(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaran, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4: Menalar, mengolah, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas
alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.
1.2 Penerapan pengelolaan kas kecil secara efektif dan efisien berdasarkan nilai-nilai
agama yang dianut di dunia perkantoran.
1.3 Meyakini bahwa bekerja di bidang administrasi keuangan khususnya kas kecil adalah
salah satu bentuk pengalaman dan perintah Tuhan yang harus dilakukan secara
sungguh-sungguh.
2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam pembelajaran
administrasi kepegawaian khususnya daftar urut kepangkatan (DUK).
2.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong) dalam melakukan pembelajaran administrasi
kepegawaian sebagai bagian dari sikap ilmiah.
2.3 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap kerja.
2.4 Memiliki sikap proaktif dalam melakukan kegiatan administrasi kepegawaian.
C. Tujuan Pembelajaran
Selama proses pembelajaran:
1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Meningkatkan rasa saling menghargai di antara peserta didik.
3. Memupuk partisipasi aktif.
4. Memupuk kerjasama dalam menyelesaikan masalah.
5. Memupuk kedisiplinan dalam memanfaatkan waktu.
6. Membiasakan berfikir ilmiah dan efektif.
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Pembelajaran Saintifik Approach
2. Model : Cooperative Script
1. Mengamati
Guru menampilkan beberapa contoh daftar
urut kepangkatan (DUK) , peserta didik
mencermati dan mengamati.
2. Menanya
Peserta didik bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pengertian daftar
urut kepangkatan (DUK) beserta fungsi
daftar urut kepangkatan
3. Menalar
Peserta didik menjelaskan pengertian daftar
urut kepangkatan dengan benar.
Peserta didik menjelaskan fungsi daftar urut
kepangkatan dengan benar.
Peserta didik menyebutkan landasan hukum
daftar urut kepangkatan.
4. Mencoba
Peserta didik menyimpulkan hasil
pengertian daftar urut kepangkatan.
Peserta didik menyimpulkan fungsi daftar
urut kepangkatan.
Peserta didik menyimpukan macam-macam
landasan hukum daftar urut kepangkatan.
5. Membentuk Jejaring/komunikasi
Dengan bimbingan guru peserta didik
mengungkapkan pengertian daftar urut
kepangkatan (DUK), fungsi DUK, dan
landasan hukum dari DUK.
1. Mengamati
Guru menampilkan beberapa contoh nomor
urut DUK , peserta didik mencermati dan
mengamati.
2. Menanya
Peserta didik bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pembentukan daftar
urut kepangkatan (DUK) beserta penentuan
nomor urut DUK
3. Menalar
Peserta didik mengemukakan pembentukan
daftar urut kepangkatan (DUK) dengan
benar.
Peserta didik mengemukakan penentuan
nomor urut dafta urut kepangkatan (DUK)
benar.
4. Mencoba
Peserta didik menyimpulkan hasil dari
pembentukan nomor urut DUK.
Peserta didik menyimpulkan hal-hal yang
berkaitan dengan penentuan nomor urut
DUK.
5. Membentuk Jejaring/komunikasi
Dengan bimbingan guru peserta didik
mengungkapkan proses pembentukan dan
penentuan nomor urut daftar urut
kepangkatan (DUK).
1. Mengamati
Guru menampilkan beberapa contoh kasus
keberatan penentuan nomor urut DUK ,
peserta didik mencermati dan mengamati.
2. Menanya
Peserta didik bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan keberatan penentuan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK).
3. Menalar
Peserta didik mengemukakan keberatan
penentuan nomor urut daftar urut
kepangkatan (DUK) dengan benar.
Peserta didik mengemukakan hal-hal yang
berkaitan dengan keberatan penentuan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK)
benar.
4. Mencoba
Peserta didik menyimpulkan hasil dari
keberatan penentuan nomor urut DUK.
Peserta didik menyimpulkan hal-hal yang
berkaitan dengan keberatan penentuan
nomor urut DUK.
5. Membentuk Jejaring/komunikasi
Dengan bimbingan guru peserta didik
mengungkapkan hal hal yang berhubungan
dengan keberatan penentuan nomor urut
DUK.
1. Mengamati
Guru menampilkan beberapa contoh kasus
perubahan dan penghapusan nomor urut
DUK , peserta didik mencermati dan
mengamati.
2. Menanya
Peserta didik bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan perubahan nomor
urut dan penghapusan nomor urut daftar
urut kepangkatan (DUK).
3. Menalar
Peserta didik mengemukakan perubahan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK)
dengan benar.
Peserta didik mengemukakan penghapusan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK)
benar.
a. Mencoba
Peserta didik menyimpulkan hasil dari
perubahan dan penghapusan nomor urut
daftar urut kepangkatan (DUK).
Peserta didik menyimpulkan hal-hal yang
berkaitan dengan perubahan dan
pengahpusan nomor urut DUK.
b. Membentuk Jejaring/komunikasi
Dengan bimbingan guru peserta didik
mengungkapkan hal-hal yang berkaitan
perubahan dan penghapusan nomor urut
daftar urut kepangkatan (DUK).
H. Penilaian
1. Proses
a. Teknik : Non tes
b. Bentuk : Pengamatan
c. Waktu : Selama proses pembelajaran
d. Instrumen : Skala Sikap (dilampirkan pada bagian akhir RPP)
2. Hasil
a. Teknik : Tes/Penugasan
b. Bentuk : Tertulis
c. Waktu : Pada kegiatan penutup
d. Instrumen : Soal (High Of Thinking)
.......................................
LAMPIRAN MATERI
Daftar urut kepangkatan (DUK) pegawai negeri sipil adalah suatu daftar yang
memuat nama pegawai negeri sipil dan satuan organisasi Negara yang disusun
menurut tingkat kepangkatan. DUK berfungsi sebagai salah satu bahan objektif untuk
melaksanakan pembianaan karir pegawai negeri sipil berdasarkan system karir dan
system prestasi kerja. Pada setiap lembaga/institusi pasti ada daftar pegawai. Sesuai
ketentuan, urutannya adalah tidak harus menempatkan kepala lembaga/institusi pada
urutan teratas
Dalam DUK tidak boleh ada 2 (dua) nama Pegawai Negeri Sipil yang sama
nomor urutnya, maka untuk menetapkan nomor urut yang tepat dalam satu DUK
diadakan ukuran secara berturut-turut sebagai berikut :
i. Pangkat
PNS yang berpangkat lebih tinggi dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi
dalam DUK, Jika ada dua orang/lebih yang memiliki pangkat yang sama maka dari
mereka yang lebih tua dalam pangkat tersebut dicantumkan dalam nomor urut yang
lebih tinggi.
ii. Jabatan
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat
itu dalam waktu yang sama, maka dari mereka yang memangku jabatan yang lebih
tinggi dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dan dilihat yang lebih dahulu
diangkat dalam jabatan yang sama tingkatannya.
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat
itu dalam waktu yang sama dan memangku jabatan yang sama dan memiliki masa
kerja yang sama, maka dari mereka yang pernah mengikuti latihan jabatan yang
ditentukan, dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam DUK.
v. Pendidikan
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat
itu dalam waktu yang sama dan memangku jabatan yang sama dan memiliki masa
kerja yang sama, dan pernah mengikuti latihan jabatan yang ditentukan, maka dari
mereka yang lulus dari pendidikan yang lebih tinggi dicantumkan dalam nomor urut
yang lebih tinggi dalam DUK.
a. Daftar urut kepangkatan dibuat untuk seluruh pegawai negeri sipil dari satuan
organisasi Negara.
Pejabat yang dapat diberi wewenang untuk membuat dan memlihara DUK
tersebut serendah-rendahnya setingkat dengan pejabat yang memangku
jabatan structural eselon antara lain penilik sekolah dasar, penilik
pendidikan agama, kepala sekolah dasar.
g. DUk secara nasional dibuat oleh BAKN, untuk golongan IV/a sampai dengan
golongan IV/c.
Berikut ini penjelasan dari pembuatan nomor urut pada daftar urut kepangkatan
diatas.
a. PANGKAT
Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat lebih tinggi, dicantumkan dalam
nomor urut yanglebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan. Apabila ada
dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat sama,
umpamanya Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b, maka dari antara
mereka yang lebih tua dalam pangkat tersebut dicantumkan dalam
nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan.
Contohnya :
Pada Direktorat Perbendaharaan Negara terdapat tiga orang Pegawai
Negeri Sipil bernama Amat, Bindu, dan Cirus yang berpangkat sama ,
yaitu Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b, tetapi Amat diangkat
dalam golongan ruang IV/b terhitung mulai tanggal 1-10-1977,
sedangkan Bindu terhitung mulai tanggal 1-10-1977, dan Cirus terhitung
mulai tanggal 1-4-1978. Dalam hal yang sedemikian susunan nama
mereka pada Daftar Urut Kepangkatan Direktorat Perbendaharaan
Negara, dimuat dari nama Amat, kemudian Bindu, dan seterusnya Cirus.
b. JABATAN
Apabila ada dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat
sama dan diangkat dalam pangkat itu dalam waktu yang sama pula,
maka dari antara mereka yang memangku jabatan yang lebih tinggi
dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut
Kepangkatan.
Contohnya :
Pada Sekretariat Jenderal Departemen Agama terdapat dua orang
Pegawai Negeri Sipil bernama Abdul kadir dan Abu Bakar yang
berpangkat sama , yaitu Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c
masing-masing terhitung mulai tanggal 1 April 1978. Jabatan Abdul
Kadir adalah Kepala Biro sedang Jabatan Abu Bakar adalah Kepala
Bagian. Dalam hal yang sedemikian , maka Abdul Kadir dicantumkan
dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan.
Apabila tingkat jabatan sama juga, maka dari antara mereka yang lebih
dahulu diangkat dalam jabatan yang sama tingkatnya itu, dicantumkan
dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan.
Contohnya :
Pada Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Departemen Dalam negeri
terdapat tiga orang Pegawai Negeri sipil bernama Daud, Eman, dan Firman
berpangkat sama , yaitu Pembina tingkat I golongan ruang IV/b
terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1976. Jabatan Daud adalah kepala
Bagian A terhitung mulai tanggal 1Januari 1977 jabatanEman adalah
Kepala Bagian B terhitung mulai tanggal 1 April 1977, sedang jabatan
Firman adalah kepala Bagian C terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1977.
Dalam hal yang sedemikian susunan ketiga Pegawai Negeri Sipil tersebut
di atas dalam Daftar Urut Kepangkatan Biro Perencanaan, yang teratas
adalah Daud, kemudian Eman, barulah Firman.
Tingkat jabatan sebagai dasar penyusunan Daftar Urut Kepangkatan,
adalah : (a) Jabatan struktural adalah sebagai tersebut dalam
Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1977 dengan segala tambahan
dan perubahannya.
c. MASA KERJA
Apabila ada dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat
sama sebagaimana dimaksud dalam huruf b, dan memangku jabatan yang
sama sebagaimana dimaksud dalam huruf c, maka dari antara mereka
yang memiliki masa kerja sebagai Pegawai Negeri Sipil yang lebih
banyak dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar
Urut Kepangkatan.
Contohnya :
Pada Biro Kepegawaian SETWILDA Tingkat I Jawa Barat terdapat dua
orang Pegawai Negeri Sipil bernama Gino dan Husein yang berpangkat
sama yaitu Penata Tingkat I golongan ruang III/d terhitung mulai 1
Oktober 1977 dengan jabatan yang sama tingkatnya yaitu masing-masing
Kepala bagian sejak 1 April 1978. Gino diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil sejak tanggal 1 Mei 1963, sedangkan Husein diangkat sejak
1 januari 1965. Dlaam hal yang sedemikian nama Gino dicantumkan
lebih tinggi dari pada Husein dalam Daftar Urut Kepangkatan pada Biro
Kepegawaian SETWILDA Tingkat I Jawa Barat, karena masa kerja Gino
lebih banyak dari Husein.
Masa kerja yang diperhitungkan dalam Daftar Urut Kepangkatan, adalah
masa kerja yang dapat diperhitungkan untuk penetapan gaji.
d. LATIHAN JABATAN
Apabila ada dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat
sama sebagaimana dimaksud dalam huruf b, memangku jabatan yang
sama sebagaimana dimaksud dalam huruf c dan memiliki masa kerja
yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf d, maka dari antara
mereka yang pernah mengikuti latihan jabatan yang ditentukan ,
dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut
Kepangkatan. Apabila jenis dan tingkat latihan jabatan sama, maka dari
antara mereka yang lebih dahulu lulus dicantumkan dalam nomor urut
yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan.
Contohnya :
Pada Inspektorat jenderal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
terdapat 4 orang Pegawai Negeri Sipil bernama Ismail, Jakub, Kasim,
dan Leman yang berpangkat sama yaitu Pembina Utama Muda golongan
ruang IV/c terhitung mulai tanggal 1 Oktober 19978, dengan jabatan
yang sama yaitu Inspektur sejak 1 Mei 1976, masuk Pegawai Negeri
Sipil sejak 1 Juli 1955. Ismail mengikuti pendidikan SESPA LAN pada
tahun 1976. Jakub mengikuti SESPA LAN pada tahun 1977, Kasim juga
mengikuti pendidikan SESPA LAN tahun 1977 tetapi tidak lulus,
sedangkan Leman belum pernah mengikuti pendidikan latihan jabatan.
Dalam hal yang sedemikian urutan nama Pegawai Negeri Sipil tersebut
pada Daftar Urut Kepangkatan Inspektorat Jenderal Pendidikan dan
Kebudayaan dimulai dengan nama Ismail, kemudian menyusul Jakub,
Kasim dan seterusnya Leman. Tingkat latihan jabatan yang digunakan
sebagai dasar dalam Daftar Urut Kepangkatan adalah sebagaimana
dimaksud dalam lampiran III Surat Edaran ini.
e. PENDIDIKAN
Apabila ada dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat
sama sebagaimana dimaksud dalam huruf b, memangku jabatan yang
sama sebagaimana dimaksud dalam huruf c, memiliki masa kerja yang
sama sebagaimana dimaksud dalam huruf d, dan lulus dari latihan
jabatan yang sama sebagaimana dimaksuid dalam huruf e, maka dari
antara mereka yang lulus dari pendidikan yang lebih tinggi dicantumkan
dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan.
Apabila tingkat pendidikan sama, maka dari antara mereka yang lebih
dahulu lulus dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar
Urut Kepangkatan.
Contohnya :
Pada Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah
Departemen Dalam negeri terdapat 3 orang Pegawai Negeri Sipil
bernama Tina, Mochtar, J. Napitupulu, mereka memiliki pangkat yang
sama, yaitu Penata golongan ruang III/c terhitung mulai 1 Oktober 1978,
dengan jabatan yang sama yaitu Kepala Seksi sejak 1 Januari 1979,
ketiga-tiganya diangkat menjadi calon Pegawai Negeri Sipil sejak 1 April
1969, sama-sama diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil sejak 1 Mei
1970, sama-sama mengikuti dan lulus Kursus Perencanaan tahun 1975.
Tina memperoleh gelar Sarjana Hukum tahun 1967, Mochtar memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi tahun 1966, sedangkan J. Napitupulu memperoleh
gelar Sarjana Sosial tahun 1968. Dalam hal yang sedemikian urutan
nama ketiga Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas dalam Daftar Urut
Kepangkatan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum dan Otonomi
Daerah yang teratas adalah Mochtar, kemudian Tina, dan seterusnya j.
Napitupulu.
Tingkat Ijazah/Akta/Diploma/STTB yang diperoleh dari suatu pendidikan
yang dignakan seabgai dasar dalam Daftar Urut Kepangkatan,
adalahseabgaimana dimaksuddalam lampiran IV Surat Edaran ini.
f. USIA
Apabila ada dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang
berpangkat sama sebagaimana dimaksud dalam huruf b, memangku
jabatan yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf c, memiliki masa
kerja yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf d, lulus dari
latihan jabatan yang sama sebagaimana dimaksuid dalam huruf e, dan
lulus dari pendidikan yang sama sebagaimana dimaksud dalam huruf f,
maka dari antara mereka yang berusia lebih tinggi dicantumkan dalam
nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan.
Contohnya :
Pada Biro Keuangan Sekretariat Jenderal Departemen Sosial terdapat 2
orang Pegawai Negeri Sipil bernama Oberlin dan Poernomo dengan
pangkat yang sama Penata Muda tingkat I golongan ruang III/d terhitung
mulai tanggal 1 Oktober 1978, Jabatan kepala Sub Bagian sejak 1 Mei
1966, dua-duanya memperoleh Sarjana Ekonomi pada tahun 1965, belum
pernah mengalami latihan jabatan. Operlin lahir tanggal 9 Juli 1935,
sedangkan Poernomo lahir tanggal 5 Mei 1973. Dalam hal yang
sedemikian urutan nama mereka dalam Daftar Urut Kepangkatan Biro
Keuangan Sekretariat Jenderal Departemen Sosial dimulai dengan nama
Oberlin karena dia lebih tua usia dari pada Poernomo.
a. Apabila ada Pegawai Negeri Sipil yang berkeberatan atas nomor urut dalam
Daftar Urut Kepangkatan, maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan berhak
mengajukan keberatan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Daftar Urut
Kepangkatan yang bersangkutan melalui hirarki.
e. Apabila keberatan yang diajukan tidak mempunyai dasar-dasar yang kuat, maka
Pejabat Pembuat Daftar Urut Kepangkatan menolak keberatan tersebut secara
tertulis.
f. Perubahan nomor urut atau penolakan atas keberatan sebagaimana dimaksud di
atas, harus sudah ditetapkan dan diberitahukan oleh Pejabat Pembuat Daftar Urut
Kepangkatan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari terhitung mulai tanggal ia menerima surat keberatan
tersebut.
g. Apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan merasa tidak puas atas
penolakan keberatan yang diajukan , maka ia dapat mengajukan keberatan
banding secara tertulis kepada Atasan Pejabat Pembuat Daftar Urut Kepangkatan
melalui hirarki disertai dengan alasan-alasan yang lengkap.
h. Keberatan tersebut harus sudah diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari terhitung mulai ia menerima penolakan atas keberatan tersebut. Keberatan
yang diajukan melebihi jangka waktu 14 (empat belas) hari tidak
dipertimbangkan.
i. Keberatan atas nomor urut Daftar Urut Kepangkatan diajukan melalui hirarki,
oleh sebab itu keberatan tersebut dikirim kepada Atasan Pembuat Daftar Urut
Kepangkatan melalui Pejabat Pembuat Daftar Urut Kepangkatan. Pejabat Pembuat
Daftar Urut Kepangkatan wajib mempelajari dengan seksama keberatan Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan dan membuat tangapan terakhir atas keberatan itu.
k. Atasan pejabat Pembuat Daftar Urut Kepangkatan yang menerima keberatan atas
nomor urut dalam Daftar Urut Kepangkatan, wajib mempertimbangkan dengan
seksama keberatan tersebut.
l. Apabila terdapat alasan-alasan yang kuat, maka Atasan Pejabat pembuat Daftar
Urut epangkatan menetapkan perubahan nomor urut dalam Daftar Urut Kepangkatan
yang bersangkutan, dan memberitahukannya secara tertulis kepada pejabat
pembuat Daftar Urut Kepangkatan dan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
m. Apabila tidak terdapat alasan-alasan yang kuat, maka Atasan Pejabat pembuat
Daftar Urut Kepangkatan menolak keberatan tersebut dan memberitahukannya
secara tertulis kepada Pejabat pembuat Daftar Urut Kepangkatan dan Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan secara tertulis.
n. Perubahan nomor urut atau penolakan atas keberatan sebagaimana dimaksud di
atas, harus sudah ditetapkan dan diberitahukan oleh Atasan pejabat Pembuat
Daftar Urut Kepangkatan epada Pejabat Pembuat Daftar Urut Kepangkatan dan
Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dalam jangka waktu 14 (emapt belas)
hari terhitung mulai tanggal ia menerima surat keberatan tersebut.
o. Terhadap perubahan nomor urut dalam Daftar Urut Kepangkatan atau penolakan
atas keberatan yang ditetapkan oleh Atasa pejabat Pembuat Daftar Urut
Kepangkatantidak dapat diajukan keberatan.
p. Terhadap Daftar Urut Kepangkatan yang ditanda tangani sendiri oleh Menteri,
Jaksa Agung, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara,
Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I, tidak dapat diajukan keberatan.
PERUBAHAN
PENGHAPUSAN
a. Nama Pegawai Negeri Sipil dihapuskan dari Daftar Urut Kepangkatan oleh
karena : (1) Diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil; (2) Meninggal dunia; (3)
Pindah instansi.
A. Rangkuman
Daftar Urut Kepangkatan (DUK) adalah suatu daftar yang memuat nama
Pegawai Negeri Sipil dan suatu satuan organisasi Negara yang disusun menurut
tingkatan. DUK juga adalah salah satu bahan objektif untuk melaksnakan pembinaan
karier PNS berdasarkan system karier dan system prestasi kerja. Oleh karena itu DUK
perlu dibuat dan dipelihara secara terus menurus. Landasan hukum dari Daftar Urut
Kepangkatan (DUK) adalah Pasal 18 ayat 5 dan pasal 20 UPK 1974, Peraturan
Pemerintah Nomor 5 tahun 1979 tentang daftar urut kepengkatan pegawai negeri sipil
(PNS), UU RI No. 43 Tahun 1999 dan Surat Edaran Kepala BAKN No. 03 Tahun
1980.
Penentuan no. Daftar Urut Kepangkatan tidak boleh ada 2 (dua) nama Pegawai
Negeri Sipil yang sama nomor urutnya, maka untuk menentukan nomor urut
yang tepat dalam satu Daftar Urut Kepangkatan diadakan ukuran secara berturut-
turut yaitu pangkat, jabatan, masa kerja, latihan jabatan, pendidikan, dan usia.
Pegawai negeri sipil yang merasa nomor urutnya dalam DUK tidak tepat,
dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada pejabat pembuat DUK yang
bersangkutan melalui hierarki. Pernyataan keberatan itu harus sudah diajukan dalam
waktu 30 hari terhitung mulai diumumkannya DUK, dan jika melewati batas itu maka
keberatan akan ditolak. Pejabat pembuat DUK wajib mempertimbangkan dengan
seksama keberatan yang diajukan oleh pegawai negeri sipil dalam lingkungan masing-
masing. Apabila keberatan yang diajukan itu mempunyai dasar-dasar yang kuat,
pejabat pembuat DUK menetapkan perubahan nomor urut dalam DUK sebagaimana
mestinya, kemudian memberitahukan kepada pegawai negeri sipil yang bersangkutan.