Anda di halaman 1dari 10

MASTER FORMULA

A. Formula Asli
FN Edisi III ; Hal 137
Nama Resmi : GLUCOSA INJECTION
Nama Lain : Injeksi Glukosa
Komposisi : Tiap 550 ml mengandung :
- Glucosum 25g
- Aqua Pro Injection ad 550 ml

Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal

Catatan : - Ph 3,5 sampai 6,5

- Tidak boleh mengandung bakterisida


- Disterilkan dengan cara sterilisasi A segera setelah
dibuat
- Bebas Pirogen
- Sediaan bermuatan lain 50g, 100g, 125g dan 250g
B. Rancangan Formula
Glukosa Injeksi
Tiap 500 ml mengandung :
Glucosum 25g
Aqua Pro Injeksi ad 500ml

C. Master Formula
Nama Produk : Gluko-For
Nama Pabrik : PT. Rosea Farmasi Industri
Jumlah Sediaan : 1 botol @ 500ml
No. Reg : DKL2123400343A1
No. Batc :B
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sediaan steril adalah bentuk sediaan obat dalam bentuk terbagi-bagi yang
bebas dari mikroorganisme hidup, sediaan parenteral merupakan jenis, sediaan
yang unik diantara bentuk sediaan obat terbagi-bagi , karena sediaan ini
disuntikkan melalui kulit atau membrane mukosa ke bagian tubuh yang paling
efisien, yaitu membrane kulit dan mukosa. Dimana sediaan ini harus bebas dari
kontaminasi mikroba dan dari bahan-bahan toksik lainnya. Serta harus memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi. Semua bahan dan proses yang terlibat dalam
pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk menghilangkan semua
jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia, atau mikrobiologis.
(Priyambod, B.2007)
Infus merupakan sediaan steril yang pada umumnya diberikan melalui
intravena untuk menambah cairan tubuh, elektrolit, untuk memberi nutrisi atau
sebagai pembawa obat. Biasanya diberikan dalam volume besar dengan penetesan
lambat melalui intravena. Infus intravena dapat digunakan untuk pemberian obat
agar bekerja cepat, seperti pada keadaan gawat darurat, dapat pula digunakan pada
penderita yang tidak sadar atau pada penderita yang tidak dapat atau tidak tahan
menerima pengobatan oral.
Sediaan infus harus memenuhi persyaratan yaitu steril, bebas pirogen,
jernih dan praktis, bebas partikel. Oleh karena itu, sediaan ini lebih mahal dijual
dibandingkan sediaan nonsterilnya karena ketatnya persyaratan yang harus
dipenuhi.

B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan steril infus intravena injeksi
glukosa

C. Manfaat praktikum
Dapat mengetahui cara pembuatan sediaan steril infus intravena injeksi
glukosa
BAB II

A. Teori Umum
Infus cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui
sebuah jarum kedalam pembuluh vena, yang memungkinkan pemberian solusi obat.
Infus menyediakan akses vascular langsung kepada pasien bila obat perlu diberikan
segera. Karena penyerapan langsung, obat-obatan yang diberikan secara intravena
biasanya lebih kuat dari pada yang diambil dalam bentuk pil. Bagi individu yang
mengalami dehidrasi infus memungkinkan volume besar cairan yang diberikan dengan
cepat. Juga beberapa obat-obatan hanya dapat diberikan secarar intravena.
Dalam dunia medis infus merupakan alat yang sering digunakan . fungsi infus
sendri yaitu untuk memberikan cairan kepada pasien secara berkala. Kesalahan dalam
pemberian seperti penyumbatan atau kehabisan cairan, jika tidak segera ditangani akan
berbahaya bagi pasien.
Setiap pasien itu membutuhkan tetesan infus yang berbeda-beda tergantung dosis
yang diberikan dokter. Karena setiap pasien disebabkan oleh penyakit yang berbeda.
Maka tetesan yang diberikan kepada pasien harus sesuai dengan resep dokter. Karena
jika tetesan terlalu banyak dapat menyebabkan bengkak atau kembung pada tangan
pasien, dan jika kekurangan tetesan bias menyebabkan kekurangan nutrisi parenteral
pada pasien. (Qaluliyah, 2014 : 1)
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, hal 10. Larutan intravena volume pada
jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (Natrium,
Klsium, Kalium), Nitrogen (Biasanya Glukosa), Vitamin atau obat.
Adapun syarat-syarat infus istimewah :
1. Tidak boleh mengandung bakterisida dan zat dapar
2. Bebas pirogn dan bebas dari bahan particular
3. Dikemas dalam wadah gelas atau plastic yang sesuai

Pemberian infus intravena dapat digunakan atau pemberian obat agar bekerja
cepat, seperti pada keadaan gawat darurat karena dapat tidak diabsorbsi secara oral.
Dapat pula diguanakan pada penderita yang tidak sadar atau pada penderita yang tidak
dapat atau tidak tahan menerima pengobatan oral.

B. Uraian bahan
1. Aqua Pro Injeksi (FI Edisi III ; 97)
Nama Resmi : AQUA PRO INJECTION
Nama Lain : Aqua Pro Injeksi
Pemerian :Keasaman, kebasaan, ammonium, besi, tembaga,
timbal, kalsium, klorida, nitrat, sulfur, zat
teroksidasi menurut syarat yang tertera pada Aqua
destilata.
Khasiat : sebagai pelarut untuk injeksi
Penyimpanan : pada wadah tertutup rapat

2. Glukosa (FI Edisi III ;268)


Nama Resmi : GLUCOSUM
Nama Lain : Glukosa
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran
putih, tidak berbau, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam
air mendidih, agak sukar laur dalam enatol 95%
Khasiat : Kalorigenikum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Norit (FI Edisi III;183)


Nama Resmi : CARBO ADSORBEN
Nama Lain : Arang Jurap
Pemerian : serbuk halus, larutan, tidak berbau, butiran tidak
terasa
Penyimpanan : tempat kering dan wadah tertutup
Kegunaan : sebagai adsorben
BAB III
METODE KERJA

A. Alat yang Digunakan


- Beker gelas
- Botol Infus
- Corong gelas
- Erlenmeyer
- Gelas Arloji
- Kain Putih
- Kertas Saring
- Hot Plate
- Oven
- Rostaf
- Sendok porselin
- Spoit
- Timbangan
- Tissue

B. Bahan yang Digunakan


- Air Pro Injeksi
- Glukosa
- Norit

C. Perhitungan
1. Perhitungan Volume Pembuatan :
a. Glukosa = 550 ml/500 ml x 25 g
= 27,5 g
b. Norit = 550 ml/500 ml x 0,1 g
= 0,55 g

- Glukosa yang diserap Norit


35/100 x 0,55 g = 0,1925 g
- Glukosa yang ditimbang
27,5 g + 0,1925 g = 27,6925 g
c. Aqua Pro Injeksi ad 550 ml
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang telah disterilkan diatas kain putih
2. Ditimbang glukosa lalu dimasukkan ke dalam Erlenmeyar dan dilarutkan dengan
Aqua Pro Injeksi
3. Diukur pH larutan 3,5-6,3
4. Jika Ph telah sesuai, dicukupkan volumenya ad 550 ml, lalu tambahkan Norit.
Dikocok selama 15 menit
5. Disaring dengan menggunakan kertas saring sebanyak 2 kali disaring, lalu
dimasukkan kedalam botol Infus. Tutup wadah dengan tutup karet. Disterilkan dalam
autoklaf selama 15 menit.

Table sterilisasi

Nama Alat Cara D (Panas Kering) Cara A (Panas Basah)


Erlenmeyer 121oC selama 30 menit
Kertas Saring 170oC selama 2 jam
Corong Gelas 170oC selama 2 jam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Jumlah sediaan yang dibuat Infus jadi Infus rusak Warna pH


1 buah 1 - Abu-abu 5
bening

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, telah dibuat cairan infus glukosa dalam wadah dosis
tunggal dengan volume 550 ml perbotol. Praktikum pada percobaan kegita mengenai
pembuatan sediaan parenteral volume besar berupa infus dengan menggunakan zat aktif
yaitu glukosa. Dimana infus merupakan sediaan parenteral volume besar berupa sediaan
cairan steril yang umumnya diberikan secara intravena dengan kecepatan pemberian
dosisnya konstan.
Sebelum membuat sediaan injeksi tersebut, langkah awal yang dilakukan yaitu
membuat rancangan praformulasi terlebih dahulu dengan tujuan untuk memilih metode
serta bahan tambahan yang sesuai untuk digunakan padda sediaan infus glukosa sesuai
dengan sifat fisika maupun sifat kimia serta stabilitas dari masing-masing zat tersebut.
Berdasarkan referensi dapat diketahui bahwa glukosa sangat mudah larut dalam air serta
memiliki Ph 3,5-6,5. Karena mudah larut dalam air sehingga proses pembuatan dari infus
glukosa ini dengan menggunakan pelarut air yaitu Aqua Pro Injeksi yang telah disterilkan
sehingga bebas dari pirogen karena sediaan yang tersebut ditunjukkan untuk injeksi
intravena yang langsung dialirkan kedalam darah. Tidak hanya Aqua Pro Injeksi yang
haru steril tetapi semua alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan sediaan
tersebut juga harus steril dengan bertujuan agar sediaan yang dibuat tersebut bebas dari
kelarutan mikroba.
Langka pertama yang dilakukan dalam pembuatan sediaan tersebut yaitu
diasiapkan alat dan bahan yang telah disterilkan, lalu kemudian ditimbang bahan yang
digunakan. Dimana bahan pertama yaitu Glukosa ditimbang sebanyak 27,6925 g dan
bahan kedua yang ditimbang yaitu Norit sebanyak 0,55 g. setelah dilakukan penimbangan
bahan, masukkan bahan aktif atau glukosa kedalam Erlenmeyer dan dilarutkan dengan
Aqua Pro Injeksi. Ketika sudah larut maka diukur pHnya. Adapun Ph yang didapatkan
pada percobaan tersebut yaitu 5. Setelah mengukur Ph dilanjutkan dengan mencukupkan
volumenya hingga 550 ml dengan Aqua Pro Injeksi. Pada tahap pembuatan glukosa ini
ditambahkan dengan Norit yang telah ditimbang, sebagai pengisotonis karena dilihat dari
sifatnya glukosa bersifat hipotonis sehingga harus ada penambahan norit sebagai
pengisotonisnya. Lalu setelah ditambahkan norit kocok selama 15 menit. Setelah itu
disaring dengan menggunakan kertas saring dan dilakukan sebanyak dua kali saring.
Setelah tahap penyaringan, maka dimasukkan kedalam botol infus dan tutup wadah
dengan tutup karet.
Pada pembuatan glukosa infus glukosa ini tidak ada penambahan pengawet
karena hanya digunakan untuk satu kali pakai dan untuk menghindari terjadinya toksitas
yang mungkin disebabkan oleh pengawet tersebut. Adapun alasan pemilihan norit sebagai
bahan tambahan dalam pembuatan injeksi infus ini adalah :
- Norit inert sehingga tidak bereaksi dengan zat aktif
- Norit digunakan untuk menyerap bahan-bahan pengotor yang mungkin ada
- Norit digunakan untuk menghilangkan pirogen pada larutan obat karena
injeksi yang bervolume besar harus bebas pirogen.

Setelah sediaan tersebut dibuat kemudian dilakukan tahap uji evaluasi yang
meliputi evaluasi penampilan fisik. Sediaan yang dilakukan dengan cara membalikkan
infus pada beker glas yang ditutupi oleh kertas perkamen dan hasil dari pengamatan
tersebut yaitu sediaan tidak bocor. Lalu evaluasi selanjutnya yaitu jumlah sediaan yang
diproduksi yaitu 550 ml. selanjutnya dilakukan evaluasi kejernihan sedian dan dihasilkan
jernih sesuai standar.

Jadi dari hasil sediaan yang telah kami buat tidak layak di pasarkan karena tidak
memenuhi standar persyaratan, dan kami tidak melakukan evaluasi akhir yaitu sterilisasi
sediaan. Dimana pada evaluasi aktir yaitu sterilisasi dengan metode panas basah dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 115oC selama 30 menit karena zat aktif yang digunakan
tahan terhadap pemanasan.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa cairan infus


glukosa merupakan cairan dalam wadah dosis tunggal. Sebelum membuat
sediaan injeksi tersebut, langkah awal yang dilakukan yaitu membuat
rancangan praformulasi terlebih dahulu dan untuk memilih metode serta
bahan tambahan glukosa sesuai dengan sifat fisika maupun sifat kimia serta
stabilitas dari masing-masing zat tersebut. Karena glukosa mudah larut dalam
air sehingga proses pembuatan dari infus glukosa ini dengan menggunakan
pelarut air Aqua Pro Injeksi yang telah disterilkan sehingga bebas dari pirogen
karena sediaan yang dianjurkan untuk injeksi intravena yang langsung
dialirkan kedalam darah. Tidak hanya Aqua Pro Injeksi saja yang harus steril
tetapi semua alat-alat yang digunakan juga harus steril dengan tujun agar
sediaan yang dibuat tersebut bebas dari kelarutan mikroba.

Setelah sediaan tersebut dibuat kemudian dilakukan uji evaluasi, yang


diamana uji evaluasi yang dilakukan yaitu, yang pertama uji evaluasi
penampilan fisik, kedua uji evaluasi kejernihan, dan yang ketiga uji evaluasi
sterilisasi sediaan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 115 oC selama 30
menit. Jadi dari hasil sediaan yang telah kami buat tidak layak diedarkan
karena kami tidak melakukan uji evaluasi yang terakhir yaitu uji evaluasi
sterilisasi sediaan dengan menggunakan autoklaf.

B. Saran
Dalam praktikum produksi sediaan steril injeksi hendaknya
menggunakan ruang steril yang bersih dan higienis, dan hendaknya
sediaan injeksi dilakukan evaluasi mikrobiologi agar diketahui sediaan
tersebut mengandung cemaran atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Moh.1997.Ilmu Meracik Obat.Yogyakarta:Gajah Mada


Universitas Press
Arief, Raymond.2009.Buku Praktis Farmasi, Makassar:EGC
Dierjen POM. 1978. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen POM. 1978. Formularium Nasional Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Lukas, stevauus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: CU Andi Offset

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai