Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kation adalah ion yang bermuatan positif, sedangkan anion adalah ion
yang bermuatan negatif. Ion satu dengan lainnya dapat dibedakan karena tiap ion
mempunyai reaksi kimia spesifik. Kation dan anion merupakan penyusun suatu
senyawa, sehingga untuk menentukan jenis zat atau senyawa tunggal secara
sederhana dapat dilakukan dengan menganalisis jenis kation dan anion yang
dikandungnya.
Anion merupakan ion sisa asam, atau ion yang bermuatan negatif,
berbeda dengan kation. Suatu senyawa kimia pasti merupakan gabungan antara
kation dengan anion. Oleh karena itu sifat-sifat suatu senyawa pasti dipengaruhi
oleh kation maupun anion.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling
umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan ammonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh
dikatakan, bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan
kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.
Senyawa ion dalam pelarutnya akan terurai menjadi ion sedangkan
senyawa kovalen tidak. Oleh karena itu dengan mudah kita dapat membedakan
antara senyawa ion dan senyawa kovalen. Adanya penguraian dalam larutan
dapat diamati apabila diberikan pereaksi yang khas untuk ion-ion yang
diduga hasil reaksi.
Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik
seperti metode yang telah diuraikan. Sampai kini, belum pernah
ditemukan suatu skema yang benar-benar memuaskan, yang
memungkinkan pemisahan anion-anion yang umum ke dalam golongan-
golongan utama, dan pemisahan berikutnya yang tanpa diragu-ragukan lagi
dari masing-masing golongan menjadi anggota-anggota golongan tersebut yang
berdiri sendiri. Namun harus kita sebutkan disini, bahwa kita bisa
memisahkan anion-anion ke dalam golongan-golonagn utama, bergantung
pada kelarutan garam-garam peraknya, garam kalsium atau bariumnya, dan
garam zinknya. Namun ini hanya boleh diangggap berguna untuk memberindikasi
dari keterbatasan-keterbatasan metode ini, dan untuk memastikan hasil-
hasil yang diperoleh dengan prosedur-prosedur yang lebih sederhana yang
akan diuraikan.
Kapasitas tukar kation tidak dipengaruhi oleh faktor dalam saja
(internal struktur zeolit), tetapi juga faktor eksternal atau faktor luar. Seperti
konsentrasi kation dalam larutan dan sifat dari senyawa yang akan dipertukarkan.
Di dalam proses tukar kation, dapat pula terjadi fenomena ion sieving, karena
ketidaksesuaian ukuran pori dengan ion yang masuk, dimana volume lorong atau
chanel pada struktur zeolit tidak mampu mengakomodasi sejumlah kation; adanya
pengikatan kation pada tempat lain di luar lokasi pertukaran, serta adanya
perubahan fase zeolit setelah proses penukaran kation.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengindentifikasi dengan tepat kation yang terdapat dalam larutan sampel
2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
mengindikasikan dengan tepat kation yang terdapat dalam larutan sampel.
C. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu uji kation dan anion dengan menggunakan
penambahan pereaksi tertentu dan mengamati perubahan yang terjadi setelah
reaksi.
D. Manfaat percobaan
Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
cara pembuatan larutan anion dan kation dengan mengidentifikasi anion dan
kation serta mengetahui perubahan yang terjadi apakah terdapat endapan,
perubahan warna atau gas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
kation secara efektif tergantung pada tingkat porositas, kerapatan
tetrahedral, T(Al,Si), kerangka densitas dan efektifitas penukarannya dipengaruhi
pula oleh perubahan struktur kristal, angka banding Si/Al dan ukuran pori efektif.
Sistem pembentukan struktur sangat dipengaruhi oleh angka banding Si/Al, logam
alkali/alkali tanah pembentuknya, tingkat keasaman lingkungan dan kondisi
hidrotermal, sehingga memungkinkan peluang rekayasa zeolit sebagai penukar
yang efektif. Kapasitas tukar kation tidak dipengaruhi oleh faktor dalam saja
(internal struktur zeolit), tetapi juga faktor eksternal atau faktor luar. Seperti
konsentrasi kation dalam larutan dan sifat dari senyawa yang akan dipertukarkan
(Fatimah, 2014).
Pada pH di bawah lima serapan ion seng(II) oleh biomassa Hydrilla
verticillata menurun. Hal ini dikarenakan jumlah ion H+ dalam larutan lebih
banyak sehingga diduga terjadi persaingan antara ion H+ dan ion seng(II) untuk
berikatan dengan gugus fungsi yang terdapat pada biomassa Hydrilla verticillata.
Ion H+ akan menghalangi ion seng(II) untuk berikatan dengan gugus fungsi OH,
C-O, C=O dan N-H. Menurut Pearson dalam Miesler dan Tarr,11 H+ adalah
termasuk kelompok asam keras yang dapat berikatan dengan gugus fungsi yang
bersifat basa keras, sedangkan ion seng(II) merupakan kelompok asam antara
yang dapat berikatan dengan basa keras dan basa lunak (Putri, 2014).
Garam merupakan zat yang dihasilkan dari reaksi netralisasi asam dan basa. Sifat
larutan garam dapat dijelaskan dengan konsep hidrolisis. Hidrolisis merupakan
reaksi penguraian yang terjadi antara kation dan anion garam dengan air dalam
suatu larutan. Menurut konsep ini, komponen garam baik anion atau kation yang
berasal dari basa lemah atau asam lemah akan berekasi dengan air (terhidrolisis).
Hidrolisis kation akan menghasilkan ion H3O+ atau H+, sedangkan hidrolisis
anion akan menghasilkan ion OH (Rizki et al., 2021).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara atau langkah-
langkah pemurnian gliserol dari hasil samping pembuatan biodisel dengan
menggunakan variabel penelitian meliputi pengaruh penambahan H3PO4 dan
banyaknya cation-anion exchanger yang digunakan pada proses pemurnian ini.
Hasil dari penelitian ini adalah senyawa gliserol yang didapat dalam proses
pemurnian. Hasil yang diperoleh lalu dianalisa untuk mengetahui densitas, dan %
total gliserol (Hidayati et al., 2012).
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14
mEq/L) berada dalam cairan intrasel4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di
cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya
dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga
perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan
konsentrasi natrium3Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial
disebabkan oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar
natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif
dari natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel
(pompa Na+ K+)2,4,9-10. Kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan cairan
intrasel (Yaswir dan Ira, 2012).
Secara umum, anion dan kation selalu dipisahkan dan dideteksi secara
terpisah dengan menggunakan sistem analisis yang terpisah (different systems)
pula. Padahal sangat penting dilakukan pendeteksian secara serempak
(simultaneous) antara anion dan kation dalam sekali injeksi (injection) untuk
sebuah contoh sampel. Beberapa kelebihan pendeteksian secara serempak di
antaranya dapat menekan biaya operasional (operational cost), memperkecil
jumlah limbah (waste) saat analisis berlangsung memperpendek waktu analisis
(short time analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan
(Ardianingsih, 2019).
Kromatografi ion adalah salah satu metode analisis yang paling
efektif dan populer sekarang ini untuk mendeteksi ion-ion anorganik, baik anion
maupun kation dengan tingkat ketelitian yang cukup akurat teknik ini, juga
menawarkan kemudahan penyediaan sampel, kecepatan dalam analisis serta
jumlah sampel yang dibutuhkan relatif sedikit pada setiap kali suntikan sampel
Dengan kelebihan-kelebihan inilah, kemudian teknik kromatografi ion sangat
cocok untuk tujuan analisis yang sifatnya rutin (Amin, 2016).
Secara alami, zeolit bersifat sebagai penukar kation, namun secara
efektif sifat tersebut tergantung pada tingkat porositas, kerapatan tetrahedral,
T(Al,Si) ataupun kerangka densitasnya. Efektifitas penukaran kation tersebut
dapat berubah karena perubahan struktur, angka banding Si/Al dan ukuran pori
efektif. Gugus tetrahedral dalam struktur zeolit dapat disubstitusi secara isomorf
oleh gugus lain seperti PO2+sehingga struktur baru dapat berfungsi sebagai
penukar kation maupun anion. Kemampuan tukar kedua jenis ion tersebut
tergantung dari ratio Si/Al/Pdari hasil proses (Fatimah, 2004).
Kation adalah ion-ion yang bermuatan positif untuk tujuan
analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan
berdasarkan sifat–sifatnya. reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi
kation yang paling umum adalah asam kloridahydrogen sulfida ammonium sulfida
dan ammonium karbonat Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation
bereaksi dengan reagensia-reagensia dengan membentuk endapan atau tidak
(Chang, 2005).
Jika atom kehilangan satu atom lebih elektron , Maka atom tersebut
bermuatan positif dan di namakan kation sedangkan jika atom memiliki satu lebih
elektron ekstra maka akan bermuatan negatif dan disebut sebagai anion. Anion
yang bermuatan negatif mempunyai ukuran yang lebih besar daripada atom
asalnya, karena anion kelebihan elektron maka elektron tersebut saling menolak
satu sama lain dan maka dari itu menambah ukuran fisik dari ion. Ukuran ion
ditentukan oleh awan elektron. Dan pada umumnya kation berukuran lebih kecil
daripada atom asal dikarenakan kecilnya ukuran awan elektron, kation Hydrogen
(H) tidak mempunyai elektron, maka dari itu kation Hydrogen jauh lebih kecil
dari atom unsur Hydrogen (Haryadi, 2009).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 gram/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Sebagai pelarut.
2. Kalsium Karbonat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : CALCII CARBONAS
Nama lain : Kalsium Karbonat
Rumus molekul : CaCO3
Berat molekul : 100,09 gram/mol
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam air panas,
sangat sukar larut dalam air yang mengandung karbon
dioksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
3. Asam Asetat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIIDUM ACETICUM
Nama lain : Asam asetat
Rumus molekul : CH3COOH
Berat molekul : 60,05 gram/mol
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa
asam, tajam.
Kelarutan : Larut dalam air dengan etanol (95%) dengan gliserol
P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
4. Natrium Asetat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII ACETICUM
Nama lain : Natrium asetat
Rumus molekul : CH3COONa
Berat molekul : 95,52 gram/mol
Pemerian : Serbuk atau massa putih keabuan, higroskopis.
Kelarutan : Larut baik dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan dan pereaksi.
5. Etanol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLIUM
Nama lain : Etanol
Rumus molekul : C2H5OH
Berat molekul : 46,068 gram/mol/
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai antiseptik.
6. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIIDUM HYDROCHLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
Rumus molekul : HCI
Berat molekul : 36,46 gram/mol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, berasap, bau merangsang jika
diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau.
Kelarutan : Larutan yang sangat encer masih bereaksi dengan
asam kuat terhadap kertas lakmus.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu batang pengaduk,
gelas kimia 100 mL, gegep, kaca arloji, lap kasar, pipet skala, rak tabung,
sendok tanduk, spirtus, tabung reaksi serta timbangan analitik.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali yaitu aquadest 50 mL,
CH3COONa 5 gram, CaCO3, CH3COOH, C2H5OH serta HCl.
C. Prosedur kerja
1. Kation CaCO3

Tabung CaCO3 1 HCl tetes demi tetes


reaksi mL

Amati

Hasil

2. Anion CH3COOH
Tabung CH3COOH 1 mL CH3COONa 1 mL
reaksi
C2H5OH 1 mL

Dipanasi

Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
1. Kation CaCO3
Pereaks Pengamatan Gambar Keterangan
Endapa Warn Bau Gas
i
n a
Kation Ada Putih Sedikit -
padat berbau Dalam percobaan ini,
CaCO3 direaksikan
dengan HCl terjadi
perubahan warna
menjadi putih padat,
terjadi endapan dan
sedikit berbau.

2. Anion CH3COOH
Pereaks Pengamatan Gambar Keterangan
Endapan Warna Bau Gas
i
Anion - - Ada Ada
Dalam percobaan ini,
CH3COOH ditambahkan
dengan CH3COONa
direaksikan dengan
C2H5OH kemudian
dipanaskan
menggunakan spirtus
menghasilkan adanya bau
dan terdapat gelembung-
gelembung gas.

B. Pembahasan
Kation dan Anion adalah ion-ion yang bermuatan positif dan negatif.
analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia.
Dengan memakai apa yang disebut regensia golongan secara sistematik,dapat
kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation ,dan dapat juga
memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Ion adalah suatu atom atau molekul yang memiliki muatan listrik total
tidak nol (jumlah total elektron tidak sama dengan jumlah total proton). Kation
adalah ion bermuatan positif, sedangkan anion adalah ion bermuatan negatif.
Oleh karena itu, sebuah molekul kation memiliki sebuah proton hidrogen tanpa
elektron, sedangkan anion memiliki elektron ekstra. Oleh karena muatan
listriknya yang berlawanan, kation dan anion saling tertarik satu sama lain dan
mudah membentuk senyawa ionik
Pada percobaan ini metode penelitian dibagi menjadi dua percobaan
yaitu yang pertama percobaan kation CaCO3 dan percobaan anion CH3COOH.
Pada percobaan ini yang pertama dilakukan yaitu disiapkan alat dan bahan.
Kemudian dimasukkan larutan CaCO3 ke dalam tabung reaksi. Lalu masukkan
HCl tetes demi tetes (5 tetes) ke dalam tabung reaksi dan diamati perubahan
yang terjadi pada CaCO3 yang ada di dalam tabung reaksi. Dicatat perubahan
yang terjadi.
Pada percobaan CH3COOH pada percoban ini yang pertama dilakukan
adalah dimasukkan larutan CH3COOH 1 mL ke dalam tabung reaksi.
Kemudian C2H5OH 1 mL kedalam larutan lalu dimasukan lagi CH 3COOH Na
sebanyak 1 mL. Panaskan larutan dengan menggnakan ujung api hingga
larutan mendidih. Setelah itu diamati perubahan yang ada di larutan kemudian
dicatat perubahan tersebut sesuai dengan hasil pengamatan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan dilakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. CaCO3 1 mL dan ditambahkan HCl menghasilkan warna putih
padat, terjadi endapan dan sedikit berbau.
2. CH3COOH + CH3COONa masing-masing 1 mL dan
ditambahkan C2H5OH 1 mL kemudian dipanaskan
menggunakan spirtus menghasilkan aroma serta adanya
gelembung-gelembung gas.
B. Saran
Mahasiswa diharapkan pada saat praktikum untuk lebih teliti dan
serius agar tidak terjadi kesalahan pada saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Amin M. 2016. Analisis Unsur Minor Kation Dalam Sampel Air Alam Dengan
Menggunakan Teknik Kromatigrafi Ion. Journal Techo. Vol 5. No (1). Hal 1-7
Ardianingsih R. 2009. Penggunaan High Perfomance Liquid Chromatography
(HPLC) Dalam Proses Analisa Deteksi Ion, Penelitian Bidang Dirgantara,
Pusterapan : Lapan.
Chang, R. 2005. Kimi Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Putri ME. 2014. Analisis Parameter Optimum Penyerapan Kation ZN (II) Oleh
BioMassa Hydrilla Verticillata. Journal Analisis Parameter Optimum. Vol 17.
No (3). Hal 373-380.
Fatimah D. 2014. Pengkajian Senyawa Alumina Siliko Fosfat Sebagai Pengolah
Air Bermasalah : Studi Kasus Air Tanah Pantura. Journal Of Indonesian Zeolites.
Vol 3. No (2). Hal 1-3
Haryadi, hendi. 2009. Administrasi Perkantoran untuk Manajemen & Staf. Jakarta
Selatan : Transmedia Pustaka.
Hidayati R, Arif HA, Susila A. 2012. Pengaruh Penambahan H3PO4 Dan Resin
Kation Dan Anion Terhadap Persen Total Gliserol Hasil Samping Pembuatan
Biodiesel. Jorunal Teknik Kimia. Vol 18 No (4). Hal 31-36.
Maryanto, Fatimah., 2004. Pengaruh Pemberian Jambu Biji (Psidium guajava L.)
pada Lipidemia Serum Tikus (Sprague dawley) Hiperkolesterolemia.
Rizki U, Yayuk A, Lalu RTS, Yunita ASN 2021. Pemanfaatan Hasil
Pengembangan Modul Kimia Berbasis Etnosains Untuk Menanamkan Sikap
Konservasi Lingkungan. Journal Pengabdian Magister Pendidikan. Vol 4. No
(1). Hal 92-97.
Yaswir R, Ira F. 2012. Fisiologi Dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium
Dan Klorida Serta Pemeriksaan Laboratorium. Journal Kesehatan Andalas. Vol 1.
No (2). Hal 80-84.

Anda mungkin juga menyukai