Anda di halaman 1dari 20

BADAN USAHA BERBENTUK KOPERASI

Tim Penyusun :

Kelompok 7

1. Ni Kadek Dwi Kurnia Utami


(1902622010266/ 09)
2. Kadek Widiatantri
(1902622010287/ 30)

Universitas Mahasaraswati Denpasar


Fakultas Ekonomi & Bisnis
Prodi Akuntansi
2019/2020

PEMBAHASAN

1.1 Masalah-Masalah Usaha Dengan Non Koperasi

           Masalah yang dihadapi di dalam dunia usaha dan dialami oleh pengusaha menengah
umumnya dan golongan ekonomi lemah pada khususnya berkisar pada masalah permodalan,
kemampuan dan ketrampilan beroperasi serta management, bentuk perusahaandan terbatasnya
pasaran.Masalah permodalan yang dihadapi pengusaha dalam negeri khususnya golongan
ekonomilemah mencakup aspek sumber permodalan, masalah pembiayaan usaha, dan masalah
penge-rahan modal.Permodalan dan pembiayaan usaha dapat diperoleh dari beberapa sumber
,antara lain:

1.Modal sendiri dari pemilik saham atau pemilik perusahaan,

2.Modal sendiri berupa bagian laba yang ditanam kembali,

3.Kredit investasi dari bank, dan

4.Pinjaman dari pihak ketiga yang dapat diperoleh dengan mengeluarkan surat-surat berharga
dari dalam maupun luar negeri.

Keempat sumber tersebut memang dapat dimanfaatkan oleh dunia usaha untuk
meningkatkan kegiatannya, namun bagi pengusaha golongan ekonomi lemah dirasa sulituntuk
memenuhi persyaratan yang diperlukan. Hal ini disebabkan karena perusahaangolongan ekonomi
lemah umumnya adalah perusahaan perorangan atau perusahaan tertutup.Masalah kekurangan
keahlian, ketrampilan dan pengalaman mengurus dan memimpin perusahaan merupakan masalah
kedua yang dihadapi pengusaha swasta nasional umumnya dan pengusaha pribumi khususnya.
Pada umumnya timbulnya masalah tersebut berhubungandengan pemilikan perusahaan oleh
perorangan atau kelompok keluarga sehinggakemampuan mereka dalam mengelola
perusahaannya sangat terbatas.Demikian juga ketrampilan dalam teknik produksi serta keahlian
dalam memasarkan hasil produksinya sangat terbatas pula.

1.2 Alasan Menjadi Anggota Koperasi

1.     Alasan Historis

Sejarah mencatat bahwa pendirian koperasi tidak terlepas dari perjalanan historis suatu
bangsa. Setelah ratusan tahun hidup dalam tekanan politik dan ekonomi kolonial, bangsa
Indonesia mewarisi suatu keadaan ekonomi  dan sosial yang terkenal sebagai ekonomi dualistis,
yaitu suatu situasi perekonomian dimana terdapat ketimpangan sektor perekonomian modern
yang dikuasai oleh para saudagar asing, dengan perekonomian rakyat tradisional tempat sebagian
besar rakyat Indonesia menggantungkan hidupnya. Setelah Indonesia merdeka, salah satu yang
dilakukan adalah memperbaiki taraf hidup rakyat banyak dengan pelaksanaan pembangunan
perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan, sebagaimana terungkap
dalam pasal 33 UUD 1945.

2.     Alasan Politis

Alasan politis ini bersumber dari pepatah “Bersatu Kita teguh bercerai kita runtuh”.
Apabila ada orang-orang yang termasuk golongan ekonomi lemah menyatukan diri dalam suatu
badan usaha, maka secara tidak langsung menyatukan dirinya menjadi suatu kekuatan politis.
Pendek kata persatuan di bidang usaha akan membawa para pelaku ekonomi lemah keposisi
yang lebih kuat.

3.     Alasan Sosiologis

 Selaku makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain. Dorongan atau
naluri manusia untuk mempertahankan diri, bergaul, tolong menolong, perasaan ingin dihargai
dan sebagainya, menyebabkan manusia selalu ada keinginan untuk bergaul, bersatu atau
berkumpul dengan sesamanya. Rasa senasib sepenanggungan inilah biasanya yang mendorong
seseorang untuk bergabung menjadi anggota koperasi.

4.     Alasan Ekonomis

 Alasan ekonomis adalah pertimbangan kemanfaatan ekonomis yang akan diperoleh


seseorang bila ia bergabung menjadi anggota koperasi.  Alasan-alasan ekonomis untuk pendirian
dan atau menjadi anggota koperasi dalam garis besarnya  adalah menekan biaya usaha,
meningkatkan pelayanan kepada anggota, serta membuka kesempatan bergabung dalam suatu
badan usaha.

5.     Alasan Yuridis

  Alasan yuridis adalah landasan yang menjamin pendirian  koperasi serta pelaksanaan
kegiatannya di dalam suatu negara.  Alasan yuridis ini merupakan dasar yang secara langsung
ikut menciptakan tumbuhnya iklim berkoperasi di suatu masyarakat, yaitu suatu keadaan yang
memungkinkan dan mendorong masyarakat untuk bersatu dan bekerjasama pada badan usaha
koperasi. Adapun alasan yuridis pendirian koperasi  di Indonesia dapat dilihat pada beberapa
produk hukum seperti UUD 1945, UU Koperasi dan ketentuan lain yang berkaitan dengan
koperasi.

1.3 Partisipasi Anggota Pada Koperasi

Dilihat dari segi dimensinya menurut Hendar dan Kusnadi (1999:61), partisipasi terdiri dari :

1.  Partisipasi dipaksakan (forced) dan partsipasi sukarela (voluntary)

Partsipasi dipaksakan terjadi karena paksaan undang-undang atau keputusan pamerintah


untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan.
Sedangkan partisipasi sukarela terjadi karena kesadaran untuk ikut serta berpartisipasi.
2.  Partisipasi formal dan partisipasi informal

Partisipasi yang bersifat formal, biasannya tercipta suatu mekanisme formal dalam
pengambilan keputusan. Sedangkan partisipasi yang bersifat informal, biasanya hanya terdapat
persetujuan lisan antara atasan dan bawahan sehubungan dengan partisipasi.

3.  Partisipasi Langsung dan partisipasi tidak langsung

Partsiipasi langsung terjadi apabila setiap orang dapat mengajukan pandangan, membahas
pokok persoalan, mengajukan keberatan terhadap keinginan orang lain. Sedangkan partisipasi
tidak langsung terjadi apabila terdapat wakil yang membawa inspirasi orang lain yang akan
berbicara atas nama karyawan atau anggota dengan kelompok yang lebih tinggi tingkatannya.

4.  Partispasi kontributifdan partisipasi insentif

 Partisipasi kontributif yaitu kedudukan anggota sebagai pemilik dengan mengambil


bagian dalampenetapaan tujuan, pembuatan keputusan dan proses pengawasan terhadap jalannya
perusahaan Koperasi. Sedangkan partisipasi insentif yaitu kedudukan anggota sebagai
pelanggan/pemakai dengan memanfaatkan berbagai potensipelayanan yang disediakan oleh
perusahaan dalam menunjang kepentinganya.

Bentuk-bentuk partisipasi anggota dihubungkan dengan prinsip identitas ganda anggota,


sebagaimana dikemukakan oleh Alfred Hanel dalam Tim IKOPIN ( 2000:49) yaitu :

1. Sebagai pemilik, anggota harus turut serta dalam mengambil keputusan ,evaluasi dan
pengawasanterhadap jalannya perusahaan Koperasi yang biasanya dilakukan pada waktu
rapat anggota.
2. Sebagai Pemilik,anggota harus turut serta melakukan kontribusi modal melalui berbagai
bentuk simpanan untuk memodali jalannyaperusahaan Koperasi.
3. Sebagai pemilik, anggota harus turut serta menanggung resiko usaha koperasi yang
disebabkan oleh kesalahan manajemen.
4. Sebagai pengguna,  pelanggan, pekerja atau nasabah, anggota harus turut serta
memanfaatkan pelayanan barang dan jasa yang disediakan oleh Koperasi. Untuk
memasuki dan mempertahankan atau memelihara hubungannya dengan koperasi, apabila
insentif yang diperoleh lebih besar daripada kontribusi yang harus diberikan maka
mereka akan melanjutkan kerjasama dengan koperasi.

Pendapat lain mengenai partisipasi dikemukakan oleh Ropke (2003:52) dengan membagi tipe-
tipe partisipasi anggota menjadi :

1. Partisipasi dalam menggerakan atau mengkontribusikan sumberdaya.


2. Partisipasi dalam mengambil keputusan (perencanaan, implementasi atau pelaksanaan,
evaluasi).
3. Partisipasi anggota dalam menikmati manfaat.
Kegiatan-kegiatan usaha koperasi

 Koperasi menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan - dengan kegiatan usaha anggota,
sebagai berikut:

 Unit usaha simpan pinjam.


 Perdagangan umum
 Perdagangan, perakitan, instalasi hardware dan software dan jaringan komputer serta
aksesorisnya.
 Kontraktor dan konsultan bangunan.
 Penerbitan dan percetakan.
 Agrobisnis dan agroindustri.
 Jasa pendidikan, konsultan dan pelatihan pendidikan.
 Jasa telekomunikasi umum.
 Jasa teknologi informasi.
 Biro jasa.
 Jasa pengiriman barang.
 Jasa transportasi.
 Jasa pemasaran umum.
 Jasa perbaikan kendaraan dan elektronik.
 Jasa pengembangan dan konsultan olahraga.
 Event organizer
 Kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Koperasi (BUK).

 Klinik kesehatan dan apotek.


 Desain grafis dan galeri seni.

1.4 Tujuan Dan  Nilai Perusahaan Koperasi

ada 4 aspek dasar yang menjadi pertimbangan untuk mencapai tujuan koperasi sebagai badan
usaha yaitu:

1.  Status dan Motif Anggota Koperasi

Status anggota koperasi sebagai badan usaha adalah sebagai pemilik ( owner) dan sebagai
pemakai ( users). Sebagai pemilik, kewajiban anggota adalah melakukan investasi atau menanam
modal dikoperasinya.Sedangkan sebagai pemakai, anggota harus menggunakan secara
maksimum pelayanan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi.

Calon anggota paling tidak harus memenuhi 2 kriteria:

 Calon anggota tersebut tidak lagi berada pada tingkat kehidupan di bawah garis
kemiskinan, atau orang tersebut paling tidak mempunyai potensi ekonomi ataupun
kepentingan ekonomi yang sama.
 Calon anggota koperasi harus memiliki pendapatan ( income) yang pasti, sehingga
dengan dmikian mereka dapat dengan mudah melakukan investasi pada usaha koperasi
yang mempunyai prospek.

2.     Kegiatan Usaha

Untuk koperasi di Indonesia, lapangan usaha koperasi telah ditetapkan pada UU No. 25/1992,
pasal 43, yaitu :

 Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota untuk
meningkatkan bisnis dan kesejahteraannya.
 Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakatyang bukan anggota koperasi.Perlu digarisbawahi bahwa, yang dimaksud
dengan kelebihan kemampuan disini adalah kelebihan kapasitas dana dan daya yang
dimiliki oleh koperasi untuk melayani anggotanya.
 Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama disegala bidang kehidupan
ekonomi rakyat.

3.     Permodalan Koperasi

Modal usaha terdiri dari modal investasi dan modal kerja.

Adapun pengertian kedua istilah ini adalah sebagai berikut :

 Modal investasi adalah sejumlah uang yang ditanam atau dipergunakan untuk pengadaan
saranaoperasional suatu perusahaan, yang bersifat tidak mudah diuangkan (unliquid)
seperti tanah, mesin, bangunan, peralatan kantor, dan lain-lain.
 Modal kerja adalah sejumlah uang yang ditanam dalam aktiva lancar perusahaan atau
yang dipergunakan untuk membiayai operasional jangka pendek perusahaan, seperti
pengadaan bahan baku, tenaga kerja, pajak, biaya listrik, dan lain-lain.

Prinsip-prinsip dalam perusahaan, yaitu :

 Modal yang diterima sebagai pinjaman jangka pendek sebaiknya dipergunakan untuk
pembiayaan modal kerja, dan
 Modal yang diterima sebagai pinjaman jangka panjang dipakai untuk modal investasi.
4.     Sistem pembagian keuntungan (Sisa Hasil Usaha)

Pembagian SHU tentu tidak terlepas dari filosofi dasar koperasi, di mana asas keadilan menjadi
hal yang paling penting untuk dilaksanakan dalam kehidupan berkoperasi.

Nilai – nilai Perusahaan

1.  Integrity

Jujur, tulus dan dapat dipercaya dalam berpikir, berkata dan bertindak.

 2.  Care

Bersikap peduli, berempati dan responsif dalam memberikan pelayanan yang melebihi
harapanstake holder.

 3.  Open Mind

Bersikap obyektif dan komunikatif untuk mencapai kinerja yang lebih baik.

 4. Inovation

Kreatif dalam segala hal untuk menghasilkan nilai tambah bagi stakeholder (pemegang saham,
pelanggan, karyawan, pemerintah, dan mitra kerja).

5. Teamwork

Bersinergi dan bekerjasama untuk membentuk tim pemenang dan menghasilkan kinerja yang
maksimal.

6.     Excellence

Bekerja cerdas dan persisten untuk menghasilkan kualitas terbaik dalam mendukung
keberhasilan perusahaan.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masalah yang dihadapi di dalam dunia usaha dan dialami oleh pengusaha menengah
umumnya dan golongan ekonomi lemah pada khususnya berkisar pada masalah permodalan,
kemampuan dan ketrampilan beroperasi serta management, bentuk perusahaandan
terbatasnya pasaran. Ada beberapa alasan menjadi anggota koperasi yaitu Alasan Historis,
Alasan Politis, Alasan Sosiologis, Alasan Ekonomis, Alasan Yuridis. Dan adapun beberapa
partisipasi pada anggota koperasi yaitu Partisipasi dipaksakan (forced) dan partsipasi
sukarela (voluntary), Partisipasi formal dan partisipasi informal, Partisipasi Langsung dan
partisipasi tidak langsung, Partispasi kontributifdan partisipasi insentif. Ada 4 aspek dasar
yang menjadi pertimbangan untuk mencapai tujuan koperasi sebagai badan usaha yaitu
Status dan Motif Anggota Koperasi, Kegiatan Usaha, Permodalan Koperasi, Sistem
pembagian keuntungan (Sisa Hasil Usaha). Dalam menilai suatu perusahaan juga dapat
dilihat dari integrity, care, open mind, inovation, team work, dan excellence

DAFTAR PUSTAKA

http://ryanzmaulana.blogspot.com/2016/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

https://dokumen.tips/reader/f/badan-usaha-berbentuk-koperasi
 Koperasi harus menyusun
Rencana Kerja Jangka Panjang
(Business Plan) dan Rencana
Kerja Jangka Pendek serta
Rrncana Anggaran
Pendapatan dan Belanja
Koperasi dan
disahkan oleh Rapat Anggota.
E. Tujuan dan Nilai
Perusahaan
Prof William F. Glueck (1984),
pakar manajemen terkemuka
dari Universitas Gerogia
dalam bukunya strategy
Manajemen And Busssines
Policy, 2
nd
ed, mendefinisikan tujuan
perusahaan sebagai hasil
terakhir yang dicari organisasi
melalui eksistensi dan
operasinya.
Selanjutnya, Glueck
menjelaskan 4 alasan mengapa
perusahaan harus mempunyai
tujuan :
 Tujuan membantu
mendefinisikan organisasi
dalam lingkungannya
 Tujuan membantu
mengkoordinasi keputusan dan
pengambilan keputusan
 Tujuan menyediakan norma
untuk menilai pelaksanaa
prestasi organisasi
 Tujuan merupakan sasaran
yang lebih nyata daripada
pernyataan misi.
Dalam merumuskan tujuan
perusahaan, perlu diperhatikan
keseimbangan kepentingan
dari berbagai pihak yang
terlibat dalam perusahaan,
tujuan perusahaan tidak
terbatas pada
pemenuhan kepentingan
manajemne seperti
memaksimumkan keuntungan
taupun efisiensi,
tetapi juga harus
mempertimbangkan
kepentingan pemilik, modal,
pekerja, konsumen, pemasok
(suppliers), lingkungan,
masyarakat , dan pemerintah.
Dalam banyak kasus
perusahaan bisnis, tujuan
umumnya didapat
dikelompokkan menjadi 3
yaitu:
1. Memaksimumkan
keuntungan (Maximize profit)
2. Memaksimumkan nilai
perusahaan (Maximize the
value of the firm)
3. Memaksimumkan biaya
(minimize profit)
Tujuan koperasi sebagai
perusahaan atau badan usaha
tidaklah semata-semata
hanyaC
pada orientasi laba (profit
oriented), melainkan juga pada
orientasi manfaatC (benefit
oriented).
Karena itu, dalam banyak
kasus koperasi, nmanajemen
koperasi tidak mengejar
keuntungan
sebgai tujuan perusahaan karena
mereka bekerja didasari dengan
pelayanan (service at cost).
A. Masalah-Masalah Usaha
dengan Non Koperasi
Masalah yang dihadapi di
dalam dunia usaha dan
dialami oleh pengusaha
menengah umumnya dan
golongan ekonomi lemah
pada khususnya berkisar pada
masalah
permodalan, kemampuan dan
ketrampilan beroperasi serta
management, bentuk
perusahaan
dan terbatasnya pasaran.
Masalah permodalan yang
dihadapi pengusaha dalam
negeri khususnya golongan
ekonomi
lemah mencakup aspek
sumber permodalan, masalah
pembiayaan usaha, dan
masalah penge-
rahan modal.
Permodalan dan pembiayaan
usaha dapat diperoleh dari
beberapa sumber, antara lain:
1. Modal sendiri dari pemilik
saham atau pemilik perusahaan,
2. Modal sendiri berupa bagian
laba yang ditanam kembali,
3. Kredit investasi dari bank,
dan
4. Pinjaman dari pihak
ketiga yang dapat diperoleh
dengan mengeluarkan surat-
surat
berharga, dari dalam maupun
luar negeri.
Keempat sumber tersebut
memang dapat dimanfaatkan
oleh dunia usaha untuk
meningkatkan kegiatannya,
namun bagi pengusaha
golongan ekonomi lemah
dirasa sulit
untuk memenuhi persyaratan
yang diperlukan. Hal ini
disebabkan karena perusahaan
golongan ekonomi lemah
umumnya adalah perusahaan
perorangan atau perusahaan
tertutup.
Masalah kekurangan
keahlian, ketrampilan dan
pengalaman mengurus dan
memimpin
perusahaan merupakan masalah
kedua yang dihadapi pengusaha
swasta nasional umumnya dan
pengusaha pribumi
khususnya. Pada umumnya
timbulnya masalah tersebut
berhubungan
dengan pemilikan perusahaan
oleh perorangan atau
kelompok keluarga sehingga
kemampuan mereka dalam
mengelola perusahaannya
sangat terbatas.
Demikian juga ketrampilan
dalam teknik produksi serta
keahlian dalam memasarkan
hasil
produksinya sangat terbatas
pula. Kelangsungan hidup
perusahaan umumnya
semata-ma

Anda mungkin juga menyukai