Anda di halaman 1dari 7

A.

Telaah Jurnal PICO


1. Jurnal 1:
a. Judul : Terapi Bermain Sebagai Trauma Healing Pada
Anak Korban Bencana Alam Kampung Belengang Kecamatan Manganitu
Kabupaten Kepulauan Sangihe
b. Penulis : Dhito Dwi Pramardika, Jelita Siska Herlina
Hinonaung, Astri Juwita Mahihody, Grace Angel Wuaten
c. Tahun publikasi : 2020

2. Jurnal 2:
a. Judul : Terapi bermain bagi siswa korban bencana
tsunami di Kecamatan Sumur Banten.
b. Penulis : Evi Afiati1, Alfiandy Warih Handoyo , Siti
Muhibah , Ibrahim Al Hakim
c. Tahun publikasi : 2020

3. Jurnal 3:
a. Judul : Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Trauma
Healing Pada Anak Korban Bencana Alam
b. Penulis : Dhito Dwi Pramardika 1*, Jelita Siska Herlina
Hinonaung1, Astri Juwita Mahihody1, Grace Angel Wuaten1
c. Tahun publikasi : 2020

Comparison:

Jurnal 1: Terapi Bermain Sebagai Trauma Healing Pada Anak Korban Bencana Alam
Kampung Belengang Kecamatan Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 15 Januari 2020 di gereja
GMIST Belengang yang merupakan sebagai posko pengungsian warga
Kampung Belengang Kecamatan Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Acara ini dihadiri sebanyak 16 anak sebagai korban bencana banjir bandang
dan tanah longsor. Acara ini juga dihadiri orang tua, perangkat kampung dan
gereja GMIST Belengang serta dosen program studi keperawatan Politeknik
negeri Nusa Utara. Metode Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan 3
tahapan yaitu survei awal, penjajakan, persiapan dan pelaksanaan. Survei awal
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui secara langsung kondisi mitra pada
lokasi pelaksanaan pengabdian dan melakukan identifikasi permasalahan pada
mitra pengabdian (Kepala Desa). Kemudian Penjajakan dengan menentukan
solusi dan membuat kesepakatan antara Tim Pengabdian dengan Mitra dalam
menentukan waktu pelaksanaan kegiatan pengabdian. Persiapan : Peralatan
yang dipersiapkan pada kegiatan ini yaitu balon, karet, sketsa gambar, pensil
warna, pensil, buku, rautan pensil, sendok, kelereng, ular tangga. Kemudian
Pelaksanaan dari kegiatan pengabdian ini berupa terapi bermain sebagai trauma
healing. Terapi yang diberikan terdiri dari 2 jenis terapi yaitu : Terapi relaksasi
yaitu dengan mewarnai dan Terapi kebahagiaan yaitu dengan bernyanyi
bersama, bermain kelereng, bermain ular tangga dan bermain karet. Kegiatan
ini diawali dengan perkenalan tim peneliti kepada anak-anak dengan cara
perkenalan yang menarik yaitu dengan cara membentuk lingkaran dan
bergandengan tangan serta memperkenalkan dirinya kepada semua peserta.
Kemudian Permainan bernyanyi yaitu dengan menyanyikan lagu “apa kabar”.
Permainan ini dilakukan dengan cara berpasangan. Kemudian masing-masing
pasangan akan bernyanyi disertai gerakan. Lalu Bermain Kelereng dengan
cara permainan ini yaitu peserta menggigit sebuah sendok yang diatasnya telah
diletakkan sebuah kelereng. Kemudian peserta berlari menuju garis finish yang
telah ditentukan, apabila terjatuh maka peserta tersebut kalah. Setelah itu
Permainan ular tangga merupakan permainan jenis papan yang terbuat dari
kertas yang terdapat beberapa hambatan. Dimainkan menggunakan dadu oleh
beberapa orang, permainan ini melatih fisik dan permainan ini diberikan
kepada anak-anak korban bencana untuk meningkatkan kebugaran dari kondisi
fisik mereka. Kemudian dilanjutkan dengan Bermain Karet dengan cara
membuat karet gelang menjadi panjang yang kemudian peserta akan melompat
melewati karet tersebut Selain terapi bermain kebahagiaan, dilakukan juga
terapi bermain dengan metode relaksasi yaitu dengan cara mewarnai sebuah
sketsa gambar. Sketsa yang disukai dan umumnya yang telah diketahui oleh
anak-anak seperti upin-ipin, hewan dan pemandangan. Hasil yang dicapai
dalam penelitian ini bertujuan agar semua anak bahagia, mampu bersosialisasi
dengan teman sebayanya dan lebih percaya diri.

Jurnal 2 :Terapi bermain bagi siswa korban bencana tsunami di Kecamatan Sumur
Banten.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Desa Sukajaya, Pandeglang, Provinsi
Banten. Berdasarkan data asesmen awal, SMA N 16 merupakan sekolah yang
memiliki siswa korban bencana Tsunami Selat Sunda terbanyak. Banyaknya
siswa yang tercatat menunjukkan potensi traumatik akan dipetakan dan dipilih
37 orang siswa dengan tingkat trauma terberat. Desain Penelitian ini adalah
deskriptif yaitu memaparkan suatu data atau pelaksanaan kegiatan. Kegiatan
yang dilakukan adalah layanan terapi bermain bagi para korban bencana alam
Tsunami Selat Sunda. Sebelum dilaksanakan penelitian, para peserta akan
diberikan asesmen awal berupa wawancara dan observasi untuk kemudian
dibandingkan dengan asesmen akhir menggunakan instrumen yang sama.
Penelitian dilaksanakan dalam 3 kali sesi kegiatan. Kegiatan pertama
merupakan persiapan dan asesmen. Instrumen yang digunakan adalah
wawancara tidak terstruktur dan catatan anekdot. Berdasarkan data hasil
asesmen, dari 37 35 orang siswa mengaku memiliki gangguan dalam bentuk
fisik seperti sering pusing, sering berdebar kencang, mudah merasa lelah.
Untuk gejala emosi, 33 orang menyatakan mengalami gangguan sering merasa
ketakutan. Selain itu juga terdapat bentuk gangguan kebiasaan yang dialami
oleh 34 orang siswa yaitu susah untuk tidur. Tahap kedua yang dilaksanakan
adalah outdoor activity. Kegiatan outdoor activity melibatkan seluruh siswa
yang dibagi menjadi 3 kelompok. Pada dasarnya banyak aktivitas yang bisa
dipilih dalam penyelenggaraan kegiatan terapi bermain. Pada tahapan ini
peneliti menerapkan 3 bentuk permainan yaitu menyusun puzle, Spider web,
serta perahu menyeberang. Pada aktivitas menyusun puzle para siswa
ditugaskan untuk dapat menyusun suatu gambar yang telah dipotong menjadi
beberapa bagian. Aturan mainnya, siswa dilarang untuk berbicara selama
menyusun puzle. Permainan kedua adalah Spider web, dimana telah disiapkan
suatu jejaring tali yang memiliki beberapa celah seperti jaring laba-laba.
Seluruh anggota kelompok diminta untuk melewati jaring tersebut secara
bergantian melalui celah yang ada. Setiap orang dibri waktu 3-5 detik untuk
dapat melewati jaring. Kemudian Permainan ketiga adalah perahu
menyeberang dimana peserta secara berkelompok ditugaskan untuk berpindah
dari satu garis (pulau) ke garis yang lain. Jarak antar garis menyesuaikan
dengan jumlah anggota kelompok dengan asumsi setiap anggota membutuhkan
area 50 -100 cm. Peserta dibekali kertas (perahu) sejumlah anggota kelompok
ditambah satu. Penyeberangan dilakukan secara bergiliran dalam barisan.
Rangkaian kegiatan play therapy dilanjutkan pada sesi pertemuan ketiga.
Layanan yang diberikan pada tahap ketiga adalah layanan art therapy
menggambar. Kegiatan art therapy dilaksanakan dengan bentuk konseling
kelompok. Kegiatan konseling diawali dengan aktivitas perkenalan dengan
konselor. Selanjutnya konselor menyiapkan dan membagi peralatan berupa
kertas gambar dan alat menggambar konselor memberikan instruksi kepada
para peserta untuk menggambarkan apa yang ada dalam pikiran mereka
mengenai suatu kata. Setelah selesai menggambar, masingmasing peserta
diminta untuk menceritakan apa isi gambar masing-masing. Pada tahap ini
perasaan emosional peserta akan muncul Konselor juga bisa menanyakan
pesan nonverbal yang tercatat selama peserta menggambar. Setelah semua
selesai bercerita, konselor memberikan saran, masukan, serta motivasi kepada
peserta agar dapat menghadapi rasa trauma dengan baik. Berdasakan hasil
asesmen para peserta mengaku sudah mampu mengurangi rasa cemas dan
takut. Para peserta juga merasa lebih nyaman karena bisa menceritakan
kegelisahan yang mereka rasakan selama ini. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa layanan terapi bermain bagi siswa korban Tsunami Selat Sunda dapat
mereduksi kecemasan dan ketakutan siswa serta meringankan beban psikologis
yang mereka alami
Jurnal 3 : Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Trauma Healing Pada Anak Korban
Bencana Alam

Penelitian ini dilaksanankan di Gereja GMIST Belengang sebagai posko


pengungsi warga Kampung Belengang Kecamatan Manganitu Kabupaten
Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara yang dilaksanan pada bulan
Januari 2020. Populasi penelitian ini adalah anak-anak korban bencana alam
banjir bandang dan tanah longsor di Kampung Belengang yaitu sebanyak 35
orang. Namun dikarenakan ada 9 anak yang mengungsi ke rumah keluarganya
yang jauh dari lokasi sehingga total populasi pada penelitian ini menjadi 26
orang . Jenis penelitian ini merupakan quasy experiment dengan dua sampel
tidak berpasangan. Analisis yang digunakan untuk menguji perbedan pengaruh
yaitu menggunakan uji Mann-Whitney. Sampel penelitian ini adalah 16 anak
kelompok intervensi dan 10 anak kelompok kontrol karena menggunakan
metode independent sample t test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
hasil selisih/beda nilai rata-rata kelompok eksperimen 17,6056 sedangkan
selisih/beda nilai rata-rata kelompok kontrol 0,0000. Dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara anak yang diberi terapi bermain
dengan kelompok kontrol (p=0,000). Pada kelompok eksperimen sebelumnya
diberikan pretest dan kemudian diberikan intervensi selama seminggu berupa
terapi bermain dan dilanjutkan kembali dengan memberikan posttest.
Sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan juga pretest namun tidak
diberikan terapi apapun dan seminggu kemudian diberikan kembali posttest.
Besar sampel pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik total sampling.
Kemudian pembagian kelompok dilakukan dengan teknik pengambilan secara
purpossive yaitu 16 orang kelompok eksperimen yaitu anak-anak yang tinggal
di posko pengungsian dan 10 orang kelompok kontrol yaitu anak-anak yang
tidak tinggal di posko pengungsian melainkan rumah saudara. Terapi bermain
yang diberikan yaitu berupa bernyanyi bersama, bermain balon, bermain
kelereng, bermain ular tangga dan mewarnai. Permainan bernyanyi yaitu
dengan menyanyikan lagu “apa kabar”. Permainan ini dilakukan dengan cara
berpasangan. Peralatan yang digunakan dalam permainan seperti balon, karet,
kelereng, sketsa gambar, pensil warna, ular tangga dan kuesioner. Kuesioner
yang digunakan pada penilaian trauma pretest dan posttest yaitu menggunakan
kuesioner PTSD yang telah dimodifikasi dengan realibilitas yaitu 0,819 dengan
nilai r tabel 0,3438. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan
analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi
frekuensi dan persentase setiap variabel. Sedangkan uji bivariat yang
digunakan yaitu untuk mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap trauma
healing yaitu dengan menguji beda rata-rata menggunakan uji independent t-
test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada perbedaan pengaruh yang
signifikan terhadap trauma healing pada anak korban bencana alam antara anak
yang diberikan terapi bermain dengan yang tidak diberikan terapi bermain.

Outcome:

Bencana alam memunculkan banyak masalah dan konflik salah satunya stres
yang dialami oleh individu . Stres dapat menyebabkan seseorang mengalami
trauma. Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang, menunjukan respon
terhadap suatu hal dengan rasa takut yang sangat berlebihan atau horor akibat
pengalaman traumatis yang melibatkan suatu kematian, perasaan terancam,
cedera serius, atau ancaman terhadap kesehatan diri atau yang lain. Dari
Banyaknya korban bencana alam terutama anak-anak. Hal menyebabkan banyak
anak-anak mengalami trauma atau PTD terhadap suatu peristiwa terutama
bencana alam. Jumlah anak-anak pengungsi perlu mendapatkan perhatian
terutama pada masalah psikologis . Masalah psikologis ini berupa Posttraumatic
Stress Disorder (PTSD). Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu
menangani korban trauma adalah memberikan layanan terapi bermain. Terapi
bermain merupakan cara yang efektif dalam penyembuhana trauma pada anak
korban bencana . Terapi bermain merupakan proses terapeutik dengan
menggunakan media permainan sebagai terapi agar mudah melihat ekspresi
alami seorang anak yang tidak bisa diungkapkannya dalam bahasa verbal. Terapi
bermain juga dapat menghilangkan beberapa permasalahan diantaranya seperti
kecemasan, menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, frustasi serta
mempunyai masalah pada emosi yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku
anak yang kurang sesuai menjadi tingkah laku yang sesuai. Terapi bermain juga
merupakan suatu cara sistematis sesuai dengan teori, yang digunakan untuk
memandirikan bagi seorang terapis terlatih, dengan meggunakan berbagai
macam permainan, yang pada memiliki tujuan akhir untuk membantu klien
mencegah atau bahkan mengatasi permasalahannya dan bisa berkembang secara
optimal. Telah banyak peneliti yang melakukan aktivitas terapi bermain untuk
menangani permasalahan trauma korban bencana alam. keberhasilan play
therapy yaitu duduk setara dengan anak, tatap matanya, dan awali dengan
membicarakan sesuatu disekeliling. Keluarga juga perlu diibatkan dalam
permainan untuk mendukung efektivitas keberhasilan terapi. Selain itu, terapi
bermain mampu membuat semua anak bahagia, mampu bersosialisasi dengan
teman sebayanya dan lebih percaya diri.

Anda mungkin juga menyukai