Anda di halaman 1dari 23

Pengertian Reportase

Reportase artinya pemberitaan atau pelaporan. Dari kata “report” yang artinya “melaporkan” atau
“memberitakan”.
Reportase berasal dari kata reportage (Inggris). Mirriam Webster Dictionary mengartikan
reportage sebagai “the act or process of reporting news” (aksi atau proses pemberitaan) dan
“something (as news) that is reported” (sesuatu yang dilaporkan”.
Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan reportase sebagai “pemberitaan”, “pelaporan, dan
“laporan kejadian (berdasarkan pengamatan atau sumber tulisan).
“Kamus Google” mengartikan reportase sebagai berikut:

 The reporting of news, for the press and the broadcast media. Melaporkan berita untuk pers
dan media penyiaran.
 Factual presentation in a book or other text, especially when this adopts a journalistic style.
Presentasi faktual di buku atau teks lainnya, khususnya ketika mengadopsi gaya jurnalistik.
Laman Glosarium mengartikan reportase sebagai “proses pengumpulan data yang digunakan untuk
penulisan karya jurnalistik”.
Ensiklo mendefinisikan reportase sebagai berikut: reportase adalah aktivitas atau kegiatan dari
reporter/jurnalis untuk turun ke lapangan melakukan observasi langsung dan tidak langsung,
mengumpulkan fakta-fakta dan data mengenai sebuahperistiwa/isu yang sedang terjadi, lalu
merangkainya menjadi sebuah bahan laporan/tulisan.
Dalam konteks jurnalistik, reportase adalah proses pengumpulan data untuk menyusun berita.
Reportase bisa dikatakan merupakan proses jurnalistik terpenting karena dari proses inilah
terkumpul bahan-bahan atau informasi untuk diberitakan.
Reportase adalah proses mengumpulkan data dan fakta sebuah peristiwa sebagai bahan
penulisan atau penyajian berita di media massa.

Teknik Reportase
Teknik Reportase ada tiga:
1. Observasi
Teknik reportase observasi (pengamatan) yaitu wartawan langsung datang ke lokasi kejadian,
mengamati, dan mengumpulkan data atau fata kejadian tersebut mengacu pada formula 5W1H.
Pengamatan merupakan teknik reportase dengan cara mengamati baik setting maupun alur sebuah
peristiwa di lapangan atau lokasi kejadian. Wartawan menggunakan semua indera saat melakukan
pengamatan. Dengan terjun langsung ke lapangan, reporter akan merasakan langsung peristiwa
yang terjadi di lapangan sehingga ia bisa menyampaikan informasi yang valid kepada pembaca.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses reportase dengan cara bertanya kepada narsumber untuk menggali
informasi atau keterangan.  Narasumber dalam wawancara bisa pengamat, pelaku, saksi, korban,
dan siapa pun yang memiliki informasi.
Wawancara merupakan bentuk reportase dengan cara mengumpulkan data berupa pendapat,
pandangan, dan pengamatan seseorang tentang suatu peristiwa. Orang yang menjadi objek
wawancara disebut narasumber.
Unsur berita 5W1H menjadi pertanyaan yang wajib dalam sebuah wawancara. Rumus ini
digunakan untuk mengetahui jalan sebuah peristiwa yang hendak reporter jadikan berita.

Narasumber dalam wawwancara terbagi dua, yaitu narasumber primer (narasumber yang paling
tahu dan memiliki peranan penting dalam sebuah peristiwa) dan narasumber sekunder (narasumber
yang keterangannya hanya berfungsi untuk melengkapi atau mendukung).
Selengkapnya: Teknik Wawancara Jurnalistik
3. Riset Data
Disebut juga studi literatur dan riset dokumentasi, yaitu wartawan membuka-buka arsip, buku, atau
referensi terkait dengan berita yang akan ditulisnya.
Dalam memilah bukti, semua indera kita harus terlibat untuk memilah mana yang berarti dan tidak
berarti untuk mendukung suatu peristiwa.
Riset data termasuk mencari latar belakang informasi yang bisa memperkaya sebuah tulisan atau
berita.

News Processing: Proses pembuatan berita


Reportase adalah bagian dari proses pembuatan (news processing), yaitu tahap kedua (news
hunting, news gathering). Proses pembuatan berita biasanya dimulai dari rapat redaksi.
Dalam rapat redaksi, para wartawan bisa mengajukan usulan-usulan topik liputan. Usulan itu sendiri
bisa berasal dari berbagai sumber.
Misalnya: Undangan liputan dari pihak luar, konferensi pers, siaran pers, berita yang sudah dimuat
atau ditayangkan di media lain, hasil pengamatan pribadi si jurnalis, masukan dari
narasumber/informan, dan sebagainya.
Proses Pembuatan Berita meliputi:
1. News Planning, Perencanaan Berita.
Dalam tahap ini redaksimelakukan Rapat Proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yangakan
disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita, dankode etik jurnalistik.
Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tematulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu
dilakukan pembagiantugas di antara para wartawan.
2. News Hunting, Pengumpulan Bahan Berita.
Inilah tahap reportase. Setelah rapat proyeksidan pembagian tugas, para wartawan melakukan
pengumpulan bahan berita, berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensiatau
pengumpulan data melalui literatur, dan wawancara.
Tahap reportase ini disebut juga “pengumpulan berita” (news gathering), yakni pengumpulan bahan
berita.
3. News Writing, Penulisan Berita.
Setelah data terkumpul, wartawan menulis naskah berita atau melaporkannya di media tempat ia
bekerja. Wartawan televisi dan radio bisa melaporkannya secara live.
Berita yang baik harus memenuhi unsur berita 5W+1H
1. What – Apa yang terjadi, acara apa, peristiwa apa.
2. Who – Siapa pelaku, korban, penyelenggara, atau yang terlibat dalam peristiwa.
3. Where – Di mana kejadiannya (lokasi, tempat)
4. When – Kapan terjadinya (waktu, hari, tanggal)
5. Why – Kenapa terjadi (latar belakang, penyebab, pemicu, tujuan acara)
6. How – Bagaimana kejadiannya (proses, detail, suasana, dll.)
4. News Editing, Penyuntingan Berita
Naskah berita yang sudah ditulis disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi). Dalam
tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematika penulisan, dan substansi naskah, termasuk
pembuatan judul yang menarik.
Di media cetak (suratkabar, tabloid, majalah), penyuntingan juga termasuk “pemotongan” (cutting)
untuk menyesuaikan panjang naskah dengan space atau kolom yang tersedia.

Contoh Reportase: Meliput Seminar


Wartawan datang ke lokasi seminar. Di sana ia mengamati jalannya acara, jumlah hadirin, materi
pembicaraan, mengambil makalah (jika ada), mengambil foto/memotret (jika tidak ada fotografer),
lalu wawancara panitia, narasumber, dan peserta jika diperlukan.
Pengumpulan data untuk naskah berita meliputi 5W+1H yang merupakan Unsur-Unsur Berita
sebagaimana sudah dijelaskan di atas.
Demikian ulasan ringkas tentang pengertian, teknik, dan contoh reportase jurnalistik. Wasalam.
(www.romeltea.com).*
KARYA ILMIAH
AEDES AEGYPTI PENYEBAB DEMAM BERDARAH
DENGUE

FITROTUL AZIZAH                        (13)

IKAFATIMAH SOPHIEYATI         (15)

MEULLINA MARGI FENY                       (22)

NADIA MEGA UTAMI                   (23)

XI MM
SMK N 2 WONOSARI

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul ‘Aedes Aegypti Penyebab
Demam Berdarah Degue’. 
            Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Guru Bahasa Indonesia yang telah
membantu kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang membantu secara langsung dan tidak langsung.
            Semoga karya ilmiah ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi baik
dilingkungan sekolah maupun masyarakat.

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
2.      Rumusan Masalah
3.      Tujuan Penelitian
4.      Manfaat Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Demam Berdarah Dengue
2.      Ciri Ciri Nyamuk Aedes Aegypti
Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti
Perkembangbiakan Nyamuk
3.      Gejala Demam Berdarah Dengue
Gejala Orang Yang Terserang Penyakit DBD
Gejala Orang Yang Tertular DBD
Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue
4.      Pengobatan Demam Berdarah Dengue
5.      Cara Mencegah Demam Berdarah Dengue
BAB III
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan di daerah
tropis. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
            Kondisi masyarakat saat ini, masih banyak yang terkena demam berdarah dengue.
Masyarakat masih belum menyadari apa yang mereka lakukan yaitu dapat merugikan orang-orang
disekitarnya. Dari tahun ke tahun penderita penyakit demam berdarah dengue semakin meningkat.

            Penyakit demam berdarah ini sangat penting untuk di bahas, karena banyak warga di
Indonesia yang masih menganggap penyakit ini, penyakit yang biasa. Terutama pada anak-anak
sering terkena Demam Berdarah Dengue.

2.      Rumusan Masalah


·         Apa pengertian Demam Berdarah Dengue?

·         Apa ciri ciri nyamuk Aedes Aegypti ?

·         Apa gejala Demam Berdarah Dengue?

·         Bagaimana cara pengobatan DBD?

·         Bagaimana cara mencegah DBD?

3.      Tujuan Penelitian


·         Mengetahui pengertian Demam Beradarah Dengue

·         Mengetahui ciri ciri nyamuk Aedes Aegypti

·         Mengetahui gejala Demam Beradarah Dengue

·         Mengetahui cara pengobatan Demam Berdarah Dengue

·         Mengetahui cara mencegah Demam Berdarah Dengue

4.      Manfaat Penelitian


·         Penderita penyakit DBD berkurang

·         Terjaganya kebersihan lingkungan

·         Kesehatan tubuh yang terjaga


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Demam Berdarah Dengue
                Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut
yang ditemukan di daerah tropis. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes
Aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.
            Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
            Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika
termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan air laut.

2.      Ciri Ciri Nyamuk Aedes Aegypti


Ciri-Ciri Nyamuk Aedes Aegypti
 Nyamuk Aedes Aegypti bertubuh belang hitam-putih, suka berkembang biak di tempat yang
bisa digenangi air terutama air bersih.
 Nyamuk betina biasanya yang menghisap darah
 Nyamuk ini biasanya menghisap darah seiap 2-3 hari sekali, biasanya pada pagi hari antara
pukul 08.00 – 12.00 dan sore hari antara pukul 16.00 – 17.00 mereka perlu menghisap
banyak darah untuk menyuburkan telurnya.

 Setelah kenyang nyamuk betina perlu istirahat, mereka bersarang di tempat lembab,
diruangan remang-remang, digerumbul tanaman hias, ditirai rumah, bahkan di baju-baju
yang di gelantung.

Perkembangbiakan Nyamuk
 Nyamuk Aedes Aegypti biasa bertelur di dinding tempat air yang tidak mengalir
 Setelah 7-10 hari, telur-telur ini akan tumbuh menjadi nyamuk
 Rata-rata umur nyamuk betina 2-3 bulan, sedangkan yang jantan hanya 14 hari.

3.      Gejala Demam Berdarah Dengue


            Gejala Orang Yang Terserang Penyakit DBD
1. Badan demam panas tinggi lebih dari 2 hari
2. Nyeri pada ulu hati
3. Terdapat bercak bintik merah di kulit yang tidak hilang walau ditekan, ditarik, diregangkan
dan lain sebagainya.
4. Bisa mengeluarkan darah dari hidung (mimisan), muntah darah, dan melalui buang air besar.

5. Penderita bisa pucat, gelisah, ujung kaki dan ujung tangan dingin.

            Gejala Orang Yang Tertular DBD


 Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
 Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 – 7 hari, nyeri-nyeri pada
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah
kulit.
 Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (mimisan), mulut, dubur,dsb.
 Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian

            Proses Penularan Penyakit Demam Berdarah Dengue


            Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan
mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi
penduduk disekitarnya.

4.      Pengobatan Demam Berdarah Dengue


            Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah
atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak minum
sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
            Penambahan cairan tubuh melalui infus mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi yang
berlebihan. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang timbul, misalnya :

·         Paracetamol membantu menurunkan demam

·         Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare

·         Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder

Cara pengobatan tanpa melakukan opname di rumah sakit adalah sebagai berikut :

1. Minumlah air putih minimal 20 gelas berukuran sedang setiap hari (lebih banyak lebih baik)

2. Cobalah menurunkan panas dengan minum obat penurun panas

3. Beberapa teman dan dokter menyarankan untuk minum minuman ion tambahan (tapi banyak
juga yang tidak menganjurkannya)
4. Minuman lain yang disarankan: Jus jambu merah untuk meningkatkan trombosit (ada juga
yang menyarankan: daun angkak, daun jambu, dsb)

5. Makanlah makanan yang bergizi dan usahakan makan dalam kuantitas yang banyak
(meskipun biasanya minat makan akan menurun drastis).

5.      Cara Mencegah Demam Berdarah Dengue


            Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.
Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor vektor
demam berdarah.
            Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam
berdarah, sebagai berikut:

1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup;

2. Memperhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras


bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas
yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal
mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan
lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang;

3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate
akan mematikan jentik pada air.  Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai
perkembangbiakan nyamuk;

4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi

5. Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore,
karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di
lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD
nya.
BAB III
SIMPULAN
            Serangan penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) bisa muncul kapan saja sepanjang
tahun dan bisa menyerang siapa saja mulai dari anak-anak hingga lanjut usia bisa terkena penyakit
Demam Berdarah Dengue yang berbahaya dan mematikan.
            Penyakit DBD berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Masyarakat
yang kurang peduli kebersihan lingkungan dan ancaman penyakit berbahaya merupakan lokasi yang
sangat baik sebagai endemik DBD. Diperlukan kesadaran dan peran aktif semua lapisan masyarakat
untuk mengenyahkan demam berdarah dengue dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
            Untuk memberantas nyamuk aedes aegypty yang menularkan demam berdarah dengue
diperlukan 3M Plus di wilayah lingkungan tempat tinggal yaitu
·         Menguras tempat-tempat penampungan air atau barang-barang yang bisa digenangi air, seperti
bak mandi, ember, vas bunga, dan tampat minum burung.
·         Menutup rapat semua penampungan air seperti ember, tempayang, gentong dan drum.
·         Mengubur semua barang bekas yang dapat digenangi air.
Plus hindari gigitan nyamuk
Selain itu nyamuk akan pergi, yaitu dengan cara :
·         Mengolesi tubuh dengan obat anti digigit nyamuk
·         Membubuhi abate di semua ke tempat air
·         Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
·         Mengusir nyamuk dengan obat nyamuk
·         Memasang kawat nyamuk pada ventilasi
·         Tidak mempunyai hobi menggantungkan baju

DAFTAR PUSTAKA

https://carapedia.com/kata_pengantar_karya_ilmiah_karya_tulis_info315.html

https://dewimaulidah.wordpress.com/2011/02/21/karya-ilmiah-dbd/
Pengertian Karya Ilmiah
Karya Ilmiah adalah tulisan yang mengandung fenomena atau peristiwa yang ditulis menurut
kenyataan.
Menurut kamus bahasa Indonesia (KBBI) karya ilmiah merupakan karya tulis yang dibuat
dengan prinsip ilmiah, menurut data dan fakta (observasi, eksperimen, kajian pustaka).
Tulisan karya ilmiah dapat menyangkut banyak tema, seperti mengenai ilmu pengetahuan, alam
sekitar, teknologi dan seni yang didapat melewati studi kepustakaan, penelitian atau pengalaman di
lapangan dan pengetahuan orang lain sebelumnya.

Bentuk Karya Ilmiah


Dibawah ini terdapat tiga bentuk karya ilmiah, antara lain:

 Bentuk Populer
Karya ilmiah bentuk ini dapat pernyataan dalam bentuk karya ringkas. Ragam bahasanya bersifat
santai (populer). Karya ilmiah populer biasanya ditemui dalam media massa, contohnya koran
ataupun majalah.
Kata populer digunakan untuk menyebutkan topik yang akrab, menyenangkan bagi masrakyat atau
disukai oleh sebagian besar orang karena gayanya yang menarik dan bahasanya mudah dimengerti.
Kalimat-kalimatnya sederhana, lancar, tetapi tidak berbentuk senda gurau dan tidak pula bersifat
rekaan.

 Bentuk Semiformal
Dibawah ini terdapat beberapa bagian dari bentuk semiformal pada karya ilmiah, antara lain:
1. Halaman judul
2. Kata pengantar
3. Daftar isi
4. Pendahuluan
5. Pembahasan
6. Simpulan
7. Daftar pustaka
8. Bentuk Formal
Dibawah ini terdapat beberapa bagian dari bentuk formal pada karya ilmiah, antara lain:
1. Judul
2. Tim Pembimbing
3. Kata Pengantar
4. Abstrak
5. Daftar Isi
6. Bab Pendahuluan
7. Bab Telah Kerangka Teoritis
8. Bab Metode Penelitian
9. Bab Pembahasan Hasil Penelitian
10. Bab Simpulan dan Rekomendasi
11. Daftar pustaka
12. Lampiran
13. Riwayat Hidup

Struktur Karya Ilmiah


Dibawah ini terdapat beberapa struktur karya ilmiah, antara lain:

1. Judul
Judul dalam karya ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang jelas dan lengkap. Judul mencerminkan
hubungan antarvariabel. Istilah hubungan di sini tidak selalu mempunyai makna korelasional,
kausalitas, ataupun determinatif. Judul juga mencerminkan dan konsisten dengan ruang lingkup
penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian.

1. Pendahuluan
Pada karya ilmiah formal, bagian pendahuluan mencakup latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau kegunaan
penelitian. Selain itu, dapat pula dilengkapi dengan definisi operasional dan sistematika penulisan.

1. Latar Belakang Masalah


Uraian pada latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya masalah dan
pentingnya untuk dibahas, baik itu dari segi pengembangan ilmu, kemasyarakatan, maupun dalam
kaitan dengan kehidupan pada umumnya.

 Perumusan Masalah
Masalah merupakan segala sesuatu yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis, yang pada
umumnya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan mengapa atau bagaimana. Berangkat dari
pertanyaan itulah, penulis menganggap perlu untuk melakukan langkah-langkah pemecahan,
misalnya melalui penelitian. Masalah itu pula yang nantinya menjadi fokus pembahsan di dalam
karya ilmiah tersebut.
 Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan mengenai fokus pembahasan di dalam penulisan karya ilmiah
tersebut; berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Dengan demikian, tujuan harus sesuai
dengan masalah pada karya imiah itu.

 Manfaat
Perlu diyakinkan pula kepada pembaca tentang manfaat atau kegunaan dari penulisan karya ilmiah.
Misalnya untuk pengembangan suatu bidang ilmu ataupun untuk pihak atau lembaga-lembaga
tertentu.

 Kerangkan Teoritis
Kerangka teoritis disebut dengan kajian pustaka atau teori landasan. Tercakup pula di dalam bagian
ini merupakan kerangka pemikiran dan hipotesis. Kerangka teoretis dimulai dengan
mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan
hipoteisi.
Di samping itu, dalam kerangka teoritis perlu dilakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian
yang telah dilakukan para penulis terdahulu. Langkah ini penting dilakukan guna menambah dan
memperoleh wawasan ataupun pengetahuan baru, yang telah ada sebelumnya. Di samping akan
menghindari adanya duplikasi yang sia-sia, langkah ini juga memberikan perspektif yang lebih jelas
mengenai hakikat dan kegunaan penelitian itu dalam perkembangan ilmu secara keseluruhan.

1. Metodologi Penelitian
Dalam karya tulis yang merupakan hasil penelitian, perlu dicantumkan pula bagian yang disebut
dengan metode penelitian. Metodologi penelitian diartikan sebagai prosedur atau tahap-tahap
penelitian, mulai persiapan, penentuan sumber data, pengolahan, sampai dengan pelaporannya.
Setiap penelitian mempunya metode penelitian masing-masing, yang umumnya bergantung pada
tujuan penelitian itu sendiri. Metode-metode penelitian yang dimaksud, antara lain:
1. Metode deskriptif, ialah metode penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan fakta-
fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakuan apa pun. Data yang dimaksud dapat berupa
fakta yang bersifat kuantitatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.
2. Metode eksperimen, ialah metode penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran atas
suatu gejala setelah mendapatkan perlakuan.
3. Metode penelitian kelas, ialah metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki
persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, misalnya tentang motivasi belajar dan
prestasi belajar siswa dalam kompetensi dasar tertentu.
1. Pembahasan
Bagian ini mengandung paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan masalah
atau tujuan penulisan yang dikemukakan pada bab pendahuluan. Data yang diperoleh melalui hasil
pengamatan, wawancara, dan sebagainya itu dibahas dengan berbagai sudut pandang; diperkuat
oleh teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya.
Sekiranya diperlukan, pembahasan dapat dilengkapi dengan berbagai sarana pembantu seperti tabel
dan grafik. Sarana-sarana pembantu tersebut diperlukan untuk menjelaskan pernyataan ataupun
data. Tabel dan grafik merupakan cara efektif dalam menyajikan data dan informasi. Sajian data dan
informasi lebih mudah dibaca dan disimpulkan. Penyajian informasi dengan tabel dan grafik
memang lebih sistematis dan lebih enak dibaca, mudah dipahami, serta lebih menarik daripada
penyajian secara verbal.
Penulis perlu menggunakan argumen-argumen yang telah dikemukakan dalam kerangka teoritis.
Pembahasan data dapat diibaratkan dengan sebuah pisau daging. Apabila pisau itu tajam, baik
pulalah keratan-keratan daging yang dihasilkannya. Namun, apabila tumpul, keratan daging itu akan
acak-acakan, penuh cacat. Demikian pula halnya dengan pembahasan data. Apabila argumen-
argumen yang dikemukakan penulis lemah dan data yang digunakannya tidak lengkap, pemecahan
masalahnya pun akan jauh dari yang diharapkan.

1. Simpulan dan Saran


Simpulan merupakan pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur penulisan
karya ilmiah. Simpulan merupakan bagian dari simpul masalah (pendahuluan), kerangka teoretis
yang tercakup di dalamnya, hipotesis, metodologi penelitian, dan temuan penelitian. Simpulan
merupakan kajian terpadu dengan meletakkan berbagai unsur penelitian secara menyeluruh. Oleh
karena itu, perlu diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari unsur-unsur di
atas dengan meletakkannya dalam kerangka pikira yang mengarah kepada simpulan.
Berdasarkan pengertian di atas, seorang peneliti harus pula melihat berbagai implikasi yang
dirimbulkan oleh simpulan penelitian. Implikasi tersebut umpamanya berupa pengembangan ilmu
pengetahuan, kegunaan yang bersifat praktis dalam penyusunan kebijakan. Hal-hal tersebut
kemudian dituangkan ke dalam bagian yang disebut rekomendasi atau saran-saran.

1. Daftar Pustaka
Daftar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam karya ilmiah
yang diambil dari sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal, dokumen resmi,
maupun sumber-sumber lain dari internet. Semua sumber tertulis atau tercetak yang tercantum di
dalam karya ilmiah harus dicantumkan di dalam daftar pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang
pernah dibaca oleh penulis tetapi tidak digunakan dalam penulisan karya ilmiah itu, tidak boleh
dicantumkan di dalam daftar pustaka.
Cara menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis, tanpa menggunakan nomor urut. Sumber
tulisan atau tercetak yang memerlukan banyak tempat lebih dari satu baris ditulis dengan jarak satu
spasi, sedangkan jarak antara sumber yang satu dengan yang lainnya adalah dua spasi.
Susunan penulisan daftar pustaka: nama pengarang yang disusun dibalik, tahun terbit, judul
pustaka, kita terbit dan nama penerbit.

Jenis-Jenis Karya Ilmiah


Dibawah ini terdapat beberapa jenis-jenis karya ilmiah, antara lain:

 Makalah
Makalah merupakan karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris objektif. disusun melalui proses berpikir
deduktif atau induktif.

 Skripsi
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat
orang lain yang didukung oleh data dan fakta empiris objektif (dari studi lapangan atau studi
kepustakaan).

 Tesis
Tesis merupakan karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis membahas
suatu pernyataan atau teori yang didukung oleh sejumlah argumen yang dapat
dipertanggungjawabkan.

 Disertasi
Disertasi merupakan karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuk1kan oleh
penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci.

Ciri-Ciri Karya Ilmiah


Dibawah ini terdapat beberapa ciri-ciri karya ilmiah, antara lain:
1. Reproduktif
2. Tidak samar
3. Tidak emotif
4. Menggunakan Bahasa baku
5. Menggunakan kaidah keilmuan
6. Bersifat dekoratif
7. Terdapat kohesi
8. Bersifat objektif
9. Menggunakan kalimat efektif
Syarat-Syarat Karya Ilmiah
Dibawah ini terdapat beberapa syarat-syarat karya ilmiah, antara lain:

1. Bagian awal
Pada bagian ini secara umum memuat halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, arti mengenai lambang maupun singkatan, dan
intisari dari karya ilmiah tersebut.

1. Bagian inti
Pada bagian ini memuat bab-bab, pendahuluan, kajian teori, pembahasan, kesimpulan dan saran
hasil dari penelitian. Dalam bagian bab tersebut terdapat beberapa sub bab penelitian mengenai
tema yang di bahas, misalnya seperti latar belakang permasalahan, pokok permasalahan, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, waktu dan tempat penelitian,
sistematika penulisan dan sebagainya. Hal ini tergantung tema apa yang di teliti.

1. Bagian akhir
Dan pada bagian ini biasanya terdiri dari daftar pustaka tentang teori atau materi yang digunakan
dari mana saja di dapatnya dan lampiran dokumen (jika di butuhkan).

Demikian Pembahasan Tentang Pengertian Karya Ilmiah,


Bentuk, Struktur, Jenis, Ciri dan Syarat dari Pendidikanmu
Semoga Bermanfaat Bagi Para Pembaca 

Home › bahasa indonesia › kaya ilmiah › pengertian › struktur kebahasaan › unsur karya ilmiah

Pengertian, Bentuk, Struktur, dan Unsur


Kebahasaan Karya Ilmiah
Pengertian, Bentuk, Struktur, dan Unsur Kebahasaan Karya Ilmiah | Kali ini kami akan
membahas mengenai karya ilmiah. Penjelasan ini diambil dari buku Bahasa Indonesia kelas XI
kurikulum 2013. Mudah-mudahan apa yang kami tuliskan ini bermanfaat untuk Anda. Selamat
belajar dan menyelami.

A. Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah tulisan yang berisi fenomena atau peristiwa yang ditulis berdasarkan kenyataan
(bukan fiksi). Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan, karya ilmiah adalah karya tulis yang
dibuat dengan prinsip-prinsip ilmiah, berdasarkan data dan fakta (observasi, eksperimen, kajian
pustaka). Tulisan karya ilmiah bisa menyangkut banyak tema, misalnya, tentang ilmu pengetahuan,
alam sekitar, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui studi kepustakaan, penelitian, atau
pengalaman di lapangan, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.

Baca Juga
 Pengertian, Unsur-Unsur, dan Kaidah Kebahasaan Debat
 Pengertian, Struktur, dan Ciri-Ciri Kebahasaan Teks Biografi
 Pengertian, Struktur, Macam-Macam, dan Unsur Kebahasaan Drama

B. Bentuk Karya Ilmiah

Karya ilmiah dapat ditulis dalam berbagai bentuk penyajian. Setiap bentuk itu berbeda dalam hal
kelengkapan strukturnya. Secara umum, bentuk penyajian karya terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu
bentuk populer, bentuk semiformal, dan bentuk formal.

1. Bentuk populer

Karya ilmiah bentuk ini sering disebut karya ilmiah populer. Bentuknya manasuka. Karya ilmiah
bentuk ini bisa diungkapkan dalam bentuk karya ringkas. Ragam bahasanya bersifat santai
(populer). Karya ilmiah populer umumnya dijumpai dalam media massa, seperti koran atau
majalah. Istilah populer digunakan untuk menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi
populus (rakyat) atau disukai oleh sebagian besar orang karena gayanya yang menarik dan
bahasanya mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya sederhana, lancar, namun tidak berupa senda
gurau dan tidak pula bersifat fantasi (rekaan).

2. Bentuk Semiformal
Secara garis besar, karya ilmiah bentuk ini terdiri atas:
a. halaman judul,
b. kata pengantar,
c. daftar isi,
d. pendahuluan,
e. pembahasan,
f. simpulan, dan
g. daftar pustaka.
Bentuk karya ilmiah semacam itu, umumnya digunakan dalam berbagai jensi laporan biasa dan
makalah.

3. Bentuk Formal

Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan akademis secara
lengkap, seperti skripsi, tesis, atau disertasi. Unsur-unsur karya ilmiah bentuk formal, meliputi hal-
hal sebagai berikut.

a. Judul
b. Tim pembimbing
c. Kata pengantar
d. Abstrak
e. Daftar isi
f. Bab Pendahuluan
g. Bab Telaah kepustakaan/kerangka teoritis
h. Bab Metode penelitian
i. Bab Pembahasan hasil penelitian
j. Bab Simpulan dan rekomendasi
k. Daftar pustaka
l. Lampiran-lampiran
m. Riwayat hidup

C. Penjelasan tentang Struktur Karya Ilmiah

Beberapa bagian penting dari struktur karya ilmiah diuraikan sebagai berikut.

1. Judul

Judul dalam karya ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang jelas dan lengkap. Judul mencerminkan
hubungan antarvariabel. Istilah hubungan di sini tidak selalu mempunyai makna korelasional,
kausalitas, ataupun determinatif. Judul juga mencerminkan dan konsisten dengan ruang lingkup
penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian.

Contoh: AKTIVITAS PERGAULAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif


tentang Kecerdasan Emosi dan Intelektual) Siswa SMA Labschool UPI Bandung

Dari judul di atas, dapat diketahui bahwa:


a. Masalah yang diteliti: aktivitas pergaulan dan prestasi belajar siswa
b. Ruang lingkup penelitian: kecerdasan emosi dan intelektual siswa

c. Tujuan penelitian: mengetahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas pergaulan dengan prestasi
belajar siswa
d. Subjek penelitian: siswa SMA Labschool UPI Bandung
e. Metode penelitian: deskriptif-komparatif

Penulisan judul dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan menggunakan huruf kapital
semua kecuali pada anak judulnya. Kedua, dengan menggunakan huruf kecil kecuali huruf
pertamanya. Apabila cara yang kedua yang akan digunakan, maka kata-kata penggabung, seperti
dengan dantentang serta kata-kata depan seperti, di, ke, dari, dan ke huruf pertamanya tidak boleh
menggunakan huruf kapital. Di akhir judul tidak boleh menggunakan tanda baca apa pun, termasuk
titik ataupun koma.

2. Pendahuluan

Pada karya ilmiah formal, bagian pendahuluan mencakup latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau kegunaan
penelitian. Selain itu, dapat pula dilengkapi dengan definisi operasional dan sistematika penulisan.

a. Latar Belakang Masalah

Uraian pada latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya masalah dan
pentingnya untuk dibahas, baik itu dari segi pengembangan ilmu, kemasyarakatan, maupun dalam
kaitan dengan kehidupan pada umumnya.

b. Perumusan Masalah

Masalah adalah segala sesuatu yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis, yang pada umumnya
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan mengapa atau bagaimana. Berangkat dari pertanyaan itulah,
penulis menganggap perlu untuk melakukan langkah-langkah pemecahan, misalnya melalui
penelitian. Masalah itu pula yang nantinya menjadi fokus pembahsan di dalam karya ilmiah
tersebut.

c. Tujuan (Penulisan Karya Ilmiah)

Tujuan merupakan pernyataan mengenai fokus pembahasan di dalam penulisan karya ilmiah
tersebut; berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Dengan demikian, tujuan harus sesuai
dengan masalah pada karya imiah itu.
d. Manfaat

Perlu diyakinkan pula kepada pembaca tentang manfaat atau kegunaan dari penulisan karya ilmiah.
Misalnya untuk pengembangan suatu bidang ilmu ataupun untuk pihak atau lembaga-lembaga
tertentu.

3. Kerangkan Teoritis

Kerangka teoritis disebut juga kajian pustaka atau teori landasan. Tercakup pula di dalam bagian ini
adalah kerangka pemikiran dan hipotesis. Kerangka teoretis dimulai dengan mengidentifikasi dan
mengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipoteisi.

Di samping itu, dalam kerangka teoritis perlu dilakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian
yang telah dilakukan para penulis terdahulu. Langkah ini penting dilakukan guna menambah dan
memperoleh wawasan ataupun pengetahuan baru, yang telah ada sebelumnya. Di samping akan
menghindari adanya duplikasi yang sia-sia, langkah ini juga memberikan perspektif yang lebih jelas
mengenai hakikat dan kegunaan penelitian itu dalam perkembangan ilmu secara keseluruhan.

4. Metodologi Penelitian

Dalam karya tulis yang merupakan hasil penelitian, perlu dicantumkan pula bagian yang disebut
dengan metode penelitian. Metodologi penelitian diartikan sebagai prosedur atau tahap-tahap
penelitian, mulai persiapan, penentuan sumber data, pengolahan, sampai dengan pelaporannya.

Setiap penelitian mempunya metode penelitian masing-masing, yang umumnya bergantung pada
tujuan penelitian itu sendiri. Metode-metode penelitian yang dimaksud, misalnya, sebagai berikut.

a. Metode deskriptif, yakni metode penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan fakta-fakta
secara apa adanya, tanpa adanya perlakuan apa pun. Data yang dimaksud dapat berupa fakta yang
bersifat kuantitatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.

b. Metode eksperimen, yakni metode penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran atas suatu
gejala setelah mendapatkan perlakuan.

c. Metode penelitian kelas, yakni metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki persoalan-
persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, misalnya tentang motivasi belajar dan prestasi belajar
siswa dalam kompetensi dasar tertentu.

5. Pembahasan

Bagian ini berisi paparan tentang isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan masalah/tujuan
penulisan yang dikemukakan pada bab pendahuluan. Data yang diperoleh melalui hasil
pengamatan, wawancara, dan sebagainya itu dibahas dengan berbagai sudut pandang; diperkuat
oleh teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya.

Sekiranya diperlukan, pembahasan dapat dilengkapi dengan berbagai sarana pembantu seperti tabel
dan grafik. Sarana-sarana pembantu tersebut diperlukan untuk menjelaskan pernyataan ataupun
data. Tabel dan grafik merupakan cara efektif dalam menyajikan data dan informasi. Sajian data dan
informasi lebih mudah dibaca dan disimpulkan. Penyajian informasi dengan tabel dan grafik
memang lebih sistematis dan lebih enak dibaca, mudah dipahami, serta lebih menarik daripada
penyajian secara verbal.

Penulis perlu menggunakan argumen-argumen yang telah dikemukakan dalam kerangka teoritis.
Pembahasan data dapat diibaratkan dengan sebuah pisau daging. Apabila pisau itu tajam, baik
pulalah keratan-keratan daging yang dihasilkannya. Namun, apabila tumpul, keratan daging itu akan
acak-acakan, penuh cacat. Demikian pula halnya dengan pembahasan data. Apabila argumen-
argumen yang dikemukakan penulis lemah dan data yang digunakannya tidak lengkap, pemecahan
masalahnya pun akan jauh dari yang diharapkan.

6. Simpulan dan Saran

Simpulan merupakan pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur penulisan
karya ilmiah. Simpulan merupakan bagian dari simpul masalah (pendahuluan), kerangka teoretis
yang tercakup di dalamnya, hipotesis, metodologi penelitian, dan temuan penelitian. Simpulan
merupakan kajian terpadu dengan meletakkan berbagai unsur penelitian secara menyeluruh. Oleh
karena itu, perlu diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari unsur-unsur di
atas dengan meletakkannya dalam kerangka pikira yang mengarah kepada simpulan.

Berdasarkan pengertian di atas, seorang peneliti harus pula melihat berbagai implikasi yang
dirimbulkan oleh simpulan penelitian. Implikasi tersebut umpamanya berupa pengembangan ilmu
pengetahuan, kegunaan yang bersifat praktis dalam penyusunan kebijakan. Hal-hal tersebut
kemudian dituangkan ke dalam bagian yang disebut rekomendasi atau saran-saran.

7. Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam karya ilmiah
yang diambil dari sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal, dokumen resmi,
maupun sumber-sumber lain dari internet. Semua sumber tertulis atau tercetak yang tercantum di
dalam karya ilmiah harus dicantumkan di dalam daftar pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang
pernah dibaca oleh penulis tetapi tidak digunakan dalam penulisan karya ilmiah itu, tidak boleh
dicantumkan di dalam daftar pustaka.

Cara menulis daftar pustaka berurutan secara alfabetis, tanpa menggunakan nomor urut. Sumber
tulisan/tercetak yang memerlukan banyak tempat lebih dari satu baris ditulis dengan jarak satu
spasi, sedangkan jarak antara sumber yang satu dengan yang lainnya adalah dua spasi.
Susunan penulisan daftar pustaka: nama pengarang yang disusun dibalik; tahun terbit; judul
pustaka; kita terbit; dan nama penerbit.

Baca Juga: Contoh dan Cara Menulis Daftar Pustaka yang Baik dan Benar

D. Unsur Kebahahasaan Karya Ilmiah

Telah kita pelajari pada materi terdahulu bahwa salah satu ciri karya ilmiah adalah bersifat objektif.
Objektivitas suatu karya ilmiah, antara lain, dintandai oleh pilihan kata yang bersifat impersonal.
Hal itu berbeda dengan teks lain yang bersifat nonilmiah, semacam novel ataupun cerpen yang
pengarangnya bisa ber-aku, kamu, dan dia. Kata ganti yang digunakan dalam karya ilmiah harus
bersifat umum, misalnya penulis atau peneliti.

Dalam hal ini, penulis tidak boleh menyatakan proses pengumpulan data dengan kalimat pasif,
misalnya, “Di dalam penelitian ini, digunakan kuesioner”. Di dalam kalimat tersebut, subjek
penelitian dinyatakan secara tersurat. Dalam komunikasi ilmiah, memang penulis diharapkan sering
mempergunakan kalimat pasif seperti contoh di atas.

Karya ilmiah memerlukan kelugasan dalam pembahasannya. Karya ilmiah menghindari


penggunaan kata dan kalimat yang bermakna ganda. Karya ilmiah mensyaratkan ragam yang
memberikan keajegan dan kepastian makna. Dengan kata lain, bahasa yang digunakannya itu harus
reproduktif. Artinya, apabila penulis menyampaikan informasi, misalnya, yang bermakna X,
pembacanya pun harus memahami informasi itu dengan makna X pula. Informasi X yang dibaca
harus merupakan reproduksi yang benar-benar sama dari informasi X yang ditulis.

Ragam bahasa yang digunakan karya ilmiah harus lugas dan bermakna denotatif. Makna yang
terkandung dalam kata-katanya harus diungkapkan secara eksplisit untuk mencegah timbulnya
pemberian makna yang lain. Untuk itu, dalam karya ilmiah kita sering mendapatkan definisi atau
batasan dari kata atau istilah-istilah yang digunakan. Misalnya, jika dalam karya itu digunakan
frasa atau klausa, penulis itu harus terlebih dahulu menjelaskan arti kedua kata itu sebelum ia
melakukan pembahasan yang lebih jauh. Hal tersebut penting dilakukan untuk menyamakan
persepsi antara penulis dengan pembaca atau untuk menghindari timbulnya pemaknaan lain oleh
pembaca terhadap maksud kedua kata itu.

Makna denotasi adalah makna kata yang tidak mengalami perubahan, sesuai dengan konsep
asalnya. Makna denotasi disebut juga makna lugas. Kata itu tidak mengalami penambahan-
penambahan makna. Adapun makna konotasi adalah makna yang telah mengalami penambahan.
Tambahan-tambahan itu berdasarkan perasaan atau pikiran seseorang terhadap suatu hal. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
- Malam ini udara terasa sangat panas (denotasi) (panas di sini berkaitan dengan suhu)
- Hatiku panas begitu melihat Ahmad dimarahi Pak Lurah (konotasi) (panas di sini
bermakna emosi, marah)

- Adikku senang mengenakan pakaian hitam bila keluar rumah (denotasi) (warna gelap)
- Ia sudah insaf, tidak ingin lagi tenggelam ke dalam dunia hitam (konotasi)
(kemaksiatan, kehinaan)

Penjelasan panjang tentang makna denotatif dan konotatif bisa dibaca di artikel "Pengertian dan
Contoh Makna Denotatif dan Konotatif".

Nah, itulah penjelasan lengkap mengenai Pengertian, Bentuk, Struktur, dan Unsur Kebahasaan
Karya Ilmiah. Semoga penjelasan ini membantu Anda memahami tema tersebut. Nantikan tulisan-
tulisan lainnya di laman ini.

Anda mungkin juga menyukai