Disusun Oleh ;
NIM : 20201220064
Seseorang tidaklah layak beragama islam sampai ia menyerahkan diri dan menerima
sepenuhnya agama islam, karena arti dari islam sendiri itu adalah menyerahkan diri
sepenuhnya kepada Allah. Sehingga segala bentuk perintah agama wajib diterima dan
dilaksanakan termasuk diantaranya adalah puasa.
1. Hakekat Puasa
Puasa (shiyam), secara etimologi berarti menahan diri dari sesuatu dan meninggalkan
sesuatu. Puasa secara terminologi adalah menahan diri dari makan, minum, hubungan
biologis dan segala yang membatalkan selama sehari penuh, yakni sejak terbit fajar
sampai terbenam matahari, dengan niat ta‟abbudi (menjalankan perintah Allah dan
mendekatkan diri kepadaNya).
Rahasia sebenarnya dari ibadah puasa, sekalipun hal yang harus dijauhinya itu adalah
miliknya sendiri, yang oleh karena itu halal baginya, namun kalau Allah melarang untuk
didekati, baginya tidak ada sikap lain kecuali “sami‟naa wa atha‟naa”.
a. Puasa wajib
b. Puasa sunnah
c. Puasa yang diharamkan
2. Kewajiban Puasa
Puasa dalam perspektif Islam sebagai salah satu pilar rukun Islam yang ketiga dan wajib
diamalkan. Maksud puasa di sini adalah puasa di bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana
firman Allah berikut:
4. Hikmah Puasa
a. Puasa sebagai sarana meraih ketakwaan.
b. Melatih seseorang untuk mengekang dan mengarahkan jiwanya, sehingga dia dapat
membimbingnya kepada hal-hal yang baik bagi jiwanya dan yang dapat
memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
c. Allah melipatgandakan pahalanya untuk orang yang berpuasa dengan tanpa batas.
d. Do`a orang yang berpuasa tidak ditolak.
e. Orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan, yaitu apabila ia berbuka puasa
ia gembira karenanya, dan apabila ia bertemu dengan Rabb-nya ia bahagia karena
puasanya.
f. Puasa dapat memberikan syafa`at pada hari Kiamat kepada orang yang berpuasa
g. Mendapatkan surga ar-Rayyan
Puasa membentuk karakter muttaqin dengan memiliki sifat-sifat orang yang bertakwa,
di antaranya: menepati janji, sabar, benar/jujur, menjalin siraturrahim, syukur, menjaga
diri, kepedulian sosial, mengendalikan diri (menahan amarah), pemaaf, berbuat
kebaikan, bertaubat, taat, benar/jujur, sabar, khusyu', bersedekah (kepedulian sosial),
memelihara diri, dan zikir.
Dituntunkan agar setiap Muslim dan Muslimah mempersiapkan diri pribadi baik secara
lahir maupun batin, dan memperbanyak melakukan puasa sunat di bulan Sya‘ban.
a. Shiyam dimulai pada tanggal 1 bulan Ramadhan dan diakhiri pada tanggal terakhir
bulan Ramadhan (29 hari atau 30 hari, tergantung pada kondisi bulan tersebut). Untuk
itu, maka harus mengetahui awal bulan Ramadhan.
b. Dasar keharusan mengetahui awal bulan Ramadhan. Sesuai dengan Keputusan Munas
Tarjih ke-23 di Padang tahun 2003, Hisab mempunyai fungsi dan kedudukan yang sama
dengan Rukyah sebagai pedoman penetapan awal bulan Ramadhan, Syawwal dan
Zulhijjah.
c. Hisab yang digunakan Muhammadiyah adalah hisab hakiki dengan kriteria Wujudul-
Hilal.
Masalah Lupa
Orang yang makan atau minum karena lupa di siang hari pada bulan Ramadhan, dalam
keadaan berpuasa, tidaklah batal puasanya, dan harus meneruskan puasanya tanpa
adanya sanksi apapun.
d. Berdoa ketika berbuka puasa, dengan doa yang dituntunkan yang menunjukkan
kepada rasa syukur kepada Allah SWT.
f. Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara i‘tikaf di masjid, terutama pada sepuluh
hari terakhir bulan Ramadhan