0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
126 tayangan2 halaman
Pura Ulun Danu Batur merupakan pusat penghulun subak di Bali yang terletak di Danau Batur. Danau Batur memiliki hubungan erat dengan Gunung Batur, desa Batur, dan upacara pakelem untuk menghormati dewa Danu. Pura ini juga berperan sebagai salah satu kahyangan tujuh di Bali yang melambangkan Gunung Mahameru sebagai pusat kosmologi Hindu di pulau tersebut.
Pura Ulun Danu Batur merupakan pusat penghulun subak di Bali yang terletak di Danau Batur. Danau Batur memiliki hubungan erat dengan Gunung Batur, desa Batur, dan upacara pakelem untuk menghormati dewa Danu. Pura ini juga berperan sebagai salah satu kahyangan tujuh di Bali yang melambangkan Gunung Mahameru sebagai pusat kosmologi Hindu di pulau tersebut.
Pura Ulun Danu Batur merupakan pusat penghulun subak di Bali yang terletak di Danau Batur. Danau Batur memiliki hubungan erat dengan Gunung Batur, desa Batur, dan upacara pakelem untuk menghormati dewa Danu. Pura ini juga berperan sebagai salah satu kahyangan tujuh di Bali yang melambangkan Gunung Mahameru sebagai pusat kosmologi Hindu di pulau tersebut.
“… Bhatara Hyang pasupati Angupak tungtungin Gunung 1.
Upacara Pakelem di laksanakan di Dua tempat:
Mahameru, Pinaruh Sowang, keni karyan banten, inawa Laut, Danau, Sungai dan Kepada Gunung maring Bali, Hana Gunung Tampuryang ring Bali, Gunung 2. Pakelem tidak dilaksanakan berdiri sendiri melainkan Agung Ika Kadaton nira Bhatara Mahadewa, Gunung dilakukan dalam rangka ngenteg linggih atau piodalan Tampuryang Ika kadaton nira Bhatara Dewi Danuh pada bias juga Mendak toya bagi organisasi pertanian subak Gunung Sakti Bhatara, Sira sang kulputih minakadi Mangku di Bali. ring Besakih, kasiwi Ratu dening Bali, kerta-kerta wihikang 3. Srana yang dipakai dalam pakelem baik di Gunung Bali, annuli tedun sira Empu Kuturan ring Majapahit maupun di danau, sunga dan segara pada prinsipnya magawe pradesa ring Bali, mekarya kang gegaduhan, sakeng sama tergantung besar kecilnya tingkat upacara dan yang pradesa, Sang Ratu Bali ne munggah ring Raja Purana…” menyertai upacara pakelem tersebut termasuk dalam CATUR DANU SESUAI DENGAN ULU DAN PANCA upacara Bhuta Yadnya. NAMA 4. Lontar – lontar yang menjadi landasan sastra dalam Gambaran alam dalam wujud Segara Giri atau lautan dan pakelem antara lain: Prasasti Batur Sakti, Siwa Tatwa PURA ULUN DANU BATUR gunung terlihat konsisten dinyatakan dalam KKDPB (kutara, Purana, Dharma Kerthi, Tutur Aji Kunang – Kunang, Kanda, Dewa, Purana Bangsul) Kala Purana Sang Hara Bumi, dan Raja Purana Ulun Om Swastyastu, TERDAPAT DATA DI MUSIUM GUNUNG API BATUR Danu Batur. Sekapur Sirih, 1. Danau Batur (Bhatari Uma) sangat erat hubungannya 5. Untuk Pakelem di Laut, danau dan Sungai Karya Agung Danu Kertih, Tawur Labuh deang Gunung Batur, Desa Batur, Pura Ulundanu Batur, dipersembahkan kepada Sang Hyang Kala Sunia (Ida Gentuh, Meras Danu Lan Gunung, Bhakti dan Pasek Batur tidak boleh dipisahkan-pisahkan seperti Pedanda Gede Kekeran Pemaron) Pakelem ring Segara Lan Pucak Gunung Pancasila, Panca Srada dan Panca Yadnya. 6. Sedangkan untuk pakelem di puncak gunung di 2. Danau Beratan (Dewi Laksmi) mungkinkah? ada haturakan kepada Sang Hyang Kala Mertayu dua Batur, RING DANU Mapeselangan lan hubunganya dengan Gunung Beratan, Desa Beratan, personofikasi energy ini sesungguhnya berhakekat Mepadanan 07 November 2018 Tilem Kelima, Pura Ulundanu Beratan dan Pande Beratan. tunggal yaitu sebagai Siwa Kala sang maha energy yang Buda Umanis Kulantir ring Segara Pura Jati. 3. Danau Buyan (Bhatari Gangga) Mungkinkah ? ada tak terjangkau. ( Ika Bhakti Dwi Dharma ) Desa Pekraman hubungan dengan Gunung Bunyan, Desa Buyan, Pura ARCAPADA di Maandara Giri (Gunung Semeru) Ulundanu Buyan dan Pasek Buyan (Bulian) Pasanakan Hyang Dhanatapa dating di Bali Dwipa Batur 4. Danau Tamblingan (Bhatari Gori) Mungkinkah ? ada Sekita abad ke 14 pada zaman pemerintahan Sri Masula hubunganya dengan Gunung Tamblingan, Desa Masuli antara Sri Gajah Wahana, serombongan Pasanakan PLURALISME DAN PAGAR Tamblingan, Pura Ulundanu Tamblingan dan Pande Hyang Danatapa dengan pengiring 1718 jiwa besar kecil tua Tamblingan Penguasa Danu CATUR DEWI. muda, rombongan menuju Bali tengah yaitu di lembah yang YANG BAIK PUSAT PENGHULUN SUBAK DI BALI DWIPA dikitari oleh munduk yaitu antara tahun 1328 – 1369 M dan ( Hindu di Antara Agama – agama ) Danau Batur yang ketinggianya 1031 M dari permukaan laut bermukim disekitar Gung Indarkila kini disebut gunung Robert Frost, Penyair yang di kagumi oleh yang merupakan danau terbesar di Bali Dwipa. Maka dari itu Batur, terdapat golongan Waisnawa yang sudah tentunya mendiang F. Kennedy mantan Presiden Amerika Serikat, pura Ulun Danu Batur berkedudukan di utara. Setatus Sad memuja Wisnu, maka dibangunlah tempat pemujaan secara menulis dalam satu sajaknya : “Pagar Yang Baik, Kahyangan, fungsi menjadi pusat Penghulun Subak di Bali sederhana pada zaman itu berupa bebaturan, seluruh pengiring Menciptakan Tetangga Yang Baik” . “Pagar yang baik Dwipa. Terbukti dengan adanya Pura Masceti Pura Ulun yang disebut Pasek Semeru, bertanggungjawab terhadap berfungsi ganda. Pertama melindungi hak milik kita dari Suwi, Pura Sibak, Pura Bedugul, dan Pura Ulundanu (Ngurah pelaksanaan Yadnya. Pada zaman dahulu terdapat pengertian gangguan orang lain. Kedua mencegah kita Oka Supatra) di puncak kanginan G. Batur terdapat Goa Jalan bahwa gunung dijadikan Ulu sebagai tempat pemujaan menyalahgunakan hak milik tetangga kita. Lingga: tempat Jejaringan Tirta Ida Bhatari 11 Pancoran terhadap Wisnu, sehingga warga pengemponmempunyai Dalam Lontar Usana Bali di Bali Gunung Agung tertinggi untuk dialirkan ke tukad-tukad, kelebutan, danau untuk subak pengertian pemujaan Ulun Danu sebagai pemujaan Wisnu kerap disebut sebagai potongan puncak Mahameru bersama di Bali Dwipa. dan sampai saat ini disebut Pura Ulun Danu Batur, Lama Gunung Batur. Gunung Mahameru Adalah Gunung Mitologi SAPTA KAYANGAN JAGAT BALI DWIPA (PUTRA kelamaan warga pengempon yang tadinya disebut Pasek yang dipercaya sebagai titik pertemuan antara bumi dengan BHATARA PASUPATI) RING MAHAMERU: Semeru lalu disebut Pasek Batur. sogra dan neraka. Puncak Gunung Mahameru di pindahkan ke 1. Gunung Lempuyang Pura Lempyang Luhur Aghni Jaya “ Giri sor dhanu hiringanya, lorin panarjwan Bali, sehingga Bali yang dulunya disebut pulau yang Memberikan sinar giritahhutarwiyem giri raktenah batur Griya Gnhimurttate” mengapung di lautan menjadi tenang dan tidak bergoyang – 2. Gunung Sgung Pura Besakih Putra Jaya memegang (Purana Taman Bali). gonyang lagi menurut Sugilanus Gunung Agung dengan Atma manusia Gunung Batur, karena mengeluarkan api saan Sasih Kedasa, Gunung Batur , Juga dijelaskan sebagai pusat Mandara dari 3. Gunung Batur Pura Ulun Danu Batur Dewi Danu bagaikan Guntur suaranya, tersembur api dari lubang Prahyangan di Bali menjadi semacam pusat satelit Purusa dan Micayang Amerta kepundanya, bagaikan kobaran api berdiri tegak, keduanya Pradana dari Gunung Sekitarnya. Secara kosmologi Gunung 4. Gunung Andakasa Pura Andakasa Hyang Tugu Sarwa disertai dengan gempa bumi, demikian keutamaan gunung itu. Agung dikelilingi: Gunung Lempuyang, Gunung Batukaru, Mina Tiap Gunung Batur meletus, Desa Pekraman Batur Gunung Mangu, dan Gunung Andakasa. 5. Gunung Batukaru Pura Batukaru Hyang Tumuwuh melaksanakan Bakti Pemendak duaning Ida Bhatara Rauh, Inilah yang kemudian menjadi pokok-pokok pengembangan Warna Kertih kalau ada orang meninggal melaksanakan Balik Sumpah, dan prahyangan di Bali, terbukti “Hampir semua Pura Puseh, Bale 6. Gunung Mangu Pura Puncak Mangu Hyang Manik setiap lima tahun sekali, subak – subak dan umat Hindu Agung, serta Sanggah Merajan terdapat pemujaan Gunung Gumawang Who-wohan melasanakan Sedarma melasanakan Bhakti Pakelem di Agung dan Gunung Batur dengan beberapa menyebutkan 7. Ring Pejeng Pura Manik Corong Manik Galang Gunung dan Danau (jagi kemargiang karya Danu Kertih, 7 lokalnya” imbuhnya. Disisi lain lanjut Sugilanus ada Neropong semeton di Gunung. Nopember 2018) . kepada Sanghyang Kala Mertiyu ring Dan beberapa naskah seperti Babad Gumi, Babad Tusan, Babad PRAKATANING USANA SIWA SESANA Sang Hyang Kala Sunia. Batur Kewalasan dan Babad Batur yang memuat peristiwa Nyan Pratekaning Usaha Siwa tingkahe pengacingaci ring Di Kaki Gunung Batur terbangun Pura Ulun Danu menghadap bencana alam terkait dengan letusan Gunung Agung. Baline ring Tampuryang makemuah anggawa sesana ke Gunung Batur dan Danau Batur sebagai Luan tenten Yhang Putra Jaya Adiknya Dewi Danuh Disambut dengan mapulekerti, angeleng ngelengin bhetara ring sinarta, ngeluanin Gunung Batur. Sebagaimana halnya komunitas kehormatan oleh Sangkul Putih Suami Istri. Hyang Putra anangun Kahyangan Anggapati Bhatara Tri Guna Hyang masyarakat gunung maka pendirian sejumlah pura di kaki Jaya, Bersemayam di Gunung Agung, Hyang Dewi Danu paraksi ring Bhatara Ayuluwih panembahan wong Bali, iling gunung selalu menghadap ke gunung sebagai pusat Bersemayam di Gunung Batur. Beliau lalu menjadi pujaan wong Baline abecik, mangkanaa titi sira siwa sesana. pengintegrasian social komunitas gunung dan juga pura – Masyarakat Bali. Berkat Beliau Masyarakat Bali sangat Terjemahan : Pratakaning siwa pelaksana pengaci aci Bali di pura yang ada di pantai komunitas social pantai. Ibarat sejahtera (Warna 1986 : 65-72) Tampuryang serta kewajiban (sesana) mapulapakerti tetap manusia bercium mesra dan berpeluk erat demikian pula Gunung Raja, Giri Indra Parwata, Gunung Udaya memperhatikan Lingga pada Ida Bhetara Sinarta, Membangun adanya antara Gunung Batur (Lingga Acala) dengan Danau Parwata, Gunung Toh Langkir menjadi Gunung Kahyangan memohon Bhatra Tri Guna nama-Nya. Itu Batur (Yoni) ngeniang genah sane mawasta MANDALA Agung pernah meletus 1002, 1615, 1616, 1665, petunjuk Bhetara Pura Puseh (Kentel Gumi) , Di Pura Dalaem BATUR ngemetuang kesuburan kemakmuarn dan 1683, 1705, 1711, 1908, 1917, 1963, 2017. (Besakih), di Kahyangan (Pura Ulun Danu Batur) Ida Bhetara kesejahteraan bagi Bali Dwipa oleh adanya aliran Danau Gunung Lingga Acala, Gunung Tampuryang, Ayu Luwih (Dewi Danu), Junjungan manuasia Bali, ingat Batur yang tingginya 1031 meter dari permukaan laut dan Gunung Sinarta, Gunung Silagiri, Gunung Idrakila, manusia Bali pada kebenaran demikian aturan Siwa Sesana. merupakan Danau terbesar di Bali. (Pusat Subak Bali Dwipa) Gunung Ederan, Gunung Lekeh, Gunung Lebah, PURA, DESA GUNUNG DANU TAK TERPISAHKAN Pengertian mandala dalam hukum Rwa Bhineda yakni Gunung Sari, Gunung Catur, Gunung Kembar Pelaksanaan Bakti Pekelem untuk pertama kalinya oleh adanya kekaburan batin menuju penyempurnaan pikayun Menjadi Gunung Batur meletus 110 Saka, 1612 M, Pemerintah Raja Bali, Sri Ugasena Warmadewa 912 ngemargiang catur dresta kegalangan manah yang bertujuan 1700 M, 1784 M, 1804 M, 1821 M, 1849 M, 1854 masehisebagaimana terdapat pada prasasti Batur Sakti, Bkati meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). M, 1897 M, 1902 M, 1964 M, 1905 M, 1906 M, Pakelem tidak dapat digelar sembarangan waktu, oleh Bercermin dari alam lingkungan gunung dan Danau Batur 1915 M, 1917 M (Gejor), 1921 M, 1922 M, 1923 sembarangan orang dan sembarangan tempat. Jika tidak tepat maka para tetua Desa Pekraman Batur mekarya Pura Jati M, 1924 M, 1926 M, 1963 M, 1965 M, 1966 M, waktu pelasanaanya, bukan kerahayuan yang kita peroleh (Rumah Sejati) yakni genah utama sesana jangkepang 1968 M, 1970 M, 1971 M, 1974 M, 1994 M, 1995 melainkan kekacauan yang akan timbul. Jika mengadakan anggen titi pengancan Tri Hita Karana mekanten ngaturang M, 1997 M, 2000 M, 2009 M. Disangga G. Bakti Pakelem ring danau Batur maka harus melaksanakan sembah subakti ring kalih: apisan ring Gunung Batur , apisan Penulisan, G. Agang, G. Tuluk Biyu, dan G. Pakelem ring Puncak Gunung Batur, Karena Puncak Gunung ring Danu Batur. Ida Bujangga Luwih. (Hyang Rsi Wisnu Tangked, Panenjoan, Panelokan (sisa Gunung Batur Batur Merupakan Lingga dan Danau Batur merupakan Yoni Sunia Murti) Purba). Gunung Batur Ulining Danu Batur. menuju keseimbangan Bhuana Agung, Bhuana Alit dan MANUT PURANA SRI TATWA BAKHA BUMI Bhuana sarira yang nantinya menuju Ajeg Bali (seperti Desa Maturan ring Gunung Agung Beras Acatu, daksina Kekalih, Pekraman Batur Pakelem ring Gunung dan Danu) bebek kekalih, pada putih, jinah keaturan ring Gunung Agung Ida Pandita Dukuh Acharya dan Cokorda Rai Sudarta satak ulung dase besik, ring acatu, raka – raka agenep, lawe menyampaikan: kelakih, jinah kaaturang satak dua likur, metu tirta suci di Batur muang ring Pengubengan, Pengenteg ring ulun suwi Bhatara Putra Jaya yang di ikuti oleh Bhatari Dewi menjadi aliran sungai , aliran bawah tanah, terus mengalir ikane katiru ring Majapahit, katur ring Semeru Bhatara Danuh dan Bhatara Gni Jaya yang kesemuanya merupakan sampai kelaut dan samudra (air dalam kehidupan Ibu Pertiwi). Pasupati, kramane ring Bali Katur ring Gunung Agung ring Putra Putri Bhatara Pasupati. Dalam stage a long the life cicle , keterlibatan manusia Batur (di Pura Ulun Danu Batur). Di Pelinggih Ida Bhatara Bhatara Pasupati kemudian menitahkan ketiga dengan aair sebenarya sudah dimulai sejak manusia berada ring Gunung Agung Meru tumpang sia, wali wali ring putra-putrinya yang disebut Sang Hyang Tri Purusa pergi ke dalam kandungan ibunya, sampai manusia mati memerlikan purname kapat unuan Bawi merempah mebangun urup di Pulau Bali agar kelak di puja oleh masyarakat Bali serta tirta pengentas. empong oleh Kabupaten Buleleng, tirta ring Madyaning mengayomi dan menguasi Pulau Bali. Walaupun pada saat itu Dalam ajaran dualitas (Rwa Bhineda) dan konsep Purusa – Gunung Agung, Tirta Toya Mas Kusuma, ring Pura Ulun Beliau masih anak – anak. Namun berkat kemahakuasaan Predana , Akasa-pertiwi, Pasir-wukir, Langit-bumi, Gunung- Danu Batur, Tirta Toya Mas Mampeh untuk para subak Bhatara Pasupati akhirnya Sang Hyang Tri Purusa tiba di danu, Dewa-dewi, samapai uyah-lengis. Dewi adalah sebutan di Bali. Pulau Bali dengan perjalanan di bawah laut, pada waktu untuk menunjukan rasa hormat, rasa bakti atas dasar PURA ULUN DANU BATUR nelung merik, pawana, budara, swanitagana bumi, sirsa, eksistensinya “itu”, karena air itu mempunyai rasa sejuk, Desa Pekraman Batur , Kecamatan Kintamani, Kab. jadma, naga wulan, witangsu, wudaning jagatdita, druwe menyehatkan, membersihkan dan menyucikan. Suamba Bangli, Prov, Bali bumi Th. 380 Sk. (2014) dalam tulisanya yang berjudul “Air (Apah) di dalam Pura Ulun Danu Batur adalah sebuah Pura yang merupakan Pada saat itu Bhatara Putra Jaya dinobatkan, sedangkan kesusastraan Weda” menyebeutkan bahwa dalam kitab Parhyangan utama dari Bhatari Hyang Danu, yang dimuliakan adiknya Bhatari Dewi Danuh berstana di Ulun danu di Atharwa Weda di mulai dengan pemujaan kepada Dewi Air dan di puja sebagai Dewatanya dewa kemakmuran. Yang Tampurhyang dan Bhatara Gni Jaya berstana di yang tidak hanya sebagai aliran air untuk bias diminum tetapi merupakan emansa dari Prabawa Tuhan Yang Maha Esa Lempuyang. Selain Sang Hyang Tri Purusa, turun juga empat juga untuk kesejahteraan umat manusia. Kata “Apah” selalu sebagai Dewanya kesejahteraan alam semesta, gemah ripah Bhatara yang merupakan Putra Bhatara Hyang Pasupati, yaitu digunakan dalam bentuk jamak dan di dalam jenis kelamin loh jinawi, yang termanifikasikan pada Bhatara Hyang Tirta Bhatara Tumuwuh Berstana di Gunung Watukaru, Bhatara perempuan. Itulah barangkali penyebab nama danau di Bali di Mas mampeh yang merupakan inti dari kehidupan tiga dunia. Manik Gumawang berstana di Gunung Beratan, Bhatara sebut dalam istilah feminism, Dewi Danu, Dewi Gangga, Tersebutlah pada masa lalu, Pura Ulun Danu Batur terletak di Manik Galang berstana di Pejeng dan Bhatara Tugu Berstana Dewi Saraswati. kaki Gunung Batur, menghadap gunung dan danau Batur di Gunung Andakasa. Pancoran Solas : Rembesan dari Danau Batur utamanya yang dikenal dengan Sinarata. Keyika pada suatu waktu Itulah ketujuh Putra-putri Bhatara Hyang Pasupati yang rembesan ke gunung Agung bernama Tirtha Telaga Waja, zaman kali Sangara dan Dua Para Yuga, terjadilah berstana di Gunung Semeru. Selain itu pula di muat tentang Tirtha Danu Gadang, Tirtha Danu Kuning, Tirtha Bantang marabahaya yang sangat dasyat dengan meletusnya Gunung turunya kembali Bhatara Hyang Pasupati ke Pulau Bali Anyud, Tirtha Pelisan, Tirtha Mengening, Tirtha Pura Jati, Batur tahun 1926 masehi (isaka 1848), yang menghancurkan diiringi oleh para Dewa Rsi, Surya, Candra, Yama, Baruna, Tirtha Rejeng Anyar, Tirtha Toya Mas Bungkah, Tirtha Toya sluruh wilayah Batur seperti Tampurhyang, Cempaga, Bhayu, Bhajra, Erawan, juga itu juga Catur Lokapala (penjaga Mas Mampeh, Tirtha Sampain Wani (prapen). Desa Sinarata, dan yang lainya, hal tersebut menyebabkan empat penjuru mata angin), Bhagaawan Parasu, Janaka, Cempaga, Desa Tampurhyang, Desa Sapura, Desa Dunsun, masyarakat Batur sangat kebingungan dan tidak tahua apa Kanwa, Nyang Narada, dan Gandrawwareja. Pada saat itu Desah, Desa Sinarta, Desa Cemara, Desa Tapayasa (Petapan), yang harus diperbuat. Mereka lari meninggalkan tempat itu Bhatara Hyang Pasupati bersabda dalam menawarkan kepada Desa Alas Kenyeri (Desa Alas Arum), Desa Setimahan, Desa untuk menyelamatkan diri. Dalam hal ini juga tidak semua Bhatara yang mengiringnya ke Bali. Barang siapa yang Batur disebut Desa Lebak, Pesanakan (pengider-ider Pura ketinggalan masyarakat Sinarata mengungsi ketempat – berstana di Hulundanu beliaulah yang berhak mengatur Ulun Danu Batur) : Pura Pelisan, Pura Jati, Pura Pasar Agung, tempat aman membawa semua Pretima dan Pejenengan dan kehidupan dan sumber penghidupan di Bali. Tawaran itu Pura Toya Mas Bungkah, Pura Taman Sari, Pura Toya Mas sebagainya. Akhirnya mereka samapai di Desa Bayung Gede, akhirnya diterima oleh Sang Hyang Bhayu, lantas Bhatara Mampeh, Pura Batu Sepit, Pura Jaba Kuta, Pura Kodo disanalah Pretima dan Pejenengan disimpat dan diselamatkan Hyang Pasupati kembali pulang ke Bharatawarsa di Jambu Gunalali, Pura Puseh, Pura Bale Agung, Pura Padang Sila, di Pura Bayung Gede selanjutnya masyarakat Batur ingin Dwipa. Sedangkan Bhatra Bhayu menuju Gua Song. Setelah Pura Sampain Wani, Pura Nambang, Pura Dalem Agung, membangun kembali Pura Ulun Danu Batur seperti sedia tiba disana ada gumbukan gua menghadap keselatan disana Pura Dalem Surabaya (Dalem Pemokasan), Pura Dalem kala, penguasa saat itu memberikan tempat di daerah juga ada pohon beringin yang sangat lebat. Sebelah timur Goa Labaan. Kalanganyar. Disanalah lalu mereka membangun Song itulah lokasi Pura Hulundanu, disebut pula bahwa Goa Seperti tempat-tempat yang terdapat dipegunungan Kintamani Prahyangan Pura Ulun Danu Batur. Setelah masa kekacauan Song berkembang menjadi Desa Songan Wilayah daerah berdasarkan situs-situs Daerah atau Desa-desa Kuno yang berlalu akhirnya keadaan bias pulih seperti semula. Pada Bangli. merupakan filsafat yang diangkat dari kearipan local, dimana tahun 1935 Masehi (isaka 1857), Pura Ulun Danu Batur Selsai MANUT PRASASTI KAYU SELEM ada hal-hal yang lain yang perlu mendapatkan perhatian dibangun, dilanjutkan segala upacara dan upakala selayaknya Saka 310 m 388 unsur dunia pada waktu itu kembali pada pemaknaanya secara mendalam pada Gebog Domas Pura pembangunan sebuah prahyangan untuk meuja Yang Maha Gunung Tohlangkir meletus. Keluarlah Bhatara Putra Jaya Penulisan (G. Desa Bantang 200 KK, G.Desa Sukawan 200 Kuasa. Pelaksanaan upacara dilaksankan di pulan Purnama serta Bhatari Dewi Danuh yang bersemayam di Ulu Danu KK, G. Desa Kintamani 200 KK, G. Desa Selulung 200 KK) dibulan April , tahun 1935 (isaka 1857) dan mulai saat itulah Ring Tampurhyang (Gunung Batur) Gebog Satak Pura Dalem Balingkang (Desa pinggan, Desa ditetapkan sebagai pujawali di Prahyangan Pura Ulun Danu UMAT HINDU DHARMA MANGDA PAWIKAN Siakin, Desa Gretek, Desa Tembok, dan Desa Sami Renteng) Batur sebagai hari Ngusaba Kedasa berlanjut sampai hari ini. Suatu kenyataan yang berdekatan dengan Danau Batur ada Gebog Bintang Danu Pura Ulun Danu Batur, Purana Batur Mulai saat itu daerah Kalanganyar di sebut esa Pekraman dua buah Pura yng bernama Pura Ulun Danu Batur. Ini sering (Desa Batur, Desa Kedisan, Desa Buahan, Desa Abang, Desa Batur demikianlah kisah dimasa lalu. Manut Upadesa Pura menimbulkan kebingungan bagi masyarakat yang memohon Trunyan) Tribudaya Tiga Mas upacara saaling mengisi Batur Ulun Danu, manut Mangku Subundi Pura Batur Ulun Tirta Ulun Danu Batur, penulis yang berkebetulan tertarik pengempon soang-soang. Ulu apad Budaya Bali Mula dan Danu. Pakelem di gunung dan Di Danau Batur bukan untuk menekuni pelaksanaan Upacara-upacara Agama Majapahit. sembarangan waktu, bukan sembarangan tempat dan bukan Khususnya Agama Hindu di Bali, sering pula dihadapakan PALINGGIH RATU SUBANDAR (Perekonomian antar sembarangan orang. Kalau tidak tempat Anumana Praman dengan masalah senada. Pulau dan Bangsa) (Prasasti Batur Sakti). Ring Gunung Lampuyang Ida Kedaan yang demikian menjadi dorongan untuk mengetahui 1. Ratu Ayu Subandar (Perekonomian antar Pulau dan Bhatara Geni Jaya, Ring Gunung Agung Bhatara Putra Jaya, sejauhmana peranan masing-masing pura tersebut bagi umat Negara) Ring Dalem Balingkang Bhetari Hyang Dewi Danu Alingga Aprahyangan ring Ulun Hindu. Untuk mewujudkan keinginan iru telah mencoba 2. Ratu Gede Ngurah Subandar di Pura Ulun Danu Danu Gunung Lebah Batur (Ida Pandita Empu Siwa Buda untuk mengadakan penelitian terhadap Pura Ulun Danu Batur Batur (Perekonomian antar Pulau dan Negara Rt. Dhaksa Darmita April 2006) Pura Ulun Danu Batur lan yang ada di Desa Batur, yang ada di Desa Songan serta Mekah, Rt.Mattura, Rt. Gurun, Rt. Siem) Danau Batur dan Juga Geopark Batur dapat pengakuan meninjau terhadap Desa-desa Bintang Danu Batur lainya. 3. Ratu Subandar Ring Pura Besakih (Adanya Patra Unisco. Demikian pula diadakan wawancara dengan beberapa Cina, patra Mesir, dan Patra Olanda) Dalam buku Usana Bali bahwa ada seorang Sang Atapa dari sulinggih, orang-orang tua/sesepuh serta para mangku dari KAHYANGAN RWA BINNEDA PURUSA PRADANA Jawa membangun pertapaan di Gunung Andakasa, disana keua pura tersebut. Walaupun belum dijumpai data-data (BESAKIH-BATUR) bertapa Beliau tidak berhasil. Pindah ke Gunung Lampuyang, tertulis mengenai pura Ulun Danu Batur yang berlokasi Di Pelinggih Gedong Kembar, Bukit Tengen, Gunung Agung, tujuh bulan Beliau berhasil mendapatkan anugrah Dewata Desa Songan, tetapi uraian mengenai pura tersebut Ida Bhatara Putra Jaya menyebar ajaran Siwa Pasupata. Bukit danmenjadi panutan rakyat Bali. Pindah ke Besakih berdasarkan INFORMASI beberapa sulinggih, tukang Banten, Kiwa Gunung Batur Ida Bhatari dewi Danu Penyebar Ajaran Membangun Pura dan menjadi Pemangku di besakih bernam beberapa pemangku, orang tua dan tradisi masih berlaku Sakti (Dewi) . ring Pura Ulun Danu Batur Ida Bhatari Dewi Sangkul Putih. Pada saat Beliau menjadi Pemangku sampai sekarang. Sebaliknya di Pura Ulun Danu yang Danu Meru tumpang 11, Ida Bhatara Putra Jaya Meru datanglah Hyang Putra Jaya bersama adiknya Dewi Danuh sekarang berlokasi di Desa Batur banyak di jumpai data-data Tumpang 9. Bhagavadgita BAB XVI sloka 24: Tasmac dari Jambudwipa (India) (Warna 1986:65-72) tertulis berupa Raja Purana serta Lontar-lontar lainya yang Chastram pramanam te karyakarya-vyavaasthiam, jinatva MANDALA Juga berarti Manca Dharma Laksana mengurai hubungan para penguasa (raja-raja) di Bali, para satra vidhanoktam karmakartum iharhasi: Karena itulah BATUR : Pemargi Yadnya manut Sastra subak, serta masyarakat dengan Pura Ulun Danu Batur. biarkan kitab-kitab suci menjadi petunjukmu untuk BATUR : B = Bebaturan, Bebataran, Bebatuan (Ny.IGA Mas Muterini Putra). menentukan kebenaran, untuk menentukan baik buruknya A = Awal, Asal, Aturan Danau ini juga terbentuk karena adanya aliran sungai dan perbuatan supaya diketahui dari pernyataan aturan dalam T = Tata Krama, Tata Sesana, Tata Laksana sumber-sumber mata air yang tersebar disekitar danau. ajaran-ajaran kitab suci engkau dikerjakan disini (M.K U = Uger-uger, Undang-undang, Upacara, upakara Gunung besar seperti Gunung Batur, Mangu dan bukit kecil Gandhi,1925:494) R = Raja, Raja Pandita, Raja Purana lainya yanga mengapit Danau ini menyebabkan pemandangan Menurut Purana Kayu Selem : Bebaturan Tri Purusa: Brahma, 1. Pasek Kayu Putih, Cempaka Menjaga Pura Batur dikawasan ini, Kintamani, Bedugul, semakin indah dan Wisnu, iswara, tempat pemujaan Sang Hyang Akasa pada 2. Pasek Kayu Selem, Menjaga Pura Ulun Danu Batur sekaligus menjadi objek kunjungan wisatawan. waktu bertemu dengan Sang Hyang Ibu Pertiwi yang juga 3. Pasek Cemeng, Menjaga Pura Penulisan Pernyataan ysng sering muncul dikalangan disebut Ibu Bapa waktu mengeluarkan air suci dan air restu 4. Pasek Jaye Maireng, Menjaga Pura Jati masyarakat awam maupun para intelek mengapa danau yang juga disebut Dwiphala. 5. Pasek Celagi Manis menjaga Pura Taman Sari disebut dengan Bhatri atau Dewi? Pertanyaan in bias di jawab Om Shantih, Shantih, Shantih, Om inilah disebut Pasek Gunung Batur sahabat Dalem Bali dari sudut pandang rasional maupun dari sudut spiritual. Dari sudut rasional, bahwa bahwa danu adalah sumber air Pengemong Pura Pemipil DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI BALI (THN 2009) kehidupan bagi manusia, dari system daur air yang sangat Ulundanu Batur Purana Pura Hulun Danu Batur Songan jelas kelihatan bahwa danu telah menampung aliran air dar gunung , sumber-sumber aair yang ada disekitar danu, menampung air hujan yang kemudian dialirkan kemabli Jro Gede Batur I Wayan Sukadia