Anda di halaman 1dari 4

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misalnya:

terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.

Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut (molekul polar akan larut dengan media yang serupa yaitu polar

Co-solvency (terjadinya penambahan kelarutan karena penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut)

Sifat Kelarutan ( Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut)

Temperatur/Suhu (kenaikan suhu menambah kelarutan suatu zat)

Salting out dan salting in

Pembentukan kompleks (terjadinya interaksi antara senyawa yang tidak larut dengan zat yang larut
dengan membentuk senyawa kompleks yang larut)

Ukuran partikel (makin halus zat terlarut maka semakin kecil ukuran partikel)

SIRUP Merupakan sediaan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dengan kadar yang tinggi.
Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air dikenal sebagai Sirup atau Sirup Simpleks

EMULSI Sistem 2 fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan
kecil. Emulsi mengandung 2 zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak.

SUSPENSI Merupakan Sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam
fase cair. Suspensi merupakan sistem 2 fase yang terdiri dari partikel padat sebagai fase terdispersi dan
cairan sebagai medium pendispersi

ELIKSIR Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (FI VI,
2020). Mempunyai rasa dan bau yang sedap, selain obat juga mengandung zat tambahan seperti gula
dan atau pemanis lainnya, zat warna, zat pewangi, dan zat pengawet, biasanya dimaksudkan untuk
penggunaan vital atau sebagai obat dalam.

krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lender

gel adalah sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.

pasta adalah sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal.

Pengawet : Na benzoat, metil paraben, propil paraben

Pelarut : aquadest, gliserin, etanol

Co-solvant : gliserin, propilenglikol, etanol

Emulgator : tween 80, span 80, gom arab


Suspending agent : CMC Na, gom arab

Perasa : jeruk, stroberi

Pemanis : sukrosa, sirup simplex, sorbitol, sakarin

Pewarna : sunset yellow

Antioksidan : asam sitrat, BHT

Dapar : Na sitrat

Larutan Topikal adalah larutan yang mengandung air tetapi seringkali mengandung pelarut lain, seperti
etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit, atau dalam hal Larutan Lidokain Oral Topikal,
untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut. Istilah Lotio digunakan untuk larutan atau suspensi
yang digunakan secara topikal.

Larutan Topikal non steril: 1. Gargarisma (Gargarisma adalah sediaan berupa larutan, umumnya pekat
yang harus diencerkan dahulu sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai pencegahan
atau pengobatan infeksi tenggorokan)

Larutan Topikal steril: 1. Guttae Nasales (Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, nilai
isotonisitas, pemilihan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat)

2. Larutan optalmik (Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan
cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan
pengawet.)

Sediaan parenteral adalah sediaan yang ditujukan untuk penyuntikan melewati kulit atau batas jaringan
eksternal lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya gravitasi atau kekuatan, mengalir
langsung ke pembuluh darah, organ, atau jaringan.

Injeksi adalah sediaan yang ditujukan untuk pemberian parenteral, dapat dikonstitusi atau diencerkan
dahulu menjadi sediaan sebelum digunakan.

Infus adalah injeksi volume besar dosis tunggal untuk intravena yang dikemas dalam wadah bertanda
volume lebih dari 100 ml.

Sterilisasi akhir merupakan metode yang paling umum dan paling banyak digunakan dalam pembuatan
sediaan steril. Persyaratannya adalah zat aktif harus stabil dengan adanya molekul air dan tingginya
suhu sterilisasi. Sediaan disterilkan pada tahap terakhir pembuatan.

Metode aseptik digunakan untuk zat aktif yang sensitif terhadap suhu tinggi (termolabil) yang dapat
mengakibatkan penguraian dan penurunan kerja farmakologinya.

CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
persyaratan dan tujuan penggunannya; bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat
bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai.
: flokulasi adalah terjadinya laju pengendepan yang tinggi, dimana partikel-partikel obat membentuk
agregat bebas (ikatan yang longgar) dan dapat didisperssikan kembali dengan pengocokan. Untuk
mencegah terjadinya flokulasi yaitu dapat menambahkan/meningkatkan konsentrasi dari suspending
agentnya. Contohnya Na-CMC merupakan suspending agen yang bekerja dengan cara melapisi bahan
obat yang tidak larut tersebut sehingga mencegah bergabungnya partikel padatan dengan padatan
lainnya membentuk ikatan yang kuat

Dispersi koloidal dua cairan yang tidak bersatu (immiscible liquid), globul terdispersi di dalam fasa
pendispersi (ukuran globul : 100 – 100.000 nm)

Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu fase cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke
dalam zat cair lain.

Fase kontinue/fase external/fase luar Yaitu fase cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar
(pendukung) dari emulsi tersebut.

Emulgator, yaitu bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

Zat pengemulsi

 surfaktan anionik, kationik dan nonionik

 Untuk tipe krim m/a dapat digunakan pengemulsi trietanolamin stearat, polisorbat, poliglikol, sabun

 Untuk tipe a/m dapat digunakan lemak bulu domba, setil alkohol, stearil alkohol, cetaseum, emulgid,
sorbitan ester

Emulsifier atau zat pengemulsi didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai aktivitas permukaan
(surface-active agents) sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan (surface tension) antara
udara-cairan dan cairan-cairan yang terdapat dalam suatu sistem emulsifikasi. Kemampuannya
menurunkan tegangan permukaan menjadi hal menarik karena emulsifier memiliki keunikan struktur
kimia yang mampu menyatukan dua senyawa berbeda polaritasnya.

bagian lipofilik (non-polar) dan hidrofilik (polar) yang terdapat pada struktur kimianya. Ukuran relatif
bagian hidrofilik dan lipofilik zat pengemulsi menjadi faktor utama yang menentukan perilakunya dalam
pengemulsian.

Anti Oksidan. Antioksidan dimaksudkan untuk mencegah tejadinya ketengikan akibat oksidasi oleh
cahaya pada minyak tidak jenuh yang sifatnya autooksidasi, antioksidan terbagi atas :

a. Anti oksidan sejati (anti oksigen) Kerjanya: mencegah oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal
bebas dan mencegah reaksi cincin. Contoh: tokoferol, alkil gallat, BHA, BHT.

b. Anti oksidan sebagai agen produksi. Zat-zat ini mempunyai potensial reduksi lebih tinggi sehingga
lebih mudah teroksidasi dibandingkan zat yang lain kadang – kadang bekerja dengan cara bereaksi
dengan radikal bebas. Contoh; garam Na dan K dari asam sulfit.

c. Anti oksidan sinergis. Yaitu senyawa yang bersifat membentuk kompleks dengan logam, karena
adanya sedikit logam dapat merupakan katalisator reaksi oksidasi. Contoh: sitrat, tartrat, EDTA.
Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi 2 lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase dispers lebih
banyak daripada lapisan yang lain. Bersifat reversibel, artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi
kembali.

Koalesensi dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan
butir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Bersifat irreversible
(tidak dapat diperbaiki kembali).

a. Peristiwa kimia : seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan elektrolit CaO, CaCl2
eksikatus, NaCl.

b. Peristiwa fisika : seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukan.

c. Peristiwa niologis : seperti fermentasi bakteri, jamur, atau ragi.

Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi w/o menjadi o/w secara tiba-tiba atau sebaliknya.
Bersifat irreversible.

Daya kohesi : daya tarik menarik antara molekul yang sejenis.

Daya adhesi : daya tarik menarik antarmolekul yang tidak sejenis

a. Bagian hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.

b. Bagian lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.

Harga keseimbangan ini dikenal dengan istilah HLB (Hydrofol Lypofil Balance), yaitu angka yang
menunjukkan perbandingan antara bagian hidrofil dengan bagian lipofil. Semakin besar harga HLB, maka
semakin banyak bagian yang suka air, artinya emulgator tersebut lebih mudah larut dalam air dan
demikian sebaliknya.

Teori Film Plastik (Interfacial Film) Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas
antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers atau
fase internal. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha antara partikel yang sejenis untuk
bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil.

Emulgator dapat digolongkan menjadi :

1. anionik : sabun alkali, Na-lauril sulfat

2. kationik : senyawa amonium kuartener

3. nonionik : tween dan span

4. amfoter : protein, lesitin.

Anda mungkin juga menyukai