Anda di halaman 1dari 4

Nama : Anak Agung Prema Abhijana Putra

NIM : 2006541155
Kelas : E
Mata Kuliah : Pengelolaan Tanah Dan Air

“UTS PENGELOLAAN TANAH DAN AIR”

Soal :
1. Di Indonesia terdapat beberapa tahapan dalam penerapan system pertanian, mulai dari
memanfaatkan apa yang disedikan oleh alam sampai pada pertanian yang ramah
lingkungan seperti yang diterapkan pada system LEISA. Jelaskan dengan benar tahapan-
tahapan tersebut sehingga akhirnya mengapa system LEISA itu perlu untuk dilakukan.
(15)

2. Pemupukan dengan pupuk hayati perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan


ketersediaan hara terutama unsur P. Jelaskan mengenai hal tersebut dan berikan contohnya.
(10)

3. Jelaskan dengan benar mengapa tingkat kesuburan tanah itu ditentukan oleh muatan
negative dalam koloid tanah dan bagaimana cara mengetahui jenis muatan pada
permukaan koloid tanah serta bagaimana caranya supaya koloid tanah mempunyai banyak
muatan negatip. (15)

4. Pada tanah-tanah yang mengalami pencucian yang cukup berat dapat mengakibatkan KTK
dan KB menjadi rendah dan tingkat kesuburan tanah menjadi menurun. Jelaskan dengan
benar bagaimana cara mengatasi hal tersebut. ( 10)

5. Tanah Vertisol mempunyai kandungan liat montmorilonit tipe 2:1 dan mempunyai
kemampuan mengembang dan mengkerut yang sangat tinggi, tetapi dari segi kimia tidak
mempunyai masalah yang signifikan kecuali ketersediaan P yang rendah karena terikat
oleh Ca dan Mg. Jelaskan dengan benar bagaimana cara mengatasi kondisi tersebut supaya
tanah vertisol dapat digunakan budidaya pertanian secara optimum. (10)
Jawab:
1. Pada jaman dahulu ada konsep pertanian yang namanya adalah natural life,atau hidup dengan
ketergantungan pada alam, pada pertanian ini masyarakat tidak menanam apapun dan lebih
mengandalkan dari hasil alam saja/memakan apa yang ada di alam saja tanpa membudidayakan
tanaman tersebut,dan jika hasil alam sudah habis maka masyarakat tersebut pindah ke tempat
lain atau sering juga disebut dengan pertanian nomaden. Lalu seiring perkembangan jaman
masyarakat dulu mengenal yang namanya budidaya tanaman sehingga masyarakat bisa
menentukan apa saja yang ingin ditanam dan hasil yang didapatkan,namun pada saat ini belum
ditemukan yang namanya pupuk dan pestisida guna untuk mengoptimalkan pertumbuhan dari
tanaman.
Lalu seiring perkembangan waktu para petani sudah mengetahui mengenai varietas
unggul hybrida,varietas unggul luar dan varietas unggul lainnya,tidak hanya itu petani juga
sudah mengenal pupuk kimia dan pestisida kimia. Lalu para petani mengenal pertanian ini
dengan sebutan pertanian konvensional dengan input tinggi atau HEIA (High External Input
Agriculture),mula mulanya pertanian ini memberikan dampak yang baik dari hasil produksi
yang tinggi dan juga peningkatan kualitas dari hasil produksi lebih meningkat,namun seiring
perkembangan waktu karena sistem pertanian ini sangat tidak ramah lingkungan maka
terjadilah degradasi lahan,mula mula terjadinya peningkatan input setiap tahunnya karena
kualitas tanah dan kesuburan tanah menurun,lalu ada nya kekebalan hama terhadap
penggunaan pestisida kimia secara terus menerus yang membuat hasil dari produk pertanian
tidak sebanding dengan pengeluaran yang dikeluarkan dari proses produksi produk pertanian
tersebut.
Setelah HEIA diketahui berdampak tidak baik bagi lingkungan dan manusia,HEIA lalu
diganti dengan LEIA yang dimana LEIA adalah Low External Input Agriculture yang dimana
pada konsepnya,LEIA ini meminimalisirkan penggunaan pupuk kimia dan juga pestisida kimia
guna untuk mengkonservasi lahan pertanian yang ada. Konsep ini tentu saja memberikan
dampak yang positif bagi manusia dan juga alam karena penggunaan bahan bahan kimia sudah
dikurangi, namun ada satu hal yang menjadi kelemahan dari konsep ini yaitu adalah konservasi
lahannya tidak kuat dan degradasi lahan masih terjadi walau lebih pelan daripada pada saat
penggunaan konsep HEIA.
Maka dari itu, konsep LEIA ini diganti lagi menjadi LEISA atau Low External Input
Sustainable Agriculture yang dimana pada konsep ini ditambahkan konsep pertanian
berkelanjutan (Sustainable Agriculture) yang dimana pada konsep LEISA ini sangat
ditekankan untuk meminimalisirkan input dan output dari lahan pertanian itu atau yang sering
dikenal dengan Zero Waste (Minim Limbah/Tanpa Limbah) sehingga lahan pertanian yang
kita budidayakan ter konservasi. Pada sistem LEISA ini kita meminimalisirkan input luar
seperti pupuk kimia,pupuk organik,pestisida kimia dan juga pestisida organik dari luar
(pembelian barang barang),maka dari itu pada sistem LEISA ini diciptakan lah beberapa
subsektor yang dapat mendukung satu sama lain atau dapat dikatakan bergantung satu sama
lain yang membuat hasil produk lebih meningkat dan juga limbah yang dikeluarkan lebih
sedikit bahkan tanpa limbah.
2. Unsur hara P adalah unsur hara makro esensial yang dimana unsur hara ini sangat dibutuhkan
oleh tanaman dan berfungsi pada tanaman untuk pertumbuhan vegeatatifnya,namun
ketersediaan unsur hara P pada dasarnya tidak semua tanah memiliki unsur hara tersebut
didalamnya,ataupun jika memiliki kadang juga unsur hara P nya terikat dan menjadi sangat
rendah, dengan begitu penambahan bahan organik berupa pupuk hayati yang mengandung P
dapat dilakukan untuk menambahkan P dalam Tanah. Penambahan pupuk hayati dilakukan
karena pupuk hayati selain untuk menambahkan unsur hara yang ada dalam pupuk
tersebut,namun pupuk hayati juga dapat berguna untuk menambahkan asam asam organik yang
ada sebagaimana ditujukan untuk menurunkan pH dari tanah tersebut. Penurunan pH berfungsi
untuk melepaskan unsur hara P yang terikat oleh Ca atau Mg. Karena pada dasarnya unsur hara
P itu diserap oleh tanaman dengan muatan negatif sedangkan muatan dari unsur hara Ca dan
Mg itu adalah positif sehingga jika tanah tersebut basa maka unsur hara P akan terikat oleh Ca
dan Mg.
Contoh: Pemupukan pupuk hayati P pada tanah vertisol. Hal ini dilakukan karena tanahvertisol
memiliki pH tanah netral hingga basa,sehingga unsur hara P yang tersedia menjadi rendah oleh
karena terikatnya unsur hara P yang ada oleh Ca dan Mg.

3. Pada dasarnya tanah yang memiliki muatan negatif lebih bagus daripada tanah yang
bermuatan positif, karena pada dasarnya tanah yang bermuatan positif ditemukan pada tanah
yang memiliki pH tanah yang tinggi. Untuk mengetahui jenis muatan pada permukaan kolod
tanah dapat dilakuka cara membandingan pH tanah. Cara membandingkannya dapat dengan
pelarut KCL (pH potensial),pH tanah yang mengandung pelarut air bebas ion, pH H2O (pH
larutan tanah/pH aktif) dapat ditentukan apabila pH H2O > pH KCL ,maka muatan dari
koloidnya adalah negatif. Sedangkan apabila pH H2O < pH KCL maka muatan dari koloidnya
adalah positif. Agar tanah memiliki lebih banyak muatan negatif ini dapat ditambahkan kapur
dolomit untuk menaikkan pH tanah tersebut sehingga muatan yang terkandung didalamnya
akan menjadi negatif.

4. KTK adalah kapasitas tukar kation dalam tanah yang dimana yang mempengaruhi ktk tinggi
itu adalah tekstur dari tanah tersebut,jika teksturnya liat dan humus maka KTK nya akan
tinggi,KTK ini sangat dipengaruhi dari daya pegang tanahnya yang dimana jika tanah tersebut
liat maka pori pori dari tanahnya lebih merekat dan juga tanaman dapat mengambil hara lebih
baik. Sedangkan KB adalah kejenuhan Basa yang dipengaruhi oleh pH tanah. Jika tanah
mengalami pencucian secara terus menerut,hal tersebut dapat memepngaruhi KTK tanahnya
karena tekstur dari tanah tersebut dapat menajdi halus dan daya pegangnya menjadi
berkurang,dengan begitu tanah akan mengalami degradasi yang dimana unsur hara yang ada
akan berkurang. Hal ini juga mempengaruhi KB tanah karena jika tanah mengalami pencucian
secara terus menerus maka ion ion yang ada dapat berkurang dan tanah akan menjadi masam.
Cara mengatasinya adalah dengan cara penambahan mulsa pada tanah agar tanah tidak
langsung kontak oleh air hujan maupun air yang datang lainnya sehingga tanah tidak akan
mengalami degradasi yang terlalu besar. Dapat juga dilakukan dengan memperbaiki struktur
tanah yang ada agar agregat agregat tanah yang ada menjadi semakin mantap, ini dapat
dilakukan dengan melakukan penambahan bahan organik yang terkandung dalam tanah,seperti
pupuk organik maupun pupuk yang dibutuhkan. Dan untuk menaikkan KB dapat dilakukan
penambahan kapur dolomit.

5. Cara mengatasi kondisi tanah vertisol agar dapat digunakan untuk budidaya pertanian secara
optimum yaitu dengan cara
 Menurunkan pH tanah:
Tanah vertisol umumnya memiliki pH diantara netral hingga basa sehingga kita harus
mengecek pH dari tanah tersebut, umumnya pengecekan dapat dilakukan dengan
membawa sampel tanah ke lab tanah, hanya saja cara tersebut sangatlah rumit sehingga
kita dapat melakukan cara yang lebih mudah dengan cara membeli soil meter dan
mengecek pH tanhanya secara mandiri menggunakan alat tersebut. Jika memang
didapatkan pH tanah yang basa maka kita harus menambahkan unsur hara S agar
mengurani atau meurunkan pH dari tanah tersebut, cara ini dapat dilakukan dengan
penambahan pupuk S total atau pupuk yang mengandung S atau belerang, namun cara
ini juga lumayan rumit sehingga kita dapat melakukan cara yang lebih mudah
menggunakan pupuk organik yang berisikan bahan bahan organik.

 Menambahkan asam organik guna melepaskan P yang terikat:


Tanah vertisol umumnya memiliki unsur hara P yang rendah karena unsur hara P
tersebut terikat oleh unsur hara Ca dan Mg yang terkandung dalam tanah. Hal ini
tentunya dapat diatasi dengan cara menambahkan bahan organik karena bahan organik
tersebut akan membentuk asam asam organik yang dimana nantinya akan menurunkan
pH tanah sehingga unsur hara Ca dan Mg tidak mendominasi, hal ini akan dapat
membuat tanaman dapat menyerap unsur hara P yang tadi nya terikat oleh unsur hara
Ca dan Mg.

 Memberikan pupuk P total atau pupuk yang mengandung unsur hara P:


Jika tanah sudah memiliki pH yang netral maka penyerapan unsur hara P akan dapat
dilakukan tanpa adanya hambatan, maka dari itu setelah pH netral dapat dilakukan
penambahan unsur hara P guna untuk memaksimalkan P yang terkandung dalam tanah.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan pupuk anorganik P seperti
contohnya pupuk super fosfat SP-36, pupukMKP, pupuk fosfat cair seperti agrophos,
dan pupuk anorganik lainnya. Selain memberikan pupuk anorganik, dapat juga
dilakukan penambahan pupuk organik seperti contohnya pupuk dari gedebong pisang,
pupuk dari kotoran ayam atau bebek,pupuk dari kotoran kelinci ataupun pupuk organik
lainnya seperti poc dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai