Anda di halaman 1dari 1

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI… 11

kesaktiannya. Pemerintahan raja tersebut orang untuk mencari kuda tersebut. Kuda tersebut
berkedudukan di Beda Hulu/Teges. Mayadenawa ditemukan, tapi sudah menjadi bangkai. Sebagai
tidak percaya adanya Tuhan, karena itu rakyatnya hadiah bagi orang-orang yang mencari kuda
melakukan upacara keagamaan, sehingga selama tersebut, diberikan lahan oleh raja, dengan cara
itu tidak tidak memberikan sesajen kepada para mengukur, sejauh mana bangkai kuda masih
dewa-dewa di Besakih. Hal ini menyebabkan tercium, maka sejauh itu pulalah wilayah yang
diberikan pada pencari kuda tersebut.
Sepeninggal raja Batara Indra, kelompok
orang-orang trersebut memindahkan bagian-
bagian bangkai kuda itu ke perbatasan. Bangkai
kuda tersebut di sebarkan di daerah-daerah
sebagai berikut (anonim 1986):
a. Kaki kanannya diletakkan di Penimbalan
Kangin
b. Kaki kirinya diletakkan di Penimbalan Kauh
c. Perut besarnya diletakkan di Batukeben
(Utara)
d. Kotorannya diletakkan di Pura Tikik
e. Kemaluannya diletakkan di Pura Kaki Dukun
f. Ekornya diletakkan di Rambut Pule
Berdirilah suatu desa yang bernama
Tenganan, dengan batas-batas wilayah tersebut.
Desa ini terletak di tengah-tengah dua bukit,
Gambar 3. Susunan pemukiman
masyarakat di Desa Tenganan yang hanya
yaitu: Bukit Kangin dan Bukit Kauh. Nama
memiliki satu pintu keluar Tenganan” menurut sumber “Usana Bali”
berasal dari letak desa di tengah-tengah dua bukit
para dewa-dewa murka. Maka diutusnyalah
yang artinya Ngatenganan, yang kemudian
seorang dewa yang kemudian menjelma menjadi
menjadi desa Tenganan. Nama desa tersebut
seorang raja yang diperkirakan memerintah di
berasal dari kelompok orang-orang yang mencari
daerah Jawa, untuk memerangi Mayadenawa.
kuda. Orang-orang tersebut adalah orang-orang
Dewa ini bernama Batara Indra.
kepercayaan raja atau tangan kanan raja. Kanan
Dalam peperangan ini Mayadenawa
dalam bahasa Bali adalah Tengen, dari kata inilah
mengalami kekalahan. Menurut tradisi
kemudia menjadi Tenganan. Kemudian di desa
masyarakat Hindu Bali, bila seorang raja kalah
ini terkenal dengan tenunan “pegringsingan”
dalam peperangan, untuk menentukan batas
(tenunan double ikat). Maka desa ini kemudian
daerah kekuasaan raja yang baru, dilakukan
dikenal dengan desa Tenganan Pegringsingan.
sebuah upacara yang disebut dengan “Aswa
Meda Yahya”, yaitu: upacara pelepasan seekor
kuda hitam berekor putih. Sejauh kuda ini pergi Pola Pemukiman Desa Tenganan
Secara umum pola desa Tenganan
tanpa ada yang menganggu atau menangkapnya,
merupakan sistem core yang membujur dari utara
maka sejauh itu pulalah batas kekuasaan raja.
ke selatan (Gambar 2). Terdiri atas tiga bagian,
Namun, sebelum upacara dilakukan,
yaitu: banjar Kauh, banjar Tengah dan banjar
kuda tersebut hilang. Maka dewa Batara Indra
Pande. Banjar Kauh terletak pada core yang
sebagai raja baru memerintahkan sekelompok
paling barat, sekaligus merupakan core utama.

Anda mungkin juga menyukai