Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSTITUSI

OLEH:

KELOMPOK 3:

KETUA: RIF’AN ABDUL ROZAK (01012111092)

ANGGOTA: APRISAL RERRANG (01012011211) (PASIF)

AKMAL ADIPUTRA (01012111286) (PASIF)

ARDIYAN RAMADHAN ASRUL (01012111114)

JABALNUR POLANUNU (01012111073)

MUTIARA RAHMADANI ARSAD (01012111082)

NURUL WAHIDA HIOLA (01012111131)

SRI ANNISA S.MAHMUD (01012111289)

SULFINA GASAR (01012111102)

WIWIN FARADINA DUWILA (01012111115)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini meskipun jauh dari kesempurnaan.
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah
pembelajaran dalam menimbah ilmu utamanya dalam pelajaran Ilmu
Negara.Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dalam
proses pembelajaran utamanya dalam Konstitusi.

Makalah ini saya buat dalam rangka untuk memperdalam


pengetahuan dan pemahaman mengenai Konstitusi dengan harapan
agar para mahasiswa bisa lebih memperdalam pengetahuan. Makalah
ini juga dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Negara.

Dengan segala keterbatasan yang ada, Penulis telah berusaha dengan


segala daya dan upaya guna menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Atas kritik
dan sarannya saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya.

Ternate, 24 November 2021

Kelompok 3 Ilmu Negara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................7
BAB II PEMBAHASAN......................................................................8
2.1 ISTILAH DAN PENGERTIAN KONSTITUSI..........................8
2.2 Materi Muatan Konstitusi..........................................................11
2.3 Kedudukan Konstitusi................................................................13
2.4 Tujuan dan Fungsi Konstitusi....................................................14
2.5 Nilai Konstitusi..........................................................................15
BAB III PENUTUP.............................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstitusi adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam


penyelengaraan suatu negara, konstitusi dapat berupa hukum dasar
tertulis yang lazim disebut undang-undang dasar dan dapat pula tidak
tertulis, undang – undang dasar menempati tata urutan peraturan
perundang-undangan tertinggi dalam negara, dalam konteks institusi
negara, konstitusi bermakna permakluman tertinggi yang menetapkan
antara lain pemegang kedaulatan tertinggi, sturktur negara, bentuk
negara, bentuk pemerintahan kekuasaan legislatit, kekuasaan peradilan
dan berbagai lembaga negara serta hak-hak rakyat.

1.Dalam penyusunan undang-undang dasar, nilai-nilai dan norma


dasar yang hidup dalam masyrakat dan dalam praktek penyelengaraan
negara turut mempengaruhi perumusan pada naskah dengan demikian
suasana kebatinan yang menjadi latar belakang filosofi, sosiologis,
politis dan histori perumusan yuridis suatu ketentuan undang-undang
dasar perlu dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti dengan
sebaik-baiknya ketentuan yang terdapat pada pasal –pasal undang-
undang dasar.
2.Konstitusi merupakan hukum yang lebih tinggi dan paling
fundamental sifatnya karena merupakan sumber legitimasi atau
landasan otoritas bentuk bentuk hukum atau peraturan perundang-
undangan lainya, sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku univeral
agar peraturan yang tingkatanya berada di bawah undang-undang
dasar dapat berlaku dan diberlakukan, peraturan itu tidak boleh
bertantangan dengan hukum yang lebih tinggi tersebut .

Pengaturan sedemikian rupa menjadikan dinamika kekuasaan dalam


proses penyelengaraan pemerintahan dan negara dapat dibatasi dan
dikendalikan sebagaimana mestinya, dengan demikian paham
konstitusionalisme dalam suatu negara merupakan konsep yang
seharusnya ada . Paham konstitusionalisme berawal dari
dipergunakanya konstitusi sebagai hukum dalam penyelengaraan
negara, konstitusionalisme mengatur pelaksanaan rule of law
(supremasi hukum) dalam hubungan individu dengan pemerintahan.
Konstitusionalisme menghadirkan situasi yang dapat memupuk rasa
aman, karena adanya pembatasan terhadap wewenang pemerintah
yang telah di tentukan terlebih dahulu, konstitusionalisme mengemban
the limited state (negara terbatas), agar penyelengaraan negara dan
pemerintahan tidak sewenag-wenang dan hal di maksud dinyatakan
serta di atur secara tegas dalam pasal- pasal konstitusi.
3.Pada prinsipnya paham konstitusionalisme adalah menyangkut
prinsip pembatasan kekuasaan, konstitusionalisme mengatur dua
hubungan yang saling berkaitan satu sama lain : pertama, hubungan
antara pemerintah, dengan warga negara dan kedua, hubungan antar
lembaga pemerintahan yang satu dengan 3 Ibid Hal.119 lembaga
pemerintah lainya. karena itu biasanya isi konstitusi dimaksudkan
untuk mengatur tiga hal penting, yaitu menentukan pembatasan
kekuasaan organ-organ negara, mengatur hubungan antara lembaga –
lembaga negara yang satu dengan lainya dan mengatur hubungan
kekuasaan antara lembaga –lembaga negara dengan warga negara .

4.Konstitusi atau verfasung itu sendiri, menurut Thomas Paine bahwa:

5.A.constitution is a thing antecedent to a goverment and a goverment


is only the creature of a constitution”. (Konstitusi itu mendahului
pemerintahan karena pemerintahan itu justru dibentuk berdasarkan
konstitusi). Era reformasi memberikan harapan bagi terjadinya
perubahan menuju penyelengaraan negara yang lebih demokratis,
transparan dan memiliki akintabilitas tinggi serta terwujudnya good
governance dan adanya kebebasan berpendapat, semuanya itu
diharapakan makin mendekatkan bangsa pada pencapaian tujuan
nasional sebagaimana terdapat dalam pembukaan UndangUndang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu gerakan
reformasi diharapkan mampu mendorong perubahan mental Bangsa
Indonesi, baik pemimpin maupun rakyat, sehingga mampu menjadi
bangsa yang menganut dan menunjung tinggi nilai–nilai kebenaran,
keadilan kejujuran, tangungjawab, persamaan, serta persaudaraan .
1.2 Rumusan Masalah

A. Istilah dan Pengertian Konstitusi

B. Materi Muatan Konstitusi

C. Kedudukan Konstitusi

D. Tujuan dan Fungsi Konstitusi

E. Nilai Konstitusi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ISTILAH DAN PENGERTIAN KONSTITUSI

 ISTILAH KONSTITUSI

Istilah konstitusi Mengenai istilah “Konstitusi” pertama kali dikenal


di Negara Perancis, yaitu berasal dari bahasa Perancis “Constituer”,
yang berarti membentuk. Yang dimaksud dengan membentuk disini
adalah membentuk suatu Negara.1 Dengan pemakaian istilah
konstitusi, yang dimaksud adalah pembentukan suatu Negara. Hal ini
disebabkan, konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan
mengenai suatu Negara. Istilah tersebut muncul karena Perancis yang
pertama kali membahas teori konstitusi sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang dilatar belakangi gejala-gejala social. Hal tersebut
tidak mengherankan karena Negara itu paling sering menghadapi
persoalan konstitusi. Sampai masa republik ke-4 (1946) Perancis
sudah mengenal 12 macam konstitusi. Dalam liberator, bahkan
Perancis sering disebut sebagai Laboratory of constitution making.
 PENGERTIAN KONSTITUSI

Dalam sejarah,kita melihat bahwa identifikasi antara pengertian


konstitusi dan Undang-Undang Dasar itu, dimulai sejak Oliver
Cromwell (Lord Protector) kerajaan inggris (1599-1658) yang
menamakan Undang-Undang Dasar itu sebagai the Instrument of
Government atau “ius trusment of government” yang berati bahwa
Undang-Undang Dasar dibuat sebagai pegangan untuk memerintah
dan dari sinilah muncul identifikasi dan Konstitusi dan Undang-
Undang Dasar.

Pada tahun 1787 pengertian Konstitusi menurut Cromwell tersebut


kemudian diambil alih oleh Amerika Serikat yang selanjutnya oleh
Lafayette diambil oleh Negara Perancis pada tahun 1789. Pada
umumnya, Negara-negara yang mendasarkan atas demokrasi
konstitusional, maka undang-undang dasar (sering disebut juga
konstitusi dalam arti sempit) mempunyai fungsi yang khusus yaitu
membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenangwenang sehingga
hak-hak warga Negara akan lebih terjamin. Pandangan ini dinamakan
konstitualisme.

Menurut Carl J. Friendrich bahwa konstitualisme merupakan gagasan


bahwa pemerintahan merupakan suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang
diperlukan untuk tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat
tugas untuk memerintah.
Cara pembatasan yang dianggap efektif ialah dengan jalan membagi
kekuasaan. 4 Munculnya gagasan ini lebih dahulu dari konstitusi dan
kontitualisme mulai berkembang pada abad pertengahan di Inggris
dimana kekuasaan raja yang mutlak di Negara tersebut dipaksa untuk
mengetahui hak-hak dari kaum bangsawan, yaitu bahwa raja tidak
dapat memungut pajak kepada kaum bangsawan tanpa persetujuan
dari kaum bangsawan tersebut, jaminan tersebut dicantumkan dalam
suatu piagam yang bernama Magna Carta. Magna Carta ini merupakan
awal dari gagasan konstitualisme terhadap pengakuan kebebasan dan
kemerdekaan rakyat. Kemudian berkembang dengan adanya
perlindungan terhadap penangkapan sewenang-wenang dan yang
menjamin pengadilan yang cepat, hak ini tercantum dalam Hobeas
Corpus act. Tahun 1679. Pada tahap perkembangan yang berikutnya
ternyata beberapa hak dari rakyat semakin mendapat perlindungan,
yaitu dengan adanya jaminan dari Parlemen terhadap Hobeas Corpus
yaitu dengan diterimanya “Bill of Rights”.

Disamping itu ditetapkan pula beberapa hak bagi rakyat antara lain
hak rakyat untuk mengajukan petisi kepada raja serta hak untuk
kebebasan berbicara bagi setiap anggota parlemen dan hak kebal.
2.2 Materi Muatan Konstitusi

Mengenai suatu konstitusi atau undang-undang dasar dapat


dikatakan bahwa suatu pembukaan berisi lebih dari pada
alasan pembentukan saja. Oleh karena konstitusi sebagai
sumber pertama dari hukum tata Negara mendasari undang-
undang biasa, bahkan mendasari seluruh hidup
ketatanegaraan dari suatu Negara, maka adalah layak apabila
dalam pembukaan suatu konstitusi termuat juga dasar dasar
bagi berdirinya Negara yang bersangkutan. Mengingat sifat
konstitusi sebagai hukum dasar yang mendasari segala
hukum yang berlaku didalam Negara, maka layak pula, jika
pembukaan suatu konstitusi juga memuat filsafat hukum yang
dimuat dalam Negara itu. Pendapat para ahli: -LIav Orgad
menambahkan bahwa materi muatan pembukaan dapat
diklasifikasikan kedalam 5 kategori: 1. Kedaulatan 2. Sejarah
3. Tujuan dan Cita Bangsa 4. Identitas Nasional 5. Agama
atau Ketuhanan -Masdar Farid Mas udi menyatakan bahwa
pembukaan,preambule, atau mukadimah dalam setiap
dokumen konstitusi selalu berisikan pertanyaan yang singkat
namun sungguh padat. Didalamnya tertuang visi,misi, dan
nilai-nilai dasar sebuah institusi atau organisasi sebagai
wadah kebersamaan yang hendak dibangun dan dijalankan
bersamaa.
-Hans Kelsen menyatakan bahwa pembukaan adalah bagian
tradisional kostitusi yang merupakan pengantar hidmat berisi
ide-ide politik, moral, dan keagamaan yang hendak
dikemukakan oleh konstitusi tersebut. Pembukaan ini lebih
mengandung karakter ideologis daripada karakter hokum.
-Agustinus Simanjuntak menyatakan bahwa pembukaan
UUD 1945 adalah bagian terpenting dari UUD1945.

Pembukaan dikatakan sebagai bagian terpenting karena


dianalah tertuang pancasila yang merupakan norma
fundamental Negara ( staatsfundamental norm).

Mr. J.G. Steenbeek memberikan gambaran secara jelas apa


yang seharusnya menjadi isi dari konstitusi. Pada pokoknya
konstitusi berisi tiga hal pokok,yaitu: a. Adanya jaminan
terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya b.
Ditetapkan susunan ketatanegaraan suatu Negara yang
bersifat fundanebtal c. Adanya pembagian dan pembatasan
tugas dan ketatnegaraan yang juga bersifat fundamental.
2.3 Kedudukan Konstitusi

Konstitusi menempati kedudukan yang paling penting dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara. Konstitusi merupakan ide-ide
dasar yang digariskan oleh the founding father, serta memberikan
arahan dan pedoman bagi para generasi penerus bangsa dalam
mengemudikan suatu negara yang dipimpin.

Di Indonesia konstitusi negara adalah Undang-Undang Dasar 1945.


Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kedudukan yang paling
tinggi di negara Indonesia dalam susunan peraturan perundangan
negara. Namun menurut hukum, Undang-Undang Dasar 1945 berada
di bawah Pancasila sebagai norma dasar suatu negara. Kesepakatan
tentang tujuan negara Indonesia termuat dalam 4 sila dalam
pembukaan undang-undang Dasar 1945, yaitu :

*Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia

*Memajukan kesejahteraan umum

*Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

*Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian


abadi dan keadilan sosial.

Undang-Undang 1945 telah memuat pasal-pasal yang berisi


pengaturan segala yang berkenaan dengan hubungan negara dan
warga negara. Dengan adanya Undang-Undang Dasar 1945 maka
negara Indonesia sudah memenuhi syarat sebagai negara
konstitusional.
2.4 Tujuan dan Fungsi Konstitusi

*TUJUAN KONSTITUSI

1. Memberikan batasan dan pengawasan

Tujuan utama dibuatnya konstitusi adalah untuk memberikan batasan


dan pengawasan terhadap kewenangan atau pelaksanaan
pemerintahan, sehingga pemerintahan tidak melakukan tindakan yang
akan merugikan rakyat.

2. Memberikan perlindungan terhadap HAM

Setiap penguasa, baik pemerintahan dan masyarakat, wajib


menghormati hak asasi manusia (HAM) dan mendapatkan
perlindungan yang sama terhadap hak-hak masyarakat lainnya.

3. Sebagai pedoman pelaksanaan negara

Konstitusi memberikan pedoman dan batasan bagi penguasa yang


melaksanakan kekuasaannya agar negara dapat berdiri dengan kuat
dan kokoh.
*FUNGSI KONSTITUSI:

1. Sebagai sumber hukum tertinggi di suatu negara


2. Sebagai alat untuk membatasi kekuasaan agak tidak sewenang-
wenang
3. Simbol persatuan rakyat
4. Sarana pengendalian masyarakat, sehingga dapat menghindari
perpecahan
5. Identitas dan lambang negara
6. Piagam kelahiran suatu negara
7. Pelindung HAM dan kebebasan masyarakat suatu negara

2.5 Nilai Konstitusi

Dalam konstitusi terdapat tiga nilai, yaitu:

1.Normatif yang berarti konstitusi benar-benar dijalankan secara utuh

2.Nominal yang berarti konstitusi belum benar-benar dijalankan


secara maksimal

3.Semantik yang berarti konstitusi tidak dijalankan sama sekali.


Idealnya nilai konstitusi harus dijalankan secara normatif untuk
mencapai tujuan negara.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Konstitusi merupakan salah satu syarat terbentuknya suatu negara,


tanpa adanya konstitusi negara tersebut tidak mungkin terbentuk. Di
dalam sebuah konstitusi memuat banyak kepentingan seputar
tatanan organisasi negara, HAM, UUD dan banyak lagi. Konstitusi
juga memiliki kedudukan dan pengaruh sangat besar bagi suatu
negara karena fungsinya dalam mengatur kekuasaan.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.lppm.unila.ac.id/24796/1/penulisan%20buku%20ajar
%20candra.pdf

https://docplayer.info/73296621-Tugas-konstitusi-materi-muatan-
konstitusi-dan-isi-konstitusi.html

https://www.kompasiana.com/zella/5e6afc36097f3668e6727b72/bagai
mana-kedudukan-konstitusi-dalam-suatu-negara

https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/verina-intan-
l/tujuan-konstitusi-dan-fungsi-konstitusi/4

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5e6f209f4514c/nilai-nilai-
konstitusi-dalam-uud-1945-dan-maknanya/

Anda mungkin juga menyukai