Young

1980). Keduanya melibatkan penggunaan tag gloss. Dalam tema yang ditentukan

sebelumnya, tag gloss muncul di

awal klausa, dalam tema yang ditunda, itu terjadi di akhir klausa.

e. Struktur informasi: diberikan dan baru

Perbedaan antara tema dan rheme adalah berorientasi pada pembicara. Perbedaan lebih lanjut

adalah antara apa yang diberikan dan apa yang baru dalam sebuah pesan. Ini adalah pembedaan yang

berorientasi pada pendengar, berdasarkan bagian mana dari pesan yang diketahui pendengar dan bagian

mana yang baru.

10
Informasi yang diberikan mewakili kesamaan antara pembicara dan pendengar dan

memberikan yang terakhir titik referensi di mana dia dapat menghubungkan informasi baru.

Contoh: Apa yang kita lakukan besok? NS mendaki Ben Nevis.

DIBERIKAN BARU
Urutan yang normal dan tidak bertanda adalah bagi pembicara untuk menempatkan elemen yang diberikan sebelum elemen

yang baru.

Prinsip Fokus Akhir: penyajian linier dari nilai informasi rendah ke tinggi.
Contoh:
Dia mengunjunginya hari itu.

Dia mengunjungi sahabatnya hari itu.

Hari itu dia mengunjungi seorang teman yang sudah lanjut usia dan sangat dicintai.

Prinsip Berat Akhir: verba sederhana tanpa modals atau frasa preposisi yang terkait erat

secara teratur dimuka sementara subjek yang panjang dan kompleks secara sintaksis tidak.

F. Bagaimana Keberanian Ditentukan?

Paling umum, elemen yang diberikan adalah elemen yang dapat dipulihkan karena telah

disebutkan sebelumnya. Tetapi informasi dapat diperlakukan oleh pembicara seperti yang

diberikan karena berbagai alasan lain. Ini mungkin dapat diprediksi, atau mungkin menonjol secara

kontekstual, seperti dalam kasus kata ganti orang pertama.

Chafe menyarankan bahwa kunci dari keterikatan terletak pada gagasan tentang kesadaran:

Informasi yang diberikan (atau lama) adalah pengetahuan yang diasumsikan pembicara berada

dalam kesadaran penerima pada saat ucapan. Yang disebut informasi baru adalah apa yang

diasumsikan pembicara bahwa dia memperkenalkan ke dalam kesadaran lawan bicara dengan apa

yang dia katakan.

Poin terakhir yang perlu diingat adalah bahwa pemberian diberikan oleh pembicara, dan

dengan demikian tidak selalu berkorelasi dengan realitas situasi linguistik atau ekstralinguistik.

Seorang pembicara dapat memutuskan untuk menyajikan suatu elemen seperti yang diberikan

bahkan ketika tidak ada alasan yang cukup untuk mengasumsikan bahwa itu ada dalam kesadaran

lawan bicara. Ini dapat dilakukan untuk tujuan retoris dan merupakan cara umum dalam politik.

Demikian pula, elemen yang telah disebutkan sebelumnya dapat disajikan sebagai baru

11
karena tidak terduga atau karena pembicara ingin menyajikannya dalam cahaya yang kontras.

G. Struktur Informasi Bertanda vs Tidak Bertanda

Hal ini diwujudkan terutama oleh tonisitas. Dalam struktur informasi yang tidak ditandai,

fokus informasi jatuh pada sesuatu selain tema. Itu jatuh pada seluruh rheme atau sebagian

darinya. Contoh: // John diangkatKetua // - aksen tonik biasanya akan jatuh padaKetua.

Fokus informasi dapat ditempatkan pada John, dan dalam hal ini pesan akan dipahami

sebagai pernyataan dari

yang ditunjuk sebagai Ketua dan dapat menyiratkan kejutan atau kontras: // John

diangkat sebagai Ketua. //

H. Struktur Informasi yang Ditandai dan Rema yang Ditandai

Ada kalanya seorang pembicara atau penulis tampak sengaja menonjolkan sebuah rheme

dengan menghilangkan pesan dari unsur awalnya, yaitu tema. Contoh:Saham House of Fraser

sangat sensitif terhadap rumor penawaran, dan kami menunggu dengan hati-hati dan cemas

untuk lampu hijau dari kementerian. Dan menunggu.Tampaknya masuk akal untuk

menyarankan bahwa tema alami kita dihilangkan dalam kalimat kedua untuk mengedepankan

rheme. Tema bertanda memberi keunggulan pada elemen sebagai informasi penghubung,

sedangkan rheme bertanda memberi keunggulan pada elemen sebagai inti pesan.

B. POSISI SEKOLAH PRAHA PADA ARUS INFORMASI: PERSPEKTIF KALIMAT


FUNGSIONAL

Posisi Sekolah Praha pada tema/rema dan diberikan/baru cukup berbeda dari

Halliday dan menghasilkan penjelasan yang sangat berbeda tentang bagaimana kategori ini

diwujudkan dalam wacana. Pendekatan ini umumnya disebut sebagai perspektif kalimat

fungsional (FSP).

Teori perspektif kalimat fungsional dikembangkan oleh sekelompok ahli bahasa


Ceko yang mempelopori sebagian besar studi yang menyelidiki interaksi antara
sintaksis dan fungsi komunikatif. Rincian teori FSP agak rumit, dan ada beberapa
pendekatan berbeda dalam tradisi Praha itu sendiri. Namun demikian, itu penting

12
bagi para penerjemah untuk menjadi akrab dengan setidaknya salah satu model utama yang

diusulkan dalam tradisi alternatif ini. Untuk satu hal, pendekatan perspektif kalimat fungsional

mungkin terbukti lebih membantu dalam menjelaskan organisasi interaksional bahasa selain

bahasa Inggris, khususnya bahasa dengan urutan kata bebas atau relatif bebas. Di sisi lain, teori

FSP sering menjadi dasar untuk diskusi yang sangat relevan tentang masalah dan strategi

penerjemahan (lihat, misalnya, Hatim 1984, 1987, 1988, 1989; Hatim dan Mason 1990; Rogers

2006), dan keakraban dasar dengan pendekatan ini cenderung diterima begitu saja oleh mereka

yang mengeksplorasi relevansinya dengan studi terjemahan. Oleh karena itu, gambaran umum

yang disederhanakan dari satu model FSP diberikan di sini dengan harapan dapat berguna bagi

penerjemah yang tertarik untuk memecahkan, atau setidaknya mengidentifikasi,

Premis utama dalam teori FSP adalah bahwa tujuan komunikatif dari
suatu interaksi menyebabkan struktur klausa atau kalimat berfungsi dalam
berbagai jenis perspektif. Jan Firbas, 20 salah satu pendukung utama
pendekatan ini, memberikan contoh berikut (1986). Sebuah kalimat seperti John
telah sakit memiliki struktur sintaksis tertentu yang tetap tidak berubah dalam
pengaturan komunikatif yang berbeda. Dalam konteks, itu akan berfungsi
dalam perspektif tertentu, tergantung pada tujuan komunikasi; misalnya, dapat
berfungsi sebagai pernyataan keadaan kesehatan seseorang (John telah sakit),
sebagai identifikasi orang yang terkena (John telah sakit), atau sebagai
penegasan bahwa informasi yang disampaikan benar-benar sah (John telah
jatuh sakit).

13
A. Susunan linier dan status tematik di FSP
Seharusnya sudah jelas sekarang bahwa, tidak seperti ahli bahasa
Hallidayan, ahli teori FSP tidak melihat tema dan rheme diwujudkan terutama oleh
posisi relatif mereka dalam klausa. Ini bukan untuk mengatakan bahwa mereka
tidak mengakui peran yang dimainkan oleh urutan berurutan dalam menandakan
fungsi komunikatif dari sebuah ucapan. Firbas, misalnya, menyarankan bahwa
'pendistribusian dasar CD dilaksanakan oleh serangkaian pembukaan elemen
dengan elemen pembawa paling rendah dan secara bertahap diteruskan ke elemen
pembawa CD derajat paling tinggi' (1974:22). Ini kurang lebih sama dengan
mengatakan bahwa tema biasanya mendahului rheme. Namun, seperti yang dapat
dilihat dari pembahasan singkat sebelumnya tentang kata kerja sebagai elemen
tematik atau rematik,

Oleh karena itu, dinamisme komunikatif diasumsikan dicapai melalui interaksi tiga

faktor ini: modifikasi linier (yaitu, gradasi posisi, sintaksis), struktur semantik dan konteks.

Struktur dan konteks semantik 'beroperasi baik dalam arah yang sama atau berlawanan

dengan' modifikasi linier (Firbas 1974:22), tetapi keduanya secara hierarkis lebih unggul

darinya. Misalnya, dengan pengecualian konteks di mana mereka disajikan secara kontras,

kata ganti, yang bergantung pada konteks, selalu membawa CD tingkat rendah terlepas dari

di mana mereka muncul dalam klausa. Dalam saya memberikan buku kepadanya atau saya

memberinya buku, dia biasanya dianggap tematik dalam teori FSP. Demikian pula, ekspresi

pasti akan dianggap tematik dan ekspresi tak tentu rematik di sebagian besar konteks.

Contoh berikut, diadaptasi dari Firbas (1986:58), menggambarkan prioritas yang diberikan

pada konteks daripada pengaturan linier. Elemen rematik dicetak miring.

14
B. Susunan linier dan struktur bertanda di FSP
Karena ahli teori FSP tidak mengambil posisi kalimat sebagai satu-satunya

kriteria untuk menetapkan status tematik ke elemen klausa, maka dua formulasi

alternatif dari pesan yang sama dapat memiliki analisis tematik yang sama. Misalnya,

Di Cina, buku itu mendapat banyak publisitas dan Buku itu mendapat banyak pujian

kesepakatan publisitas di Cina akan dianalisis dengan cara yang sama. Di Cina akan dianggap

rematik dalam kedua formulasi (kecuali stres digunakan untuk menandakan perbedaan dalam

status tematik/rematiknya).

Bandingkan ini dengan pendekatan Hallidayan, di mana Di Cina akan dianggap

rheme dalam tema kedua dan tema yang ditandai dalam contoh pertama. Ini juga berarti

bahwa seseorang tidak dapat berbicara secara khusus tentang 'tema yang ditandai' dalam

teori FSP, karena pertanyaan menghasilkan tema yang ditandai dengan menempatkan

elemen pada posisi awal dalam klausa mengasumsikan bahwa posisi awal dicadangkan

untuk tema. Namun, para ahli teori FSP mengakui bahwa ada struktur bertanda dan tidak

bertanda dalam setiap bahasa. Mereka juga berusaha menjelaskan perbedaan tema/rema,

meskipun penjelasan mereka agak berbeda dengan Halliday.

C. Ketegangan antara urutan kata dan fungsi komunikatif: masalah dalam terjemahan? Menurut

para ahli FSP, pembatasan urutan kata dalam berbagai bahasa menghasilkan susunan linier

yang mungkin atau mungkin tidak sesuai dengan susunan interpretatif suatu ujaran. Terlepas dari

contoh spesifik yang digunakan oleh Firbas, pandangan ini menyiratkan bahwa, secara umum, dalam

bahasa dengan urutan kata yang relatif bebas, akan ada lebih sedikit ketegangan antara persyaratan

sintaksis dan persyaratan fungsi komunikatif. Sebaliknya, dalam bahasa dengan urutan kata yang

relatif tetap, akan ada contoh ketegangan yang lebih besar antara sintaksis dan fungsi komunikatif.

Pola urutan kata memenuhi sejumlah fungsi dalam semua bahasa: secara sintaksis menunjukkan

peran subjek, objek, dan seterusnya; secara semantik, mereka menunjukkan peran seperti aktor, pasien,

dan penerima manfaat; secara komunikatif, mereka menunjukkan arus informasi (namun kita mungkin

ingin mewakili ini: dalam hal tema/rema, dinamisme yang diberikan/baru atau komunikatif). Beberapa ahli

bahasa telah menyarankan bahwa bahasa yang berbeda memberikan prioritas yang berbeda untuk

masing-masing fungsi ini, tergantung pada sejauh mana sistem urutan kata mereka diperbaiki. Mathesius

(dikutip dalam Firbas 1974:17) membandingkan bahasa Inggris dan Ceko dalam hal ini dan menyimpulkan

bahwa dalam bahasa Inggris, prinsip tata bahasa (yaitu, sintaksis) memainkan peran utama dalam

15
hierarki prinsip urutan kata dan bahwa 'Bahasa Inggris berbeda dari bahasa Ceko karena sangat sedikit

rentan terhadap persyaratan FSP sehingga sering mengabaikannya sama sekali'.

D. Strategi yang disarankan untuk meminimalkan dislokasi linier

Sejumlah ahli bahasa telah menyarankan berbagai strategi untuk menyelesaikan

ketegangan antara fungsi sintaksis dan komunikatif dalam penerjemahan dan pembelajaran

bahasa. Di bagian ini, saya akan mencoba mengeksplorasi beberapa strategi ini, dengan contoh

dari teks terjemahan jika memungkinkan. Strategi yang dibahas diambil dari dua sumber

utama: Johns (1991) dan Papegaaij dan Schubert (1988).

Strategi no. 1: perubahan suara

Strategi ini melibatkan perubahan bentuk sintaksis dari kata kerja untuk mencapai

urutan elemen yang berbeda. Contoh bagusnya adalah perubahan suara dalam bahasa

dengan kategori suara. Contoh berikut, dari Johns (1991), melibatkan substitusi aktif untuk

pasif. Kebalikannya, penggantian pasif menjadi aktif, tentu saja juga dimungkinkan.

Johns mencatat bahwa strategi substitusi aktif untuk pasif menimbulkan masalah

penyediaan subjek untuk klausa aktif. Dia dengan tepat menunjukkan bahwa subjek klausa aktif

harus mempertahankan impersonalitas yang biasanya kita kaitkan dengan struktur pasif dalam

banyak bahasa Eropa. Pada contoh-contoh sebelumnya, pilihan makalah ini sebagai subjek

memenuhi kondisi impersonalitas ini.

Strategi no. 2: perubahan kata kerja

Ini melibatkan mengubah kata kerja sama sekali dan menggantinya dengan yang memiliki arti yang

sama tetapi dapat digunakan dalam konfigurasi sintaksis yang berbeda. Contoh pasangan kata kerja yang

menggambarkan suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda dalam bahasa Inggris antara lain give/get dan like/

please. Ini sering memungkinkan penataan ulang urutan elemen dalam klausa tanpa perubahan makna yang

signifikan (lih. Saya menyukainya dan Itu menyenangkan saya).

Namun, pasangan timbal balik yang menawarkan lebih banyak alternatif alami daripada

suka/tolong. Misalnya, saya membelinya dari John dan John menjualnya kepada saya atau saya

menerima/mendapat surat dari John dan John mengirimi saya surat yang sama-sama 'alami' sejauh

menyangkut ungkapan bahasa Inggris; 'penerimaan' mereka, tentu saja, ditentukan oleh konteks di

mana mereka terjadi.

Strategi no. 3: nominalisasi


Beberapa bahasa mengizinkan kata kerja urutan + subjek. Jika penerjemah ingin mempertahankan

16
organisasi tematik ini dan, pada saat yang sama, mematuhi urutan subjek wajib
+ kata kerja dalam bahasa target, nominalisasi mungkin bisa memberikan strategi yang baik dalam banyak

konteks. Nominalisasi melibatkan penggantian bentuk verbal dengan bentuk nominal (misalnya, deskripsikan →

deskripsi). Ini kemudian dapat diikuti oleh kata kerja 'kosong' secara semantik, seperti memberi atau menerima,

dalam bentuk pasif.

Dengan pengecualian penggunaan nominalisasi dan perubahan dari past


ke present tense, versi yang saya sarankan identik dengan terjemahan yang ada.
Nominalisasi menawarkan cara untuk menyajikan informasi dari perspektif yang
mirip dengan teks Portugis. Ini bukan soal mengikuti struktur teks sumber demi
mempertahankan bentuk. Penempatan kata kerja pada posisi awal dalam teks
Portugis memiliki fungsi komunikatif: itu mencirikan proses sebagai titik tolak
penulis, pengaturan yang sangat cocok untuk pelaporan penelitian akademis dan
metode ilmiah.
Strategi no. 4: ekstraposisi
Strategi-strategi ini berpotensi tersedia untuk menyelesaikan ketegangan antara urutan kata

dan fungsi komunikatif. Dalam praktiknya, pertimbangan sintaksis dan semantik sering

mengesampingkan atau berinteraksi dengan pertimbangan komunikatif untuk menghasilkan

struktur yang tidak mengikuti susunan teks sumber.

Saya harus mengakui bahwa sangat sulit untuk menemukan contoh yang jelas dari salah satu dari

strategi ini dalam terjemahan otentik. Jika ada, strategi yang paling umum sejauh ini

tampaknya adalah meninggalkan organisasi tematik teks sumber demi mengikuti prinsip

urutan kata apa pun yang mungkin berlaku dalam bahasa target. Dengan kata lain,

sebagian besar penerjemah tampaknya lebih mengutamakan prinsip-prinsip sintaksis

bahasa sasaran daripada struktur komunikatif teks sumber. Secara umum, strategi ini

dengan sendirinya tampaknya tidak mengganggu aliran informasi alami dalam teks

sasaran.

Singkatnya, seorang penerjemah tidak selalu dapat mengikuti organisasi tematik

dari aslinya. Jika memungkinkan, dan kecuali terjemahan dirancang untuk mencapai efek

yang berbeda, ia harus berusaha untuk menyajikan teks target dari perspektif yang mirip

dengan teks sumber. Tetapi ciri-ciri tertentu dari struktur sintaksis, seperti pembatasan

urutan kata, prinsip bobot akhir dan fraseologi alami dari bahasa sasaran sering berarti

bahwa organisasi tematik teks sumber harus ditinggalkan. Yang penting pada akhirnya

adalah bahwa teks target memiliki beberapa organisasi tematiknya sendiri; membaca

secara alami dan lancar; Singkatnya, seorang penerjemah tidak selalu dapat mengikuti

17
organisasi tematik aslinya. Jika memungkinkan, dan kecuali terjemahan dirancang
untuk mencapai efek yang berbeda, ia harus berusaha untuk menyajikan teks target
dari perspektif yang mirip dengan teks sumber. Tetapi ciri-ciri tertentu dari struktur
sintaksis, seperti pembatasan urutan kata, prinsip bobot akhir dan fraseologi alami
dari bahasa sasaran sering berarti bahwa organisasi tematik teks sumber harus
ditinggalkan. Yang penting pada akhirnya adalah bahwa teks target memiliki beberapa
organisasi tematiknya sendiri; itu membaca secara alami dan lancar.

18
BAB III

KESIMPULAN
Kesimpulan

Penerjemahan dapat diartikan sebagai proses perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain,

atau perubahan dari satu bahasa ke bahasa lain. Lebih lanjut, menurut Munday (2008:5), proses

penerjemahan antara dua bahasa tulis yang berbeda melibatkan perubahan teks tertulis dari teks

asli atau teks sumber (TS) dalam teks bahasa lisan dari bahasa sumber (Bsa) tersebut menjadi teks

sasaran tertulis. teks (TT) dalam bahasa verbal yang berbeda (bahasa target TT).

Dalam melakukan tugasnya, penerjemah harus bekerja dengan bentuk leksikal dan struktur

gramatikal pada berbagai tahap, dan harus menghadirkan kesetaraan pada tingkat kata dan struktur

gramatikal. Namun, menurut Baker (2011:122), tugas utama penerjemah adalah menghadirkan

padanan pada tataran teks. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh proses penerjemahan harus dimulai

dan diakhiri oleh teks.

Berkaitan dengan padanan pada tataran tekstual atau padanan tekstual, dapat dinyatakan bahwa

padanan struktur leksikal dan gramatikal tidak serta merta menghadirkan kesepadanan tekstual

dalam teks sasaran (TT). Hal ini juga menunjukkan bahwa teks yang harus dihasilkan oleh

penerjemah adalah teks yang memiliki konsistensi kohesi dan informasi.

19
REFERENSI
Baker, M. (2018). Dengan kata lain: Buku kursus tentang terjemahan. Di dalamPerkembangan (Jil. 134,

Masalah 4).

Triastika, H. (2017). Kesetaraan Tekstual dalam Penerjemahan Teks Bahasa Inggris Ke Bahasa Indonesia.

Ijlecr - Jurnal Internasional Tinjauan Pendidikan Bahasa dan Budaya, 3(1), 77–83.
https://doi.org/10.21009/ijlecr.031.09

20

Anda mungkin juga menyukai