Anda di halaman 1dari 48

Sejarah perjalanan bangsa Indonesia sekarang ini tidak bisa dilepaskandari proses berdiri,

berkembang, dan jatuhnya kerajaan-kerajaan yang pernah ada di bumi Nusantara. Seperti
diketahui, perkembangan bangsa Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya bangsa lain. Hal
ini karena letak wilayah Nusantara yang menjadi jalur lalu lintas perdagangan dunia.
Kebudayaan yang masuk ke wilayah Nusantara, antara lain dipengaruhi oleh agama-agama
besar di dunia, yaitu Hindu, Budha, dan Islam. Untuk itulah kerajaan-kerajaan yang ada di
wilayah Nusantara tidak bisa lepas dari pengaruh agama tersebut di atas. Untuk lebih
jelasnya, uraian di bawah ini akan membahas tentang tokoh-tokoh sejarah sesuai dengan
masa kerajaan dan pengaruh agama yang memegang peranan penting.
Sejarah para tokoh itu terttulis dalam berbagai prasasti maupun karya sastra para pujangga
kraton. mereka, para tokoh sejarah itu adalah para pelaku utama dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia. Siapa sajakah tokoh sejara bangsa Indonnesia pada masa kerajaan Hindu ,
Buddha, dan Islam? Mari kita pelajari bab ini.
A. Tokoh Sejarah pada Masa Hindu di Indonesia
         Tokoh-tokoh pada masa Hindu di Indonesia diantaranya adalah:
1. Aswawarman
        Aswawarman adalah raja Kutai kedua. Ia menggantikan Kudungga  sebagai raja.
Sebelum masa pemerintahan Aswawarman, Kutai menganut kepercayaan animisme (percaya
roh halus). Ketika Aswawarman naik tahta, agama Hindu mulai masuk ke Kutai. Pengaruh
agama Hindu tampak pada tatanan masyarakat, upacara keagamaan, dan pola pemerintahan
Kerajaan Kuati.
2. Mulawarman
     Mulawarman menggantikan Aswawarman sebagai raja Kutai. Mulawarman menganut
agama Hindu. Kemungkinan besar pada masa pemerintahan Mulawarman telah ada orang
Indonesia asli yang menjadi pendeta Hindu.  Mulawarman memiliki hubungan baik denga 
para Brahmana. Hal ini dibuktikan dengan semua yupa dibuat oleh para pendeta Hindu.
3. Purnawarman
     Purnawarman merupakan raja Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara
merupakan kerajaan tertua kedua di Indonesia setelah Kerajaan Kutai. Pernawarman
memeluk agama Hindu yang menyembah Dewa Wisnu. Prasati-prasati kerajaan
tarumanegara banyak menceritakan kebesaran Raja Purnawarman. Dalam Prasari Ciareuten
terdapat jejak kaki Wisnu dan dinyatakan sebagai telapak kaki Raja Purnawarman. Bukti
keberhasilan kepemimpinan Raja Purnawarman adalah tercermin dalam Prasati Tugu, yang
menceritakan pembangunan saluran air utnuk pengairan dan pencegahan banjir.
4. Airlangga 
     Airlangga adalah Raja Kahuripan. Beliau memerintah pada tahun 1019-1949. Airlangga
merupakan salah satu raja terbesar dalam sejarah di Indonesia. Dalam patung-patung lama
beliau sering digambarkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu yang mengendarai garuda.
5. Jayabaya
      Jayabaya adalah raja terbesar Kerajaan Kediri ( Kerajaan Panjalu). Beliau memerintah
tahun 1135-1157. Raja Jayabaya terkena dengan ramalannya yang terkenal dengan anan
Jangka Jayabaya. Keberhasilan Raja Jayabaya dapat dilihat dari hasil sastra pada masa
pemerintahannya. Atas perintahnya, para pujanggga berhasil membuat kitab Bharatayuda
yang ditulis oleh Empu Sedah dan diselesaikan oleh empu Panuluh. Kitab ini bermaksud
mengabadikan kebesaran Raja Jayabaya.
6. Ken Arok
       Ken Arok adalah pendiri Kerajaan singasari. Beliau juga cikal bakal raja-raja
Majapahit.Ken Arok dinobatkan sebagai Raja Kediri pada tahun1222 dengan gelar Sri
Ranggah Rajasa Amurwabumi. Nama Kerajaanya adalah Singasari. Ken Arok tdak lama
memerintah Singasari. Pada tahun 12227 beliau dibunuh oleh suruhan Anuspati, anak tirinya.
7. Anusoati dan Panji Tohjaya
      Anuspati bukan anak Ken Dedes dan Ken Arok, melainkan anak Ken Dedes dan Tunggul
Ametung. Setelah dewasa, beliau mengetahui bahha ayah kanudngnya dibunuh oleh Ken
Arok. Kemudian Ken Arok meninggal dan Anuspati menjadi raja. Ia memerintah selama 21
tahun (1227-1248). Kemudian ia dibunuh oleh Panji Tohjaya ( puta Ken Arok dengan Ken
Umang).
8. Wisnuwardhana
Sepeninggal Tohjaya, pada tahun 1248 juga Ragga Wuni dinobatkan menjadi Raja Singasari
dengan gelas Sri Jaya Wisnuwardhana. Ia didampingi oleh Mahisa Campala ( bergelar
Narasimhamurti). Setelah Wisnuwardhana meninggal, ia digantikan oleh Kertanegara.
9. Raden Wijaya ( 1293-1309)
        Ia masih keturunan Ken Arok hasil perkawinan dengan Ken Dedes. Ia merupakan raja
pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.
10. Jayanegara ( 1309-1328)
       Putra Raden Wijaya ini naik tahta dalam usia muda. Pada masa ini banyak terjadi
pemberontakan, salah atunya oleh Namdi dan Kunti. Raja mengungsi ke Bedander dikawal
oleh panglima pasukan yaiut Gajah Mada. Berkat kecerdikan Gajah Mada, pemberontak
berhasil ditumpas. Pada tahun 1328 raja meninggal karena  dibunuh oleh tabib insatan yang
bernama Tanca.
11. Tribuanatunggadewi (1328-1350)
         Putri Raden Wijaya dari  Gayatriyang bernama Tribuanatunggadewi dinobatkan sebagai
raja. Pada masa ini juga banyak pemberontakan, namun bisa ditumpas oleh Gajah Mada.
Akhirnya Gajah Mada diangkat menjadi patih.
12. Hayam Wuruk
        Tahun 1350Tribuanatunggadewi mundur dan digantikan oleh putranya yang bernama
Hayam Wuruk. Ia bergelar Sri Rajasanegara. Pada masa inilah Majapahit mencapai masa
kejanyaanya. WIlayahnya meliputi negara Indonesia dan diperluas sampai negara tetangga di
Asia Tenggara
13. Gajah Mada
       Gajah Mada adalah patih mangku bumi ( maha patih) Kerajaan Majapahit. terkenal
dengan Sumpah Palapa yang isisnya ingin mempersatukan Nusantara diawah kekuasaan
Majapahit.

Maha Patih Gajah Mada

B. Tokoh-Tokoh Sejarah pada Masa Kejayaan Buddha di Indonesia


1. Ratu Sima
         Ratu Sima adalah ratu di Kerajaan Holing atau Kerajaan Kalingga. Beliau memerintah
dengan baik, keras tapi adil. Barang jatuh dijalan tidak ada yang berani menyentuhnya.
Rakyat Kerajaan Kalingga hidup aman dan sejahtera.
2. Syailendra nda Samaratungga
          Nama Syailendra berasal dari kata Syaila yang berarti gunung , indra berarti raja.
Dimasa Raja Samaratungga, Dinasti SYailendra mencapai puncak kejayaan dalam agama,
kebudayaan dan ekonomi. Terbukti dengan hasil peninggalan sejarah yang ada sampai
sekarang seperti candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Sewu.
3. Balaputradewa
        Pada jaman pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya menjalin hubungan dagang dengan
kerajaan di Jawa, Semenanjung Malaya dan Cina.
4. Sakyakirti
         Sakyakirti adalah seorang mahaguru Buddha di Kerajaan Sriwijaya. Menurut kesaksian
I-Tsing, Sriwijaya telah menjadi pusat agama Buddha.
5. Kertanegara
           Kertanegara adalah raja terakir Kerajaan  Singasari. Beliau adalah cicit Ken Arok.
Kertanegara memerintah pada tahun 1268-1292.  kertarajasa bergelar Sri Kertanegara
Wikrama Dharmotungga.

C.Tokoh-Tokoh Sejarah pada Masa Kejayaan Islam di Indonesia


         Tokoh-tokoh sejarah pada masa Islam di Indonesia dapat dibedakan menjadi kelompok
raja (umara) dan kelompok cendekiawan (ulama). Berikut tokoh-tokoh berdasarkan
kerajaannya.

TOKOH-TOKOH SEJARAH HINDU-BUDHA DAN ISLAM


A. Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu

1. Aswawarman

Aswawarman adalah raja Kutai kedua. Ia menggantikan Kudungga sebagai raja. Sebelum
masa pemerintahan Aswawarman, Kutai menganut kepercayaan animisme. Ketika
Asmawarman naik tahta, ajaran Hindu masuk ke Kutai. Kemudian kerajaan ini menganut
agama Hindu. Aswawarman dipandang sebagai pembentuk dinasti raja yang beragama
Hindu. Agama Hindu masuk de dalam sendi kehidupan Kerajaan Kutai. Keturunan
Aswawarman memakai nama-nama yang lazim digunakan di India. Pengaruh Hindu juga
tampak pada tatanan masyarakat, upacara keagamaan, dan pola pemerintahan Kerajaan Kutai.

2. Mulawarman

Mulawarman menggantikan Aswawarman sebagai raja Kutai. Mulawarman menganut agama


Hindu. Kemungkinan besar pada masa pemerintahan Mulawarman telah ada orang Indonesia
asli yang menjadi pendeta Hindu. Dengan demikian upacara keagamaan tidak lagi dipimpin
oleh Brahmana dari India. Mulawarman mempunyai hubungan baik dengan kaum Brahmana.
Hal ini dibuktikan karena semua yupa dibuat oleh pendeta Hindu. Mereka membuatnya
sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Raja Mulawarman. Sanga raja telah melindungi
agama Hindu dan memberikan banyak hadiah kepada kaum brahmana. Agama Hindu dapat
berkembang pesat di seluruh wilayah Kerajaan Kutai.

3. Purnawarman

merupakan raja Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua


setelah Kerajaan Kutai. Purnawarman memeluk agama Hindu yang menyembah Dewa
Wisnu.

Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara banyak menceritakan kebesaran Raja


Purnawarman. Dalam Prasasti Ciaruteun terdapat jejak tapak kaki seperti tapak kaki Wisnu
dan dinyatakan sebagai tapak kaki Raja Purnawarman. Di bawah kepemimpinan Raja
Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara dan rakyatnya berjalan baik dan teratur. Bukti
keberhasilan kepemimpinan ini tercermin dalam Prasasti Tugu. Di prasasti itu diceritakan
pembangunan saluran air untuk pengairan dan pencegahan bajir.

4. Airlangga

Airlangga adalah Raja Kahuripan. Beliau memerintah pada tahun 1.019-1.049. Airlangga
sebenarnya putera raja Bali. Beliau dijadikan menantu oleh Raja Darmawangsa. Ketika
pernikahan berlangsung, Kerajaan Kahuripan diserang bala tentara dari Wurawuri. Airlangga
dan dibeberapa pengiringnya berhasil melarikan diri.

Airlangga menyusun kekuatan untuk mengusir musuh. Usaha tersebut berhasil. Bahkan,
Airlangga berhasil memperkuat kerajaan Kahuripan dan memakmurkan rakyatnya. Airlangga
sebenarnya merupakan gelar yang diterima karena beliau berhasil mengendalikan air sungai
Brantas sehingga bermanfaat bagi rakyat.

Ketika sudah tua, Airlangga mengundurkan diri dari pemerintahan. Beliau pergi ke gunung
untuk menjadi petapa. Sebagai petapa beliau bergelar Jatiningrat. Urusan pemerintahan
diserahkan kepada dua orang puteranya. Namun kedua puteranya bersaing memperebutkan
kekuasaan. Airlangga memerintahkan Empu Baradah untuk membagi kerajaan menjadi dua,
yakni Panjalu (Kadiri) dan Jenggala. Sungai Brantas menjadi batas kedua kerajaan baru itu.

Airlangga merupakan salah satu raja besar dalam sejarah Indonesia. Dalam patung-patung
lama, beliau sering digambarkan sebagai penjelmaan Wisnu yang mengendarai garuda.

5. Jayabaya

Jayabaya adalah raja terbesar dari Kerajaan Panjalu atau Kadiri. Beliau memerintah tahun
1135-1157 M. Namanya selalu dikaitkan dengan Jangka Jayabaya yang berisi ramalan-
ramalan tentang nasib Pulau Jawa.

Keberhasilan dan kemasyhuran Raja Jayabaya dapat dilihat dari hasil sastra pada masa
pemerintahannya. Atas perintahnya, pujangga-pujangga keraton berhasil menyusun kitab
Bharatayudha. Kitab ini ditulis oleh Empu Sedah dan diselesaikan oleh Empu Panuluh. Kitab
Bharatayudha itu dimaksudkan untuk mengabadikan kebesaran raja dan memperingati
kemenangan-kemenangan Raja Jayabaya.

6. Ken Arok

Ken Arok adalah pendiri kerajaan Singasari. Beliau juga menjadi cikal bakal raja-raja
Majapahit. Mula-mula Ken Arok mengabdi kepada Awuku Tunggul Ametung di Tumapel.
Tumapel termasuk wilayah kerajaan Kediri. Ken Arok jatuh cinta kepada Ken Dedes, istri
Tunggul Ametung. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Kemudian ia memperistri Ken
Dedes dan menjadi penguasa di Tumapel.

Waktu itu di Kerajaan Kediri terjadi pertentangan antara raja dan kaum Brahmana. Kaum
Brahmana melarikan diri ke Tumapel dan mendapatkan perlindungan dari Ken Arok.
Kemudian, para brahmana menobatkan Ken Arok sebagai raja di Tumapel pada tahun 1222.
Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Amurwabhumi. Nama
kerajaannya adalah Singasari.

Berita pendirian Kerajaan Singasari membuat raja Kediri Kertajaya (Dandang Gendis) marah.
Kertajaya memimpin pasukan yang besar jumlahnya dari Kediri untuk menyerang Singasari.
Terjadilah pertempuran besar antara Kerajaan Kediri melawan Singasari di desa Ganter. Ken
Arok berhasil memenangkan pertempuran. Sejak saat itu, wilayah Kerajaan Kediri dikuasai
oleh Singasari.

Ken Arok tidak lama memerintah Singasari. Pada tahun 1227 beliau dibunuh oleh suruhan
Anusapati, anak tirinya.

7. Raden Wijaya

Raden Wijaya adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya bergelar
Kertarajasa Jayawardhana. Sebelum menjadi raja, adalah pemimpin tentara Singasari. Dalam
pertempuran melawan tentara Jayakatwang, pasukannya kalah. Beliau melarikan diri ke desa
Kudadu bersama para pengikutnya. Selanjutnya, beliau menyingkir ke Madura dan minta
bantuan Wiraraja, adipati Sumenep. Atas saran Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri
kepada Jayakatwang dan mengabdikan diri kepadanya.
Raden Wijaya diizinkan untuk membuka Hutan Tarik. Daerah inilah yang kemudian
berkembang menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya menyusun kekuatan untuk
menyerang Jayakatwang. Saat itu datang pasukan Kubilai Khan dari Cina dengan tujuan
menghancurkan Kerajaan Singasari. Mereka tidak mengetahui bahwa Kerajaan Singasari
sudah hancur. Hal ini dimanfaatkan Raden Wijaya untuk membalas dendam kepada
Jayakatwang.

Raden Wijaya bekerjasama dengan pasukan Kubilai Khan. Dalam waktu singkat, Kerajaan
Kediri hancur dan Raja Jayakatwang terbunuh. Setelah itu, Raden Wijaya bersama
pasukannya menyerang pasukan Kubilai Khan. Pasukan Kubilai Khan dapat dikalahkan
dengan mudah. Pasukan Kubilai Khan banyak yang tewas, sisanya melarikan diri. Setelah itu,
Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit.

Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 M. Beliau didarmakan (disemayamkan) di Candi Siwa
di Simping. Kedudukannya sebagai raja digantikan putranya, Kalagemet yang bergelar Sri
Jayanegara.

8. Gajah Mada

Gajah Mada adalah patih mangkubumi (maha patih) Kerajaan Majapahit. Namanya mulai
dikenal setelah beliau berhasil memadamkan pemberontakan Kuti. Gajah Mada muncul
sebagai seorang pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan Jayanegara (1309-1328).
Kariernya dimulai dengan menjadi anggota pasukan pengawal raja (Bahanyangkari). Mula-
mula, beliau menjadi Bekel Bahanyangkari (setingkat komandan pasukan). Kariernya terus
menanjak pada masa Kerajaan Majapahit dilanda beberapa pemberontakan, seperti
pemberontakan Ragga Lawe (1309), Lembu Sura (1311), Nambi (1316), dan Kuti (1319).

Pada tahun 1328 Raja Jayanegara wafat. Beliau digantikan oleh Tribhuanatunggadewi.
Sadeng melakukan pemberontakan. Pemberontakan Sadeng dapat ditumpas oleh pasukan
Gajah Mada. Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Maha Patih Majapahit pada tahun
1334. Pada upacara pengangkatannya, beliau bersumpah untuk menaklukkan seluruh
Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah itu dikenal dengan Sumpah Palapa.

Gajah Mada tetap menjadi Patih mangkubumi ketika Hayam Wuruk naik tahta. Beliau
mendampingi Hayam Wuruk menjalankan pemerintahan. Pada masa inilah Majapahit
mengalami masa Kejayaan. Wilayah Majapahit meliputi hampir seluruh Jawa, sebagian besar
Pulau Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur hingga
Papua.

9. Hayam Wuruk

Hayam Wuruk (1334-1389) adalah raja terbesar Majapahit. Beliau bergelar Sri Rajasanagara.
Beliau adalah Putra Ratu Tribhuanatunggadewi dan Kertawardana. Di bawah pemerintahan
beliau, Majapahit mengalami puncak kebesaran dan zaman keemasan. Pada masa itu,
Mahapatih Gajah Mada berhasil mempersatukan seluruh Nusantara. Daerah kekuasaan
Majapahit kurang lebih meliputi wilayah Indonesia saat ini. Perdagangan dengan luar negeri,
terutama Cina, mencapai kemajuan, begitu pula bidang kesusastraan, seni pahat, seni bangun,
kehakiman, dan agama.
Nama Hayam Wuruk terkenal dalam sejarah Indonesia karena dikisahkan dalam kitab
Negarakertagama yang disusun oleh Empu Prapanca. Peninggalan Majapahit yang terkenal
dari masa pemerintahan Hayam Wuruk antara lain himpunan kitab sejarah Singsari dan
Majapahit hasil karya Empu Prapanca, serta cerita sastra Arjunawiwaha dan Sutasoma
gubahan Empu Tantular. Salah satu peristiwa penting ketika Hayam Wuruk berkuasa adalah
kemenangan Majapahit dalam pertempuran melawan Kerajaan Sunda (Pajajaran) tahun 1351.
Perang tersebut dikenal dengan sebutan Perang Bubat. Setelah Hayam Wuruk wafat (1389),
Majapahit mengalami kemerosotan.

B.       Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Budha

1. Balaputradewa

Balaputradewa adalah raja Sriwijaya yang memerintah sekitar abad ke-9 atau ke-10 Masehi.
Beliau berasal dari keluarga Syailendra, yang berkuasa di Pulau Jawa mulai sekitar tahun
750. Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira dan ibunya bernama Tara. Balaputradewa
kemudian bergelar Sri Wirawairimathana.

Pada zaman pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya menjalin hubungan dagang dengan


kerajaan-kerajaan di Jawa, Semenanjung Malaya, dan Cina. Karena itu, nama Balaputradewa
juga dikenal di negeri lain. Di daerah Nalanda, India, nama Balaputradewa terpahat pada
prasasti di antara puing suatu wihara kuno. Di situ tercantum Suwarnadwipa, sebutan lain
bagi Pulau Sumatra atau Kerajaan Sriwijaya.

2. Sakyakirti

Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Buddha yang ada di Kerajaan Sriwijaya. Menurut
kesaksian I-Tsing Sriwijaya telah menjadi pusat agama Buddha. Di sana ada lebih dari seribu
pendeta yang belajar agama Buddha. Diperkirakan di Sriwijaya sudah berdiri sebuah
perguruan Buddha. Perguruan ini mempunyai hubungan baik dengan perguruan Buddha yang
ada di Nalanda, India.

3. Kertanegara

Kertanegara adalah raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Beliau adalah cicit Ken Arok.
Kertanegara memerintah tahun 1268-1292. Kertanegara bergelar Maharajadhiraja Sri
Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Kertanegara adalah raja yang sangat terkenal
baik dalam bidang politik maupun keagamaan. Dalam bidang politik, Jayanegara dikenal
sebagai raja yangmenguasai ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas
wilayah kerajaannya. Kertanegara menganut agama Buddha Tantrayana.

Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk menaklukkan Kerajaan Sriwijaya.


Pengiriman pasukan itu dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara memerintah,
Kerajaan Singasari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura (Kalimantan Barat), Jawa Barat
(Sunda), Madura, Bali, dan Gurun (bagian Indonesia Timur).

Pemerintahan Kertanegara berakhir ketika diserang oleh Jayakatwang dari Gelang-gelang.


Setelah Kertanegara gugur, seluruh kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.

C.        Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Islam


1.  Sultan Malik Al-Saleh

Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Sebelum
menjadi raja beliau bergelar Merah Sile atau Merah Selu. Beliau adalah putera Merah Gajah.
Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau
berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudra Pasai.

Merah Selu masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail, seorang Syarif Mekah.
Setelah masuk Islam, Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus
Saleh. Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.

2. Sultan Ahmad (1326-1348)

Sultan Ahmad adalah sultan Samudera Pasai yang ketiga. Beliau bergelar Sultan Malik Al-
Tahir II. Pada masa pemerintahan beliau, Samudera Pasai dikunjungi oleh seorang ulama
Maroko, yaitu Ibnu Battutah. Ulama ini mendapat tugas dari Sultan Delhi, India untuk
berkunjung ke Cina. Dalam perjalanan ke Cina Ibnu Battutah singgah di Samudera Pasai.

Ibnu Battutah menceritakan bahwa Sultan Ahmad sangat memperhatikan perkembangan


Islam. Sultan Ahmad selalu berusaha menyebarkan Islam ke wilayah-wilayah yang
berdekatan dengan Samudera Pasai. Beliau juga memperhatikan kemajuan kerajaannya.

3. Sultan Alauddin Riyat Syah

Sultan Alauddin Riyat Syah adalah sultan Aceh ketiga. Beliau memerintah tahun 1538-1571.
Sultan Alauddin Riyat Syah meletakan dasardasar kebesaran Kesultanan Aceh. Untuk
menghadapi ancaman Portugis, beliau menjalin kerja sama dengan Kerajaan Turki Usmani
dan kerajaankerajaan Islam lainnya. Dengan bantuan Kerajaan Turki Usmani, Aceh dapat
membangun angkatan perang yang baik.

Sultan Alauddin Riyat Syah mendatangkan ulama-ulama dari India dan Persia. Ulama-ulama
tersebut mengajarkan agama Islam di Kesultanan Aceh. Selain itu, beliau juga mengirim
pendakwah-pendakwah masuk ke pedalaman Sumatera, mendirikan pusat Islam di Ulakan,
dan membawa ajaran Islam ke Minang Kabau dan Indrapura. Sultan Alauddin Riyat Syah
wafat pada tanggal 28 September 1571.

4. Sultan Iskandar Muda (1606-1637)

Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah tahun 1606-1637.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami puncak kemakmuran dan
kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan memperoleh kemajuan ekonomi
melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat sampai Indrapura. Aceh meneruskan
perlawanan terhadap Portugis dan Johor untuk merebut Selat Malaka.

Sultan Iskandar Muda menaruh perhatian dalam bidang agama. Beliau mendirikan sebuah
masjid yang megah, yaitu Masjid Baiturrahman. Beliau juga mendirikan pusat pendidikan
Islam atau dayah. Pada masa inilah, di Aceh hidup seorang ulama yang sangat terkenal, yaitu
Hamzah Fansuri.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, disusun sistem perundang-undangan yang
disebut Adat Mahkota Alam. Sultan Iskandar Muda juga menerapkan hukum Islam dengan
tegas. Bahkan beliau menghukum rajam puteranya sendiri. Ketika dicegah melakukan hal
tersebut, beliau mengatakan, “Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan
dicari keadilan.” Setelah beliau wafat, Aceh mengalami kemunduran.

Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Jawa

Di pulau Jawa terdapat sembilan ulama pelopor dan pejuang pengembangan Islam. Mereka
adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan
Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati. Mereka lebih populer dengan
sebutan Wali Songo, yaitu:

1. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3. Sunan Bonang (Maulana Makdum Ibrahim)
4. Sunan Giri (Raden Paku)
5. Sunan Drajat (Syarifuddin)
6. Sunan Kalijaga (Raden Mas Syahid)
7. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)
8. Sunan Muria (Raden Umar Said)
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Tokoh-tokoh Sejarah Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku

Perkembangan Islam di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku juga terjadi melalui jalur
perdagangan. Perkembangan Islam di daerah ini semakin cepat karena peran putra-putra
daerah ini menuntut ilmu agama Islam ke Jawa. Ketika pulang mereka menjadi ulama yang
menyebarkan agama di daerahnya. Perkembangan Islam di wilayah ini ditandai dengan
berdirinya kerajaan Islam seperti Kesultanan Kutai Kertanegara, Ternate, dan Kerajaan
Gowa-Tallo. Beberapa tokoh dari sejarah perkembangan Islam di Kalimantan, Sulawesi, dan
Maluku antara lain sebagai berikut.

Dato ri Bandang dan kawan-kawan

Ada tiga mubalik asal Minangkabau yang merintis penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.
Mereka adalah Dato ri Bandang (Abdul Makmur Khatib Tunggal), Dato ri Patimang
(Sulaiman Khatib Sulung), dan Dato ri Tiro (Jawad Khatib Bungsu). Dato ri Bandang
bersama dengan Dato Suleman datang ke Kerajaan Gowa-Tallo untuk menyiarkan agama
Islam. Mereka berdua dengan giat mengenalkan agama Islam dan seluk-beluknya kepada
masyarakat setempat. Lambat laun, banyak masyarakat yang tertarik memeluk agama Islam.
Setelah masuk Islam Sultan Gowa tersebut bergelar Sultan Alauddin.

Sultan Alauddin

Sultan Alauddin adalah raja Gowa ke-14. Beliau adalah raja Gowa pertama yang memeluk
agama Islam. Beliau masuk Islam bersamaan dengan raja Tallo. Raja Tallo tersebut sekaligus
menjadi Mangkubumi Kerajaan Gowa. Setelah masuk Islam, raja Tallo itu dinamai Sultan
Abdullah Awwal al-Islam.

SetelahSultan Alauddin dan Mangkubuminya Sultan Abdullah Awwal al-Islam masuk Islam,
berangsur-angsur rakyat Gowa-Tallo juga di-islamkan. Sultan Alauddin juga berusaha
menyebarkan Islam ke kerajaan tetangganya. Kerajaan-kerajaan yang berhasil di-islam-kan
antara lain Kerajaan Soppeng (1607), Wajo (1610), dan Bone (1611). Beliau masih
melanjutkan penyebaran Islam ke Buton, Dompu (Sumbawa), dan Kengkelu (Tambora,
Sumbawa).

Tuan Tunggang Parangan

Tuan Tunggang Parangan adalah ulama yang menyebarkan agama Islam di Kerajaan Kutai
Kertanegara di Kalimantan Timur. Awalnya di kerajaan ini ada dua ulama yang melakukan
siar agama Islam yaitu Tuan Tunggang Parangan dan Dato ri Bandang. Namun setelah
beberapa lama, Dato ri Bandang kembali ke Makasar (Kerajaan Gowa- Tallo) melanjutkan
siar yang telah beliau rintis di sana. Tuan Tunggang Parangan tetap tinggal di Kutai.

Berkat ajaran Tuan Tunggang Parangan, Raja Aji Mahkota memeluk Islam. Hal itu diikuti
oleh putranya, Ai Di Langgar, yang menggantikan kedudukannya. Keislaman Raja Mahkota
diikuti juga oleh pangeran, hulubalang, dan seluruh rakyat Kutai. Penduduk yang enggan
masuk Islam semakin terdesak masuk ke pedalaman.

Kerajaan Kutai Kertanegara berganti nama menjadi Kesultanan Kutai Kertanegara. Ajaran
Islam berkembang pesat di kesultanan ini. Raja memberlakukan undang-undang kesultanan
yang berpedoman pada ajaran Islam.

Sultan Zainal Abidin

Zainal Abidin adalah raja Kerajaan Ternate (1486-1500). Beliau pernah pergi ke Giri, untuk
belajar agama Islam. Ketika kembali dari Giri, beliau berusaha memasukkan ajaran Islam
dalam pemerintahannya. Beliau juga berusaha memperluas pengajaran Islam untuk rakyat.
Beliau mendirikan pesantren dan mendatangkan guru-guru (ulama) dari Jawa. Selain itu,
Zainal Abidin juga berusaha menyebarkan Islam lewat ekspansi kekuasaannya.

PENINGGALAN SEJARAH HINDU-BUDHA DAN ISLAM


1. Kerajaan dan Peninggalan Hindu di Indonesia

A. Kerajaan-kerajaan hindu di Indonesia

1. Kerajaan Kutai:

Kerajaan kutai pertama kali didirikan oleh seorang raja yang bernama kudungga.

Beliau mempunyai anak yang bernama asmawarman dan mulawarman.

Raja yang terkenal dari kerajaan kutai adalah raja mulawarman.

Raja mulawarman pernah memberikan 20.000 ekor sapi kepada para brahmana. Beliau
menyembah dewa siwa.

2. KerajaanTtarumanegara:

Kerajaan tarumanegara mempunyai seorang raja yang bijaksana yaitu raja purnawarman.
Pada masa pemerintahan raja purnawarman, kerajaan tarumanegara banyak meninggalkan
prasasti. Berikut prasasti tersebut

A.prasasti kebon kopi                                D.prasasti munjul

B.prasasti tugu                                           E.prasasti ciaruteun

C.prasasti jambu

3. Kerajaan Mataram Hindu:

Kerajaan mataram hindu di perintah oleh seorang raja yang bijaksana yaitu raja sanna.

Raja kerajaan mataram hindu yang terkenal adalah sanjaya. Kerajaan mataram hindu
meninggalkan sebuah prasasti yang di temukan di daerah
canggal.

4. Kerajaan Kediri:

Pendiri kerajaan Kediri adalah raja bameswara (1117 – 1130). Setelah wafat beliau
digantikan oleh jayabaya. Jayabaya adalah raja Kediri yang
terbesar. Jayabaya di kenal dengan ramalannya yang di sebut jangka  Jayabaya.

Raja Kediri yang terakhir adalah Kertajaya. Setelah kertajaya menjadi raja, kerajaan Kediri di
serang oleh ken arok dari kerajaan singosari. Serangan itulah yang membuat akhirnya riwayat
kerajaan Kediri.

5. Kerajaan Singosari:

Kerajaan singosari didirikan oleh ken arok tahun 1222 M. Sebelum menjadi raja, ken arok
pernah mengabdikan diri ke tumapel. Saat itu kerajaan
singosari dipimpin oleh tunggul amethung.
Setelah menjadi raja ken arok bergelar: sri ranggah rajasa sang amurwabumi.

Setelah wafat beliau digantikan oleh Anusapati. Raja setelah Anusapati ialah panji tohjaya.
Setelah panji tohjaya, rajanya ialah Kertanegara. Pada masa pemerintahan kertanegara,
kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya.

Kerajaan singosari diserang oleh raja Jayakatwang dari kerajaan Kediri.

Peninggalan Kerajaan singosari:

A.candi kidal=sebagai tempat pemakaman anusapati

B.candi jago=sebagai tempat pemakaman ranggawuni

C.candi kagenengan=sebagai tempat pemakaman ken arok

D.candi singosari=sebagai tempat pemakaman kertanegara

E.patung prajna paramita=sebagai tempat pemujaan terhadap ken dedes

6. Kerajaan Majapahit:

Kerajaan majapahit didirikan oleh Raden Wijaya. Raden Wijaya mempunyai tiga orang anak
yaitu:

A.bhre dara

B.bhre kahuripan

C.jayanegara

Setelah raden wijaya wafat,ia digantikan oleh puteranya yang bernama jayanegara. Pada
masa jayanegara inilah banyak pemberontakkan
terjadi. Pemberontakkan tersebut adalah:

A.Pemberontakkan ronggolawe(1903)

B.pemberontakkan sora(1906)

C.pemberontakkan nambi(1909)

D.pemberontakkan kuti(1911)

Setelah jayanegara wafat tanpa meninggalkan seorang putera


beliau digantikan oleh bhre kahuripan anak dari raden wijaya yang telah menjadi bhiksuni.
Setelah menjadi raja, bhre kahuripan bergelar tribuana tunggal dewi jayawishnu
wardhani.

Akhirnya tribuana tunggal dewi jayawishnu wardhani turun


tahta yang akhirnya di gantikan oleh puteranya yang bernama Hayam Wuruk. Pada saat itu
raja Hayam Wuruk baru berusia 16 tahun. Setelah menjadi raja, Hayam Wuruk bergelar
Rajasanegara. Kerajaan majapahit mempunyai mahapatih yang bernama Gajah Mada. Gajah
Mada
berhasil menumpas pemberontakkan kuti. Atas keahliannya itu gajah mada diangkat sebagai
perdana menteri Majapahit.

Gajah Mada menyebutkan Sumpah Palapa. Isi Sumpah Palapa adalah cita-cita Gajah mada
untuk mempersatukan nusantara di bawah kekuasaan
Majapahit. Gajah Mada membangun armada laut yang kuat. Armada laut majapahit dipimpin
oleh mpu nala.

Setelah gajah mada wafat kerajaan majapahit bingung untuk mencari penggantinya.

Sedikit demi sedikit kerajaan majapahit mengalami kemunduran. Keadaan kerajaan majapahit
semakin tidak menentu setelah raja hayam wuruk wafat.

B. Peninggalan sejarah Hindu di Indonesia

1. Candi

Candi adalah bangunan yang biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap.
Pada candi Hindu biasanya terdapat arca perwujudan tiga dewa utama dalam ajaran Hindu.
Tiga dewa itu adalah Brahma, Wisnu, dan Syiwa. Brahma adalah dewa pencipta, Wisnu dewa
pemelihara, dan Syiwa dewa pelebur. Pada dinding candi terdapat relief, yaitu gambar timbul
yang biasanya dibuat dengan cara memahat. Relief mengisahkan sebuah cerita.

Candi peninggalan Hindu yang terkenal adalah Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang.
Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 di perbatasan Yogyakarta dan Surakarta. Di
dalam candi ini terdapat patung Trimurti dan relief yang mengisahkan cerita Ramayana.
Tokoh dalam cerita Ramayana adalah Rama, Shinta, dan Burung Jatayu.

Candi-candi peninggalan agama Hindu

No. Nama Candi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Prambanan Yogyakarta Abad ke-7 M Mataram Lama
2 Dieng Dieng, Jawa Tengah Abad ke-7 M Mataram Lama
3 Badut Malang, Jawa Timur Tahun 760 M Kanjuruhan
4 Canggal Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
5 Gedong Sanga Jawa Tengah Abad ke-8 M Mataram Lama
6 Penataran Blitar, Jawa Timur Abad ke-11 M Kediri
7 Sawentar Blitar Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
8 Candi Kidal Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9 Singasari Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
10 Sukuh Karang Anyar, Jateng Abad ke-13 M Majapahit

2. Prasasti

Prasasti adalah benda peninggalan sejarah yang berisi tulisan dari masa lampau. Tulisan itu
dicatat di atas batu, logam, tanah liat, dan tanduk binatang. Prasasti peninggalan Hindu ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti tertua adalah Prasasti Yupa, dibuat
sekitar tahun 350-400 M. Prasasti Yupa berasal dari Kerajaan Kutai. Yupa adalah tiang batu
yang digunakan pada saat upacara korban. Hewan kurban ditambatkan pada tiang ini. Prasasti
Yupa terdiri dari tujuh batu bertulis. Isi Prasasti Yupa adalah syair yang mengisahkan Raja
Mulawarman. Berikut ini daftar prasasti-prasasti peninggalan kebudayaan Hindu.

Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Hindu

No. Nama Prasasti Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Kutai Kutai, Kaltim Abad ke-4 M Kutai
2 Ciaruteun Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Tugu Cilincing, Jakut Abad ke-5 M Tarumanegara
4 Jambu Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5 Kebon Kopi Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
6 Cidanghiang Pandeglang Abad ke-5 M Tarumanegara
7 Pasir Awi Leuwiliang, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
8 Muara Cianten Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
9 Canggal Magelang, Jateng Abad ke-7 M Mataram Lama
10 Kalasan Yogyakarta Tahun 732 M Mataram Lama
11 Dinoyo Malang, Jatim Tahun 760 M Mataram Lama
12 Kedu Temanggung, Jateng Tahun 778 M Mataram Lama
13 Sanur Bali Abad ke-9 M Bali

3. Patung

Wujud patung Hindu antara lain hewan dan manusia. Patung berupa hewan dibuat karena
hewan tersebut dianggap memiliki kesaktian. Patung berupa manusia dibuat untuk
mengabadikan tokoh tertentu dan untuk menggambarkan dewa dewi. Contoh patung
peninggalan kerajaan Hindu yang terkenal adalah Patung Airlangga sedang menunggang
garuda. Dalam patung itu, Airlangga digambarkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu.

Patung-patung peninggalan kerajaan Hindu

No. Nama Patung Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Trimurti – – –
2 Dwarapala Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Wisnu Cibuaya I Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
4 Wisnu Cibuaya II Cibuaya, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
5 Rajasari Jakarta Abad ke-5 M Tarumanegara
6 Airlangga Medang Kemulan Abad ke-10 M Medang Kemulan
7 Ken Dedes Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri
8 Kertanegara Jawa Timur Abad ke-12 M Singasari
9 Kertarajasa Mojekerto, Jatim Abad ke-13 M Majapahit

4. Karya sastra (kitab)

Karya sastra peninggalan kerajaan Hindu berbentuk kakawin atau kitab. Kitab-kitab
peninggalan itu berisi catatan sejarah. Umumnya karya sastra peninggalan sejarah Hindu
ditulis dengan huruf Pallawa dalam bahasa Sansekerta pada daun lontar. Karya sastra yang
terkenal antara lain Kitab Baratayuda dan Kitab Arjunawiwaha. Kitab Baratayuda dikarang
Empu Sedah dan Empu Panuluh. Kitab Baratayuda berisi cerita keberhasilan Raja Jayabaya
dalam mempersatukan Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kitab Arjunawiwaha berisi
pengalaman hidup dan keberhasilan Raja Airlangga. Berikut ini daftar kitab-kitab
peninggalan sejarah Hindu di Indonesia.

Kitab-kitab peninggalan sejarah Hindu

No. Nama Kitab Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Carita Parahayangan Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
2 Kresnayana Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
3 Arjunawiwaha Kahuripan, Jatim Abad ke-10 M Medang Kemulan
4 Lubdaka Kediri, Jatim Abad ke-11 M Kediri
5 Baratayuda Kediri, Jatim Abad ke-12 M Kediri

5. Tradisi

Tradisi adalah kebiasaan nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat saat ini.
Tradisi agama Hindu banyak ditemukan di daerah Bali karena penduduk Bali sebagian besar
beragama Hindu. Tradisi agama Hindu yang berkembang di Bali, antara lain:

1. Upacara nelubulanin ketika bayi berumur 3 bulan.


2. Upacara potong gigi (mapandes).
3. Upacara pembakaran mayat yang disebut Ngaben. Dalam tradisi Ngaben, jenazah
dibakar beserta sejumlah benda berharga yang dimiliki orang yang dibakar.
4. Ziarah, yaitu mengunjungi makam orang suci dan tempat suci leluhur seperti candi.

2. Kerajaan dan Peninggalan Budha di Indonesia

A. kerajaan-kerajaan Budha di Indonesia

1. Kerajaan Kalingga / Holing (Jawa Tengah)

Diperintah oleh Ratu Sima, rakyat hidup makmur dan tenteram. Tahun 664, datang seorang
pendeta Budha dari Cina bernama Hwining, ia menerjemahkan kitab-kitab agama Budha
Hinayana.

Rakyat Kalingga memeluk agama Budha Hinayana. Pendeta yang terkenal bernama
Juanabadra.

2. Kerajaan sriwijaya

Berdiri abad ke-7 M di Sumatera. Pusat kerajaan berada di Palembang, Sumatera Selatan (di
muara S. Musi) mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Balaputeradewa. Berita
tentang Sriwijaya dapat diketahui dari 5 buah prasasti :

 Prasarti Kedudukan dan Bukit dekat Palembang, Sumatera Selatan.


 Prasasti Talang Tuo dekat Palembang.
 Prasasti Telaga Batu dekat Palembang.
 Prasasti Kota Kapur di Pulau Bangka
 Prasasti Karang Berahi di daerah Jambi.
Wilayah Kerajaan Sriwijaya, yaitu hampir seluruh pulau Sumatera, Jawa Barat, Kalimantan
Barat, Semenanjung Melayu, Selat Malaka, Selat Karimata, Selat Sunda. Sehingga Sriwijaya
disebut kerajaan nasional pertama. Sriwijaya memiliki angkatan laut yang kuat dapat
menguasai selat Malaka, Karimata, dan Sunda sebagai jalur perdagangan India dan Cina
sehingga Sriwijaya disebut Kerajaan Maritim. I-Tsing adalah pendeta Budha berasal dari
Cina memperdalam agama Budha dan menterjemahkan kitab Suci Budha yang berbahasa
Sansekerta ke dalam bahasa Cina dan banyak menulis tentang Sriwijaya. Dua orang
mahaguru agama Budha dari India adalah Sakyakirti dan Dharmapala.

Keruntuhan Sriwijaya

Pada abad ke-11 (tahun 1025) kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Apalagi setelah
diserang oleh Raja Colamandala dari India Selatan. Raja Sanggarama Wijaya tunggawarman
ditawan oleh musuh. Pada tahun 1377, kerajaan Majapahit menyerbu kerajaan Sriwijaya.

Kejayaan Sriwijaya berhasil menjadi kerajaan besar karena faktor berikut :

1. Sriwijaya merupakan persimpangan dan pusat lalu lintas antara India dan Cina
2. Sriwijaya sebagai kerajaan maritim dan pusat perdagangan di Asia Tenggara
3. Sriwijaya sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha

Sriwijaya berhasil mendirikan bangunan suci. Bangunan suci antara lain : Candi Muara
Takus yaitu candi yang berbentuk stupa dari biara Bahal.

B. peninggalan sejarah kerajaan Budhadi Indonesia

1. Bidang Agama

a.  Agama Budha disebar di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

b.  Candi Borobudur sebagai tempat ibadah agama Budha.

2. Bidang Politik

Kerajaan yang bercorak Budha Sriwijaya di Sumatera dan Kalungga (Jawa Tengah)

3. Bidang Seni

a.  Candi

1. Candi Borobudur (Kab. Magelang, Provinsi Jawa Tengah).

Didirikan pada tahun 824 Masehi (746 Saka) oleh Raja Mataram bernama Samaratungga,
dari keturunan Syailendra. Candi ini didirikan untuk menghormati pendiri Dinasti Syailendra.
Raja-raja Syailendra menganut agama Budha Mahayana. Bangunan candi terdiri dari 10
tingkat yang dibangun menjadi 3 bagian. Seluruh bangunan candi memuat relief, antara lain :

1. Karmawibangga, yaitu relief yang menggambarkan berlakunya hukum sebab akibat


(karma) bagi yang melakukannya.
2. Lalitavistara, yaitu (kisah sandiwara). Kehidupan Budha yang bergelimang harta
hanyalah sandiwara belaka.
3. Awadana dan Jataka, relief ini menggambarkan tentang kehidupan Budha di masa lalu
(Awadana) dan kisah tentang perbuatan kepahlawanan orang-orang suci (Jataka).

Sejak ditemukan kembali tahun 1814, mulai dilakukan usaha-usaha perbaikan diantaranya :

 1907 – 1911, dipimpin Tb. Van Erp (orang Belanda).


 Tahun 1956, UNESCO mengirim utusan Dr. Coremans dari Belgia untuk penelitian
akibat kerusakan candi.
 Tahun 1971, Menteri Pendirikan dan Kebudayaan RI membentuk badan pemugaran
candi.
 Tahun 1973 – 1983, pemugaran ke-2 dan mendapat bantuan dari UNESCO.

2. Candi Mendut

Didirikan oleh Raja Indra tahun 824 terletak di sebelah timur Candi Borobudur. Ada 3 patung
Budha yaitu, Cakramurti (duduk bersila), Awalokiteswara dan Maitrya.

3. Candi Kalasan

Didirikan tahun 778 M oleh keluarga Syailendra sebagai bangunan suci Dewi Tara yang
diduga isteri dari Budha. Didalamnya terdapat arca Dewi Tara terbuat dari perunggu.

4. Candi-candi di Jawa Timur, antara lain : Candi Kidal (Malang) pada masa Raja Anusapati,
Candi Jago (Malang) pada masa Wisnuwardana, Candi Jawi (dekat Prigen) masa Kertanegara
sebagai Candi Siwa Budha, Candi Panataran (dekat Blitar).

5. Candi-candi Budha di Sumatera ; Komplek Candi Padang Lawas (Tapanuli), Candi Muara
Takus (Jambi).

6. Candi-candi Budha di Jawa Barat ; Candi Jiwo (Batu Jaya, Karawang), Candi Bindongan
(Karawang), Komplek Candi Cibuaya (Cibuaya, Karawang).

7. Candi-candi Budha di Jawa Tengah ; Candi Mendut (Magelang), Candi Pawon


(Magelang), Candi Borobudur (Magelang).

8.  Candi Budha di Yogyakarta ; Candi Sari, Candi Sewu, Candi Kalasan.

b.  Patung Budha

Wujudnya Sang Budha tampil dalam berbagai posisi, tiap posisi mengandung arti / makna
dan menghadap ke arah tertentu.

c. Prasasti

a) Kedukan Bukit (683), Pulau Talang Tuo (684), Pulau Telaga Batu. (ditemukan dekat
Palembang).

b) Pulau Kotakapur (dekat Bangka). Pulau Karang Berahi (dekat Jambi).


3.  Kerajaan dan Peninggalan Islam di Indonesia

A. kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

1. Kerajaan Perlak

Perlak adalah kerajaan Islam tertua di Indonesia. Perlak adalah sebuah kerajaan dengan masa
pemerintahan cukup panjang. Kerajaan yang berdiri pada tahun 840 ini berakhir pada tahun
1292 karena bergabung dengan Kerajaan Samudra Pasai. Sejak berdiri sampai bergabungnya
Perlak dengan Samudrar Pasai, terdapat 19 orang raja yang memerintah. Raja yang pertama
ialah Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225 – 249 H / 840 – 964 M). Sultan
bernama asli Saiyid Abdul Aziz pada tanggal 1 Muhharam 225 H dinobatkan menjadi Sultan
Kerajaan Perlak. Setelah pengangkatan ini, Bandar Perlak diubah menjadi Bandar Khalifah.

Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik
Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M).

Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat terutama dalam
bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiah. Sultan mengawinkan dua putrinya:
Putri Ganggang Sari (Putri Raihani) dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta
Putri Ratna Kumala dengan Raja Tumasik (Singapura sekarang).

Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah yang kemudian bergelar Sultan
Muhammad Syah.

Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian
digantikan oleh Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692
H/1263-1292 M). Inilah sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan
Kerajaan Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan
Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.

Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal ini terlihat dari adanya mata uang sendiri.
Mata uang Perlak yang ditemukan terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari
tembaga atau kuningan.

2. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Malik Al-saleh dan sekaligus sebagai raja pertama pada
abad ke-13. Kerajaan Samudera Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhok
Semawe sekarang (pantai timur Aceh).

Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang
pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.

(1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha
mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan
perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.

(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada
masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh
memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya,
Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya,
Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah
dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra
Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan
Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul
kemudian.

Catatan lain mengenai kerajaan ini dapat diketahui dari tulisan Ibnu Battuta, seorang
pengelana dari Maroko. Menurut Battuta, pada tahun 1345, Samudera Pasai merupakan
kerajaan dagang yang makmur. Banyak pedagang dari Jawa, Cina, dan India yang datang ke
sana. Hal ini mengingat letak Samudera Pasai yang strategis di Selat Malaka. Mata uangnya
uang emas yang disebur deureuham (dirham).

Di bidang agama, Samudera Pasai menjadi pusat studi Islam. Kerajaan ini menyiarkan Islam
sampai ke Minangkabau, Jambi, Malaka, Jawa, bahkan ke Thailand. Dari Kerajaan Samudra
Pasai inilah kader-kader Islam dipersiapkan untuk mengembangkan Islam ke berbagai
daerah. Salah satunya ialah Fatahillah. Ia adalah putra Pasai yang kemudian menjadi
panglima di Demak kemudian menjadi penguasa di Banten.

3. Kerajaan Aceh

Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh
Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.

Para pedagang kemudian lebih sering datang ke Aceh.

Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan,
disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut
golongan tengku atau teungku.

Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami
kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa
pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor,
Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di
samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut
Adat Mahkota Alam.

Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh
mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia
kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah
mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku,
serta antara golongan aliran syiah dan sunnah sal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil
menguasai Aceh pada tahun 1904.

Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di
Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat,
terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17
terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani,
Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.

Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.

Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan
menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan
sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

4. Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang dengan Peninggalannya

Demak adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan yang didirikan oleh Raden
Patah ini pada awalnya adalah sebuah wilayah dengan nama Glagah atau Bintoro yang berada
di bawah kekuasaan Majapahit. Majapahit mengalami kemunduran pada akhir abad ke-15.
Kemunduran ini memberi peluang bagi Demak untuk berkembang menjadi kota besar dan
pusat perdagangan. Dengan bantuan para ulama Walisongo, Demak berkembang menjadi
pusat penyebaran agama islam di Jawa dan wilayah timur Nusantara.

Sebagai kerajaan, Demak diperintah silih berganti oleh raja-raja. Demak didirikan oleh Raden
Patah (1500-1518) yang bergelar Sultan Alam Akhbar al Fatah. Raden Patah sebenarnya
adalah Pangeran Jimbun, putra raja Majapahit. Pada masa pemerintahannya, Demak
berkembang pesat. Daerah kekuasaannya meliputi daerah Demak sendiri, Semarang, Tegal,
Jepara dan sekitarnya, dan cukup berpengaruh di Palembang dan Jambi di Sumatera, serta
beberapa wilayah di Kalimantan. Karena memiliki bandar-bandar penting seperti Jepara,
Tuban, Sedayu, Gresik, Raden Patah memperkuat armada lautnya sehingga Demak
berkembang menjadi negara maritim yang kuat. Dengan kekuatannya itu, Demak mencoba
menyerang Portugis yang pada saat itu menguasai Malaka. Demak membantu Malaka karena
kepentingan Demak turut terganggu dengan hadirnya Portugis di Malaka. Namun, serangan
itu gagal.

Raden Patah kemudian digantikan oleh Adipati Unus (1518-1521). Walau ia tidak
memerintah lama, tetapi namanya cukup terkenal sebagai panglima perang yang berani.

Ia berusaha membendung pengaruh Portugis jangan sampai meluas ke Jawa. Karena mati
muda, Adipati Unus kemudian digantikan oleh adiknya, Sultan Trenggono (1521-1546). Di
bawah pemerintahannya, Demak mengalami masa kejayaan. Trenggono berhasil membawa
Demak memperluas wilayah kekuasaannya. Pada tahun 1522, pasukan Demak di bawah
pimpinan Fatahillah menyerang Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Baru pada tahun 1527,
Sunda Kelapa berhasil direbut. Dalam penyerangan ke Pasuruan pada tahun 1546, Sultan
Trenggono gugur.

Sepeninggal Sultan Trenggono, Demak mengalami kemunduran. Terjadi perebutan


kekuasaan antara Pangeran Sekar Sedolepen, saudara Sultan Trenggono yang seharusnya
menjadi raja dan Sunan Prawoto, putra sulung Sultan Trenggono. Sunan Prawoto kemudian
dikalahkan oleh Arya Penangsang, anak Pengeran Sekar Sedolepen.
Namun, Arya Penangsang pun kemudian dibunuh oleh Joko Tingkir, menantu Sultan
Trenggono yang menjadi Adipati di Pajang. Joko Tingkir (1549-1587) yang kemudian
bergelar Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke Pajang.

Kerajaannya kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Pajang.

Sultan Hadiwijaya kemudian membalas jasa para pembantunya yang telah berjasa dalam
pertempuran melawan Arya Penangsang. Mereka adalah Ki Ageng Pemanahan menerima
hadiah berupa tanah di daerah Mataram (Alas Mentaok), Ki Penjawi dihadiahi wilayah di
daerah Pati, dan keduanya sekaligus diangkat sebagai bupati di daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya yang banyak berjasa menundukkan daerah-daerah di Jawa Timur diangkat
sebagai wakil raja dengan daerah kekuasaan Sedayu, Gresik, Surabaya, dan Panarukan.

Ketika Sultan Hadiwijaya meninggal, beliau digantikan oleh putranya Sultan Benowo. Pada
masa pemerintahannya, Arya Pangiri, anak dari Sultan Prawoto melakukan pemberontakan.
Namun, pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh Pangeran Benowo dengan bantuan
Sutawijaya, anak angkat Sultan Hadiwijaya. Tahta Kerajaan Pajang kemudian diserahkan
Pangeran Benowo kepada Sutawijaya. Sutawijaya kemudian memindahkan pusat Kerajaan
Pajang ke Mataram.

Di bidang keagamaan, Raden Patah dan dibantu para wali, Demak tampil sebagai pusat
penyebaran Islam. Raden Patah kemudian membangun sebuah masjid yang megah, yaitu
Masjid Demak.

Dalam bidang perekonomian, Demak merupakan pelabuhan transito (penghubung) yang


penting. Sebagai pusat perdagangan Demak memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti
Jepara, Tuban, Sedayu, gresik. Bandar-bandar tersebut menjadi penghubung daerah penghasil
rempah-rempah dan pembelinya. Demak juga memiliki penghasilan besar dari hasil
pertaniannya yang cukup besar. Akibatnya, perekonomian Demak berkembang degan pesat.

5.  Kerajaan Mataram dan Peninggalannya

Sutawijaya yang mendapat limpahan Kerajaan Pajang dari Sutan Benowo kemudian
memindahkan pusat pemerintahan ke daerah kekuasaan ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, di
Mataram. Sutawijaya kemudian menjadi raja Kerajaan Mataram dengan gelar Panembahan
Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama.

Pemerintahan Panembahan Senopati (1586-1601) tidak berjalan dengan mulus karena


diwarnai oleh pemberontakan-pemberontakan. Kerajaan yang berpusat di Kotagede (sebelah
tenggara kota Yogyakarta sekarang) ini selalu terjadi perang untuk menundukkan para bupati
yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Mataram, seperti Bupati Ponorogo, Madiun,
Kediri, Pasuruan bahkan Demak. Namun, semua daerah itu dapat ditundukkan. Daerah yang
terakhir dikuasainya ialah Surabaya dengan bantuan Sunan Giri.

Setelah Senopati wafat, putranya Mas Jolang (1601-1613) naik tahta dan bergelar Sultan
Anyakrawati. Dia berhasil menguasai Kertosono, Kediri, dan Mojoagung. Ia wafat dalam
pertempuran di daerah Krapyak sehingga kemudian dikenal dengan Pangeran Sedo Krapyak.

Mas Jolang kemudian digantikan oleh Mas Rangsang (1613-1645). Raja Mataram yang
bergelar Sultan Agung Senopati ing Alogo Ngabdurracham ini kemudian lebih dikenal
dengan nama Sultan Agung. Pada masa pemerintahannya, Mataram mencapai masa
keemasan. Pusat pemerintahan dipindahkan ke Plered. Wilayah kekuasaannya meliputi Jawa
Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung bercita–cita mempersatukan
Jawa. Karena merasa sebagai penerus Kerajaan Demak, Sultan Agung menganggap Banten
adalah bagian dari Kerajaan Mataram. Namun, Banten tidak mau tunduk kepada Mataram.
Sultan Agung kemudian berniat untuk merebut Banten.

Namun, niatnya itu terhambat karena ada VOC yang menguasai Sunda Kelapa. VOC juga
tidak menyukai Mataram. Akibatnya, Sultan Agung harus berhadapan dulu dengan VOC.
Sultan Agung dua kali berusaha menyerang VOC: tahun 1628 dan 1629.

Penyerangan tersebut tidak berhasil, tetapi dapat membendung pengaruh VOC di Jawa.

Sultan Agung membagi sitem pemerintah Kerajaan Mataram seperti berikut.

(1) Kutanegara, daerah pusat keraton. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh Patih Lebet
(Patih Dalam) yang dibantu Wedana Lebet (Wedana Dalam).

(2) Negara Agung, daerah sekitar Kutanegara. Pelaksanaan pemerintah dipegang Patih Jawi


(Patih Luar) yang dibantu Wedana Jawi (Wedana Luar).

(3) Mancanegara, daerah di luar Negara Agung. Pelaksanaan pemerintahan dipegang oleh
para Bupati.

(4) Pesisir, daerah pesisir. Pelaksanaan pemerintah dipegang oleh para Bupati atau
syahbandar.

Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan digantikan oleh Amangkurat I (1645-1677).
Amangkurat I menjalin hubungan dengan Belanda. Pada masa pemerintahannya. Mataram
diserang oleh Trunojaya dari Madura, tetapi dapat digagalkan karena dibantu Belanda.

Amangkurat I kemudian digantikan oleh Amangkurat II (1677-1703). Pada masa


pemerintahannya, wilayah Kerajaan Mataram makin menyempit karena diambil oleh
Belanda.

Setelah Amangkurat II, raja-raja yang memerintah Mataram sudah tidak lagi berkuasa penuh
karena pengaruh Belanda yang sangat kuat. Bahkan pada tahun 1755, Mataram terpecah
menjadi dua akibat Perjanjian Giyanti:

Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta) yang berpusat di Yogyakarta dengan


raja Mangkubumi yang bergelar Hamengku Buwono I dan Kesuhunan Surakarta yang
berpusat di Surakarta dengan raja Susuhunan Pakubuwono III. Dengan demikian, berakhirlah
Kerajaan Mataram.

Kehidupan sosial ekonomi Mataram cukup maju. Sebagai kerajaan besar, Mataram maju
hampir dalam segala bidang, pertanian, agama, budaya. Pada zaman Kerajaan Majapahit,
muncul kebudayaan Kejawen, gabungan antara kebudayaan asli Jawa, Hindu, Buddha, dan
Islam, misalnya upacara Grebeg, Sekaten. karya kesusastraan yang terkenal adalah Sastra
Gading karya Sultan Agung. Pada tahun 1633, Sultan Agung mengganti perhitungan tahun
Hindu yang berdasarkan perhitungan matahari dengan tahun Islam yang berdasarkan
perhitungan bulan.

6. Kerajaan Banten

Kerajaan yang terletak di barat Pulau Jawa ini pada awalnya merupakan bagian dari Kerajaan
Demak. Banten direbut oleh pasukan Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Fatahillah adalah
menantu dari Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah adalah salah seorang wali yang diberi
kekuasaan oleh Kerajaan Demak untuk memerintah di Cirebon. Syarif Hidayatullah memiliki
2 putra laki-laki, pangeran Pasarean dan Pangeran Sabakingkin. Pangeran Pasareaan berkuasa
di Cirebon. Pada tahun 1522, Pangeran Saba Kingkin yang kemudian lebih dikenal dengan
nama Hasanuddin diangkat menjadi Raja Banten.

Setelah Kerajaan Demak mengalami kemunduran, Banten kemudian melepaskan diri dari
Demak. Berdirilah Kerajaan Banten dengan rajanya Sultan Hasanudin (1522- 1570). Pada
masa pemerintahannya, pengaruh Banten sampai ke Lampung. Artinya, Bantenlah yang
menguasai jalur perdagangan di Selat Sunda. Para pedagang dari Cina, Persia, Gujarat, Turki
banyak yang mendatangi bandar-bandar di Banten. Kerajaan Banten berkembang menjadi
pusat perdagangan selain karena letaknya sangat strategis, Banten juga didukung oleh
beberapa faktor di antaranya jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) sehingga para
pedagang muslim berpindah jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Faktor lainnya, Banten
merupakan penghasil lada dan beras, komoditi yang laku di pasaran dunia.

Sultan Hasanudin kemudian digantikan putranya, Pangeran Yusuf (1570-1580).

Pada masa pemerintahannya, Banten berhasil merebut Pajajaran dan Pakuan.

Pangeran Yusuf kemudian digantikan oleh Maulana Muhammad. Raja yang bergelar Kanjeng
Ratu Banten ini baru berusia sembilan tahun ketika diangkat menjadi raja. Oleh sebab itu,
dalam menjalankan roda pemerintahan, Maulana Muhammad dibantu oleh Mangkubumi.
Dalam tahun 1595, dia memimpin ekspedisi menyerang Palembang. Dalam pertempuran itu,
Maulana Muhammad gugur.

Maulana Muhammad kemudian digantikan oleh putranya Abu’lmufakhir yang baru berusia
lima bulan. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Abu’lmufakhir dibantu oleh Jayanegara.
Abu’lmufakhir kemudian digantikan oleh Abu’ma’ali Ahmad Rahmatullah. Abu’ma’ali
Ahmad Rahmatullah kemudian digantikan oleh Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1692).

Sultan Ageng Tirtayasa menjadikan Banten sebagai sebuah kerajaan yang maju dengan pesat.
Untuk membantunya, Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1671 mengangkat purtanya, Sultan
Abdulkahar, sebagi raja pembantu. Namun, sultan yang bergelar Sultan Haji berhubungan
dengan Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak menyukai hal itu berusaha mengambil
alih kontrol pemerintahan, tetapi tidak berhasil karena Sultan Haji didukung Belanda.
Akhirnya, pecahlah perang saudara. Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap dan dipenjarakan.
Dengan demikian, lambat laun Banten mengalami kemunduran karena tersisih oleh Batavia
yang berada di bawah kekuasaan Belanda.

7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah
seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.

Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan


pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa,
Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah
diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari
Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.

Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean.
Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.

Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.

Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah
berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan
Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan,
Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

8. Kerajaan Gowa-Tallo

Kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan sebenarnya terdiri atas dua kerjaan:

Gowa dan Tallo. Kedua kerajaan ini kemudian bersatu. Raja Gowa, Daeng Manrabia,
menjadi raja bergelar Sultan Alauddin dan Raja Tallo, Karaeng Mantoaya, menjadi perdana
menteri bergelar Sultan Abdullah. Karena pusat pemerintahannya terdapat di Makassar,
Kerajaan Gowa dan Tallo sering disebut sebagai Kerajaan Makassar.

Karena posisinya yang strategis di antara wilayah barat dan timur Nusantara, Kerajaan Gowa
dan Tallo menjadi bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur yang kaya rempah-
rempah. Kerajaan Makassar memiliki pelaut-pelaut yang tangguh terutama dari daerah Bugis.
Mereka inilah yang memperkuat barisan pertahanan laut Makassar.

Raja yang terkenal dari kerajaan ini ialah Sultan Hasanuddin (1653-1669).

Hasanuddin berhasil memperluas wilayah kekuasaan Makassar baik ke atas sampai ke


Sumbawa dan sebagian Flores di selatan.

Karena merupakan bandar utama untuk memasuki Indonesia Timur, Hasanuddin bercita-cita
menjadikan Makassar sebagai pusat kegiatan perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini
merupakan ancaman bagi Belanda sehingga sering terjadi pertempuran dan perampokan
terhadap armada Belanda. Belanda kemudian menyerang Makassar dengan bantuan Aru
Palaka, raja Bone. Belanda berhasil memaksa Hasanuddin, Si Ayam Jantan dari Timur itu
menyepakati Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi perjanjian itu ialah: Belanda mendapat
monopoli dagang di Makassar, Belanda boleh mendirikan benteng di Makassar, Makassar
harus melepaskan jajahannya, dan Aru Palaka harus diakui sebagai Raja Bone.

Sultan Hasanuddin kemudian digantikan oleh Mapasomba. Namun, Mapasomba tidak


berkuasa lama karena Makassar kemudian dikuasai Belanda, bahkan seluruh Sulawesi
Selatan.
Tata kehidupan yang tumbuh di Makassar dipengaruhi oleh hukum islam.

Kehidupan perekonomiannya berdasarkan pada ekonomi maritim: perdagangan dan


pelayaran. Sulawesi Selatan sendiri merupakan daerah pertanian yang subur. Daerah-daerah
taklukkannya di tenggara seperti Selayar dan Buton serta di selatan seperti Lombok,
Sumbawa, dan Flores juga merupakan daerah yang kaya dengan sumber daya alam. Semua
itu membuat Makassar mampu memenuhi semua kebutuhannya bahkan mampu mengekspor.

Karena memiliki pelaut-pelaut yang tangguh dan terletak di pintu masuk jalur perdagangan
Indonesia Timur, disusunlah Ade’Allapialing Bicarana Pabbalri’e, sebuah tata hukum niaga
dan perniagaan dan sebuah naskah lontar yang ditulis oleh Amanna Gappa.

9. Kerajaan Ternate dan Tidore

Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal
Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak.
Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.

Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku
kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah
terutama cengkih.

Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak
berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan
berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis
yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan
membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan
Tidore sebagai sekutunya.

Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-
menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi
dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang
tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat
tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh
Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.

Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali.
Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa
pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari
bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate
sampai ke Filipina.

Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintah Sultan Nuku.
Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai
di selatan dan Misol di Irian.

Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat


di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di
Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh
Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke
Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para
pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah.
Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan
berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk
kesejahteraan masyarakat.

B. peninggalan sejarah kerajaan islam di Indonesia.

1. Masjid

Masjid merupakan seni arsitektur Islam yang paling menonjol. Masjid adalah tempat
peribadatan umat Islam. Berbeda dengan masjid-masjid yang ada sekarang, atap masjid
peninggalan sejarah biasanya beratap tumpang bersusun. Semakin ke atas atapnya makin
kecil. Jumlah atap tumpang itu biasanya ganjil, yaitu tiga atau lima. Atap yang paling atas
berbentuk limas. Di dalam masjid terdapat empat tiang utama yang menyangga atap tumpang.

Pada bagian barat masjid terdapat mihrab. Di sebelah kanan mihrab ada mimbar. Di halaman
masjid biasanya terdapat menara. Keberadaan menara tidak hanya untuk menambah
keindahan bangunan masjid. Fungsi menara adalah sebagai tempat muazin
mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat. Sebelum azan dikumandangkan, dilakukan
pemukulan tabuh atau beduk.

Contoh masjid peninggalan sejarah Islam adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kudus.
Masjid Agung Demak dibangun atas perintah Wali Songo. Pembangunan masjid dipimpin
langsung oleh Sunan Kalijaga. Masjid Demak tidak memiliki menara. Sementara masjid
Kudus didirikan oleh Sunan Kudus.

Masjid Agung Demak. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Salah
satu keunikan Masjid Agung Demak adalah salah satu tiangnya terbuat dari susunan tatal.
Konon, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga. Tiang dari tatal ini kemudian diganti ketika
Masjid Agung Demak dipugar pada tahun 1980. Potongan tiang tatal ini masih tersimpan di
bangsal belakang masjid. Berikut ini daftar masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan
Islam.

Masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia

No. Nama Masjid Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Masjid Agung Demak Demak, Jateng Abad 14 M K. Demak
2 Masjid Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate
3 Masjid Sunan Ampel Surabaya, Jatim Abad 15 M –
4 Masjid Kudus Kudus, Jateng Abad 15 M –
5 Masjid Banten Banten Abad 15 M K. Banten
6 Masjid Cirebon Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
7 Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh Abad 15 M K. Aceh
8 Masjid Katangga Katangga, Sulsel Abad 16 M K. Gowa

2. Kaligrafi
Kaligrafi adalah tulisan indah dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari ayat-
ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, batu nisan, gapura
masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang ditemukan di Indonesia adalah batu
nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada
gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram,
Demak, dan Gowa.

Tulisan-tulisan kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia

No. Kaligrafi Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Makam Fatima binti Maimun Gresik, Jatim Abad 13 M –
2 Makam Ratu Nahrasiyah Samudra Pasai Abad 14 M S. Pasai
3 Makam Maulana Malik Ibrahim Gresik, Jatim Abad 15 M –
4 Makam S. Giri Gresik, Jatim Abad 15 M –
5 Makam S. Gunung Jati Cirebon, Jabar Abad 15 M Cirebon
6 Makam S. Kudus dan S. Muria Kudus, Jateng Abad 15 M –
7 Makan Sunan Kalijaga Demak, Jateng Abad 15 M Demak
8 Makan raja-raja Banten Banten Abad 15 M Banten
9 Makam raja-raja Mataram Imogiri Abad 16 M Mataram
10 Makam raja-raja Mangkunegaran Astana Giri Abad 16 M Mataram
11 Makam raja-raja Gowa Katangga Abad 16 M Gowa

3. Istana

Istana adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi sebagai
pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan Buddha. Setelah
Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung. Akibatnya, pada bangunan
istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha masih tampak. Saat ini peninggalan
Islam yang berupa Istana tinggal beberapa saja.

Istana-istana peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia

No. Nama Istana Lokasi Penemuan Pembuatan Peninggalan


1 Istana Kesultanan Ternate Ternate, Ambon Abad 14 M K. Ternate
2 Istana Kesultanan Tidore Tidore, Ambon Abad 14 M K. Tidore
3 Keraton Kasepuhan Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
4 Keraton Kanoman Cirebon, Jabar Abad 15 M K. Cirebon
5 Keraton Kesultanan Aceh NAD Abad 15 M K. Aceh
6 Istana Sorusuan Banten Abad 15 M K. Banten
7 Istana Raja Gowa Gowa, Sulsel Abad 16 M K. Gowa
8 Keraton Kasultanan Yogyakarta Abad 17 M K. Mataram
9 Keraton Pakualaman Yogyakarta Abad 17 M K. Matara

4. Kitab

Kesusastraan Islam berkembang di Jawa dan Sumatra. Peninggalan karya sastra yang
bercorak Islam adalah suluk dan hikayat. Suluk dan hikayat ada yang ditulis dalam bahasa
daerah ada juga yang ditulis dalam bahasa Arab. Ada juga suluk yang diterjemahkan dalam
bahasa Melayu. Suluk dan hikayat dibuat untuk mempermudah masyarakat Indonesia
menangkap ajaran Islam.
Beberapa suluk terkenal adalah syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah
Fansuri serta syair Abdul Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji. Syair
gurindam dua belas berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka memimpin dengan
bijaksana. Ada juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka menjadi terhormat dan disegani
oleh sesama manusia. Syair Abdul Muluk menceritakan Raja Abdul Muluk.

Hikayat adalah cerita atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau Jawa,
hikayat dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan kerajaan-kerajaan yang
terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan Hindu-Buddha sampai kerajaan Islam.
Di Aceh ada beberapa jilid Bustan Al-Salatin yang berisi riwayat nabi-nabi, riwayat
sultansultan Aceh, dan penjelasan penciptaan langit dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi
Ar-Raniri.

5. Pesantren

Sejak masuknya Islam ke Indonesia, pesantren merupakan lembaga yang mengajarkan Islam.
Pesantren pertama kali didirikan di daerah Jawa dan Madura oleh para kiai. Pesantren
pertama ini dibangun pada masa Sunan Ampel yaitu pada masa pemerintahan Prabu
Kertawijaya dari Majapahit. Pesatren kemudian berkembang pesat dan melahirkan kelompok-
kelompok terpelajar. Para santri belajar bahasa Arab, kitab Kuning, fiqih, pendalaman Al
Quran, tahuhid, akhlak, dan tradisi tasawuf.

Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Tebuireng di Jombang,
Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren Asembagus di
Situbondo, Pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta, Al-Kautsar Medan.

6. Tradisi

Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah,
sekaten.

1. Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan


tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah
dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al
Quran atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau tidur dengan
harapan memperoleh firasat dalam mimpi.
2. Sedekah, acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk
peristiwa gembira disebut syukuran. Sedekah untuk peristiwa sedih atau meminta
perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.
3. Sekaten, yaitu perayaan Maulid Nabi Muhammad dalam budaya Jawa. Perayaan
Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.

Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan
muncul pada abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan
Timur (dekat kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari
nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai
diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama
kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya
sumber sejarah.

Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu
berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan
Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan
budaya. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama
Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai
wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh
Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya
menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut
membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama
Hindu.

A. SISTEM POLITIK KERAJAAN KUTAI


Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah
Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa
juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan
dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman
sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam
agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan
masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalin
hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang
dijelaskan dalam yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada
kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara–
tempat suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau Jawa disebut Baprakewara.

Gambar: Prasasti Yupa

Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara
penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke
Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman
Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga
diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang
artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah
Mulawarman. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada
masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah
kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup
sejahtera dan makmur. Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena
kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Nama-Nama Raja Kutai:

o Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman


o Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
o Maharaja Mulawarman
o Maharaja Marawijaya Warman
o Maharaja Gajayana Warman
o Maharaja Tungga Warman
o Maharaja Jayanaga Warman
o Maharaja Nalasinga Warman
o Maharaja Nala Parana Tungga
o Maharaja Gadingga Warman Dewa
o Maharaja Indra Warman Dewa
o Maharaja Sangga Warman Dewa
o Maharaja Candrawarman
o Maharaja Sri Langka Dewa
o Maharaja Guna Parana Dewa
o Maharaja Wijaya Warman
o Maharaja Sri Aji Dewa
o Maharaja Mulia Putera
o Maharaja Nala Pandita
o Maharaja Indra Paruta Dewa
o Maharaja Dharma Setia

B. KEHIDUPAN MASYARAKAT KERAJAAN KUTAI


Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari prasasti-prasasti yang
ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur.


2. Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan beradaptasi dengan budaya luar
(India), mengikuti pola perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan
budayanya sendiri.
Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam
salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas
dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.
Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan
sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai
telah melakukan kegiatan dagang. Jika dilihat dari letak geografis, Kerajaan Kutai
berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan Kutai menjadi tempat
yang menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
kegiatan perdagangan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai,
disamping pertanian.

Sementara itu dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju.
Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama
Hindu) yang disebut Vratyastoma. Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan
Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya,
sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli, dipastikan adalah
para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan
sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana dari orang
Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa
kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa Sansekerta
yang pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih
merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.

Gambar: Peta Kerajaan Kutai

C. RUNTUHNYA KERAJAAN KUTAI


Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai
Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai
Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama.
Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai
Kartanegara.

Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan Hindu Buddha di Jawa Timur yang didirikan oleh
Ken Arok pada tahun 1222 M. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan di daerah Singosari,
Malang. Kerajaan Singasari hanya sempat bertahan 70 tahun sebelum mengalami
keruntuhan. Kerajaan ini beribu kota di Tumapel yang terletak di kawasan bernama Kutaraja.
Pada awalnya, Tumapel hanyalah sebuah wilayah kabupaten yang berada dibawah kekuasaan
Kerajaan Kadiri dengan bupati bernama Tunggul Ametung. Tunggul Ametung dibunuh oleh
Ken Arok yang merupakan pengawalnya.

Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di


Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan
zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan
tentang raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan
riwayat Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos
atau dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui.
Sebelum menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel
menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri
Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan
kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum
Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M
/1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada
pertempuran di desa Ganter. Ken Arok yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel
bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

A. SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN SINGASARI


Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama
adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton
menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati
(1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang
memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama
Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya
adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah
Kertanagara (1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

1. Ken Arok (1222–1227 M)


Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari
yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok
sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima
tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan
Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan
Siwa–Buddha.
2. Anusapati (1227–1248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.
Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan
pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa
kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok
dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam
sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk
mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya,
secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan
langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan
di Candi Kidal.

Gambar: Candi Kidal

3. Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo.
Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang
bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa
Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian
menduduki singgasana.

4. Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi
kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan
Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M
Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja
muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada
tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago
sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
Gambar: Candi Jago

5. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk
menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri
Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang
mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk
dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot
dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide
dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat
diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan
ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai
Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya
atas perintah Raja Kertanegara.

Gambar: Arca Amoghapasa

Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura
(Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan
dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari
Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk Indonesia
mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya
yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan
bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian
besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang
(Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua
arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan
pasukan inti.

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk
istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanaga
beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik
memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan
diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria
Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi
kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh
Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari
dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai
dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha
(Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang
sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.

Gambar: Candi Singasari

B. KEHIDUPAN DI KERAJAAN SINGASARI


Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken
Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya.
Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan
Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam
kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial
masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf
kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari
pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri:

1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata


digantikan oleh Aragani, dll.
2. Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra Jayakatwang
(Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
3. Memperkuat angkatan perang.

Politik Luar Negeri:

1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta


melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
2. Menguasai Bali.
3. Menguasai Jawa Barat.
4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.

Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya candi Kidal,
candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung
Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara
dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan
Kertanegara (kedua patung kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa
menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).

C. RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI


Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat.
Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental
dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan
angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian
dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang
merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan
itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan
membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.

D. HUBUNGAN KERAJAAN SINGASARI DENGAN MAJAPAHIT


Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya, cucu
Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria
Wiararaja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan
diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang
dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk
mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat
cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian
mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya
sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah
satu kerajaan tertua di nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara
adalah kerajaan hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh
Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya,
Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali gomati, sedangkan
putranya di tepi kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan
Tarumanegara yang ketiga (395-434 m). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun
397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Kota itu diberi nama Sundapura pertama kalinya
nama Sunda digunakan. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan
Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu
mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada raja
Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Kerajaan
Tarumanegara adalah Suryawarman (535 - 561 M) raja Kerajaan Tarumanegara ke-7. Dalam
masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa
daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas
kesetiaannya terhadap Kerajaan Tarumanegara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman
melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.

Kehadiran prasasti Purnawarman di pasir muara, yang memberitakan raja Sunda dalam tahun
536 M, merupakan gejala bahwa ibukota sundapura telah berubah status menjadi sebuah
kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara telah bergeser
ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan rajatapura atau salakanagara
(kota perak), yang disebut argyre oleh ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun
362 menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Ketika
pusat pemerintahan beralih dari rajatapura ke Tarumanegara, maka salakanagara berubah
status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah
menantu raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang maharesi dari salankayana di India yang
mengungsi ke nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan maharaja samudragupta
dari kerajaan magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan


kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri,
melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M
Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg
antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh manikmaya ini tinggal bersama
kakeknya di ibukota tarumangara dan kemudian menjadi panglima angkatan perang Kerajaan
Tarumanegara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih Berkembang Ketika Cicit
Manikmaya Mendirikan Kerajaan Galuh Dalam Tahun 612 M.
Gambar : Peta Letak Prasasti Kerajaan Tarumanegara

A. KEHIDUPAN DI KERAJAAN TARUMANEGARA


1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya.
Hal ini dibuktikan dari prasasti Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah
untuk menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya, karena
pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan
sawah-sawah pertanian rakyat.

2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal ini terlihat dari upaya raja
Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya.
Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap
penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai
tanda penghormatan kepada para dewa.

3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwavraja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk
membuat sebuah terusan sepanjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti
ekonomis yang besar nagi masyarakat, Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mencegah banjir serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di Kerajaan
Tarumanegara dengan dunia luar. Juga perdagangan dengan daera-daerah di sekitarnya.
Akibatnya, kehidupan perekonomian masyarakat Kerajaan Tarumanegara sudah berjalan
teratur.

4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasasti-prasasti yang ditemukan
sebagai bukti kebesaran Kerajaan Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan
masyarakat pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya, keberadaan
prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah berkembangnya kebudayaan tulis menulis di
kerajaan Tarumanegara.

B. RAJA-RAJA DI KERAJAAN TARUMANEGARA


Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669
M, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi
istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri
Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan
Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan
Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa
pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang
sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda
ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang
mewarisi wilayah Tarumanagara.

Raja-raja Tarumanegara:

1. Jayasingawarman 358-382 M
2. Dharmayawarman 382-395 M
3. Purnawarman 395-434 M
4. Wisnuwarman 434-455 M
5. Indrawarman 455-515 M
6. Candrawarman 515-535 M
7. Suryawarman 535-561 M
8. Kertawarman 561-628 M
9. Sudhawarman 628-639 M
10. Hariwangsawarman 639-640 M
11. Nagajayawarman 640-666 M
12. Linggawarman 666-669 M

C. PRASASTI-PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA


1. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara
sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta
yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di
samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja
Purnawarman. Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:

a. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat
ditemukannya prasasti tersebut).
b. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya
penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan
kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai
penguasa sekaligus pelindung rakyat.
2. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak di perkebunan
jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta
dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja
Mulawarman.

3. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor .
Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan
dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.

4. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat
dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki.
5. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang, juga tertulis dalam aksara ikal yang
belum dapat dibaca.

6. Prasasti Cidanghiyang
Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai
Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan
tahun 1947 dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman.

7. Prasasti Tugu

Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini
dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang melingkar dan isinya paling panjang dibanding
dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari
prasasti tersebut.

Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:


a. Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal di Punjab yaitu
sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya keterangan dua buah sungai tersebut
menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka.
Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai
Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
b. Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun tidak lengkap dengan
angka tahunnya yang disebutkan adalah bulan phalguna dan caitra yang diduga sama
dengan bulan Februari dan April.
c. Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara selamatan oleh Brahmana
disertai dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan raja.

D. SUMBER-SUMBER SEJARAH
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari
dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang
ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini
diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M
dan beliau memerintah sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di
sekitar sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari
Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari luar negeri yang berasal dari berita
Tiongkok antara lain:

1. Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi


menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama
Buddha, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu dan sebagian masih
animisme.
2. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari
To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang
utusaan dari To-lo-mo.

Berdasarkan tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa istilah To-lo-mo secara fonetis
penyesuaian kata-katanya sama dengan Tarumanegara. Maka berdasarkan sumber-sumber
yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang
kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-
600 M. Berdasarkan prasast-prasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu
adalah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi
hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

Peninggalan Kerajaan Demak


Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah
dengan masa pemerintahan dari tahun 1500 sampai 1518 yang saat naik tahta mendapatkan
gelar Sultan Alam Akbar al Fatah. Dari Babad Tanah Jawa, Raden Patah merupakan putra
dari Brawijaya V yang merupakan raja Kerajaan Majapahit terakhir dengan putri Campa.
Raden Patah kemudian mulai menyusun kekuatan armada laut sehingga berkembang menjadi
sangat kuat.

Demak juga membantu Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis sebab kepentingan
Kerajaan Demak juga terganggu oleh kehadiran Portugis di Malaka tersebut, akan tetapi
sayangnya serangan yang dilakukan Demak tersebut tidak membuahkan hasil. Raden Patah
lalu diganti oleh Adipati Unus dengan masa pemerintahan mulai tahun 1518 sampai dengan
1521 dan Adipati Unus meninggal tanpa meninggalkan keturunan sehingga digantikan oleh
sang adik Pangeran Sekar Seda Lepen.

Pangeran Sekar Seda Lepen lalu dibunuh oleh utusan dari kemenakan lain yakni Raden
Mukmin, anak dari Pangeran Trenggana yang kemudian naik tahta serta mendapatkan gelar
Sultan Trenggana dimana Demak mencapai masa kejayaan dan mencakup wilayah yang luas
yakni Jawa Barat yaitu Banten, Cirebon dan Jayakarta, Jawa Tengah dan juga sebagian
wilayah Jawa Timur.

Sesudah Sultan Trenggana maka Demak mulai menunjukkan kemunduran dan terjadi
perebutan kekuasaan Arya Panangsang, anak Pangeran Sekar Sedo Lepen dengan Sunan
Prawoto, putra tertua dari Sultan Trenggana. Sunan Prawoto kalah oleh Arya Penangsang,
namun Arya Penangsang juga akhirnya dibunuh Joko Tingkir, menantu Sultan Trenggana
yang kemudian menjadi Adipati Pajang. Joko Tingkir yang kemudian diberi gelar Sultan
Hadiwijaya memindahkan pusat Kerajaan Demak ke daerah Pajang.

Keberadaan dari Kerajaan Demak ini diperkuat dengan bukti yang ditemukan, sebagian
berupa bangunan dan sebagian lagi berupa properti nuansa Islam. Peninggalan-peninggalan
ini adalah Pintu Bledeg, Masjid Agung Demak, Soko Guru, Kentongan, Bedug, almaksurah,
situs kolam wudhu dan juga makan sunan Kalijogo dan beberapa peninggalan lainnya.
Semuanya ini berkumpul pada satu tempat yakni Masjid Agung Demak dan berikut
penjelasannya.

1. Pintu Bledek
Pintu Bledek atau Pintu Petir merupakan pintu
yang dilengkapi dengan pahatan yang dibuat tahun 1466 oleh Ki Ageng Selo. Dari cerita
yang beredar, Pintu Bledek ini dibuat oleh Ki Ageng Selo dengan petir yang tersambar
memakai kekuatan supranatural yang dimilikinya yang ia tangkap saat ada di tengah sawah.

Pintu tersebut lalu dibawa pulang dan dibawa ke Raden Patah kemudian pintu ini dipakai
untuk pintu masuk utama Masjid Agung Demak yang keadaannya sudah mulai rusak
sehingga di simpan dalam Museum  dalam Masjid Agung Demak tersebut.

2. Masjid Agung Demak

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya


adalah Masjid Agung Demak. Masjid Agung Demak ini didirikan tahun 1479 Masehi yang
kini sudah berumur sekitar 6 abad tetapi masih berdiri dengan kokoh sebab sudah dilakukan
renovasi sebanyak beberapa kali. Masjid Agung Demak ini tidak hanya sebagai peninggalan
sejarah Kerajaan Demak saja, akan tetapi dulunya merupakan pusat dari pengajaran serta
syiar Islam.

Masjid ini dikatakan sebagai asal mula pemikiran dari kehadiran Kerajaan Demak Bintoro.
Secara geografis, Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kecamatan Demak Kota,
Kabupaten Demak Kota, Jawa Tengah. Arsitektur masjid ini terlihat berbeda dari arsitektur
masjid yang ada di jaman sekarang, Masjid Agung Demak mengguanakn kombinasi gaya
budata Jawa Tengah yang sangat kental dan ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak
ini juga melukiskan tentang hubungan antara Jawa dengan Islam.

Masjid Agung Demak ini memiliki ukuran luas sebesar 31 x 31 meter persegi yang di bagian
sisi Masjid Agung Demak ini juga terdapat serambi berukuran 31 x 15 meter persegi dengan
panjang keliling 35 x 3 meter. Serambi masjid ini terbuka dan bangunan masjid di topang
dengan total 128 soko. 4 diantara soko ini adalah soko guru sebagai penyangga utama,
sementara tiang penyangga bangunan total ada 50 buah dan tiang penyangga serambi
berjumlah 28 serta tiang keliling sebanyak 16 buah. Bentuk Masjid Demak memakai material
kayu dengan bentuk bulat lengkap dengan beberapa lengkungan. Bagian interior masjid juga
memakai material kayu lengkap dengan ukiran yang juga terlihat sangat artistik dan cantik.

3. Soko Guru atau Soko Tatal

Soko Guru atau Soko Tatal merupakan tiang


penyangga dari Masjid Agung Demak yang terbuat dari material kayu dengan diameter 1
meter dan berjumlah sebanyak 4 buah. Semua Soko Guru ini dibuat oleh Sunan Kalijogo dan
menurut cerita Sunan Kalijogo baru menyelesaikan 3 buah soko guru dan Masjid Agung
Demak sudah dibangun serta sudah mulai masuk dalam tahapan pemasangan atap.

Sehingga karena dikejar waktu, Sunan kalijogo kemudian mengumpulkan tatal atau kulit
kayu yang berasal dari sisa pahatan dari 3 soko guru untuk dibuat menjadi 1 soko guru baru
memakai kekuatan spiritual yang dimiliki Sunan Kalijogo dan inilah yang menyebabkan soko
guru diberi istilah soko tatal.

4. Bedug dan Kentongan

Bedug dan juga kentongan, dulunya dipakai sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat sekitar
Masjid untuk menandai masuknya waktu sholat. Kedua benda ini ditemukan dalam Masjid
Agung Demak dengan bentuk seperti tapal kuda dengan folosofi saat dibunyikan atau dipukul
maka rakyat sekitar masjid harus datang untuk menunaikan sholat. Bedug dan kentongan ini
menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Demak yang juga masih bisa dilihat hingga sekarang.

5. Situs Kolam Wudhu

Kolam wudhu ada di halaman Masjid Agung Demak dan dulu di pakai untuk tempat wudhu
para musyafir dan juga santri yang akan melaksanakan sholat, akan tetapi sekarang kolam
wudhu ini tidak lagi dipergunakan sebagai tempat berwudhu pada saat ingin melaksanakan
sholat.

6. Makam Sunan Kalijaga


Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu
dari 9 Sunan WaliSanga yang berdakwah di sekitar wilayah Jawa. Sunan Kalijaga wafat
tahun 1520 lalu dikebumikan di Desa Kadilangu berdekatan dengan Kota Demak.

Makam Sunan Kalijogo ini sekarang menjadi sebuah situs yang sering didatangi peziarah dan
juga wisatawan dari berbagai wilayah di tanah air dan juga menjadi salah satu peninggalan
dari Kerajaan Demak.

Banyak orang yang berkunjung untuk tujuan berziarah dan juga berdoa, semoga diberikan
kemudahan dan juga keberkahan lewat berdoa ini. Situs ini sangat dijaga baik oleh
pengelolanya, agar pengunjung atau peziarah nyaman saat berdoa dan bersholawat.

7. Maksurah

Maksurah merupakan ukiran kaligrafi ayat Al quran yang digunakan sebagai interior dinding
Masjid Agung Demak. Maksurah ini dibangun saat kekuasaan Aryo Purbaningrat yang
merupakan adipati Demak tahun 1866 dan kaligrafi ini menceritakan mengenai ke-Esaan
Allah.

8. Dampar Kencana

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Dampar Kencana. Dampar Kencana


merupakan singgasana untuk para Sultan Demak yang kemudian digunakan sebagai mimbar
khotbah pada Masjid Agung Demak. Mimbar ini akan tetapi tidak lagi digunakan dan
disimpan pada museum Masjid Agung Demak agar terhindar dari kerusakan.

9. Piring Campa

Piring Campa merupakan piring porselen sebanyak 65 buah yang saat ini dipasang pada
interior dinding Masjid Agung Demak. Seperti namanya, piring ini merupakan hadiah dari
putri Campa yakni ibu dari Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak.

10. Serambi Majapahit

Serambi yang ada di Masjid Agung Demak ini terlihat sangat indah dengan arsitektur unik
dan antik yang memiliki arti sejarah didalamnya. Dari sejarah Kerajaan Demak, serambi
Majapahit ini memiliki 8 buah tiang pendopo yang berasal dari Kerajaan Majapahit, akan
tetapi saat Kerajaan Majapahit runtuh, beberapa peninggalannya tidak lagi terawat sehingga
Adipati Unus membawa benda pusaka tersebut menuju Demak yang sekarang ditempatkan di
serambi Masjid Agung Demak dan masih bisa dilihat sampai sekarang.
11. Mihrab

Mihrab yang merupakan pengimaman juga merupakan peninggalan dari Kerajaan Demak
yang didalamnya terdapat gambar hewan bulus prasasti Condro Sengkolo. Prasasti Condro
Sengkolo ini mempunyai arti Sariro Sunyi Kiblating Gusti tahun 1401 Saka atau 1479
Masehi. Ini membuat kesimpulan jika di masa Kerajaan Demak juga sudah mengenal Mihrab
atau pengimaman yang berlukiskan hiasan tertentu yang adalah akulturasi budaya Islam dan
juga Jawa.

12. Dampar Kencono

Jika dilihat dari sejarah, Dampar Kencono merupakan Peninggalan Kerajaan Majapahit,
sebab Dampar adalah hadiah yang diberikan Prabu Bhrawijaya ke V yakni Raden Kertabumi
untuk Raden Patah yang merupakan raja pertama Kerajaan Demak sehingga ahli sejarah
mengatakan jika di masa akhir Kerajaan Majapahit, banyak rakyat yang sudah memeluk
agama Islam.

13. Pawestren

Dari sejarah Kerajaan Demak dikatakan jika


faham Islam sudah maju pada saat tersebut dan jamaah sholat laki-laki serta perempuan
sudah dipisahkan. Tempat sholat berjamaah perempuan ini dinamakan pawestren.

Pawestern ini merupakan bangunan dengan 8 tiang penyangga yang 4 tiang uatam di topang
belandar balok bersusun tiga lengkap dengan ukiran motif Majapahit. Motif maksurah tahun
1866 Masehi ini diperkirakan dibuat pada masa Arya Purbaningrat.

14. Surya Majapahit

Peninggalan Kerajaan Demak selanjutnya adalah Surya Majapahit. Surya Majapahit


merupakan gambar dekorasi bentuk segi delapan yang sangat terkenal di era Majapahit.
Beberapa sejarawan memperkirakan jika benda tersebut merupakan lambang Kerajaan
Majapahit, sementara Surya Majapahit yang terdapat di Masjid Agung Demak tersebut dibuat
tahun 1401 tahun saka atau 1479 Masehi.

Raja Kerajaan Demak

Pada pemerintahan Kerajaan Demak, terjadi beberapa kali pergantian Raja dan diantara raja-
raja tersebut, ada yang membuat masa kejayaan Kerajaan Demak memperoleh masa kejayaan
terbesar sebelum akhirnya runtuh saat raja terakhir naik tahta.
 Raden Patah

Raden Patah memerintah dari tahun 1500 sampai dengan 1518 yang merupakan pendiri dari
Kerajaan Demak yang sebelum mendirikan Kerajaan Demak tersebut dikenal dengan nama
Pangeran Jimbun. Sesudah mendirikan Kerajaan Demak maka ia memiliki gelar Sultan Alam
Akbar al Fatah. Raden Patah lalu membangun Masjid Agung Demak yang berada di pusat
kota alun-alun Demak. Pada tahun 1513, ia mengutus putranya yakni Pati Unus beserta
armadanya menyerang Portugis di Malaka, Walau serangan tersebut sudah mendapat bantuan
dari Palembang dan Aceh, namun tetap saja tidak berhasil sebab persenjataan tidak bisa
mengalahkan Portugis.

 Pati Unus

Pati Unus memerintah dari tahun 1518 sampai dengan 1521 di saat Raden Patah menutup
usia. Pati Unus dikenal sebagai seorang panglima perang yang berani dan sempat memimpin
perang melawan Portugis di Malaka. Dengan keberaniannya tersebut, ia mendapatkan gelar
Sabrang Lor dan ia juga mengutus Katir untuk memblokade Portugis di Malaka dan
menyebabkan Portugis mengalami krisis pangan.

 Sultan Trenggono

Sultan Trenggono memerintah muali tahun 1521 smapai dengan 1546 menggantikan Pati
Unus, sebab Pati Unus tidak mempunyai anak sebagai pewaris tahta. Pada pemerintahan
Sultan Trenggono, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan dimana ia terkenal sebagai
raja bijaksana serta berani sampai ia akhirnya berhasil memperluas kekuasaan mencapai
wilayah Jawa Timur dan juga Jawa Barat. Tahun 1522, Sultan Trenggono mengutus
tentaranya menuju Sunda Kelapa dipimpin oleh Fatahillah yang berhasil menyingkirkan
Portugis keluar dari Sunda Kelapa sehingga Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta dengan
arti kemenangan sempurna sehingga saat ini dinamai dengan Jakarta.

Pada pemerintahannya, Sultan Trenggono juga memiliki niat untuk menyatukan Pulau Jawa
berada di bawah kekuasaan Demak dan ia mengambil beberapa langkah untuk mewujudkan
hal tersebut yakni menyerang Pasuruan di Jawa Timur yaitu Kerajaan Hindu Supit Urang
yang dipimpin dirinya sendiri, serangan ini tidak menghasilkan sebab Sultan Trenggono
wafat. Sebelumnya ia juga menyerang wilayah Cirebon serta Sunda Kelapa yang dipimpin
Fatahillah. Ia juga menggelar perkawinan politik seperti Pangeran Hadiri yang dijodohkan
dengan putrinya yakni adipati jepara dan Fatahillah dijodohkan dengan adiknya, sementara
Pangeran Pasarehan dijodohnkan dengan putrinya yang kemudian menjadi Raja di Cirebon
dan Joko Tingkir dijodohkan dengan putrinya adipati Pajang.

Anda mungkin juga menyukai