Joko Sutarso
Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Email : joko@fki.ums.ac.id
ABSTRACT
ABSTRAK
homogen sehingga dapat disusun program yang efektif bagi kelompok tersebut. Pengenalan
terhadap khalayak pemilih ini merupakan bagian yang penting dalam penyusunan program
kampanye pemilu.
2
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 3
4
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 5
anggota masyarakat sangat beragam, dari maka pemilihan perlu diatur dengan
tingkat partisipasi yang tinggi, sedang dan peraturan perundang-undangan pemilihan
rendah. umum yang di dalamnya paling tidak harus
mengatur tiga hal pokok. Pertama,
Anggota masyarakat akan
penyuaraan (balloting). Artinya, tatacara
berpartisipasi bila mereka percaya bahwa
yang harus diikuti oleh pemilih yang
kegiatan tersebut mempunyai efek
berhak dalam memberikan suara. Apakah
(political efficacy) atau berpengaruh
pemilih diperkenankan memilih salah satu
terhadap kebijakan yang diambil
alternatif (categorical) atau pemilih
pemerintah, karena kebutuhan dan
diperkenankan mendistribusikan suara
kepentingan mereka akan tersalur atau
kepada beberapa alternatif sesuai dengan
sekurang-kurangnya diperhatikan melalui
peringkat yang dikehendaki (ordinal).
suara yang telah diberikan dalam
Pilihan yang dihadapi oleh pemilih terdiri
pemilihan. Mereka percaya bahwa suara
dari tiga kemungkinan, yaitu memilih
mereka didengar dan diperhatikan oleh
partai, memilih kandidat atau calon, atau
para pengambil kebijakan untuk membuat
keduanya (kombinasi partai politik dengan
keputusan-keputusan yang adil bagi
calon dalam daftar calon).
mereka. Dengan kata lain, mereka percaya
bahwa mereka dapat ikut menentukan Kedua, daerah pemilihan
nasib sendiri melalui pilihan yang telah (electorate district). Artinya, ada ketentuan
mereka berikan dalam pemilihan umum. yang mengatur berapa jumlah kursi wakil
Tingginya tingkat partisipasi menunjukkan rakyat untuk setiap daerah pemilihan.
bahwa warga negara mengikuti dan Apakah satu kursi per daerah pemilihan
memahami masalah politik dan ingin (single member district) ini yang kemudian
terlibat dalam proses dan kegiatan politik. lebih dikenal dengan sistem distrik atau
Dengan demikian semakin banyak lebih dari satu kursi per daerah pemilihan.
masyarakat yang berpartisipasi dalam Dalam menentukan daerah pemilihan ada
pemilihan umum dianggap semakin baik dua faktor yang selalu dipertimbangkan
karena akan semakin meningkatkan yakni wilayah administrasi pemerintahan
legitimasi penyelenggara pemilihan umum dan jumlah penduduk. Ketiga, formula
maupun pemerintahan yang terbentuk dari pemilihan. Artinya, rumus yang digunakan
hasil pemilihan umum tersebut. untuk menentukan partai politik atau
kandidat mana yang memenangkan
Karena menyangkut kompetisi
pemilihan kursi di suatu daerah pemilihan.
untuk memperebutkan jabatan publik,
6 KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011
Ada tiga formula, yaitu formula pluralis, dan program politik ditawarkan
formula mayoritas dan formula sebagaimana menawarkan produk
perwakilan. Apabila menggunakan formula komersial (Cangara: 2009). Dengan
pluralis maka seseorang atau suatu partai melihat fungsi dan peraturan di atas maka
politik dikatakan menang pada suatu partai politik dan kandidat peserta
daerah pemilihan bila memperoleh suara pemilihan umum menyusun strategi yang
lebih banyak dari orang atau partai politik tepat dengan disesuaikan dengan ketentuan
lain. Formula mayoritas adalah seseorang peraturan yang berlaku agar dapat
atau partai politik menang di suatu daerah memenangkan pemilihan umum secara
pemilihan harus mencapai suara terbanyak sah. Beberapa disiplin ilmu diterapkan
dengan rumus 50% + 1. dengan demikian untuk membuat perencanaan kampanye
seseorang atu partai politik akan menang agar semakin terarah, efektif dan effisien
bila memperoleh jumlah suara yang untuk meraih kemenangan dalam sebuah
melebihi kombinasi jumlah yang diperoleh pemilihan. Penggunaaan konsep
oleh calon-calon atau partai-partai lain. manajemen komunikasi dengan
Menurut formula perwakilan berimbang memanfaatkan sarana dan sumber daya
(proportional), setiap partai politik akan yang ada diharapakan dapat tetap
memperoleh kursi sesuai dengan jumlah menjamin berlangsungnya komunikasi
suara yang diperoleh. Jumlah suara per politik yang terbuka, kreatif, edukatif dan
kursi harus ditentukan terlebih dahulu demokratis.
(Bilangan Pembagi Pemilih) baru
Dari sudut kandidat politik,
kemudian kursi dibagi berdasarkan jumlah
Czudnowski dalam Riswanda Imawan
suara yang diperoleh oleh setiap partai
(1988: 42-43) mengemukakan tujuh
politik peserta pemilihan umum (Surbakti,
variabel yang menentukan seseorang
1992: 177-178).
terpilih atau tidak terpilih dalam suatu
pemilihan. Bahkan ketujuh variabel ini
ARTI PENTING KONSEP
berpengaruh terhadap kinerja
PEMASARAN POLITIK DALAM
(performance) seorang (calon) elit politik:
PEMILIHAN UMUM
1). Social Bacground. Faktor ini
Pendekatan pemasaran memang berhubungan dengan pengaruh status sosial
tidak menjamin kemenangan, namun ekonomi keluarga, di mana seseorang
pemasaran memberikan konsep untuk kandidat dibesarkan. Berbagai hasil
memudahkan bagaimana partai, kandidat penelitian menunjukkan bahwa seseorang
6
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 7
kandidat yang dilahirkan dalam keluarga dan budaya kerja yang terkait dengan
yang berpandangan liberal maka ia akan pekerjaan dalam jabatan publiknya. 5).
cenderung menjadi demokratis. Sebaliknya Occupational Variables. Faktor ini
anak yang dibesarkan dalam keluarga menunjukkan perlunya seorang kandidat
konservatif akan memiliki kecenderungan meningkatkan kemampuan dan
otoriter. 2). Political Socialization. pengalaman kerjanya, agar ia dapat
Sosialisasi politik yang diterima seseorang melakukan tugas-tugas yang terkait dengan
terbukti akan membetuk persepsi pengelolaan aspirasi masyarakat. 6).
politiknya. Melalui sosialisasi, seseorang Motivations. Asumsi pakar politik tentang
akan mengetahui penanganan tugas-tugas motivasi seseorang terjuan dalam politik
dan isu-isu yang berkaitan dengan tugas adalah karena adanya harapan atau
politik tertentu. Pengalaman sosialisasi ini ekspektasi terhadap penghargaan pribadi
akan dapat memberikan masukan tentang (personal reward), dan orientasi mereka
berbagai jabatan publik, kemampuan dan terhadap tujuan bersama (collective goals).
ketrampilan yang dibutuhkan untuk meraih Seorang elit biasanya menggabungkan
jabatan publik tertentu yang dianggap keduanya, atau bahkan memanipulasi
cocok. Dengan berbagai pengetahuan itu tujuan pribadi (personal needs) menjadi
maka seorang kandidat akan dapat kepentingan masyarakat (public objective).
mempersiapkan kampanye dengan baik 7). Selection. Hal ini terutama berkaitan
untuk meraih suara dalam sebuah dengan cara seleksi seseorang menjadi
pemilihan. 3). Initial Political Activity. kandidat. Seleksi tertutup mengharuskan
Faktor ini menunjuk pada latar belakang seorang kandidat berasal dari dalam partai
aktivitas dan pengalaman politik seseorang ini berlaku dalam pemilihan umum
kandidat. Pengalaman berorganisasi legislative 2004 tetapi pada tahun 2009
misalnya, akan memberi bekal bagaimana masyarakat menghendaki calon-calon yang
sebuah team bekerja sama dan berne- dekat dengan mereka dan UU Pemilu
goisasi dalam rangka menggolkan sebuah memungkinkan pemilih memilih nama.
isu politik menjadi sebuah kebijakan. 4).
Dengan jumlah pemilih 147 juta,
Apprenticeship. Magang merupakan cara
maka untuk effisiensi kontestan pemilihan
paling effektif mengenalkan kandidat
umum harus menyusun strategi dan
terhadap peran politik yang
menentukan skala prioritas dengan
dikehendakinya dengan bimbingan orang
mengidentifikasi dan membuat klasifikasi
yang lebih berpengalaman. Dengan cara ini
segmen calon pemilih. Dalam hal ini
seseorang kandidat akan tahu mekanisme
8 KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011
Noeradi dalam Suwardi (ed.) (2002: 145) partai politik dan sulit ditebak sikapnya,
membagi segmen calon pemilih potensial namu jumlah mereka sangat banyak.
yang harus digarap oleh partai-partai Mereka sering disebut juga sebagai silent
politik dalam tujuh kelompok khalayak, majority.
yaitu: 1). Anggota partai politik, karena
dianggap loyal dan captured market IMPLEMENTASI POLITICAL
sehingga hampir pasti memberikan suara MARKETING DALAM PEMILIHAN
kepada partai politiknya, namun kenyataan UMUM
di lapangangan sering membuktikan lain;
Dengan menganalogkan pemasaran
2). Media massa yang memiliki
politik (political marketing) sebagaimana
kemampuan membentuk opini publik
pemasaran produk komersial, Nursal
(public opinion); 3). simpatisan, yaitu
(2004: 113-114) menyebutkan ada lima
mereka karena sebab tertentu enggan
tujuan dalam proses segmentasi: 1).
menjadi anggota partai politik, tetapi
Mendesain subtansi tawaran partai politik
menunjukkan sikap mendukung terhadap
atau kandidat secara lebih responsif
arah kebijakan partai politik tertentu; 4).
terhadap segmen yang berbeda-beda.
pemilih pemula, yaitu mereka yang dalam
Karena melakukan segmentasi berarti juga
pemilihan umum 2009 baru pertama kali
mendalami kepentingan, aspirasi dan
memilih. Mereka lahir 1990-1992 dan
persoalan-persoalan politik yang menjadi
sepenuhnya tersosialisasi politik orde baru
perhatian setiap segmen pemilih. Dengan
dan telah pulih dari trauma G30/S/PKI; 5).
demikian subtansi tawaran partai politik
pensiunan, yaitu kelompok marjinal yang
sebagaimana tertuang dalam platform
seringkali dianggap tidak potensial karena
partai politik yang dibuat berdasarkan
sudah uzur sehingga sering ditinggalkan
analisis mendalam terhadap terhadap
oleh partai-partai politik namun jumlah
segmen-segmen yang diproyeksikan atau
mereka cukup besar mengingat angka
berpotensi akan memberikan suara kepada
harapan hidup semakin meningkat; 6).
kontestan yang dipasarkan; 2).
kelompok minoritas, yaitu kelompok yang
Menganalisis preferensi pemilih karena
merasa diabaikan dan terpinggirkan dalam
dengan pemahaman terhadap karakter
proses sosial dan pembangunan selama ini.
setiap segmen pemilih memungkinkan
Hal ini bisa terjadi karena keturunan,
pemasar mengetahui kecenderungan
kepercayaan, asal atau pandangannya; 7).
pilihan politik setiap segmen. Secara tidak
floating mass, yaitu kelompok calon
langsung, segmentasi juga berarti proses
pemilih mengambang tidak terikat pada
8
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 9
formal maupun hukum adat yang bias upah yang lebih kecil dibandingkan upah
gender; 3). Dampak lebih lanjut muncul yang diterima laki-laki sekalipun dalam
kebijakan dan program pembangunan yang kualifikasi pekerjaan yang sama, dan
masih bias gender, karena setiap kebijakan diabaikan kesehatannya. Dalam rumah
adalah produk keputusan politik yang tangga juga terjadi ketimpangan: dalam
merupakan bagian dari kristalisasi aspirasi pendidikan anak perempuan dikalahkan
masyarakat; 4). Kondisi ini didukung oleh dengan anak laki-laki karena laki-laki
oleh masih banyaknya penafsiran terhadap kelak akan menjadi kepala rumah tangga,
aktualisasi ajaran agama yang terlalu kekerasan dalam rumah tangga dan beban
menitikberatkan pada pendekatan tekstual kerja ganda bagi mereka yang bekerja di
(tersurat) dan parsial (sepotong-potong) luar rumah. Secara spesifik Suparno (2005:
dibandingkan dengan pemahaman yang 36-37) memberikan ilustrasi bahwa dalam
konstekstual (tersirat) dan holistik masa Orde Baru telah terjadi kooptasi
(menyeluruh). 5). Berkait dengan terhadap organisasi-organisasi dan
kelemahan perempuan sendiri, yaitu gerakan-gerakan perempuan sehingga
kurang percaya diri dan inkonsistensi, serta kesemuanya dalam kontrol dan
rendahnya tekad kaum perempuan sendiri pengawasan pemerintah. Jabatan struktural
dalam memperjuangakan nasib kaummya. organisasi PKK dan Dharma Wanita
Kelemahan itu bisa disebabkan pengaruh misalnya, mengikuti jabatan struktural
tata nilai di atas atau faktor lain yang perlu suami. Sehingga istri lurah atau kepala
di telaah lebih lanjut. desa otomatis menjadi ketua PKK di
kelurahan atau desanya. Demikian juga
Menurut Ani Soetjipto dalam
istri kepala kantor atau dinas tertentu maka
Nursal (2004: 117) pembangunan di era
istri juga menjadi ketua Dharma Wanita.
Orde Baru tidak “memihak” kepada kaum
Dengan demikian faktor-faktor kemauan,
perempuan. Berbagai kebijakan politik dan
kemampuan dan kepemimpinan serta
ekonomi memperlihatkan perempuan
aspirasi bawah yang biasanya menjadi
menanggung beban sekaligus dampak
dasar dalam rekruitmen organisasi
pembangunan yang lebih berat
diabaikan.
dibandingkan dengan laki-laki. Demikian
juga ketika terjadi krisis ekonomi, Latar belakang politik kelahiran
perempuan menanggung beban yang lebih PKK dan Dharma Wanita itu sendiri tidak
besar akibat krisis karena ia perempuan, bisa dilepaskan dari situasi sosial politik
seperti: dipecat paling awal dari pekerjaan, pasca Pemilihan Umum 1971, di mana
10
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 11
memilih partai Islam atau partai partai dapat menjaring suara dalam pemilihan
yang dipersepsikan sebagai partai Islam. umum. Dengan proporsi yang besar, maka
Segmen pemilih non-Islam ini cenderung pemilih Islam menjadi konstituen terbesar
memberikan suara kepada partai yang pula. Akibatnya, tidak ada partai yang
mempunyai landasaran inklusif dan menjadi besar dan menjadi pemenang
pluralis atau partai eklusif sesuai dengan pemilihan umum tanpa
agama mereka. mempertimbangkan dukungan dari pemilih
Islam.
Sebaliknya, tidak semua segmen
pemilih Islam memilih partai Islam atau Berkaitan dengan isu Islam
yang dipersepsikan sebagai partai Islam. sebagai platform partai atau kandidat
Besarnya segmen pemilih Islam, politik maka isu gender adalah isu yang
mengakibatkan banyak muncul partai- terkait dan menyangkut interpretasi
partai yang menggunakan asas Islam terhadap teks-teks agama yang mempunyai
maupun partai yang dipersepsikan sebagai pengaruh besar terhadap preferensi
partai Islam. Persepsi sebagai partai Islam masyarakat. Namun demikian, berkaitan
ini biasanya tidak terlepas dari figur tokoh dengan isu tertentu termasuk isu gender,
Islam dalam partai, kedekatan dan afiliasi pendapat pemilih Islam tidak homogen.
partai tersebut dengan organisasi- Latar sosial, ekonomi, budaya dan
organisasi Islam atau komitmen partai pendidikan berpengaruh terhadap respon
dengan isu-isu Islam. Islam sebagai agama pemilih, utamanya pemilih Islam,
yang jumlah pemeluknya terbesar terhadap isu perempuan dalam politik.
merupakan segmen pemilih yang harus Dengan demikian segmentasi terhadap
diperhitungkan baik oleh partai Islam, pemilih Islam terkait dengan latar
dipersepsikan sebagai partai Islam atau pengalaman budaya pada umumnya.
bahkan partai yang jelas-jelas bukan
Berkaitan dengan interpretasi teks
dikategorikan sebagai partai Islam
Kitab Suci Al Qur’an, Zaitunah Subhan
sekalipun. Dengan kata lain, isu yang
(2004a: 43-44) mengemukakan paling
menyangkut umat Islam harus ditangani
tidak ada tiga dalil yang sering digunakan
secara cermat oleh partai-partai politik,
sebagai dalih untuk menolak partisipasi
termasuk partai inklusif dan pluralis
perempuan dalam politik dan sektor publik
(biasanya dikategorikan sebagai partai
pada umumnya. Pertama, QS. al-Ahzab
nasionalis dan/atau sekuler untuk
(33): 33 yang menegaskan bahwa yang
membedakan dengan partai agama), agar
paling utama bagi perempuan adalah di
12
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 13
rumah. Pandangan ini diperkuat oleh hadis budaya yang dominan akan berpengaruh
yang menyebutkan bahwa Allah telah terhadap bagaimana kekuasaan itu
menetapkan empat rumah bagi perempuan, diperoleh, dikelola dan dipertahankan. Hal
yaitu: rahim ibu, rumah orang tua (sampai ini bisa dipahami mengingat sistem
ia menikah), rumah keluarga (bersama demokrasi bukan sistem politik asli
suami dan anak), dan kubur. Kedua, QS. Indonesia, sehingga ketika sistem ini
an-Nisa’ (4): 34: Ar-Rijal Qawwamun ‘ala diterapkan sebagai aturan bermain dalam
an-Nisa’. Artinya: Kaum laki-laki adalah kehidupan berbangsa dan bernegara di
pemimpin bagi kaum perempuan. Namun Indonesia, terjadi sentuhan dan adaptasi
beberapa ahli tafsir menginterpretasikan dengan budaya masyarakat setempat.
ayat ini berlaku dalam konteks keluarga Akhirnya, terlihat bahwa penerapan nilai-
sehingga tidak bisa begitu saja nilai demokrasi antara satu negara dengan
digeneralisasikan dalam kehidupan negara yang lain bisa jadi berbeda, sangat
masyarakat atau negara. Ketiga, Hadis tergantung pada perkembangan sosial
riwayat dari Abu Bakar yang menyatakan budaya masyarakat dalam
Rasulullah bersabda: “tidak berjaya suatu menginterpretasikan cita-cita ideal tentang
kaum yang menyerahkan urusan mereka kehidupan bersama.
kepada perempuan”. (HR. Bukhari, Ahmad
Bangsa Indonesia adalah sebuah
Ibnu Hanbal, an-Nasai’ dan at-Tarmidzi).
masyarakat majemuk (plural society) yang
Hadis terakhir ini terutama
ber-Bhineka Tunggal Ika. Menurut
diinterpretasikan sebagai larangan bagi
Kusumohamidjojo (2000: 2) masyarakat
masyarakat baik laki-laki ataupun
yang majemuk dan beragam seperti
perempuan untuk menyerahkan urusan
Indonesia mempunyai masalah
masyarakat pada umumnya kepada
komunikasi, masalah komunikasi itu
perempuan, termasuk menunjuk wakil atau
merupakan kendala untuk mencapai
memilih perempuan sebagai wakil rakyat.
konsensus yang nantinya akan ditaati
3. Segmentasi Berdasarkan Budaya bersama. Lebih rinci Piere L. van den
Berghe dalam Nasikun (2000: 33)
Kinerja sebuah sistem politik
menyebutkan karakteritik masyarakat
sebuah negara pada dasarnya sangat
majemuk, sebagai berikut: 1). terjadi
tergantung pada struktur dan kultur atau
segmentasi ke dalam bentuk kelompok-
budaya yang mendukung dan berada dalam
kelompok yang seringkali memiliki sub-
sistem politik tersebut. Dengan demikian,
kebudayaan yang berbeda satu sama lain;
pandangan budaya masyarakat, utamanya
14 KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011
14
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 15
terhindarkan, sekalipun demikian dapat yang ditunjukkan oleh orang Jawa dengan
dicatat beberapa pola perilaku positif yang konsep sosial rukun, yang berarti harus ada
dapat mendorong tumbuh dan kesediaan untuk bertoleransi untuk
berkembangnya demokrasi di Indonesia. menghilangkan ketegangan dan potensi
Pertama, pola berpikir orang Jawa yang konflik dalam masyarakat. Keempat,
selalu diarahkan untuk menciptakan kehidupan sosial yang egaliter. Sekalipun
keseimbangan proporsional antara individu masyarakat Jawa sangat mengenal
dengan masyarakat, dan manusia dan alam berbagai tingkatan atau strata dalam
semesta yang melingkupinya. Pola pikir masyarakat dan keluarga namun dalam
dan sikap hidup ini akan menjadi modal pengambilan keputusan mempunyai
untuk berdemokrasi karena demokrasi kedudukan yang sama. Ungkapan-
tetap memerlukan keseimbangan dan ungkapan tradisional seperti ojo dumeh
harmonisasi, sehingga kecenderungan atau ngono yo ngono ning ojo ngono
masyarakat untuk menafsirkan kebebasan adalah nilai-nilai yang berfungsi untuk
secara absolut ---yang tak jarang mengontrol keseimbangan akibat
menjerumuskan mereka dalam anarkisme – stratifikasi sosial yang terdapat dalam
dapat dikendalikan. Kedua, sebagaimana budaya Jawa. Kelima, cara hidup yang
dipaparkan di atas, orang Jawa akan selalu diarahkan untuk membangun
berusaha keras dan berjuang mencapai apa persaudaraan melalui mekanisme seperti
yang diinginkan. Tapi jika gagal, mereka ular-ular tentang laku utama, atau sifat
akan lebih bisa menerima kenyataan utama para ksatria dalam pertunjukan
karena percaya tentang bahwa dibalik wayang. Pola ini merupakan pondasi
upaya manusia ada kekuatan Tuhan YME utama untuk membangun demokrasi
yang mengatur semuanya. Mereka akan Indonesia.
cepat memupus keinginan, jika telah
Berdasarkan hasil Pemilihan
berusaha dan berjuang mencapainya
Umum 1955, Herbert Feith (Kantapawira,
namun gagal. Ada nilai religius berupa
1985: 92) menjelaskan adanya lima
kekuasaan dan takdir Tuhan dibalik sikap
pemikiran politik yang dipengaruhi oleh
ini. Dalam konteks demokrasi, orang Jawa
pemikiran besar yang lahir dari warisan
akan berusaha keras mempertahankan dan
tradisi pemikiran masyarakat Indonesia
memperjuangkan pendapatnya, tetapi jika
maupun dari pemikiran Barat (teori ini
akhirnya kalah berargumentasi akan
kemudian dikenal dengan istilah politik
menerima kekalahan dengan legowo.
aliran). Dalam konteks ini maka tradisi
Ketiga, sikap toleransi yang cukup tinggi,
16 KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011
adalah bagian dari budaya, karena tradisi terutama di kalangan terdidik dan
merupakan produk budaya. Tradisi akademisi namun perolehan suaranya
Indonesia tersebut dapat dikelompokkan sangat kecil, jauh dari dugaan semula.
menjadi tradisi Hindu, Budha, dan Islam. Sedangakan Parkindo dan Partai Katolik
Pengaruh Barat meliputi pemikiran adalah berdasarkan partai yang
Marxisme (baik Leninisme maupun berdasarkan agama Nasrani, terutama
Sosialisme Demokratis) dan Demokrasi berbasis di perkotaan di beberapa daerah
Liberal yang disemangati oleh semangat seperti di Sumatera dan Indonesia Timur.
individualisme. Kelima pemikiran politik
Politik aliran dalam pemilihan
itu terproyeksikan pada tujuh partai
masih memiliki relevansi dalam
pemenang pemilihan umum, yaitu: Partai
pembahasan segmen pasar partai pada
Nasional Indonesia (22,3%), Masjumi
pemilihan umum 2009, namun perlu
(20,9%), Partai Nahdatul Ulama (18,4%),
dilakukan beberapa penyesuaian karena
Partai Komunis Indonesia (16,4%), Partai
perubahan sosial politik yang cukup besar.
Kristen Indonesia (Parkindo) (2.6%),
Dalam pemilihan umum 2009 banyak
Partai Katolik (2,0%) dan Partai Sosialis
partai-partai yang muncul dengan afinitas
Indonesia (2,0%) (Mardimin, 2002: 41).
yang kuat terhadap organisasi
PNI, PKI dan NU adalah partai-partai yang
kemasyarakatan besar dan telah mengakar
memiliki pengaruh besar di pedesaan Jawa,
dalam masyarakat. PAN adalah partai yang
namun masing-masing berbeda latar
memiliki afinitas yang kuat terhadap
idiologinya. PNI adalah beraliran
Muhammadiyah. PKB adalah partai yang
nasionalisme yang sangat dipengaruhi
berafinitas pada massa NU. Dengan kata
faham sinkretisme Jawa pada saat itu
lain NU adalah captive market bagi PKB
dianggap sebagai partai pemerintah. PKI
dan Muhammadiyah bagi PAN. Dalam
beraliran komunis yang merupakan
konteks memperoleh dan mempertahankan
pengaruh pemikiran ateis barat dan
pangsa pasar, maka PKB tidak perlu
memiliki pengaruh besar di Jawa. Partai
menjadi Islam modernis, karena hal itu
NU adalah beraliran Islam tradisional yang
akan menyebabkan massa pendukungnya
memiliki pengaruh kuat terutama di
yang berkultur Islam tradisional akan
pedesaan Jawa. Sedangkan Masyumi
meninggalkannya. Ciri yang lain dari PKB
adalah sebuah partai Islam modernis
adalah bahwa perolehan terbesar suara
berbasis masa perkotaan. PSI adalah partai
PKB adalah di Jawa Timur, artinya kultur
yang menganut faham demokrasi-sosialis
PKB adalah kultur NU yang berbasis di
Barat memiliki pengaruh di perkotaan
16
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 17
18
KomuniTi, Vol.III No.1 Juli 2011 19
DAFTAR PUSTAKA