Anda di halaman 1dari 30

ANGGARAN STATIS DAN ANGGARAN FLEKSIBEL

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Budgeting
Dosen:
Tito Marta Sugema Dasuki, S.E., M.Ak

Disusun oleh:

Mega Herdiana Putri 1143070134


Moch Arisal Farid 1143070139
Muhammad Hifzhan Izzani 1143070148
Nida Pertiwi 1143070157
Nurullaili Alfiyyah 1143070166
Ratna Anggraening Tiyas 1143070177

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARI’AH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016

i
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Assalamualaikum, Wr. Wb.
Alhamdulillah, Sungguh merupakan suatu kebahagiaan yang tak terhingga,
sehingga puja dan puji syukur wajiblah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
berkenan memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah
ini. Untaian sholawat dan salam akan selalu terhaturkan kepada Nabi Muhammad
SAW sang pemimpin umat manusia dengan harapan semoga kita mampu meraih
syafaatnya diakhir masa.
Ungkapan rasa terima kasih juga kami haturkan kepada dosen pengajar
khususnya Bapak Tito Marta Sugema Dasuki, S.E., M.Ak. yang telah
membimbing dan selalu memberikan semangat yang pada akhirnya bisa
membantu untuk sedikit demi sedikit memperluas wawasan pengetahuan kami
sehingga dapat terselesaikannya makalah ini meskipun jika ditinjau lebih jauh
makalah ini masih belum sempurna untuk dikatakan sebagai makalah yang baik
dan kami menyadari bahwa kami bukanlah manusia yang tercipta dalam
kesempurnaan namun kami akan tetap berusaha untuk menjadi lebih baik dengan
terus belajar.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca yang
dapat membangun agar makalah selanjutnya bisa lebih baik.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Bandung , Desember 2016


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar belakang....................................................................................1
B. Rumusan masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
A. Anggaran Statis..................................................................................3
B. Anggaran Fleksibel............................................................................4
BAB III SIMPULAN DAN SARAN...................................................................26
A. Simpulan............................................................................................26
B. Saran..................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyusunan anggaran merupakan proses pembuatan rencana kerja dalam
rangka waktu satu tahun, yang dinyatakan dalam satuan moneter dan satuan
kuantitatif orang lain. Penyusunan anggaran sering diartikan sebagai
perencanaan laba (profit planing). Dalam perencanaan laba, manajemen
menyusun rencana operasional yang implikasinya dinyatakan dalam laporan
laba rugi jangka pendek dan jangka panjang, neraca kas dan modal kerja yang
diproyeksikan dimasa yang akan datang.
Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan utama untuk
memperoleh laba dengan memproduksi barang atau jasa untuk dijual ke
konsumen, untuk mencapai tujuan tersebut setiap tahap kegiatan yang akan
dilaksanakan diperlukan suatu perencanaan dan pengendalian secara cermat
terhadap sumber daya yang tersedia agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Didorong oleh situasi tersebut maka manajemen memerlukan perangkat yang
mampu membantu manajemen dalam pelaksanaan fungsi tersebut, salah satu
alat manajemen itu adalah anggaran, karena anggaran dapat berfungsi
sekaligus berperan untuk memenuhi dua fungsi manajemen yaitu perencanaan
dan pengendalian.
Suatu anggaran yang baik haruslah mencakup seluruh kegiatan
perusahaan sehingga fungsi-fungsi anggaran (pedoman kerja, alat
pengkoordinasiankerja dan alat pengawas kerja) benar-benar dpat berjalan
dengan baik pula. Adapun berbagai macam anggaran yang digunakan oleh
sebuah perusahaan beragam bentuknya. Seperti ada yang menggunakan
penyajian anggaran statis dan ada pula yang menggunakan dengan anggaran
fleksibel. Dalam hal ini penulis akan mencoba untuk membahas anggaran
statis dan anggaran fleksibel.

1
B. Rumusan Masalah
Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan
runtut sesuai dengan ketentuan yang ada. Berdasarkan uraian dalam latar
belakang diatas, maka penulis dapat mengajukan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan anggaran statis?
2. Apa yang dimaksud dengan anggaran fleksibel?
3. Bagaimana penyusunan anggaran statis dan fleksibel?

C. Tujuan
Berdasarkan uraian dalam rumusan masalah diatas, maka penulis dapat
mengajukan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui secara teoritis tentang anggaran statis dan fleksibel.
2. Megetahui lebih jelas penyusunan anggaran statis dan fleksibel yang
benar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anggaran Statis
Anggaran statis (fixed budget) adalah anggaran tentang biaya-biaya
pada satu tingkat kapasitas tertentu. Seperti contoh, anggaran biaya
pemeliharaan alat-alat di bagian bengkel sebesar Rp 195.000 pada bulan
januari 2000 dimana perusahaan akan bekerja dengan aktivitas 54.000
JKTKL. Hal ini dinamakan anggaran statis karena telah dikaitkan dengan satu
tingkat aktivitas yaitu aktivitas sebesar 54.000 JKTKL. Dengan terikatnya
pada satu kapasitas tertentu maka anggaran statis menjadi tidak
fleksibel karena tidak dapat diterapkan pada berbagai tingkat aktivitas
yang lain pada waktu (bulan) yang lain.
Dengan pengertian ini maka semua anggaran biaya-biaya dari waktu
kewaktu (bulan kebulan) selama periode yang akan datang termasuk sebagai
anggaran statis karena telah dikaitkan dengan aktivitas perusahaan dari waktu
kewaktu selama periode tertentu.
Sebagai ilustrasi, dibawah ini merupakan penyajian anggaran statis agar
memudahkan pemahaman. Sepeti pada tabel PT.ABADI FURNITURE Tbk,
mempunyai informasi rencana pengeluaran biaya dan kapasitas produksi dan
operasi sebagai berikut.
PT.ABADI FURNITURE TBK
ANGGARAN BIAYA DAN KAPASITAS PRODUKSI
& OPERASI
Biaya Kapasitas 10.000 Unit
Bahan Baku 1.000.000.000
Upah Langsung 1.500.000.000
Biaya Overhead Variabel 1.250.000.000
Biaya Overhead Tetap 1.500.000.000
Biaya Pemasaran Variabel    750.000.000
Biaya Pemasaran Tetap    500.000.000
Biaya Administrasi & Umum    500.000.000
Variabel    300.000.000
Biaya Administrasi & Umum    600.000.000

3
Tetap    400.000.000
Biaya Operasi Lain-lain
Variabel
Biaya Operasi Lain-lain Tetap
Jumlah 8.300.000.000
Per Unit           830.000

Dari informasi biaya kapasitas produksi dan operasi tersebut, maka


apabila disusun anggaran tetap misalnya pada kapasitas 10.000 unit maka
biaya yang direncanakan dikeluarkan hanya pada kapasitas 10.000 unit
tersebut.
B. Anggaran Fleksibel
Pengertian Anggaran Fleksiel (Variable Budget)
Fleksible budget yang bisa disebut juga variable budget merupakan
budget yang merencanakan secara lebih terperinci tentang tingkat
perubahan (tingkat variabilitas) biaya, terutama biaya-biaya tidak
langsung. Sehubungan dengan peruahan aktivitas perusahaan dari waktu
kewaktu selama periode yang akan datang.
Dari pengertian tersebut dapatlah diketahui bahwa variable budget
menunjukkan seberapa besar biaya akan berubah. Sebagai akibat adanya
perubahan aktivitas perusahaan dari waktu kewaktu selama periode yang
akan datang. Dengan kata lain bahwa fleksible budget menunjukkan
tingkat kepekaan biaya terhadap perubahan aktivitas perusahaan.
Aktivitas perusahaan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk Jam
Kerja Tenaga Kerja Langsung (JKTKL), dalam bentuk Jam Kerja
Mesin (JKM), dalam bentuk unit hasil produksi dan sebagainya.
Fleksible budget diutamakan untuk merencanakan biaya-biaya tidak
langsung sebab biaya ini tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas
perusahaan. Akibatnya jika terjadi perusahaan aktivitas perusahaan, tidak
akan secara langsung mempengaruhi besar kecilnya biaya tersebut. Dengan
demikian akan mengalami kesukaran untuk mengetahui dan merencanakan
berapa besarnya biaya tidak langsung tersebut pada tingkat aktivitas tertentu
di waktu yang akan datang.

4
Jadi misalnya diketahui bahwa biaya pemeliharaan mesin dan alat-
alat di departemen I adalah sebesar Rp 395.000 pada tingkat aktivitas
departemen tersebut sebesar 27.000 JKTKL (Jam Kerja Tenaga Kerja
Langsung), tidak berarti dengan secara mudah dapat diketahui bahwa
jika aktivvitas tersebut meningkat dua kali lipat menjadi sebesar 54.000
JKTKL, biaya tersebut juga akan meningkat dua kali lipat menjadi
sebesar Rp 790.000. demikian pula jika aktivitas tersebut diturunkan
setengahnya menjadi sebesar 13.500 JKTKL, tidak berarti bahwa biaya
tersebut juga akan menurunn setengahnya menjadi sebesar Rp 197.500
hal ini disebabkan karena perubahan aktivitas perusahaan tidak akan
secara langsung mempengaruhi besar kecilnya biaya tidak langsung.
Adapun yang termasuk biaya-biaya tidak langsung tersebut adalah semua
biaya yang terhimpun dalam biaya pabrik tidak langsung, biaya administrasi
serta biaya penjualan.
Dalam kaitannya dengan aktivitas perusahaan, biaya tidak langsung
tersebut dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Biaya tetap (Fixed cost), yaitu biaya yang besar kecilnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan aktivitas perusahaan. Ini berarti bahwa jika
terjadi peningkatan ataupun penurunan aktivitas perusahaan, biaya tetap
ini tidak mengalami perubahan atau dengan kata lain biaya tetap tidak
peka terhadap perubahan aktivitas perusahaan.
Biaya semacam ini misalnya depresiasi, upah (gaji) yang dibayar bulanan
dan sebagainya. Dengan demikian misalnya pada bulan januari 2000
sewaktu aktivitas perusahaan sebesar 54.000 JKTKL, beban depresiasi
gedung adalah sebesar Rp 300.000 maka pad bulan februari 2000
sewaktu aktivitas perusahaan meningkat menjadi sebesar 61.500 JTKTL,
beban depresiasi gedung tetap sebesar Rp 300.000 saja.
Dari apa yang telah diutarakan dapatlah diketahui dua ciri utama biaya
tetap, yaitu:
 Bilamana perusahaan tidak mengadakan aktivitas sama sekali
(aktivitas=0), biaya ini tetap ada dalam jumlah tertentu.

5
 Bilamana perusahaan meningkatkan atau menurunkan aktivitasnya, biaya
ini taetap dalam jumlah tertentu dan tidak berubah.
Berdasarkan pada kedua ciri utama tersebut maka apabila digambarkan
dalam bentuk grafik, biaya tetap tersebut akan terlihat sebagai berikut:

Oleh karena biaya tetap jumlahnya selalu sama maka pada tingkat
aktivitas perusahaaan yang rendah akan mengakibatkan biaya tetap rata-rata
per unit aktivitas menjadi besar. Sedangkan pada tingkat aktivitas
perusahaan yang tinggi akan mengakibatkan biaya tetap rata-rata per unit
aktivitas menjadi kecil.
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik maka biaya tetap rat-rata per
unit aktivitas tersebut akan terlihat sebagai berikut:

6
2. Biaya variable (Variable cost), yaitu biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh perubahan aktivitas perusahaan. Ini berarti bahwa
jika terjadi peningkatan aktivitas perusahaan maka jumlah biaya variabel
akan meningkat pula. Sebaliknya, jika terjadi penurunan aktivitas
perusahaan maka jumlah variabel akan menurun pula.
Biaya semacam ini misalnya biaya bahan pembantu, upah (gaji)
yang dibayarkan menurut unit hasil produksi (output) dan sebagainya.
Misalnya pada bulan januari 2000 dimana aktivitas perusahaan hanya
sebesar 54.000 JKTKL akan diperlukan biaya bahan pembantu yang
lebih kecil dari pada bulan februari 2000 dimana aktivitas perusahaan
sebesar 61.500 JKTKL.
Dari apa yang telah diutarakan dapat diketahui dua ciri utama biaya
variabel, yaitu:
 Bilamana perusahaan tidak mengadakan aktivitas sama sekali
(aktivitas=0), biaya ini juga tidak ada (nol).
 Bilamana perusahaan meningkatkan aktivitasnya maka jumlah biaya ini
akan mengalami peningkatan. Sedangkan bilamana perusahaan

7
menurunkan aktivitasnya maka jumlah biaya ini akan mengalami
penurunan pula.
Ditinjau dari besar kecilnya perubahan biaya variabel sebagai akibat
dari perubahan aktivitas perusahaan maka dikenal tiga macam biaya
variabel, yaitu:
a) Biaya variabel proporsional, yaitu biaya variabel yang berubah secara
sebanding dengan perubahan aktivitas perusahaan. Ini berarti bahwa
apabila misalnya aktivitas perusahaan menigkatkan dengan 10% maka
jumlah biaya variabel tersebut juga akan mengalami peningkatan sebesar
10%. Sebaliknya apabila aktivitas perusahaan menurun dengan 10%
maka jumlah biaya variabel tersebut juga akan mengalami penurunan
sebesar 10%.
Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan sebuah contoh biaya variabel
proporsional, agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas:

b) Biaya variabel degresif, yaitu biaya variabel yang berubah secara kurang
dari sebanding dengan perubahan aktivitas perusahaan. Ini berarti bahwa
apabila misalnya aktivitas perusahaan meningkat dengan 10% maka
jumlah biaya variabel tersebut juaga akan mengalami peningkatan tetapi
peningkatannya kurang dari 10%. Sebaliknya apabila aktivitas
perusahaan menurun dengan 10% maka jumlah biaya variabel tersebut
juga akan mengalami penurunan tetapi penurunannya kurang dari 10%.
Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan sebuah contoh biaya variabel
degresif, agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas:

8
c) Biaya variabel progresif, yaitu biaya variabel yang berubah secara lebih
dari sebanding dengan perubahan aktivitas perusahaan. Ini berarti bahwa
apabila misalnya aktivitas perusahaan meningkat dengan 10% maka
jumlah biaya variabel tersebut juga akan mengalami peningkatan tetapi
peningkatannya lebih dari 10%. Sebaliknya apabila aktivitas perusahaan
menurun dengan 10% maka jumlah biaya variabel tersebut juga akan
mengalami penurunan tetapi penurunannya lebih dari 10%.
Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan sebuah contoh biaya variabel
progresif, agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas:

Dengan demikian apabila digambarkan dalam bentuk grafik maka biaya


variabel proporsional, biaya variabel degresif dan biaya variabel progresif
tersebut akan terlihat sebagai berikut:

9
3. Biaya semivariabel (Semivariable cost), yaitu biaya yang sebagaian
mempunyai sifat tetap yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh
perubahan aktivitas perusahaan dan sebagian lainnya mempunyai sifat
variabel yang besar kecilnya dipengaruhi oleh perubahan aktivitas
perusahaan. Ini berarti bahwa biaya semiveriabel merupakan satu biaya
tetapi mengandung dua unsur, yaitu unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel. Unsur biaya tetap akan selalu sama jumlahnya meskipun terjadi
peningkatan atau penurunan aktivitas perusahaan. Sedangkan unsur biaya
variabel akan meningkat jumlahnya jika terjadi peningkatan aktivitas
perusahaan dan akan menurun jumlahnya jika terjadi penurunan aktivitas
perusahaan. Biaya semacam ini misalnya biaya pemeliharaan gedung,

10
biaya pemeliharaan mesin dan alat-alat, upah (gaji) dengan insentif dan
sebagainya.
Dari apa yang telah diutarakan dapatlah diketahui dua ciri utama
biaya semivariabel, yaitu:
 Bilamana perusahaan tidak mengadakan aktivitas sama sekali
(aktivitas=0), biaya ini tetap ada dalam jumlah tertentu yaitu sebesar
unsur biaya tetap yang terkandung didalamnya. Sedangkan unsur biaya
variabel yang terkandung didalamnya tidak ada (nol).
 Bilamana perusahaan meningkatkan aktivitasnya maka jumlah biaya ini
akan meningkat, karena unsur biaya variabel yang terkandung
didalamnya mengalami peningkatan. Sebaliknya bilaman perusahaan
menurunkan aktivitasnya maka jumlah biaya ini akan menurun karena
unsur biaya variabel yang terkandung didalamnya mengalami penurunan.
Sedangkan unsur biaya tetap yang terkandung didalamnya tidak berubah
dan tidak mengalami penurunan.
Dengan demikian untuk dapat mengetahui besarnya biaya semivariabel
pada berbagai tingkat aktivitas peusahaan, terlebih dahulu harus diketahui
besarnya unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel yang terkandung di
dalam biaya semivariabel tersebut. Tanpa mengetahui besarya masing
masing unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel tersebut, niscaya akan
sulit untuk mengetahui besarnya biaya semivariabel pada berbagai tingkat
aktivitas perusahaan. Hal ini disebabkan karena hanya unsur biaya variabel
saja yang terpengaruh oleh perubahan aktivitas perusahaan. Sedangkan
unsur biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan aktivitas perusahaan.
Sesuai dengan sifat-sifatnya, ada sebagian dari jenis-jenis biaya
semivariabel yang dengan mudah dapat diketahui besarnya unsur biaya tetap
dan unsur biaya variabel yang terkandung di dalamnya, serta ada pula
sebagian dari jenis-jenis biaya semivariabel yang sukar diketahui besarnya
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel yang terkandung di dalamnya.
Jenis-jenis biaya semivariabel yang dengan mudah dapat diketahui
besarnya unsur tetap dan unsur variabel yang terkandung didalamnya,

11
terutama disebabkan karena penentuan besar kecilnya unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel tersebut, sepenuhnya menjadi wewenang pimpinan
perusahaan.
Sebagai ilustrasi, berikut ini diberikan beberapa contoh agar dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas.
Sesuai dengan wewenangnya, pimpinan perusahaan menentukan bahwa
upah pengawas (mandor) untuk tahun 2000 yang akan datang ditetapkan
sebesar Rp 50.000 setiap bulan, ditambah dengan Rp 0,75 per unit hasil
produksi (output). Dari ketentuan tersebut, dengan mudah dapat diketahui
bahwa unsur biaya tetap yang terkandung di dalam upah pengawas tersebut
adalah sebesar Rp 50.000 setiap bulan. Jumlah ini selalu tetap dan tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya unit hasil produksi (output) pada masing-
masing bulan ditahun 2000 nanti. Dari ketentuan tersebut, dengan mudah
pula dapat diketahui bahwa unsur biaya variabel yang terkandung di dalam
upah pengawas tersebut adalah sebesar Rp 0,75 per unit hasil produksi
(output). Jumlah ini lah yang akan berubah dengan besar kecilnya produksi
pada masing-masing bulan ditahun 2000 nanti.
Adapun jenis-jenis biaya semivariabel yang sukar diketahui besarnya
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel yang terkandung didalamnya,
terutama disebabkan karena secara teknis pimpinan perusahaan tidak
mungkin menentukan dengan pasti besar kecilnya unsur biaya tetap dan
unsur biaya variabel tersebut. Hal ini disebabkan karena sesuai dengan
sifatnya, besar kecilnya biaya ini tidak semata-mata tergantung serta
ditentukan dengan wewenang seorang pimpinan perusahaan, melainkan
banyak tergantung pada aspek-aspek teknis (teknologi) yang “tidak
terjangkau” oleh wewenang organisatoris perusahaan. Jenis-jenis biaya
semivariabel yang memiliki sifat seperti ini misalnya biaya pemeliharaan
gedung, biaya pemeliharaan mesin, alat-alat dan sebagainya. Biaya-biaya
semacam ini jika hanya dengan wewenang saja tidak dapat ditentukan
secara pasti besar kecilnya unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel yang
terkandung didalamnya, sebab besar kecilnya biaya tersebut banyak

12
ditentukan oleh aspek teknis. Untuk mengalami kesulitan tersebut, dikenal
beberapa metode atau cara untuk dapat memperkirakan (menaksir) besar
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel tersebut. Namun dengan metode-
metode tersebut tidak dapat diketahui jumlah yang pasti dari kedua unsur
biaya itu, melainkan hanya memperkirakan saja jumlah yang mendekati
ketepatan.
Adapun beberapa metode untuk memperkirakan besarnya unsur biaya
tetap dan unsur biaya variabel yang terkandung didalam biaya semivariabel
tersebut, adalah:
a. Metode Biaya Berjaga (Stand by Cost Method), menentukan unsur biaya
tetap dalam suatu biaya semivariabel dapat diperkirakan dengan cara
menghentikan aktivitas perusahaan selama jangka waktu tertentu
(misalnya selama satu bulan). Dengan demikian selama jangka waktu
tersebut tidak ada aktivitas perusahaan sama sekali (aktivitas=0). Unsur
biaya yang ,masih tetap harus dibayar (ditanggung) oleh perusahaan.
Selama perusahaan tidak melakukan aktivitas itulah yang merupakan
unsur biaya tetap. Selisih antara jumlah biaya semivariabel pada tingkat
aktivitas tertentu dengan unsur biaya tetap tersebut merupakan unsur
biaya variabelnya.
Sebagai ilustrasi, misalnya biaya pemeliharaan mesin pada bulan
oktober 2000 dimana perusahaan bekerja selama 50.000 JKTKL adalah
sebesar Rp 475.000 (dari catatan akuntansi perusahaan). Bulan
berikutnya November 2000, perusahaan menghentikan sama sekali
aktivitasnya (aktivitas=nol). Selama bulan november 2000 ternyata
perusahaan masih harus tetap membayar (menanggung) biaya
pemeliharaan mesin tersebut sebesar Rp 100.000. Dengan demikian
diperkirakan unsur biaya tetap yang terkandung didalam biaya
pemeliharaan mesin ini adalah sebesar Rp 100.000. Sedangkan unsur
biaya variabel yang terkandung didalam biaya pemeliharaan mesin ini
adalah Rp 475.000 – Rp 100.000 = Rp 375.000 pada tingkat aktivitas

13
sebesar 50.000 JKTKL. Jadi besarnya unsur biaya variabel rata-rata
adalah sebesar Rp 375.000 : 50.000 JKTKL = Rp 7,05 per JKTKL.
Metode semacam ini kurang disukai oleh perusahaan karena
menghendaki dihentikannnya aktivitas perusahaan selama jangka waktu
tertentu. Dengan sendirinya hal ini sangat merugikan perusahaan.
b. Metode Taksiran Langsung (Direct Estimate Method), menentukan
bahwa unsur biaya tetap dalam suatu biaya semivariabel dapat
diperkirakan dengan cara mengandaikan perusahaan menghentikan
aktivitasnya selama jangka waktu tertentu (misalnya satu bulan). Dengan
demikian diandaikan selama jangka waktu tersebut tidak ada aktivitas
perusahaan sama sekali (aktivitas=nol). Unsur biaya yang diperkirakan
masih tetap harus dibayar (ditanggung) oleh perusahaan, seandainya
perusahaan menghentikan aktivitasnya tersebut hal itu merupakan
taksiran unsur biaya tetap. Selisih antara jumlah biaya semivariabel pada
tingkat aktivitas tertentu dengan taksiran unsur biaya tetap tersebut
merupakan taksiran unsur biaya variabelnya. Oleh karena besar kecilnya
biaya semivariabel semacam ini banyak ditentukan oleh aspek teknis
maka untuk dapat memperkirakan besarya unsur biaya tetap seandainya
perusahaan menghentikan aktivitasnya tersebut maka diperlukan
bantuan para teknisi yang lebih paham.
Sebagai ilustrasi, misalnya biaya pemeliharaan mesin di bagian
tenaga diesel pada bulan oktober 2000 dimana perusahaan bekerja
selama 50.000 JKTKL adalah sebesar Rp 200.000. Diperkirakan
seandainya pada bulan oktober 2000 tersebut perusahaan menghentikan
aktivitasnya sama sekali maka peerusahaan masih harus mengeluarkan
(menanggung) biaya sebesar Rp 75.000 dengan demikian diperkirakan
unsur biaya tetap yang terkandung didalam biaya pemeliharaan mesin di
bagian tenaga diesel ini adalah sebesar Rp 75.000. Sedangkan unsur
biaya variabelnya adalah sebesar Rp 200.000 – Rp 75.000 = Rp 125.000
pada tingkat aktivitas sebesar 50.000 JKTKL. Jadi besarnya unsur biaya

14
variabel rata-rata adalah sebesar Rp 125.000 : 50.000 JKTKL = Rp 2,50
per JKTKL.
c. Metode Maksimum dan Minimum (Maximum and Minimum Method),
menentukan bahwa unsur biaya tetap dalam suatu biaya semivariabel
dapat diperkirakan dengan cara membandingkan ntara besarnya biaya
semivariabel yang bersangkutan pada aktivitas maksimum yang pernah
dicapai oleh perusahaan dengan besarnya biaya semivariabel tersebut
pada aktivitas minimum yang pernah dialami perusahaan. Selisih antara
jumlah biaya semivariabel pada tingkat aktivitas tertentu dengan unsur
biaya tetap tersebut merupakan unsur biaya variabelnya.
Sebagai ilustrasi, misalnya aktivitas maksimum yang pernah dicapai
oleh perusahaan adalah pada bulan agustus 2000 dimana perusahaan
bekerja selama 60.000 JKTKL. Pada waktu itu biaya pemeliharaan mesin
yang dikeluarkan (ditanggung) perusahaan adalah sebesar Rp 550.000
sedangkan aktivitas minimum yang pernah dialami oleh perusahaan
adalah pada bulan februari 2000 dimana perusahaan bekerja selama
10.000 JKTKL. Pada waktu itu biaya pemeliharaan mesin adalah sebesar
Rp 175.000. Dengan demikian telah terjadi peningkatan biaya
pemeliharaan mesin sebanyak Rp 550.000 – Rp 175.000 = Rp 375.000
dan telah pula terjadi peningkatan aktivitas perusahaan sebanyak 60.000
JKTKL – 10.000 JKTKL = 50.000 JKTKL antara aktivitas minimum
dengan aktivitas maksimum. Jadi peningkatan rata-rata biaya
pemeliharaan mesin tersebut adalah sebesar Rp 375.000 : 50.000 JKTKL
= Rp 7,50 per JKTKL. Dengan kata lain, bahwa besarnya unsur biaya
variabel yang terkandung didalam biaya pemeliharaan mesin tersebut
adalah Rp 7,50 per JKTKL.
Pada aktivitas minimum sebesar 10.000 JKTKL, besarnya unsur
variabel adalah 10.000 x Rp 7,50 = Rp 75.000. Sedangkan jumlah biaya
pemeliharaan mesin pada aktivitas minimum ini adalah sebesar Rp
175.000 dengan demikian unsur biaya tetap yang erkandung didalam

15
biaya pemeliharaan mesin ini adalah sebesar Rp 175.000 –Rp 75.000 =
Rp 100.000.
Unsur biaya tetap ini dapat pula diketahui dengan menggunakan
perhitungan pada aktivitas maksimum. Pada aktivitas maksimum sebesar
60.000 JKTKL, besarya unsur biaya variabel adalah 60.000 x Rp 7,50 =
Rp 450.000. Sedangkan jumlah biaya pemeliharaan mesin pada aktivitas
maksimum ini adalah sebesar Rp 550.000 dengan demikian unsur biaya
tetap yang terkandung didalam biaya pemeliharaan mesin ini adalah
sebesar Rp 550.000 – Rp 450.000 = Rp 100.000.
Oleh karena metode maksimum dan minimum ini di rumuskan untuk
pertamakalinya oleh J.H.Williams pada tahun 1992 maka metode
tersebut sering pula disebut sebagai Metode Williams.
Kegunaan Anggaran Fleksibel (Variable Budget)
Secara umum, semua anggaran termasuk anggaran fleksibel (variable
budget) mempunyai tiga kegunaan pokok, yaitu sebagai pedoman kerja, alat
pengkoordinasian kerja serta sebagai alat pengawasan kerja yang membantu
manajemen dalam memimpin jalannya perusahaan.
Sedangkan secara khusus, anggaran fleksibel berguna sebagai dasar
untuk penyusunan anggran biaya-biaya tidak langsung yaitu anggaran biaya
pabrik tidak langsung, anggaran biaya administrasi dan anggaran biaya
penjualan dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang.
Oleh karena pada dasarnya anggaran fleksibel memuat berbagai standar
biaya tidak langsung maka dengan berpedoman pada anggaran fleksibel akan
dengan mudah dapat dihitung serta ditaksir besarnya biaya-biaya tidak
langsung pada berbagai aktivitas perusahaan waktu kewaktu yang akan
datang.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Fleksibel
Agar suatu anggaran dapat berfungsi dengan baik maka taksiran-taksiran
yang termuat didalamnya harus cukup akurat sehingga tidak jauh berbeda
dengan realisasinya nanti. Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih
akurat maka diperlukan data, informasi dan pengalaman yang merupakan

16
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menyusun anggaran.
Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menyusun
anggaran fleksibel, antara lain:
1. Untuk biaya upah (gaji) Tenaga Kerja Tidak Langsung, banyak
dipengaruhi oleh sistem pembayaran upah yang berlaku di perusahaan:
 Apabila perusahaan memakai sistem upah menurut waktu, maka upah
tenaga kerja langsung tersebut merupakan biaya tetap (fixed cost) karena
besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan.
 Apabila perusahaan memakai sistem upah menurut unit hasil (output),
maka upah tenaga kerja tidak langsung tersebut merupakan biaya
variabel (variable cost) karena besar kecilnya tergantung pada aktivitas
perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk unit hasil (output).
 Apabila perusahaan memakai sistem upah insentif, maka upah tenaga
kerja tidak langsung tersebut merupakan biaya semivariabel karema
sebagian dari upah tersebut mempunyai sifat tetap (unsur tetap) dan
sebagian lagi yang berupa insentif, mempunyai sifat variabel (unsur
variabel).
2. Untuk biaya bahan pembantu, banyak dipengaruhi oleh:
 Teknologi proses produksi yang dimiliki dan dipakai oleh perusahaan.
Pada umumnya, teknologi yang lebih maju akan lebih menghemat biaya
bahan pembantu dari pada teknologi yang kurang maju.
 Sifat atau tingkah laku (behaviour) biaya bahan pembantu tersebut dalam
kaitannya dalam kaitannya dengan teknologi proses produksi yang
dimiliki perusahaan.
 Kondisi mesin-mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan. Mesin-
mesin dan peralatan yang relatif masih baru akan lebih menghemat biaya
bahan pembantu dari pada mesin-mesin dan peralatan yang sudah tua.
Kadang-kadang bagi perusahaan-perusahaan tertentu, biaya bahan
pembantu ini merupakan biaya variabel tetapi bagi perusahaan-
perusahaan yang lain merupakan biaya semivariabel.

17
3. Untuk biaya pemeliharaan aktiva tetap (gedung, mesin, alat-alat dan
sebagainya), banyak dipengaruhi oleh:
 Kondisi aktiva tetap yang bersangkutan ditinjau dari sudut teknologis.
Aktiva tetap yang lebih sensitif akan memerlukan biaya pemeliharaan
yang lebih besar daripada aktiva tetap yang kurang sensitif.
 Kondisi aktiva tetap yang bersangkutan ditinjau dari sudut umur
pemakaiannya. Aktiva tetap yang ralatif masih baru akan lebih
menghemat biaya pemeliharaan dari pada aktiva tetap yang sudah tua.
Pada umumnya biaya pemeliharaan aktiva tetap merupakan biaya
semivaraiabel karena seandainya perusahaan menghentikan aktivitasnya,
aktiva tetap tersebut masih memerlukan pemeliharaan serta perawatan
(unsur biaya tetap). Sedangkan apabila perusahaan meningkatkan
aktivitasnya, biaya pemeliharaan aktiva tetap tersebut akan mengalami
peningkatan pula (unsur biaya variabel).
4. Untuk biaya listrik, banyak dipengaruhi oleh:
 Peraturan yang berlaku dan dikeluarkan oleh perusahaan listrik negara.
 Kebutuhan tenaga listrik dari masing-masing mesin dan peralatan yang
dimiliki oleh perusahaan.
Sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh PLN maka biaya listrik
merupakan biaya semivariabel.
5. Untuk beban depresiasi aktiva tetap, banyak dipengaruhi oleh:
 Harga (nilai) pembeliaan aktiva tetap yang bersangkutan.
 Umur ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan.
 Nilai residu (salvage value) aktiva tetap yang bersangkutan.
 Metode depresiasi yang dipakai oleh perusahaan.
Pada umumnya beban depresiasi aktiva tetap merupakan biaya tetap
karena besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan. Akan
tetapi apabila perusahaan memakai metode produksi (production method)
untuk menentukan besar kecilnya beban depresiasi maka depresiasi aktiva
tetap yang bersangkutan merupakan biaya variabel karena besar kecilnya

18
beban depresiasi ditentukan berdasarkan besar kecilnya aktivitas
(produktivitas) perusahaan selama periode yang bersangkutan.
6. Untuk biaya promosi, banyak dipengaruhi oleh:
 Jenis produk yang akan dijual oleh perusahaan. Pada umumnya produk
yang berupa barang konsumsi memerlukan biaya promosi yang lebih
besar daripada produksi yang berupa barang industri.
 Keadaan persaingan di pasar. Persaingan yang cukup ketat akan
memerlukan biaya promosi yang lebih besar daripada persaingan yang
kurang ketat.
 Penguasaan pasar. Usaha memasuki atau merebut pasar yang baru akan
memerlukan biaya promosi yang lebih besar daripada pasar lama yang
sudah dikuasai oleh perusahaan.
 Tersedianya modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang
mempunyai modal kerja yang lebih kuat akan lebih mampu
merencanakan biaya promosi yang lebih besar daripada perusahaan yang
modal kerjanya terbatas.
Pada umumnya biaya promosi merupakan biaya tetap dapat pula
merupakan biaya variabel maupun biaya semivariabel. Tergantung
sepenuhnya pada kebijaksanaan perusahaan.
Bentuk Anggaran Fleksibel
Sebagaimana halnya dengan anggaran-anggaran yang lain, bagi anggaran
fleksibel ini juga tidak ada sesuatu bentuk standar yang harus dipergunakan.
Ini berarti bahwa masing-masing perusahaan mempunyai kebebasan untuk
menentukan bentuk serta formatnya sesuai dengan keadaan perusahaan
masing-masing.
Namun demikian, secara garis besar dikenal ada dua bentuk atau dua cara
penyajian anggaran fleksibel, yaitu:
1) Bentuk anggaran fleksibel (variable budget) yang dengan jelas
memperlihatkan masing-masing unsur biaya tetap dan unsur biaya
variabel secara terpisah. Untuk itu cara penyajiannya dapat dilakukan
dengan tiga bentuk, yaitu:

19
 Variable budget berbentuk tabel, yaitu variable budget yang disusun
dalam suatu tabel yang memuat unsur-unsur biaya tetap dan unsur-
unsur biaya variabel dari masing-masing jenis biaya tidak langsung.
Sebagai ilustrasi anggaran fleksibel berbentuk tabel sebagai berikut:

 Variable budget berbentuk formula, yaitu variable budget yang


disusun dalam bentuk formulasi fungsi matematika yang
memperlihatkan hubungan antara masing-masing unsur biaya tetap
dan unsur biaya biaya variabel disatu pihak dengan aktivitas
perusahaan dilain pihak. Formulasi garis lurus (liniear) akan
berbentuk fungsi Y = a + bX, sedangkan formulasi garis lengkung
(non liniear) akan berbentuk fungsi Y = a + bX + cX 2. Sebagai
ilustrasi anggaran fleksibel berbentuk formula sebagai berikut:

20
 Variable budget berbentuk grafik, yaitu variable budget yang disusun
dalam bentuk grafik yang memperlihatkan hubungan antara masing-
masing unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel disatu pihak dengan
aktivitas perusahaan dilain pihak. Sebenarnya variable budget
berbentuk grafik ini tidak lain adalah merupakan “penggambaran”
fungsi matematika dari variable budget berbentuk formula kedalam
gambar. Formulasi fungsi garis lurus (liniear) akan membentuk
gambar grafik garis lurus. Sedangkan formulasi fungsi garis lengkung
(non liniear) akan membentuk gambar grafik garis lengkung. Sebagai
ilustrasi anggaran fleksibel berbentuk grafik sebagai berikut:

21
2) Bentuk anggaran fleksibel yang tidak memperlihatkan masing-masing
unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel secara jelas dan terpisah.
Anggaran fleksibel yang disajikan dalam bentuk seperti ini, dinamakan
anggaran fleksibel (variable budget) berbentuk kolom yaitu variable
budget yang memuat berbagai jumlah biaya tidak langsung pada berbagai
tingkat aktivitas perusahaan, tanpa memisahkan masing-masing unsur
biaya tetap dan unsur biaya variabel yang terkandung didalam biaya tidak
langsung tersebut.
Dinamakan “berbentuk kolom” karena variable budget ini disusun
berkolom-kolom, dimana setiap satu kolom memuat jumlah biaya tidak
langsung pada satu tingkat aktivitas perusahaan. Dengan demikian, untuk
memuat berbagai jumlah biaya tidak langsung pada berbagai tingkat

22
aktivitas perusahaan, diperlukan banyak kolom-kolom. Sebagai ilustrasi
anggaran fleksibel berbentuk kolom sebagai berikut:

Oleh karena bentuk kolom ini hanya menyajikan berbagai biaya


tidak langsung pada berbagai tingkat aktivitas perusahaan maka
perusahaan akan mengalami sedikit kesulitan untuk mengetahui
besarnya biaya tidak langsung tersebut apabila diwaktu yang akan datang
perusahaan bekerja dengan aktivitas yang berbeda dengan tingkat
aktivitas yang terdapat pada kolom-kolom tersebut.
Jadi misalnya perusahaan merencanakan akan bekerja selama 54.000
JKTKL pada bulan januari 2000 nanti maka perusahaan akan sedikit
mengalami kesulitan untuk menentukan besarnya biaya-biaya tidak
langsung pada bulan tersebut karena dari kolom–kolom yang tersedia
dalam anggaran fleksibel yang bersangkutan tidak terdapat kolom yang
aktivitas sebesar 54.000 JKTKL.

23
Untuk dapat menentukan besarnya biaya-biaya tidak langsung
tersebut harus dilakukan secara interpolasi antara dua kolom aktivitas
yang paling dekat dengan aktivitas sebesar 54.000 JKTKL yaitu kolom
aktivitas 50.000 JKTKL dan kolom aktivitas 60.000 JKTKL.
Sebagai ilustrasi, berikut ini beberapa contoh, agar dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas:
a. Dari kolom aktivitas 50.000 JKTKL diketahui bahwa gaji tenaga
kerja di bagian bengkel adalah sebesar Rp 430.000 sedangkan dari
kolom aktivitas 60.000 JKTKL jumlah biaya tersebut tetap sebesar
Rp 430.000 ini berarti bahwa gaji tenaga kerja di bagian bengkel
tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya aktivitas perusahaan sehingga
termasuk dalam kelompok biaya tetap. Oleh sebab itu, maka gaji
tenaga kerja tersebut pada bulan januari 2000 dengan aktivitas
sebesar 54.000 JKTKL adalah tetap sebesar Rp 430.000.
b. Dari kolom aktivitas 50.000 JKTKL diketahui bahwa biaya bahan
pembantu di bagian bengkel adalah sebesar Rp 37.500. Sedangkan
dari kolom aktivitas 60.000 JKTKL jumlah biaya tersebut adalah
sebesar Rp 45.000. Ini berarti bahwa peningkatan aktivitas sebesar
10.000 JKTKL telah mengakibatkan peningkatan biaya tersebut
sebesar Rp 7.500. Dengan kata lain, telah terjadi peningkatan biaya
sebesar Rp 0,75 per JKTKL. Jumlah ini tidak lain adalah merupakan
unsur biaya variabel dari biaya bahan pembantu tersebut.
Pada tingkat aktivitas 50.000 JKTKL. Unsur biaya variabel
tersebut sebesar 50.000 JKTKL x Rp 0,75 = Rp 37.500. padahal
biaya bahan pembantu di bagian bengkel dari kolom aktivitas 50.000
JKTKL sebesar Rp 37.500. Ini berarti bahwa seluruh biaya bahan
pembantu tersebut merupakan biaya variabel. Dengan kata lain,
biaya bahan pembantu tersebut termasuk dalam kelompok biaya
variabel. Oleh karena itu, maka biaya bahan pembantudi bagian
bengkel pada bulan januari 2000 dengan aktivitas sebesar 50.000
JKTKL adalah sebesar 54.000 JKTKL x Rp 0,75 = Rp 40.500.

24
c. Dari kolom aktivitas 50.00 JKTKL diketahui bahwa biaya
pemeliharaan alat-alat di bagian bengkel adalah sebesar Rp 185.000.
Sedangkan dari kolom aktivitas 60.000 JKTKL jumlah biaya
tersebut adalah sebesar Rp 210.000. Ini berarti bahwa peningkatan
aktivitas sebesar 10.000 JKTKL telah mengakibatkan peningkatan
biaya tersebut sebesar Rp 25.000. Dengan kata lain, telah terjadi
peningkatan biaya sebesar Rp 2,50 per JKTKL. Jumlah ini
merupakan unsur variabel dari biaya pemeliharaan alat-alat tersebut.
Pada tingkat aktivitas 50.000 JKTKL, unsur biaya variabel
tersebut sebesar 50.000 JKTKL x Rp 2,50 = Rp 125.000. Padahal
biaya pemeliharaan alat-alat di bagian bengekel dari kolom aktivitas
50.000 JKTKL diketahui sebesar Rp 185.000. Jika pada aktivitas
50.000 JKTKL ini unsur biaya variabelnya adalah sebesar Rp
125.000 maka kelebihannya merupakan unsur biaya tetapnya yaitu
sebesar Rp 185.000 – Rp 125.000 = Rp 60.000. Dengan demikian
maka biaya pemeliharaan alat-alat di bagian bengkel pada bulan
januari 2000, dengan aktivitas sebesar 54.000 JKTKL adalah sebesar
Rp 60.000 + (54.000 JKTKL x Rp 2,50) = Rp 195.000 karena
mengandung unsur biaya variabel serta mengandung pula unsur
biaya tetap maka biaya pemeliharaan alata-alat di bagian bengkel ini
termasuk dalam kelompok biaya semivariabel.

25
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan oleh penulis dalam
makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa anggaran statis dan anggaran
fleksibel memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda. Anggaran statis
merupakan anggaran yang dibuat tentang biaya-biaya yang terikat pada satu
tingkat aktivitas perusahaan saja. Sedangkan anggaran fleksibel merupakan
anggaran yang dibuat tentang biaya-biaya yang terikat pada berbagai macam
tingkat aktivitas perusahaan. Jadi anggaran statis atau biasa disebut anggaran
tetap (fixed budget) memiliki sifat yang tetap sedangkan sebaliknya, anggaran
fleksibel (fleksible budget) memiliki sifat yang fleksibel.
B. Saran
Setelah dipaparkan mengenai anggaran statis dan anggaran fleksibel oleh
penulis dalam makalah ini maka diharapkan pemaparannya dapat dipahami
dengan baik dan bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan khususnya
untuk penulis.

26
DAFTAR PUSTAKA

Charles T dkk, akutansi biyaya pendekatan marjinal,( Jakarta: Erlangga, 2006)


Munandar.M. Budgeting. 2001. Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta.
Marianus sinaga, Cost Acounting, a manajemen emphasis, 6th edition,(Jakarta:
Erlangga,1996)
http://kmplnmakalah.blogspot.com/2013/03/penganggaran.html.
http://anakfoseiunhas.blogspot.com/2013/10/anggaran-fleksibel-akuntansi-
manajemen.html
http://rahmisetyautamy9.blogspot.com/2013/03/definisi-dan-contoh-biaya-
tetap.html.
http://khadijahmuin.blogspot.com/2013/12/anggaran-fleksibel-varian-biaya.html.
http://d-ekatnadi.blogspot.com/2010/09/makalahresume-flexible-budget.html

27

Anda mungkin juga menyukai