Anda di halaman 1dari 3

Hal yang Paling Mengesankan Dalam Hidup

Oleh : Erix Dwui Yanto

Perkenalkan saya erix, saya seorang mahasiswa dari Universitas swasta terbaik di
jawa timur,dan saya berasal dari keluarga militer... Yaa benar militer. Ayah saya adalah
seorang TNI, dan bukan hanya ayah saya saja, adik dan kakak dari ayah saya juga
seoarang TNI, bahkan kakak ipar saya juga seorang TNI. Mempunyai keluarga TNI
adalah suatu kebanggaan tersendiri, tetapi dibalik kebanggaan tersebut juga terdapat
beberapa masalah pribadi yang saya alami sebagai anak dari seorang TNI. dan salah satu
dari masalah tersebut memiliki kesan yang mendalam bagi saya.

Mungkin kata orang-orang “keluarga tentara itu tegas, keras,disiplin dll”. dan saya
katakan benar sekali, menjadi keluarga dari seorang TNI memang seperti itu, memang
sedikit berbeda dari keluarga-keluarga normal biasanya, akan tetapi begitulah faktanya.
Meskipun ayah saya adalah seorang TNI tapi untungnya beliau mendidik anak-anaknya
tidak seperti militer. Maksutnya beliau mendidik anak-anaknya bukan sebagai tentara
tetapi sebagai sosok seorang ayah yang bijaksana. Tetapi meskipun begitu entah kenapa
saya sebagai anaknya malah merasakan seperti dididik seperti militer, bagaimana tidak,
saya seakan-akan sudah terbiasa dengan kedisiplinan yang ekstra ketat, ketegasan ekstra,
hukuman hukuman ekstra dan perintah serta perkataan dari ayah saya yang tidak boleh
ditolak,yang seakan akan saya sudah terbiasa dengan kata-kata “siap pak”. menjadi anak
dari seorang tentara bukanlah perkara yang gampang. Mulai dari ini dan itu diatur semua
oleh ayah saya, dan memilih apa yang ingin saya lakukanpun juga seakan-akan mustahil
bagi saya, bahkan cita cita saya pun juga sudah diatur oleh ayah saya untuk menjadi
seorang TNI. Mulai dari kecil saya seperti dididoktrin untuk menjadi seorang tentara,
pokoknya saya harus menjadi tentara. Begitulah pemikiran dari ayah saya. Tetapi
sewaktu saya menginjak SMA semuanya perlahan-lahan berubah. (Maaf nama sekolah
tidak saya sebutkan, karena hal ini adalah aib dari sekolahan saya)

Dulu saya sekolah di SMA yang “katanya” terfavorit dikota saya, dan “katanya”
menjadi sekolah yang paling diidam idamkan bagi semua pelajar sekota. Bagaimana
tidak hampir semua rata-rata nilai rapot dari siswa SMA tersebut bisa dikatakan diatas
rata-rata. Sungguh suatu hal yang membanggakan bisa masuk di SMA tersebut. Dan
saking bahagianya dan semangatnya bisa masuk di SMA tersebut saya bisa mendapat
ranking pada saat kelas satu, saya ingat betul bagaimana moment-moment dulu tentang
Bagaimana rasanya mendapatkan hasil yang luar biasa dengan usaha yang luar biasa
pula. Akan tetapi kejanggalan-kejanggalan saat saya duduk dibangku kelas 2 pun
muncul, saya merasakan ada yang aneh dengan nilai-nilai rapot teman teman. Pertama
kali merasakan keanehan adalah pada waktu ujian, saya ingat waktu dulu ujian di SMA
tersebut sangatlah susah-susah. Saya bahkan sampai mati-matian dalam belajar agar bisa
mencapai nilai 90. dan waktu ujian saya ingat betul banyak dari teman teman saya yang
tidak bisa mengerjakan tetapi mendapat nilai 90, bahkan ada ayng terang terangan tidak
serius dalam mengerjakan juga mendapat 90. merasa ada yang janggal, saya langsung
menyelidiki,tidak hanya dikelas saya, tetapi juga dikelas lain dan dikelas kakak kelas,
dan saya mendapat fakta yang mengejutkan, ternyata selama ini benar dugaan saya
bahwa hampir semua nilai rapot siswa yang ada di SMA tersebut tidak murni didapatkan
dengan jujur, tidak hanya satu dua mata pelajaran tetapi semua mata pelajaran “dikatrol”
semua oleh sekolahan. Semua nilai dipukul rata, siswa siswa yang berusaha dan belajar
mati matian agar mendapat nilai 90 seakan akan tidak dihargai oleh sekolah
Merasa ada kecurangan tersebut saya langsung protes kepada komite sekolah. Dan
respon dari komite sangat mengejutkan, komite malah mengancam dan menyuruh untuk
menutup mulut saya. Sekembalinya dari komite karena saya masih sangat tidak terima
,saya langsung lapor ke BK, dan respon BK pun juga sangat mengejutkan, BK berkata”
klo kamu tidak menerima yaa silahkan pindah aja mas” nah dari situ saya benar-benar
sakit hati dengan sekolah. Dan sepulangnya dari sekolah saya ceritakan semua apa yang
terjadi kepada ayah saya. Besoknya beliau langsung ke sekolah dan menanyakan
sekaligus mengklarifikasi tentang kecurangan yang ada di sekolah. Saya tidak tahu apa
yang dibicarakan waktu itu, karena pembicaraanya tertutup dan saya tidak
diperbolehkanuntuk masuk. Dan selang beberapa hari kemudian saya dipanggil komite
dan disuruh untuk menyudahi aksi protes saya, saya mengira pihak sekolah mengabulkan
permohonan untuk menghapus nilai katrol. Tetapi tidak, malah cuman nilai rapot saya
saja yang tidak dikatrol, semua nilai siswa tetap dikatrol. Dan nilai perilaku saya bahkan
mendapat nilai C. dan pasca protest tersebut saya selalu dibully oleh guru-guru dan
teman-teman saya, yang dibilang “naif, sok pahlawan dll” dan rsa sakit hati saya sekan
akan sudah berada dipuncaknya. Saya benar benar sedih, dan sempat depresi karena hal
tersebut. Dan sempat pula saya berpikiran untuk tidak melanjutkan sekolah lagi. Akan
tetapi tiba-tiba datang taman saya yang satu pemikiran dengan saya, dia menyemangati
saya dan terus menyemangati dan dia mengajak teman-temanya juga yang satu
pemikiran dengan kami untuk terus menyuarakan tentang keadilan yang ada disekolah.
Tapi sayangnya pihak sekolah tetap bersikukuh kepada pendirianya, yaah meskipun kami
tidak bisa mendapatkan apa yang kami inginkan, Saya merasa senang bahwa hal kecil
yang saya lakukan bisa menggerakkan orang lain. Dan berawal dari sanalah saya
mempunyai niatan untuk mempelajari hukum.saya ingin mempelajari lebih dalam
tentang rasa keadilan.lalu Saya mendiskusikan hal ini dengan orangtua saya, pada
mulanya ayah saya tidak menyetujuiya dan tetapbersikeras agar saya harus menjadi TNI,
akan tetapi seiring berjalanya waktu dan melihat niat dan usaha saya. Ayah saya yang
keras kepala sekali seperti batu ini menjadi luluh dan menyetujui saya untuk melanjutkan
pendidikan di bidang hukum. Dan untuk yang pertamakalinya akhirnya saya bisa
melakukan apa yang saya inginkan yaitu melanjutkan pendidikan saya dibidang hukum
dan menentukan sendiri cita cita apa yang saya inginkan

Anda mungkin juga menyukai