Anda di halaman 1dari 27

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMKN 1 Medan


Mata Pelajaran : Otomatisasi Tata Kelola Kepegawaian
Kelas/Semester : XI / 2
Materi Pokok : Daftar Urut Kepangkatan (DUK)
Alokasi Waktu : 8 x 45 menit ( 4 x pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaran, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4: Menalar, mengolah, dan menyajikan dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas
alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya.
1.2 Penerapan pengelolaan kas kecil secara efektif dan efisien berdasarkan nilai-nilai
agama yang dianut di dunia perkantoran.
1.3 Meyakini bahwa bekerja di bidang administrasi keuangan khususnya kas kecil adalah
salah satu bentuk pengalaman dan perintah Tuhan yang harus dilakukan secara
sungguh-sungguh.

2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam pembelajaran
administrasi kepegawaian khususnya daftar urut kepangkatan (DUK).
2.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong) dalam melakukan pembelajaran administrasi
kepegawaian sebagai bagian dari sikap ilmiah.
2.3 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap kerja.
2.4 Memiliki sikap proaktif dalam melakukan kegiatan administrasi kepegawaian.

3.5 Mengemukakan Daftar Urut Kepangkatan (DUK)


Indikator:
1. Menyebutkan landasan hukum daftar urut kepangkatan (DUK)
2. Menjelaskan pengertian dan fungsi daftar urut kepangkatan (DUK)
3. Mengemukakan proses pembuatan DUK dan penentuan nomor urut dalam DUK
4. Menjelaskan keberatan atas nomor urut dalam DUK
5. Menguraikan kembali perubahan dan penghapusan nomot urut dalam DUK

4.5 Mendefinisikan Daftar Urut Kepangkatan (DUK)


Indikator:
1. Menyebutkan landasan hukum daftar urut kepangkatan (DUK)
2. Menjelaskan pengertian dan fungsi daftar urut kepangkatan (DUK)
3. Mengemukakan proses pembuatan DUK dan penentuan nomor urut dalam DUK
4. Menjelaskan keberatan atas nomor urut dalam DUK
5. Menguraikan kembali perubahan dan penghapusan nomot urut dalam DUK

C. Tujuan Pembelajaran
 Selama proses pembelajaran:
1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Meningkatkan rasa saling menghargai di antara peserta didik.
3. Memupuk partisipasi aktif.
4. Memupuk kerjasama dalam menyelesaikan masalah.
5. Memupuk kedisiplinan dalam memanfaatkan waktu.
6. Membiasakan berfikir ilmiah dan efektif.

 Setelah proses pembelajaran peserta didik diharapkan :


1. Siswa mampu menyebutkan landasan hukum daftar urut kepangkatan (DUK)
2. Siswa mampu menjelaskan pengertian dan fungsi daftar urut kepangkatan (DUK)
3. Siswa mampu mengemukakan proses pembuatan DUK dan penentuan nomor urut
dalam DUK
4. Siswa mamppu menjelaskan keberatan atas nomor urut dalam DUK
5. Siswa mampu menguraikan kembali perubahan dan penghapusan nomot urut dalam
DUK

D. Materi Pokok Pembelajaran (materi lengkap terlampir)


1. Landasan hukum daftar urut kepangkatan (DUK)
2. Pengertian dan fungsi daftar urut kepangkatan (DUK)
3. Pembuatan dan penentuan nomor urut daftar urut kepagkatan (DUK)
4. Keberatan atas nomor urut dalam DUK
5. Perubahan dan penghapusan nomor urut DUK

E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Pembelajaran Saintifik Approach
2. Model : Cooperative Script

F. Alat, Media, dan Sumber Pembelajaran


1. Alat : White board, spidol, laptop, LCD
2. Media : Power point
3. Sumber : a. Internet
b. Sumber lain yang relevan.
G. Kegiatan Pembelajaran

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI


WAKTU
Pertemuan 1
Pendahuluan  Siswa merespon salam dari guru. 10 Menit
 Siswa dan guru berdoa bersama.
 Guru mengabsen dan mengisi agenda kelas.
 Siswa menerima informasi tentang
kompetensi yang akan dipelajari, tujuan,
materi, langkah-langkah pembelajaran serta
teknik penilaian yang akan dilaksanakan.
(Acuan)
 Guru memberikan gambaran tentang daftar
urut kepangkatan dalam bidang pekerjaan
administrasi kepegawaian dan dalam
kehidupan sehari-hari. (Motivasi)
 Sebagai apersepsi, untuk mendorong rasa
ingin tahu dan berfikir kritis, siswa
menjawab pertanyaan guru mengenai
kemampuan dasarnya dalam hal
administrasi kepegawaian khususnya daftar
urut kepangkatan.
 Memberikan illustrasi, menampilkan
contoh-contoh daftar urut kepangkatan
(DUK) dan landasan hukum DUK
Inti Dalam kegiatan ini, pendidik dan peserta didik 65 Menit
melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Mengamati
 Guru menampilkan beberapa contoh daftar
urut kepangkatan (DUK) , peserta didik
mencermati dan mengamati.

2. Menanya
 Peserta didik bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pengertian daftar
urut kepangkatan (DUK) beserta fungsi
daftar urut kepangkatan
3. Menalar
 Peserta didik menjelaskan pengertian daftar
urut kepangkatan dengan benar.
 Peserta didik menjelaskan fungsi daftar urut
kepangkatan dengan benar.
 Peserta didik menyebutkan landasan hukum
daftar urut kepangkatan.

4. Mencoba
 Peserta didik menyimpulkan hasil
pengertian daftar urut kepangkatan.
 Peserta didik menyimpulkan fungsi daftar
urut kepangkatan.
 Peserta didik menyimpukan macam-macam
landasan hukum daftar urut kepangkatan.

5. Membentuk Jejaring/komunikasi
 Dengan bimbingan guru peserta didik
mengungkapkan pengertian daftar urut
kepangkatan (DUK), fungsi DUK, dan
landasan hukum dari DUK.

6. Guru memastikan bahwa peserta didik


menguasai materi ajar yang disajikan,
dengan cara bertanya kepada beberapa
orang peserta didik dan meluruskan
jawaban seandainya ada jawaban yang
kurang benar.
Kegiatan  Peserta didik bersama guru menyimpulkan 15 Menit
Penutup materi yang telah dipelajari.
 Peserta didik mengerjakan soal evaluasi.
 Guru memberikan umpan balik.
 Guru memberikan pekerjaan rumah.
 Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
 Guru mengucapkan salam kepada para
peserta didik sebelum keluar kelas dan
peserta didik menjawab salam.

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI


WAKTU
Pertemuan 2
Pendahuluan  Siswa merespon salam dari guru. 10 Menit
 Siswa dan guru berdoa bersama.
 Guru mengabsen dan mengisi agenda kelas.
 Siswa menerima informasi tentang
kompetensi yang akan dipelajari, tujuan,
materi, langkah-langkah pembelajaran serta
teknik penilaian yang akan dilaksanakan.
(Acuan)
 Guru memberikan gambaran tentang
pembentukan dan penentuan nomor urut
dalam daftar urut kepangkatan (DUK)
dalam bidang pekerjaan administrasi
kepegawaian dan dalam kehidupan sehari-
hari. (Motivasi)
 Sebagai apersepsi, untuk mendorong rasa
ingin tahu dan berfikir kritis, siswa
menjawab pertanyaan guru mengenai
kemampuan dasarnya dalam hal
administrasi kepegawaian khususnya dalam
hal pembentukan dan penentuan nomor urut
daftar urut kepangkatam (DUK).
 Memberikan illustrasi, menampilkan
contoh-contoh nomor urut daftar urut
kepangkatan (DUK).
Inti Dalam kegiatan ini, pendidik dan peserta didik 65 Menit
melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Mengamati
 Guru menampilkan beberapa contoh nomor
urut DUK , peserta didik mencermati dan
mengamati.

2. Menanya
 Peserta didik bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan pembentukan daftar
urut kepangkatan (DUK) beserta penentuan
nomor urut DUK

3. Menalar
 Peserta didik mengemukakan pembentukan
daftar urut kepangkatan (DUK) dengan
benar.
 Peserta didik mengemukakan penentuan
nomor urut dafta urut kepangkatan (DUK)
benar.

4. Mencoba
 Peserta didik menyimpulkan hasil dari
pembentukan nomor urut DUK.
 Peserta didik menyimpulkan hal-hal yang
berkaitan dengan penentuan nomor urut
DUK.
5. Membentuk Jejaring/komunikasi
 Dengan bimbingan guru peserta didik
mengungkapkan proses pembentukan dan
penentuan nomor urut daftar urut
kepangkatan (DUK).

6. Guru memastikan bahwa peserta didik


menguasai materi ajar yang disajikan,
dengan cara bertanya kepada beberapa
orang peserta didik dan meluruskan
jawaban seandainya ada jawaban yang
kurang benar.
Kegiatan  Peserta didik bersama guru menyimpulkan 15 Menit
Penutup materi yang telah dipelajari.
 Peserta didik mengerjakan soal evaluasi.
 Guru memberikan umpan balik.
 Guru memberikan pekerjaan rumah.
 Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
 Guru mengucapkan salam kepada para
peserta didik sebelum keluar kelas dan
peserta didik menjawab salam.

KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI


WAKTU
Pertemuan 3
Pendahuluan  Siswa merespon salam dari guru. 10 Menit
 Siswa dan guru berdoa bersama.
 Guru mengabsen dan mengisi agenda kelas.
 Siswa menerima informasi tentang
kompetensi yang akan dipelajari, tujuan,
materi, langkah-langkah pembelajaran serta
teknik penilaian yang akan dilaksanakan.
(Acuan)
 Guru memberikan gambaran tentang
keberatan penentuan nomor urut dalam
daftar urut kepangkatan (DUK) dalam
bidang pekerjaan administrasi kepegawaian
dan dalam kehidupan sehari-hari. (Motivasi)
 Sebagai apersepsi, untuk mendorong rasa
ingin tahu dan berfikir kritis, siswa
menjawab pertanyaan guru mengenai
kemampuan dasarnya dalam hal
administrasi kepegawaian khususnya dalam
hal keberatan penentuan nomor urut daftar
urut kepangkatam (DUK).
 Memberikan illustrasi, menampilkan
contoh-contoh kasus keberatan penentuan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK).
Inti Dalam kegiatan ini, pendidik dan peserta didik 65 Menit
melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Mengamati
 Guru menampilkan beberapa contoh kasus
keberatan penentuan nomor urut DUK ,
peserta didik mencermati dan mengamati.

2. Menanya
 Peserta didik bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan keberatan penentuan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK).

3. Menalar
 Peserta didik mengemukakan keberatan
penentuan nomor urut daftar urut
kepangkatan (DUK) dengan benar.
 Peserta didik mengemukakan hal-hal yang
berkaitan dengan keberatan penentuan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK)
benar.

4. Mencoba
 Peserta didik menyimpulkan hasil dari
keberatan penentuan nomor urut DUK.
 Peserta didik menyimpulkan hal-hal yang
berkaitan dengan keberatan penentuan
nomor urut DUK.

5. Membentuk Jejaring/komunikasi
 Dengan bimbingan guru peserta didik
mengungkapkan hal hal yang berhubungan
dengan keberatan penentuan nomor urut
DUK.

6. Guru memastikan bahwa peserta didik


menguasai materi ajar yang disajikan,
dengan cara bertanya kepada beberapa
orang peserta didik dan meluruskan
jawaban seandainya ada jawaban yang
kurang benar.
Kegiatan  Peserta didik bersama guru menyimpulkan 15 Menit
Penutup materi yang telah dipelajari.
 Peserta didik mengerjakan soal evaluasi.
 Guru memberikan umpan balik.
 Guru memberikan pekerjaan rumah.
 Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
 Guru mengucapkan salam kepada para
peserta didik sebelum keluar kelas dan
peserta didik menjawab salam.
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI
WAKTU
Pertemuan 4
Pendahuluan  Siswa merespon salam dari guru. 10 Menit
 Siswa dan guru berdoa bersama.
 Guru mengabsen dan mengisi agenda kelas.
 Siswa menerima informasi tentang
kompetensi yang akan dipelajari, tujuan,
materi, langkah-langkah pembelajaran serta
teknik penilaian yang akan dilaksanakan.
(Acuan)
 Guru memberikan gambaran tentang
perubahan dan penghapusan nomor urut
DUK dalam bidang pekerjaan administrasi
kepegawaian dan dalam kehidupan sehari-
hari. (Motivasi)
 Sebagai apersepsi, untuk mendorong rasa
ingin tahu dan berfikir kritis, siswa
menjawab pertanyaan guru mengenai
kemampuan dasarnya dalam hal
administrasi kepegawaian khususnya dalam
hal perubahan dan penghapusan nomor urut
DUK.
 Memberikan illustrasi, menampilkan
contoh-contoh kasus perubahan dan
penghapusan nomor urut daftar urut
kepangkatan (DUK).
Inti Dalam kegiatan ini, pendidik dan peserta didik 65 Menit
melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Mengamati
 Guru menampilkan beberapa contoh kasus
perubahan dan penghapusan nomor urut
DUK , peserta didik mencermati dan
mengamati.

2. Menanya
 Peserta didik bertanya mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan perubahan nomor
urut dan penghapusan nomor urut daftar
urut kepangkatan (DUK).

3. Menalar
 Peserta didik mengemukakan perubahan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK)
dengan benar.
 Peserta didik mengemukakan penghapusan
nomor urut daftar urut kepangkatan (DUK)
benar.

a. Mencoba
 Peserta didik menyimpulkan hasil dari
perubahan dan penghapusan nomor urut
daftar urut kepangkatan (DUK).
 Peserta didik menyimpulkan hal-hal yang
berkaitan dengan perubahan dan
pengahpusan nomor urut DUK.

b. Membentuk Jejaring/komunikasi
 Dengan bimbingan guru peserta didik
mengungkapkan hal-hal yang berkaitan
perubahan dan penghapusan nomor urut
daftar urut kepangkatan (DUK).

c. Guru memastikan bahwa peserta didik


menguasai materi ajar yang disajikan,
dengan cara bertanya kepada beberapa
orang peserta didik dan meluruskan
jawaban seandainya ada jawaban yang
kurang benar.
Kegiatan  Peserta didik bersama guru menyimpulkan 15 Menit
Penutup materi yang telah dipelajari.
 Peserta didik mengerjakan soal evaluasi.
 Guru memberikan umpan balik.
 Guru memberikan pekerjaan rumah.
 Guru menginformasikan rencana kegiatan
pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.
 Guru mengucapkan salam kepada para
peserta didik sebelum keluar kelas dan
peserta didik menjawab salam.

H. Penilaian
1. Proses
a. Teknik : Non tes
b. Bentuk : Pengamatan
c. Waktu : Selama proses pembelajaran
d. Instrumen : Skala Sikap (dilampirkan pada bagian akhir RPP)
2. Hasil
a. Teknik : Tes/Penugasan
b. Bentuk : Tertulis
c. Waktu : Pada kegiatan penutup
d. Instrumen : Soal (High Of Thinking)

Medan, Februari 2020

.......................................

LAMPIRAN MATERI

1. Landasan Hukum Daftar Urut Kepangkatan (DUK)

Ketentuan yang mengatur pembuatan daftar urut kepangkatan (DUK) pegawai


negeri sipil dapat ditemukan dalam :

1) Pasal 18 ayat 5 dan pasal 20 UPK 1974.


2) Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1979 tentang daftar urut kepengkatan
pegawai negeri sipil (PNS).

3) UU RI No. 43 Tahun 1999;


4) Surat Edaran Kepala BAKN No. 03 Tahun 1980
2. Pengertian dan Fungsi Daftar Urut Kepangkatan (DUK)

Daftar urut kepangkatan (DUK) pegawai negeri sipil adalah suatu daftar yang
memuat nama pegawai negeri sipil dan satuan organisasi Negara yang disusun
menurut tingkat kepangkatan. DUK berfungsi sebagai salah satu bahan objektif untuk
melaksanakan pembianaan karir pegawai negeri sipil berdasarkan system karir dan
system prestasi kerja. Pada setiap lembaga/institusi pasti ada daftar pegawai. Sesuai
ketentuan, urutannya adalah tidak harus menempatkan kepala lembaga/institusi pada
urutan teratas

Dalam DUK tidak boleh ada 2 (dua) nama Pegawai Negeri Sipil yang sama
nomor urutnya, maka untuk menetapkan nomor urut yang tepat dalam satu DUK
diadakan ukuran secara berturut-turut sebagai berikut :

i. Pangkat
PNS yang berpangkat lebih tinggi dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi
dalam DUK, Jika ada dua orang/lebih yang memiliki pangkat yang sama maka dari
mereka yang lebih tua dalam pangkat tersebut dicantumkan dalam nomor urut yang
lebih tinggi.

ii. Jabatan
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat
itu dalam waktu yang sama, maka dari mereka yang memangku jabatan yang lebih
tinggi dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dan dilihat yang lebih dahulu
diangkat dalam jabatan yang sama tingkatannya.

iii. Masa Kerja


Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat
itu dalam waktu yang sama dan memangku jabatan yang sama, maka dari mereka
yang memiliki masa kerja sebagai PNS yang lebih banyak dicantumkan dalam nomor
urut yang lebih tinggi

iv. Latihan Jabatan

Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat
itu dalam waktu yang sama dan memangku jabatan yang sama dan memiliki masa
kerja yang sama, maka dari mereka yang pernah mengikuti latihan jabatan yang
ditentukan, dicantumkan dalam nomor urut yang lebih tinggi dalam DUK.

v. Pendidikan
Apabila ada dua orang/lebih, PNS yang berpangkat sama dan diangkat dalam pangkat
itu dalam waktu yang sama dan memangku jabatan yang sama dan memiliki masa
kerja yang sama, dan pernah mengikuti latihan jabatan yang ditentukan, maka dari
mereka yang lulus dari pendidikan yang lebih tinggi dicantumkan dalam nomor urut
yang lebih tinggi dalam DUK.

3. Proses pembentukan DUK dan penentuan nomor urut dalam DUK

I. Proses Pembentukan Daftar Urut Kepangkatan (DUK)

a. Daftar urut kepangkatan dibuat untuk seluruh pegawai negeri sipil dari satuan
organisasi Negara.

b. Daftar urut kepangkatan dibuat sekali setahun

c. Pejabat pembuat DUK :

 Menteri, jaksa agung, pimpinan kesekretariasan lembaga tertinggi Negara,


pimpinan pemerintah nondepartemen, gubernur, dan pejabat lain yang
ditentukan oleh presiden, membuat dan memelihara DUK dalam
lingkungan masing-masing.

 Para pejabat tersebut diatas, selanjutnya dapat mendelegasikan sebagian


wewenangnya kepada pejabat lain dalam lingkungan kekuasaanya untuk
membuat dan memelihara DUK dalam lingkungan masing-masing.

 Pejabat yang dapat diberi wewenang untuk membuat dan memlihara DUK
tersebut serendah-rendahnya setingkat dengan pejabat yang memangku
jabatan structural eselon antara lain penilik sekolah dasar, penilik
pendidikan agama, kepala sekolah dasar.

d. DUK untuk pegawai yang diperbantukan, dibuat oleh :

 Instansi yang menerima bantuan

 Instansi yang memberi bantuan


e. DUK untuk pegawai negeri sipil di luar jabatan organic tetap dicantumkan
dalam DUK instansi yang bersangkutan.

f. Calon pegawai negeri sipil tidak dicantumkan dalam DUK

g. DUk secara nasional dibuat oleh BAKN, untuk golongan IV/a sampai dengan
golongan IV/c.

II. Penentuan Nomor Urut dalam Daftar Urut Kepangkatan (DUK)

Dalam  Daftar  Urut  Kepangkatan  tidak  boleh  ada  2  (dua)  nama


Pegawai Negeri  Sipil  yang  sama nomor  urutnya,  maka  untuk  menentukan
nomor urut  yang  tepat  dalam  satu  Daftar  Urut  Kepangkatan diadakan  ukuran
secara berturut-turut sebagai berikut:
a. Pangkat; 
b. Jabatan; 
c. Masa kerja; 
d. Latihan jabatan; 
e. Pendidikan; dan 
f. Usia.

Berikut ini penjelasan dari pembuatan nomor urut pada daftar urut kepangkatan
diatas.
a. PANGKAT 
Pegawai  Negeri  Sipil  yang  berpangkat  lebih  tinggi,  dicantumkan  dalam
nomor urut yanglebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan. Apabila ada
dua  orang  atau  lebih  Pegawai  Negeri  Sipil  yang berpangkat  sama,
umpamanya  Pembina  Tingkat  I  golongan  ruang  IV/b,  maka  dari  antara
mereka yang  lebih  tua  dalam  pangkat  tersebut  dicantumkan  dalam
nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan. 
Contohnya :
Pada  Direktorat  Perbendaharaan  Negara  terdapat  tiga  orang Pegawai
Negeri  Sipil  bernama  Amat, Bindu,  dan  Cirus  yang berpangkat  sama  ,
yaitu  Pembina  Tingkat  I  golongan  ruang  IV/b, tetapi  Amat diangkat
dalam  golongan  ruang  IV/b  terhitung  mulai tanggal  1-10-1977,
sedangkan  Bindu  terhitung mulai  tanggal  1-10-1977,  dan  Cirus  terhitung
mulai  tanggal  1-4-1978. Dalam  hal  yang sedemikian susunan  nama
mereka  pada  Daftar  Urut  Kepangkatan Direktorat  Perbendaharaan
Negara,  dimuat dari nama  Amat, kemudian Bindu, dan seterusnya Cirus. 

b. JABATAN 
Apabila  ada  dua  orang  atau  lebih  Pegawai  Negeri  Sipil  yang berpangkat
sama  dan  diangkat dalam  pangkat  itu  dalam  waktu  yang sama  pula,
maka  dari  antara  mereka  yang  memangku jabatan  yang lebih  tinggi
dicantumkan  dalam  nomor  urut  yang  lebih  tinggi  dalam Daftar Urut
Kepangkatan. 
Contohnya :
Pada  Sekretariat  Jenderal  Departemen  Agama  terdapat  dua orang
Pegawai  Negeri  Sipil  bernama Abdul  kadir  dan  Abu Bakar  yang
berpangkat  sama  ,  yaitu  Pembina  Utama  Muda golongan  ruang IV/c
masing-masing  terhitung  mulai  tanggal  1 April  1978.  Jabatan  Abdul
Kadir  adalah  Kepala  Biro sedang Jabatan  Abu  Bakar  adalah  Kepala
Bagian.  Dalam  hal  yang sedemikian  ,  maka  Abdul  Kadir dicantumkan
dalam  nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan. 

Apabila  tingkat  jabatan  sama  juga,  maka  dari  antara  mereka  yang lebih
dahulu  diangkat  dalam jabatan  yang  sama  tingkatnya  itu, dicantumkan
dalam  nomor  urut  yang  lebih  tinggi  dalam Daftar Urut Kepangkatan. 
Contohnya :
Pada Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Departemen Dalam negeri
terdapat tiga orang Pegawai Negeri sipil bernama Daud, Eman,  dan  Firman
berpangkat  sama  ,  yaitu  Pembina  tingkat  I golongan  ruang IV/b
terhitung  mulai  tanggal  1  Oktober  1976. Jabatan  Daud  adalah  kepala
Bagian  A  terhitung  mulai tanggal 1Januari 1977 jabatanEman adalah
Kepala Bagian B terhitung mulai  tanggal  1  April  1977,  sedang jabatan
Firman  adalah kepala  Bagian  C  terhitung  mulai  tanggal  1  Oktober  1977.
Dalam  hal  yang sedemikian  susunan  ketiga  Pegawai  Negeri Sipil  tersebut
di  atas  dalam  Daftar  Urut  Kepangkatan Biro Perencanaan,  yang  teratas
adalah  Daud,  kemudian  Eman, barulah Firman. 
Tingkat  jabatan  sebagai  dasar  penyusunan  Daftar  Urut  Kepangkatan,
adalah : (a)  Jabatan  struktural  adalah  sebagai  tersebut  dalam
Keputusan Presiden  Nomor  15   Tahun  1977   dengan   segala   tambahan
dan  perubahannya. 

c. MASA KERJA 
Apabila  ada  dua  orang  atau  lebih  Pegawai  Negeri  Sipil  yang berpangkat
sama  sebagaimana dimaksud  dalam  huruf  b,  dan memangku  jabatan  yang
sama  sebagaimana  dimaksud  dalam huruf  c, maka  dari  antara  mereka
yang  memiliki  masa  kerja  sebagai  Pegawai Negeri  Sipil  yang lebih
banyak  dicantumkan  dalam  nomor  urut  yang lebih tinggi dalam Daftar
Urut Kepangkatan. 
Contohnya :
Pada  Biro  Kepegawaian  SETWILDA  Tingkat  I  Jawa  Barat terdapat  dua
orang  Pegawai  Negeri Sipil bernama  Gino  dan Husein  yang  berpangkat
sama  yaitu  Penata  Tingkat  I  golongan ruang  III/d terhitung  mulai  1
Oktober  1977  dengan  jabatan yang  sama  tingkatnya  yaitu  masing-masing
Kepala bagian sejak  1  April  1978.  Gino  diangkat  menjadi  Pegawai
Negeri Sipil  sejak  tanggal  1  Mei  1963, sedangkan  Husein  diangkat sejak
1  januari  1965.  Dlaam  hal  yang  sedemikian  nama  Gino dicantumkan
lebih  tinggi  dari  pada  Husein  dalam  Daftar  Urut Kepangkatan  pada  Biro
Kepegawaian SETWILDA  Tingkat  I Jawa Barat, karena masa kerja Gino
lebih banyak dari Husein. 
Masa  kerja  yang  diperhitungkan  dalam  Daftar  Urut  Kepangkatan, adalah
masa kerja yang dapat diperhitungkan untuk penetapan gaji.

d. LATIHAN JABATAN 
Apabila  ada  dua  orang  atau  lebih  Pegawai  Negeri  Sipil  yang berpangkat
sama  sebagaimana dimaksud  dalam  huruf  b,  memangku jabatan  yang
sama  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  c dan memiliki  masa  kerja
yang  sama  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf d,  maka  dari  antara
mereka  yang  pernah  mengikuti  latihan  jabatan yang  ditentukan  ,
dicantumkan  dalam  nomor  urut yang  lebih  tinggi dalam Daftar Urut
Kepangkatan. Apabila  jenis  dan  tingkat  latihan  jabatan  sama, maka  dari
antara mereka  yang  lebih  dahulu  lulus  dicantumkan  dalam  nomor  urut
yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan. 
Contohnya :
Pada  Inspektorat  jenderal  Departemen  Pendidikan  dan Kebudayaan
terdapat  4  orang  Pegawai Negeri Sipil  bernama Ismail,  Jakub,  Kasim,
dan  Leman  yang  berpangkat  sama  yaitu Pembina  Utama  Muda golongan
ruang  IV/c  terhitung  mulai tanggal  1  Oktober  19978,  dengan  jabatan
yang  sama  yaitu Inspektur  sejak  1  Mei  1976,  masuk  Pegawai  Negeri
Sipil  sejak 1  Juli  1955.  Ismail  mengikuti pendidikan  SESPA  LAN  pada
tahun 1976. Jakub  mengikuti  SESPA  LAN  pada  tahun  1977,  Kasim juga
mengikuti  pendidikan  SESPA  LAN  tahun  1977  tetapi  tidak lulus,
sedangkan  Leman  belum pernah  mengikuti  pendidikan latihan  jabatan.
Dalam  hal  yang  sedemikian  urutan  nama Pegawai  Negeri Sipil  tersebut
pada  Daftar  Urut  Kepangkatan Inspektorat  Jenderal  Pendidikan  dan
Kebudayaan dimulai dengan  nama  Ismail,  kemudian  menyusul  Jakub,
Kasim  dan seterusnya Leman. Tingkat  latihan  jabatan  yang  digunakan
sebagai  dasar  dalam  Daftar Urut  Kepangkatan  adalah sebagaimana
dimaksud  dalam  lampiran  III Surat Edaran ini.

e. PENDIDIKAN 
Apabila  ada  dua  orang  atau  lebih  Pegawai  Negeri  Sipil  yang berpangkat
sama  sebagaimana dimaksud  dalam  huruf  b,  memangku jabatan  yang
sama  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  c, memiliki masa  kerja  yang
sama  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  d,  dan lulus  dari  latihan
jabatan  yang  sama  sebagaimana  dimaksuid  dalam huruf  e,  maka  dari
antara  mereka  yang  lulus dari  pendidikan  yang lebih  tinggi  dicantumkan
dalam  nomor  urut  yang  lebih  tinggi  dalam Daftar Urut  Kepangkatan.
Apabila  tingkat  pendidikan  sama,  maka dari  antara  mereka  yang lebih
dahulu lulus dicantumkan  dalam  nomor urut yang lebih tinggi dalam Daftar
Urut Kepangkatan. 
Contohnya :
Pada  Direktorat  Jenderal  Pemerintahan  Umum  dan  Otonomi Daerah
Departemen  Dalam  negeri terdapat  3  orang  Pegawai Negeri  Sipil
bernama  Tina,  Mochtar,  J.  Napitupulu,  mereka memiliki pangkat  yang
sama,  yaitu Penata golongan ruang  III/c terhitung  mulai  1  Oktober  1978,
dengan  jabatan yang  sama yaitu  Kepala  Seksi  sejak  1  Januari  1979,
ketiga-tiganya diangkat  menjadi  calon  Pegawai Negeri  Sipil  sejak  1  April
1969,  sama-sama  diangkat  menjadi  Pegawai  Negeri  Sipil  sejak 1  Mei
1970,  sama-sama  mengikuti  dan  lulus  Kursus Perencanaan  tahun  1975.
Tina  memperoleh  gelar Sarjana Hukum  tahun  1967,  Mochtar  memperoleh
gelar  Sarjana Ekonomi  tahun  1966,  sedangkan  J. Napitupulu  memperoleh
gelar  Sarjana  Sosial  tahun  1968.  Dalam  hal  yang  sedemikian urutan
nama ketiga Pegawai Negeri Sipil tersebut di atas dalam Daftar  Urut
Kepangkatan  Direktorat  Jenderal Pemerintahan Umum  dan  Otonomi
Daerah  yang  teratas  adalah  Mochtar, kemudian Tina, dan seterusnya j.
Napitupulu. 
Tingkat  Ijazah/Akta/Diploma/STTB  yang  diperoleh  dari  suatu pendidikan
yang  dignakan  seabgai dasar  dalam  Daftar  Urut Kepangkatan,
adalahseabgaimana dimaksuddalam lampiran IV Surat Edaran ini.

f. USIA
Apabila  ada  dua  orang  atau  lebih  Pegawai  Negeri  Sipil  yang
berpangkat sama  sebagaimana dimaksud  dalam  huruf  b,  memangku
jabatan  yang sama  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  c, memiliki  masa
kerja  yang sama  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf  d,  lulus  dari
latihan  jabatan yang sama  sebagaimana  dimaksuid  dalam  huruf  e,  dan
lulus  dari pendidikan  yang  sama  sebagaimana dimaksud  dalam  huruf  f,
maka  dari antara  mereka  yang  berusia  lebih  tinggi  dicantumkan  dalam
nomor  urut yang lebih tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan.
Contohnya :
Pada  Biro    Keuangan  Sekretariat  Jenderal  Departemen  Sosial terdapat  2
orang  Pegawai  Negeri Sipil bernama  Oberlin  dan Poernomo  dengan
pangkat  yang  sama  Penata  Muda  tingkat  I golongan  ruang III/d  terhitung
mulai  tanggal  1  Oktober  1978, Jabatan  kepala  Sub  Bagian  sejak  1  Mei
1966,  dua-duanya memperoleh  Sarjana  Ekonomi  pada  tahun  1965,  belum
pernah mengalami  latihan  jabatan. Operlin  lahir  tanggal  9  Juli  1935,
sedangkan  Poernomo  lahir  tanggal  5  Mei  1973.  Dalam  hal  yang
sedemikian  urutan  nama  mereka  dalam  Daftar  Urut  Kepangkatan Biro
Keuangan  Sekretariat  Jenderal Departemen  Sosial  dimulai dengan  nama
Oberlin  karena  dia  lebih  tua  usia  dari  pada Poernomo.

4. Keberatan atas penentuan nomor urut DUK

Daftar  Urut  Kepangkatan  yang  telah  ditetapkan, diumumkan  dengan  cara


sedemikian  rupa  sehingga Pegawai  Negeri  Sipil  yang  bersangkutan  dapat dengan
mudah membacanya. Namun bila terdapat keberatan terhadap nomor urut tersebut
dapat mencermati hal berikut ini.

a. Apabila  ada  Pegawai  Negeri  Sipil  yang  berkeberatan  atas  nomor  urut dalam
Daftar  Urut Kepangkatan,  maka  Pegawai  Negeri  Sipil  yang bersangkutan  berhak
mengajukan  keberatan secara  tertulis  kepada  Pejabat Pembuat  Daftar  Urut
Kepangkatan  yang  bersangkutan  melalui hirarki.

b. Keberatan  sebagaimana  dimaksud  dalam  huruf a diatas, harus sudah diajukan


dalam  jangka waktu  30  (tiga  Puluh)  hari  terhitung  mulai diumumkan  Daftar
Urut  Kepangkatan.  Keberatan yang  diajukan  melebihi jangka waktu 30 (tiga puluh)
hari tidak dipertimbangkan. 

c. Pejabat  Pembuat  Daftar  Urut  Kepangkatan  wajib  mempertimbangkan dengan


seksama keberatan ang diajukan olehPegawai Negeri Sipil dalam lingkungannya
masing-masing. 

d. Apabila  keberatan  yang  diajukan  mempunyai  dasar-dasar  yang  kuat,  maka


Pejabat  Pembuat Daftar  Urut  Kepangkatan  menetapkan  Perubahan  nomor urut
dalam  Daftar  Urut  Kepangkatan sebagaimana  mestinya  dan memberitahukan
kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

e. Apabila  keberatan  yang  diajukan  tidak  mempunyai  dasar-dasar  yang  kuat, maka
Pejabat Pembuat  Daftar  Urut  Kepangkatan  menolak  keberatan tersebut  secara
tertulis.
f. Perubahan  nomor  urut  atau  penolakan  atas  keberatan  sebagaimana dimaksud  di
atas,  harus sudah  ditetapkan  dan  diberitahukan  oleh  Pejabat Pembuat  Daftar  Urut
Kepangkatan  kepada Pegawai  Negeri  Sipil  yang bersangkutan  dalam  jangka
waktu  14  (empat  belas)  hari  terhitung mulai tanggal ia menerima surat keberatan
tersebut.

g. Apabila  Pegawai  Negeri  Sipil  yang  bersangkutan  merasa  tidak  puas  atas
penolakan  keberatan yang  diajukan  ,  maka  ia  dapat  mengajukan  keberatan
banding  secara  tertulis  kepada  Atasan Pejabat  Pembuat  Daftar  Urut Kepangkatan
melalui  hirarki  disertai  dengan  alasan-alasan  yang lengkap. 

h. Keberatan  tersebut  harus  sudah  diajukan  dalam  jangka  waktu  14  (empat belas)
hari  terhitung mulai  ia  menerima  penolakan  atas  keberatan  tersebut. Keberatan
yang  diajukan  melebihi  jangka waktu  14  (empat  belas)  hari tidak
dipertimbangkan.

i. Keberatan  atas  nomor  urut  Daftar  Urut  Kepangkatan  diajukan  melalui hirarki,
oleh  sebab  itu keberatan  tersebut  dikirim  kepada  Atasan  Pembuat Daftar  Urut
Kepangkatan  melalui  Pejabat Pembuat  Daftar  Urut Kepangkatan.  Pejabat  Pembuat
Daftar  Urut  Kepangkatan  wajib mempelajari  dengan  seksama  keberatan  Pegawai
Negeri  Sipil  yang bersangkutan dan membuat tangapan terakhir atas keberatan itu. 

j. Tanggapan  yang  dimaksud  disampaikan  kepada  Atasan  Pejabat  Pembuat Daftar


Urut Kepangkatan  bersama-sama  dengan  surat  keberatan  dari Pegawai Negeri Sipil
yangbersangkutan. 

k. Atasan  pejabat  Pembuat  Daftar  Urut  Kepangkatan  yang  menerima keberatan  atas
nomor  urut dalam  Daftar  Urut  Kepangkatan,  wajib mempertimbangkan dengan
seksama keberatan tersebut.

l. Apabila  terdapat  alasan-alasan  yang  kuat,  maka  Atasan  Pejabat  pembuat Daftar
Urut epangkatan menetapkan perubahan nomor urut dalam Daftar Urut  Kepangkatan
yang  bersangkutan, dan  memberitahukannya  secara tertulis  kepada  pejabat
pembuat  Daftar  Urut  Kepangkatan  dan Pegawai Negeri  Sipil  yang  bersangkutan.

m. Apabila  tidak  terdapat  alasan-alasan  yang  kuat,  maka  Atasan  Pejabat pembuat
Daftar  Urut Kepangkatan  menolak  keberatan  tersebut  dan memberitahukannya
secara  tertulis  kepada Pejabat  pembuat  Daftar  Urut Kepangkatan  dan  Pegawai
Negeri  Sipil  yang  bersangkutan secara tertulis.
n. Perubahan  nomor  urut  atau  penolakan  atas  keberatan  sebagaimana dimaksud  di
atas,  harus sudah  ditetapkan  dan  diberitahukan  oleh  Atasan pejabat Pembuat
Daftar  Urut Kepangkatan epada Pejabat Pembuat Daftar Urut  Kepangkatan  dan
Pegawai  Negeri  Sipil  yang  bersangkutan dalam jangka  waktu  14  (emapt  belas)
hari  terhitung  mulai  tanggal  ia  menerima surat keberatan tersebut. 

o. Terhadap  perubahan  nomor  urut  dalam  Daftar  Urut  Kepangkatan  atau penolakan
atas keberatan  yang  ditetapkan  oleh  Atasa  pejabat  Pembuat Daftar Urut
Kepangkatantidak dapat diajukan keberatan. 

p. Terhadap  Daftar  Urut  Kepangkatan  yang  ditanda  tangani  sendiri  oleh Menteri,
Jaksa  Agung, Pimpinan  Kesekretariatan  Lembaga Tertinggi/Tinggi  Negara,
Pimpinan    Lembaga  Pemerintah Non Departemen,  dan  Gubernur  Kepala  Daerah
Tingkat  I,  tidak  dapat  diajukan keberatan.

5. Perubahan dan penghapusan nomor urut DUK

PERUBAHAN 

a. Setiap  mutasi  Kepegawaian  yang  mengakibatkan  perubahan  nomor  urut dalam


Daftar  Urut Kepangkatan,  umpamanya  kenaikan  pangkat, penurunan  pangkat,
pengangkatan  dalam  jabatan, pengangkatan  menjadi Pegawai  Negeri  Sipil,
pemindahan  ,  pemberhentian,  meninggal  dunia, dan lain-lain dicatat dalam Daftar
Urut Kepangkatan yang bersangkutan.

b. Untuk  memudahkan  pemeliharaan  Daftar  Urut  Kepangkatan,  maka perubahan-


perubahan  karena mutasi  Kepegawaian,  pencatatannya  cukup dengan  menuliskan
jenis  mutasi  Kepegawaian  dan tanggal  berlakunya pada lajur yang disediakan. 

PENGHAPUSAN 
a. Nama  Pegawai  Negeri  Sipil  dihapuskan  dari  Daftar  Urut  Kepangkatan oleh
karena : (1) Diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil; (2)  Meninggal dunia; (3)
Pindah instansi.

b. Penghapusan  nama  tersebut  dilakukan  pada  waktu  penyusunan  Daftar Urut


Kepangkatan untuk tahun berikutnya.
Contohnya :

Pada  Departemen  Perindustrian  seorang  Pegawai  Negeri  Sipil bernama  Amat


diberhentikan  sebagai Pegawai  Negeri  Sipil  pada akhir  bulan  Maret  1979,  dalam
hal  yang  sedemikian,  nama  Amat dihapuskan  dari  Daftar  Urut  Kepangkatan
dalam  tahun  1980  yang disusun pada akhir tahun 1979.

A. Rangkuman

Daftar Urut Kepangkatan (DUK) adalah suatu daftar yang memuat nama
Pegawai Negeri Sipil dan suatu satuan organisasi Negara yang disusun menurut
tingkatan. DUK juga adalah salah satu bahan objektif untuk melaksnakan pembinaan
karier PNS berdasarkan system karier dan system prestasi kerja. Oleh karena itu DUK
perlu dibuat dan dipelihara secara terus menurus. Landasan hukum dari Daftar Urut
Kepangkatan (DUK) adalah Pasal 18 ayat 5 dan pasal 20 UPK 1974, Peraturan
Pemerintah Nomor 5 tahun 1979 tentang daftar urut kepengkatan pegawai negeri sipil
(PNS), UU RI No. 43 Tahun 1999 dan Surat Edaran Kepala BAKN No. 03 Tahun
1980.

Pembuatan DUK (daftar urut kepangkatan) dibuat untuk seluruh pegawai


negeri sipil dari satuan organisasi Negara. Daftar urut kepangkatan dibuat sekali
setahun. Pejabat pembuat DUK yaitu Menteri, jaksa agung, pimpinan kesekretariasan
lembaga tertinggi Negara, pimpinan pemerintah nondepartemen, gubernur, dan
pejabat lain yang ditentukan oleh presiden, membuat dan memelihara DUK dalam
lingkungan masing-masing yang dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya
kepada pejabat lain dalam lingkungan kekuasaanya untuk membuat dan memelihara
DUK dalam lingkungan masing-masing. Pejabat yang dapat diberi wewenang untuk
membuat dan memlihara DUK tersebut serendah-rendahnya setingkat dengan pejabat
yang memangku jabatan structural eselon antara lain penilik sekolah dasar, penilik
pendidikan agama, kepala sekolah dasar. DUK untuk pegawai yang diperbantukan,
dibuat oleh instansi yang menerima bantuan dan yang memberi bantuan. DUK untuk
pegawai negeri sipil di luar jabatan organic tetap dicantumkan dalam DUK instansi
yang bersangkutan. Calon pegawai negeri sipil tidak dicantumkan dalam DUK dan
DUK secara nasional dibuat oleh BAKN, untuk golongan IV/a sampai dengan
golongan IV/c.

Penentuan no. Daftar  Urut  Kepangkatan  tidak  boleh  ada  2  (dua)  nama  Pegawai
Negeri  Sipil  yang  sama nomor  urutnya,  maka  untuk  menentukan  nomor urut
yang  tepat  dalam  satu  Daftar  Urut  Kepangkatan diadakan  ukuran secara berturut-
turut yaitu pangkat, jabatan, masa kerja, latihan jabatan, pendidikan, dan usia.

Pegawai negeri sipil yang merasa nomor urutnya dalam DUK tidak tepat,
dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada pejabat pembuat DUK yang
bersangkutan melalui hierarki. Pernyataan keberatan itu harus sudah diajukan dalam
waktu 30 hari terhitung mulai diumumkannya DUK, dan jika melewati batas itu maka
keberatan akan ditolak. Pejabat pembuat DUK wajib mempertimbangkan dengan
seksama keberatan yang diajukan oleh pegawai negeri sipil dalam lingkungan masing-
masing. Apabila keberatan yang diajukan itu mempunyai dasar-dasar yang kuat,
pejabat pembuat DUK menetapkan perubahan nomor urut dalam DUK sebagaimana
mestinya, kemudian memberitahukan kepada pegawai negeri sipil yang bersangkutan.

Perubahan atau penolakan atas keberatan diberitahukan oleh pejabat pembuat


DUK kepada pegawai negeri sipil dalam waktu 14 hari terhitung mulai tanggal ia
menerima surat keberatan tersebut. Keberatan atas penolakan disampaikan oleh
pegawai negeri sipil kepada atasan pejabat pembuat DUK melalui hierarki, dan
dilakukan dalam waktu 14 hari terhitung mulai tanggal ia menerima penolakan atas
keberatan tersebut.

Pejabat pembuat DUK kemudian membuat tanggapan dan mengajukan kepada


atasan pejabat pembuat DUK yang bersangkutan, dan disampaikan dalam waktu 3
hari kerja terhitung mula tanggal ia menerima suart keberatan tersebut.

Atasan pejabat pembuat DUK wajib mempertimbangkam secara seksama.


Perubahan atau penolakan dari atasan pejabat pembuat DUK harus segera
diberitahukan kepada pejabat pembuat DUK, dalam waktu 14 hari terhitung mulai
tanggal ia menerima surat tersebut, dan tidak dapat diajukan keberatan lagi. Terhadap
DUK yang ditandatangani sendiri oleh menteri, jaksa agung, pimpinan kesekretariatan
lembaga tertinggi/tinggi Negara, pimpinan lembaga pemerintah nondepartemen, dan
gubernur, tidak dapat diajukan keberatan. 

Setiap  mutasi  Kepegawaian  yang  mengakibatkan  perubahan  nomor  urut


dalam  Daftar  Urut Kepangkatan,  misalnya  kenaikan  pangkat, penurunan  pangkat,
pengangkatan  dalam  jabatan, pengangkatan  menjadi Pegawai  Negeri  Sipil,
pemindahan  ,  pemberhentian,  meninggal  dunia, dan lain-lain dicatat dalam Daftar
Urut Kepangkatan yang bersangkutan. Untuk  memudahkan  pemeliharaan  Daftar
Urut  Kepangkatan,  maka perubahan-perubahan  karena mutasi  Kepegawaian,
pencatatannya  cukup dengan  menuliskan  jenis  mutasi  Kepegawaian  dan tanggal
berlakunya pada lajur yang disediakan. 

Penghapusan nama Pegawai Negeri Sipil dihapuskan dari Daftar Urut


Kepangkatan (DUK) oleh karena diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil,
meninggal dunia, dan pindah instansi. Penghapusan nama tersebut dilakukan pada
waktu penyusunan Daftar Urut Kepangkatan untuk yahun berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai