Makalah Dinasti Safawi Dan Mughol
Makalah Dinasti Safawi Dan Mughol
Oleh :
MEGA MELATI SOFYANA (10620190026)
C1 PGMI 2019
Sholawat serta salam tak lupa kita berikan kepada baginda nabi Muhammad SAW .Semoga
kita mendapat syafaat beliau di Yaumil Mahsyar kelak.amin ya Rrabbal’ alamin
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Pradaban Islam,dan judul makalah ini adalah DINASTI SAFAWI DAN DINASTI MUGHAL.
Akhirnya penyusun makalah menyadari bahwa makalah ini bukanlah langka awal yang masih
memerlukan koreksi ,maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
KATA PENGANTAR………………………………………………..………………1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….……..2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2. Tahmasp 1(1524-1576)
3. Ismail II (1576-1577 M)
5. Abbas I (1588-1628 M)
7. Abbas II (1642-1667)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husain (1694-1722 M)
B. Kemajuan
1. Peran Kerajaan Safawi bagi peradaban Islam
Peran Kesejahtraan Kerajaan Safawi bagi peradaban Islam begitu besar. Hal ini
dapat dilihat dari sisi kemajuan dan kejayaannya. Kendati demikian, masa kemajuan
dan kerajaan Safawi tidak langsung terwujud pada saat kerajaan itu berdiri di bawa
pemerintahan Ismail1 sebagai raja pertama (1501-1524 M). Kejayaan Safawi yang
gemilang baru di capai pada masa pemerintahan Syah Abbas 1 (1587-1629 M) Raja
yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri Safawi sangat besar
sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari. Ismail1 juga telah
memberi corak yang khas bagi Safawi dengan menetapkan Syiah sebagai aliran agama
Negara. Di samping itu ia telah mempersembahkan karya besar bagi negaranya berupa
perluasan wilayah.
Selama sepuluh tahun pertama pemerintahannya, Ismail berhasil memperluas
wilayah pemerintahan Safawi sampai mencakup seluruh wilayah Persia dan sebelah
timur fertileCrescent. Semua ini diperolehnya dengan perjuangan dan pengorbanan
serta keberanian yang besar. Pada tahun 1502 M, Ismail berhasil menguasai Shirwan,
Azerbaijan dan Irak. Pada tahun berikutnya, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak
Koyunlu di Hamadzan. Selanjutnya ia menduduki propinsi Kaspia dari mazandaran dan
Gurgan. Diyar Bakr ditaklukkan pada tahun 1505 M. Sedangkan Khurasania kuasai
setelah terlibat pertempuran dengan Uzbek. Kemenangan beruntun ini merupakan
sukses mewujudkan kerajaan Safawi yang membentang dari Heart di timur sampai
Diyar Bakr di barat.
Jadi dapat di kemukakan bahwa kehadiran kerajaan Safawi dan perannya di
atas pentas sejarah umat Islam merupakan sumbangsi bagi peradaban Islam. Safawi
tampil ketika dunia Islam dilanda keterpurukan pasca keruntuhan Bagdad akibat
serangan bangsa Mongol. Dengan kemajuan dan kejayaan yang telah diraih, Safawi
telah mengangkat umat Islam dari kejatuhan.
2. Wujud dan corak kemajuan kerajaan Safawi
Masa pemerintahan Syiah Abbas 1 (996-1038/1588-1629) Dapat dikatakan
puncak pada kejayaan Safaiyah. Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa itu
antara lain:
a. kemajuan dibidang politik
kemajuan dibidang politik disini adalah terwujudnya integritas wilayah negara
yang luas yang dikawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh dan diatur oleh
suatu pemerintahan yang kuat, serta mampu memainkan peran dalam peraturan politik
internasional.
Ketika Syah Abbas I naik tahta, kondisi kerajaan Safawi dalam keadaan lemah
akibat peperangan dengan kerajaan Turki Usmani yang lebih kuat dan terjadi berkali-
kali pada zaman pemerintahan Tahmasp I, Ismail II, hingga zaman Muhammad
Khudabanda. Selain itu, di dalam negeri sering terjadi pertentangan antara kelompok-
kelompok memperebutkan kekuasaan.
Maka dalam rangka memulihkan kekuatan kerajaan Safawi, Syah Abbas I melakukan
dua langkah, pertama, membangun angkatan bersenjata kerajaan yang kuat, besar dan
modern. Tentara Gizylbasy yang pernah menjadi tulang punggung kerajaan, menurut
Syah tidak bisa diandalkan lagi untuk menopang citra politik Syah yang besar. Untuk itu
perlu dibangun suatu angkatan bersenjata yang baru. Inti satuan militer ini direkrut dari
bekas tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia. Mereka diberi nama
Ghulam. Mereka dibina dengan pendidikan militer yang militan dan dipersenjatai secara
modern. Sebagai pimpinannya, Syah mengangkat Allahwardi Khan, salah seorang dari
Ghulam.
Dalam membangun kekuatan militer Ghulam, Syah dibantu oleh dua orang
asing berkebangsaan inggeris, yaitu Sir Anthony Sherley dan saudaranya Sir Rebort
Sherley. Mereka mengajari tentara Safawi membuat meriam sebagai perlengkapan
tentara modern Banuan pihak inggeris itu, oleh sebagian sejarawan di pandang sebagai
upaya inggeris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di Eropa yang menjadi
musuh besar inggeris saat itu. Dengan bantuan kedua orang inggeris tersebut, Safawi
membangun kekuatan militernya, sehingga terbentuk beberapa resimen di antaranya,
satu resimen pengawal sejumlah 3000 orang Ghulam, sebuah resimen tempur yang
terdiri dari orang-orang Persia dengan kekuatan 12.000 prajurit. Saat itu kerajaan
Safawi memiliki tentara sekitar 37000 orang prajurit.
Langkah kedua Syah Abbas I adalah mengadakan perjanjian damai dengan
Turki Usmani. Dalam perjanjian tersebut, Safawi harus menyerahkan kepada Turki
Usmani wilayah Azerbajian, dan Kurj (Georgia) serta sebagian wilayah Luristan.
Termasuk dalam butir perjanjian, bahwa Syah harus menjamin penghentian
penghinaan terhadap tiga khalifah pertama, yaitu Abu Bakar, Umar dan Usman pada
setiap khutbah diseluruh wilayah kekuasaannya. Sebagai jaminan atas janji tersebut,
Syah menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai Sandra di Istambul.
Sejak saat itu, Syah Abbas I dapat berkonsentasi memulihkan stabilitas
keamanan dalam negeri dan membentengi wilayah kekuatannya dari serangan bangsa
Uzbek yang sering kali menyerang Khurasan. Setelah itu, Syah Abbas I mulai
mengalihkan perhatiannya keluar dengan berusaha mengembalikan wilayah-wilayah
kekuasaanya yang hilang. Pada tahun 1598 M ia merebut Heart, Merv dan Balkh.
Setelah kekuatannya benar-benar terbina dan sholid, ia pun merusaha merebut kembali
wilayah kekuasannya dari tangan Turki Usmani. Pada akhir kekuasaan Sultan
Muhammad III, Ketika Turki Usmani terlibat perang dengan Australia, Syah Abbas
melancarkan serangannya terhadap Turki Usmani sehingga berhasil merebut kembali
Tabriz, Syirwan dan Baghdad. Selanjutnya pasukan Abbas I merebut Nakhchivan,
Erivan, Ganja, Tiflis dan kepulauan Hurmuz yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan
maritim.
Dengan keberhasilan membangun angkatan bersenjata yang tangguh, lalu
memulikan stabilitas dalam negeri mengembalikan wilayah-wilayah kerajaan yang
pernah direbut kerajaan lain selama pemerintahan raja-raja sebelumnya, maka Syah
Abbas I berhasil membawa Safawi mencapai kemajuan di bidang politik.
d. Kelemahan angkatan bersenjata yang tidak dapat diatasi berakibat pula pada
melemahnya sistem pertahanan kerajaan. Terjadi penurunan kualitas tempur angkatan
bersenjata sejak wafatnya Syah Abbas I. Bahkan ketika Syah Husain berkuasa, ia tidak
mempercayai kelompok Qisilbasy dan kelompok Ghulam dalam mengamankan negara.
e. Penentangan ulama terhadap teori kesucian para raja melemahkan kepercayaan
masyarakat pada penguasa. Menjelang pada abad ke-18 para ulama Syiah mulai
menentang teori tentang hak suci para raja, suatu kongsep yang menyatakan bahwa
Syah merupakan reinkarnasi Imam, bayangan tuhan di bumi. Hal ini berakibat
melunturnya kepatuhan rakyat terhadap Syah.
f. Fanatisme golongan Syiah berkuasa yang selalu mengintimidasi dan menyingkirkan
kelompok sunni, memicu perlawanan dalam bentuk pemberontakan terhadap kerajaan.
Semangat Syiah yang dibangkitkan dan dipertahankan oleh kerajaan memeng tidak
mengenal balas kasihan, sehingga Syiahisme justru mengikis vitalitas kehidupan
masyarakat dan pemerintahan.
g. Serangan silih berganti dari berbagai kerajaan seperti Turki Usmani dan
Afganistan.
B. PEMBENTUKAN KERAJAAN MUGHAL DI INDIA
A. Pembentukan Kerajaan Mughal
Istilah Kerajaan dalam sejarah Islam sering kali terdengar, hal ini memberikan
konotasi bahwa Islam sejumlah wilayah pernah hidup dan berkembang di bawah
kepemimpinan seorang Raja atau Sultan. Dengan demikian, persepsi tentang
kehidupan berpolitik umat Islam berbagai pemerintahan yang bercorak monarchi,
sebagian ada benarnya karena memeng tampak adanya pewaris tahta kepemimpinan
secara turun temurun.
Kerajaan-kerajaan Islam, seperti halnya pada sebuah negara sering kali
mengalami kemunduran, bahkan kehancuran setelah menikmati kejayaan. Kerajaan
Mughal misalnya hanya mampu bertahan selama kurang lebih 332 tahun kemudian
jatuh dalam cengkaraman Inggeris. Gambaran ini memberikan suatu indikasi bahwa
peranan pelaku sejarah sangat menentukan kejayaan dan kehancuran sebuah
kekuasaan. Dalam artian bahwa potret suatu bangsa sangat ditentukan oleh siapa yang
melakuninya. Jika dilakuni oleh orang-orang yang cerdas dan mempunyai dedikasi
moral keagamaan yang tinggi, maka dapat dipastikan bahwa bangsa tersebut
mengalami kemajuan yang signifikan. Akan tetapi sebaliknya jika dilakuni oleh orang-
orang yang ambisius terhadap kekuasaan, jauh dari moralitas keagamaan, apalagi jia
dilakuni orang-orang yang tidak cerdas, maka dapat dipastikan bahwa bangsa itu
mengalami stagnasi dalam perkembangan.
Makalah ini membahas kerajaan Mughal di India. Salah satu kerajaan atau
Dinasti Islam yang pernah jaya ketika dunia Islam berada dalam pase kemunduran.
Oleh karena itu, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana perkembangan politik
dan pemerintahan Dinasti Mughal.
Dinasti Mughal tergolong kerajaan besar Islam termuda yang pernah berdiri
seperempat abad setelah kerajaan Safawi. Dinasti Mughal berkedudukan di India yang
didirikan oleh Zahiruddin Babul (1482-1530 M) dari keturunan Turki Chagathai.
Ayahnya bernama Umar Mizra atau Umar Syeikh Abi Said menjadi penguasa disebuah
kesultanan kecil Timuriyah di Asia Tengah, yakni Farghana. Sedangkan ibunya berasal
dari keturunan Jenghis Khan.
Kerajaan Mughal sebagai kerajaan yang perah berkuasa, Babur adalah sosok
peribadi yang disegani pada masanya tidak heran kalau ia digelar The lion
King’. Peranan orang tuanya sangat mendukung dirinya sebagai pejuang dan
penguasa kaliber nantinya. Ketika ayahnya wafat pada tahun 1494 M, ketika itu Babur
baru berusia 14 tahun. Sebagai pewaris tahta dari nenek moyangya, Timur Lenk, ia pun
memulai melakukan ekspansi ke berbagai wilayah hingga pada tahun 1504 M. Dapat
merebut Kabul dan Gazni. Pada tahun 1525 M. Dengan mudah ia dapat merebut
Punjab dan tak henti-hentinya bergerak untuk menguasai daerah-daerah lainnya seperti
Delhi dan Panipatyang sudah lama di kuasai oleh Ibrahim Lodi. Setelah perlawanan
Ibrahim Lodi dikalahkan pula, Babur menghadapi serangan dari Ranasanga, penguasa
Mewar yang berkoalisi dengan penguasa Amber, Gwaleor, Ajmer, Chandri dan Sultan
Mahmud Lodi pada tahun 1529 M.
Pertempuran ini tergolong amat dahsyat di bandingkan dengan pertempuran-
pertempuran lainnya pada masa itu, Babur sebagai perwira yang gagah berani selalu
memotipasi semangat bala tentaranya yang sedang panik menghadapi lawan-
lawannya, sehingga pada akhirnya kemenangan itu berada di pihaknya dan kota Delhi
yang telah direbut ia jadikan ibu kotanya. Demikian berdirinya kerajaan Mughal di India.
Pada tahun 1530 M, Babur wafat dalam usia 48 tahun setelah pemrintah selama
30 tahun dengan meninggalkan kejayaan yang cemerlang. tahta kerajaan yang di
limpahkan kepada puteranya yang tertua, yakni Humayun.
Humayun memerintah selama 10 tahun (1530-1540 M). Dalam masa
kepemimpinannya bukannya mengalami kemajuan akan tetapi malahan dari sebagian
wilayah yang pernah di kuasai ayahnya tidak mampu di pertahankan. Hal ini di
sebabkan keterampilan politik Humayun tidak sebaik ayahnya. Berbeda ketika Jalal al-
Din Abdul al-Tahir Muhammad Akbar (1556-1606 M). Tampil menggantikan posisi
ayahnya Humayun, kerajaan Mughal kelihatan banyak mendapatkan kemajuan.
Akbar, menurut sejarah, tidak sempat mendapatkan pendidikan formal, namun
kemauan kerasnya untuk belajar sangat tinggi, karir militernya di mulai sejak kecil
hingga ia pun ditetapkan sebagai pewaris tahta kerajaan pada usia 15 tahun ayahnya
mangkat pada tahun 1556 M.
Sifat kecerdasan, keberanian dan kecakapan yang dimiliki oleh Akbar,
menjadikan wilayah yang pernah direbut oleh ayahnya kembali ia kuasai dan ekspansi
kewilayah-wilayah lainnya senantiasa di usahakan pula sampai kerajaan ini menguasai
hampir seluruh wilayah India. Dari wilayah-wilayah lain ia rebut seperti Gwalior, Aimer,
Janput, Gujarat, Kasmir, dan Kandahar.
Di awal kepemimpinan terdapat seorang Syah yang bernama Bairam Khan, ia
berperang mengembangkan kerajaan, akan tetapi tatkala Bairan Khan penganjur Syiah
tercium, Akbar dengan segera mengambil dan mengontrol secara penuh kerajaan. Di
samping ia memeng dewasa. Pada sisi lain, Akbar juga terlihat sangat liberal, hal ini
tampak ketika ia ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang
diberi nama Din ilahiy.
Pada masa pemerintahan Akbar, nama kerajaan Mughal berkibar di India. Akbar
tampil memperlihatkan kekuatannya dan sifat toleransinya, etnis dan agama yang
deferensial kelihatan di hormati eksistensinya, sehingga kerajaan Mughal betul-betul
terkesan jaya. Selanjutnya pada tahun 1605 M Akbar wafat, kemudian digantikan oleh
puteranya Jengahir. Berturut-turut tiga generasi kerajaan Mughal yag bermula dari
Jengahir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M),
kemajuan yang pernah di capai masih tetap mampu di pertahankan.
Jehangir (1605-1628 M), berusaha mengikuti jejak ayahnya kelihatan sangat
berbeda dengan program-programnya yang lain, ia memrintahkan kepada seluruh
pemimpin Islam supaya melarang perkawinan campur antara agama, seorang
muslimah tidak dibolehkan kawin dengan laki-laki non muslim. Instruksi seperti ini
sebelumnya tidak pernah di lakukan khususnya pada masa Akbar. Selanjutnya pada
masa Syah Jehan pemberlakuan syariat Islam kembali lebih ditegakkan serta stabilitas
politik masih aman.
Oleh karena itu, pada masa Aurangzeb, telah terjadi pemberontakan dari pihak
golongan Hindu dan pihak-pihak lainnya, hal ini di akibatkan oleh kebijakan-kebijakan
Aurangzeb yang terlalu memaksakan obsesinya, antara lain ingin mengislamkan
seluruh orang-orang Hindu, pendiskriminasikan antara orang-orang Hindu dengan
Islam, serta melarang penambahan kuil.
Adapun yang tergolong pemberontak pada saat itu adalah golongan Sikh
dipimpin oleh guru Tegh Bahadur, guru Gobind Sigh dan golongan Rajput yang
dipimpin oleh Undaipur serta kaum Mahratas yang dipimpin oleh Suwaji dan Sambaji.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh justru membuka jalan bagi munculnya reaksi atau
pemberontakan dari pihak lain, akhirnya dapat dikatakan bahwa pada kemajan-
kemajuan yang telah dicapai tidak dapat dipertahankan oleh Raja-raja berikutnya
sampai Mughal jatuh ketangan Inggeris.
B. Kemajuan dan Perkembangan Kerajaan Mughal
1. Perkembangan Politik dan Pemerintahan
Sebagaimana di jelaskan di atas, bahwa awal didirikannya kerajaan Mughal
oleh Babur, tampak perogramnya lebih banyak tercurah pada ekspansi wilayah. Itu
artinya bahwa Babur menjalankan sistem poitik agresi. Hal ini dilakukan untuk
memperluas dan memperkokoh kekuasaanya. Atas usaha Babur inilah kemudian
Mughal menjadi suatu imperium yang memusat di India dan diperhitungkan dalam
sejarah Islam. Sebagaimana telah di sebutkan di atas bahwa pada awal
kekuasaannnya Babur telah menaklukkan beberapa wilayah seperti Punjab, Rajput,
Kandahar dan lain-lain. Berbeda pada masa pemerintahan Akbar, stabilitas politik mulai
di mantapkan. Sistem pemerintahannya dapat berjalan dengan baik, sehingga
membawa kemajuan di berbagai bidang.
Dalam upaya pengembangan sistem politik dan pemerintahan, Akbar
membentuk landasan institusional dan landasan geografis. Hal ini dilakukan dalam
rangka membangun suatu sistem politik dan pemerintahan yang kokoh. Pemerintahan
Mughal dijalankan oleh sebuah elite militer dan politik pada umumnya terdiri dari pada
pembesar Afghan, Iran, Turki dan muslim India. Namun demikian, dalam rangka
pengembangan Mughal, pemerintah tetap akomodatif terhadap orang-orang non
muslim. Hal ini dapat kita lihat dari kebijakan Akbar yang melibatkan orang-orang Hindu
sebagai aristokrasi Mughal. Beberapa jabatan penting di berikan kepada orang-orang
Hindu, seperi pejabat admiinistrasi, keuangan, pedagang dan lain-lain.
Dalam pengembangan sistem politik dan pemerintahan, dikembangkan suatu
sistem politik dimana pemerintah berusaha mendapatkan Legitimasi dari rakyat, Oleh
karena itu, penguasa Mughal di kembangkan doktrin loyalitas dan pengabdian kepada
pemerintah. Untuk mewujudkan hal ini, maka kelompok bangsawan yang
disebut biradari, jati atau qawm, di kukuhkan melalui ikatan perkawinan. Di samping itu,
loyalitas di bangun dengan melalui acara-acara saremonial, seperti pemberian hadiah,
konsesi properti, jabatan dan lain-lain.
Selanjutnya dalam rangka menciptakan suatu sistem politik dan pemerintahan
yang kuat, rezim Mughal membentuk klien-klien yang terdiri dari orang-orang muslim
yang tengah berkuasa dan sejumlah bangsawan Hindu dan penguasa lokal, Hal ini
dimaksudkan sebagai ujung tombak dan penopang bagi kekuasaan Mughal. Strategi
politik ini di lakukan karena di dasari atas suatu pandangan bahwa masyarakat India
merupakan sebuah kondominasi (baca: negeri) bagi keturunan bangsawan yang
mengikat penguasa melalui konsesi teritorial dan politik. Melalui ikatan perkawinan atau
keluarga, pola kultural dan saremonial, pemerintahan aristokrasi Mughal dinyatakan
dengan term patrimonial dan term muslim.
Selanjutnya dalam pengembangan sistem pemerintahan dan politik, elite
penguasa di organisir sesuai dengan sistem mansabdar. Ia merupakan sebuah sistem
dimana masing-masing pejabat memiliki dua kedudukan sebagai zat yang menyatakan
posisinya dalam sistem hirarki tersebut dan kedudukan sebagai sawar yang
menyatakan jumlah tentara yang harus di kerahkannya kemedan pertempuran.
Pejabat mansab digaji baik secara tunai atau dengan pemberian sebidang tanah yang
dinamakan jogir yang serupa dengan iqtiba’ di Timur Tengah. Jagir tersebut diberikan
kepada pejabat-pejabat milier Kaisar, penguasa lokal.
Mansabdar bertanggung jawab atas pengumpulan pendapatan negara dan
atas tunjangan tentara, tetapi beberapa pejabat lainnya sebagian menangani masalah
hukum dan ketertiban lokal. Masing-masing bangsawan membawahi sebuah
administrasi yang terdiri dari sebuah administrasi yang terdiri dari sebuah kontingen
militer, staf urusan finalsial dan administrasi, staf urusan rumah tangga, seorang herem
dan sejumlah pembantuh. Keluarga seorang bangsawan dibentuk sedemikian mirip
dengan keluarga sang penguasa. Bangsawan Mughal juga mengembang tanggung
jawab membangun mesjid, jembatan, dan caravan saries dan atas berkembangnya
kegiatan ilmiah dan sastra.
Dibawa jabatan mansabdar terdapat sejumlah pimpinan lokal. Posisi tersbut
terdiri dari Zamindar atau bangsawan lokal, yang berhak atas bagian tertentu dari
penghasilan tanah, namun perinsipnya bukan merupakan hak pemilikan atas tanah.
Hak tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari hak imperium lantaran penaklukan
lokal atau lantaran dominasi kasta. Meskipun demikian, zamindar bergantung pada
otoritas kaisar dan mereka dapat dipecat dari jabatannya. Penguasa Mughal terus-
menerus berusaha menurunkan Raiput atau penguasa-penguasa Hindu lainnya
digantikan kepada zamindar muslim.Tetapi, seorang zamindar lokal memiliki jasa besar
dalam peperangan untuk mempertahankan posisinya. Setiap semindar di dukung oleh
pasukan bersenjata yang sangat berperan membentuk ketaatan kaum petani dan yang
melindungi kepentingan zamindar melawan campur tangan pemerintah pusat.
Kecakapan zemindar dalam menguasai kaum petani dan dalam petani dan pemerintah
pusat dalam memberikan kepadanya sebuah kedudukan politik dan ekonomi yang
mapan.
Dlam menjalankan sistem pemerintahan dan politik, pemerintah Mughal juga
menyusun sebuah pola kultural periode Mughal yang didasarkan kepada kombinasi
antara peninggalan Chaghathay di Asia Tengah (yang disampaikan oleh Babur) dan
warisan oleh kesultan delhi. Peninggalan Chalhaay menekankan peran penguasa
sebagai seorang panglima tentara sebagai pemimpin jihad. Kepada peninggalan ini
Babur menambahkan unsur perkotaan warga sedenter atau pemukiman dan tradisi
Islam persia yang menjadikan ulama sebagai penasehat, pemimbing, diplomat, dan
pegawai administratif bagi penguasa Changhatay. Ia berusaha meninggikan dirinya di
atas peringkat pemimipin yang umum dan merebut kekuasaan atas kota dan teritorial
utama yang harus diperintahnya sendiri. Dalam artian bahwa tidak melalui sebuah
badan yang lebih tinggi atau yang sederajat, tetapi melalui pejabat pejabat
bawahannya.
Dalam konteks tersebut, dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan Mughal
meliputi sebuah berpaduan konsep-konsep Asia Tengah Turki, dan konsep Persia
tentang pemerintahan. Di samping itu, kesultanan Delhi juga turut menyumbangkan
konsep-konsep tentang otoritas raja yang berasal dari tradisi monarkial Persia, dan
konsep-konsep Islam tentang pertanggung jawaban politik. Dalam hal ini, Dinasti
Mughal secara spesifik berusaha mengunggulkan aspek muslim dalam tradisi ganda ini
dengan mengintegrasikan Hindu kedalam resim Mughal. Resim Mughal melanjutkan
seruan kesultanan Delhi terhadap elite non muslim dan mendukung sebuah kebijakan
kultural yang dimaksudkan untuk membentuk sebuah kosmopolitan Islam India dari
pada membentuk sebuah kultural muslim secara ekslusif.
2. Kemajuan Peradaban Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal juga memberikan perhatian dalam perkembangan peradaan.
Kemajuan dalam bidang pendidikan, keilmuan, dan ke Islaman. Antara lain dalam
bidang seni Iukis, cabang seni ini juga memperoleh tempat yang paling tehormat. Raja
Bubar misalnya, dikenal sebagai seorang raja yang gemar mengoleksi berbagai lukisan
pemandangan telagan, air terjun, bunga dan tanaman.
Selain seni lukis, musik juga mendapatkan perhatian yang baik di zaman
Humayun, misalnya ada seorang penyanyi yang sangat terkenal bernama Baccu.
kemudian pada masa Akbar tercatat ada 36 penyanyi yang bersal dari Iran, Kashmir,
dan Asia Tengah yang tinggal kerajaan, setiap hari dan setiap kelompok
mempertunjukkan kebolehannya. Di antara penyanyi tersebut adalah Raja Baz Bahadur
dan Tan seen. Dimasa Jahangir, musik juga mengalami perkembangan, di istananya
ada ratusan penyanyi baik laki-laki maupun perempuan.
Selain seni lukis dan musik, seni bangunan juga pada masa Mughal
memperoleh perhatian besar. Raja-raja Mughal di kenal sebagai raja yang gemar sekali
mendirikan gedung-gedung baru. Dalam seni bangunan Mughal terdapat unsur-unsur
bangunan dalam dan luar negeri.pada masa Akbar misalnya terdapat bangunan corak
Iran. Bahkan Bubar dikenal sebagai seorang raja yang kurang menyukai corak
bangunan setempat (India). Karena itu unsur luar tampa mendominasi seni bangunan
diera Bubar. Diantara bangunan Bubar yang masih ada hingga kini adalah mesjid
dikabul Bagh di penipat dan mesjid Agung di kota Sanbhal, India.
Diantara raja Mughal yang membangun gedung-gedung bersejarah India ialah
Akbar. Tidak sedikit dari gedung-gedung itu yang menggambarkan kehormatannya
terhadap kehidupan beragama, misalnya Fatehpur Sikri dan istana Agra yang
menampilkan corak Hindu dan Islam. Di masa Akbar Istana Fatehpur Sikri merupakan
bangunan yang bersejarah. Fatehpur Sikri ialah sebuah kota yang di bangun oleh Akbar
pada tahun 1569 untuk mengenang seorang sufi dan wali Allah bernama Hazrat Salim
Christi.
Sementara itu, di antara bangunan yang cukup indah masa Alamagir ialah
mesjid Badsyahi. Mesjid ini terletak di sebelah barat Benteng Lahore. Pintu besarnya
teklertak di bagian Timur yang terbuat dari batu merah. Untuk mencapai pintu ini, harus
melalui 22 anak tangga. Di setiap sudut mesjid terdapat empat menara. Di setiap
menara tersebut terdapat 204 anak tangga. Mesjid terbesar yang kini berada di
Pakistan ini mampu menampung 75.000 orang untuk melaksanakan shalat. Namun
setelah itu tidak ada lagi bangunan-bangunan baru yang besar yang dibangun oleh
kerajaan Mughal dianak banua India.
C. Kemunduran dan kehancuran kerajan Mughal
Setelah satu abad setengah berada di puncak kejayaannya, para pelanjut
Auragzeb tidak sanggup mempertahankan yang telah dibina oleh Sultan-sultan
sebelumnya. Pada abad 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran.
Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi
ajang perebutan gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh dibelahan utara dan
Islam dibagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu para pedagang
Inggeris yang pertama kali oleh Juhangir menanamkan modal di India, dengan di
dukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan pada masa pemerintahan pusat
memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi pemberontakan itu bermula dari tindakan-
tindakan Aurangzeb yang dengan penerusnya rata-rata lemah tidak mampu
menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan di pegang oleh Muazzam,
putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya pernah menjadi penguasa di Kabul. Putra
Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran
Syiah pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan
pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga diperhadapkan
pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan
ajaran Syi’ah kepada mereka.
Setelah Bahadur Syak meninggal dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi
perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana. Bahadur Syak diganti oleh anaknya,
Azimu Syah. Tetapi pemerintahannya di tentang oleh Zulfikar Kahn, putra Azad Khan,
Wasir Aurangzeb. Asimus Syah meninggal tahun 1712 M. Dan diganti oleh putranya,
Juhandar Syah yang mendapat tantangan dari Farukh Syiar tahun (1713 M). Farukh
Syiar berkuasa sampai tahun (1719 M). Sebagai pengganti diangkat Muhammad Syah
(1719-1748 M). Namun ia pendukungnya terusir oleh suka Asyfar dibawa pimpinan
Nasir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal terutama karena menurutnya
kerajaan ini banyak sekali memberikan bangunan kepada pemberontak Afghan di
daerah Persia. Oleh karena itu tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia. Ia
menyerang kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak bisa bertahan dan mengaku
tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah
bersedia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah kerajaan Mughal
baru dapat melakukan restorasi kembali, terutama setelah kerajaan Wasir di pegang
oleh China Qilich Khan yang bergelar Nizam al-Mulk (1722-1732 M) karena mendapat
dukungan dari Marathas. Akan tetapi, tahun 1732 M Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi
menuju Hideradab, dan menetap disana.
Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap
daerah lemah. Pemerintah daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari
pemerintah pusat bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-
masing. Hedaradab dikuasai Nizam al-Mulk, Marathas dikuasai Shivaji, Ratpuj
menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jay Singh dari Amber.
Punjab dikuasai oleh kelompok Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadut Khan, Begal di kuasai
oleh Syuja al-Din, menantu Mursyid Qulli, penguasa Begal yang diangkat Aurangzeb.
Sementara wilayah-wilayah pantai banyak dikuasai oleh para pedagang asing, terutama
EIC dari Inggeris. Desintegrasi wilayah kekuasaan Mughal ini semakin diperburuk oleh
sikap daerah, yang disamping melepaskan loyalitas terhadap pemerintah pusat, juga
mereka senantiasa menjadi ancaman serius bagi eksistensi dinasti Mughal itu sendiri.
Setelah Muhammad Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad
Syah (1748-1745), kemudian, diteruskan oleh Alamghir II (1754-1759 M), dan kemudian
dilanjutkan oleh Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal
diserang oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan
dan sejak itu Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan, meskipun Syah Alam tetap
diizinkan memakai gelar Sultan. Demkian seterusnya Mughal terus mengalami
kemunduran sehingga akhirnya kerajaan terakhir Mughal adalah Bahadur Syah diusir
dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang di hancurkan, dan Bahadur Syah,
raja Mughal terakhir, di usir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah
kekuasaan Dinasti Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang
harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.
Untuk lebih jelasnya penulis merinci beberapa faktor yang menyebabkan
kekuasaan Dinasti Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa
kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga oprasi militer
Inggeris diwilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatam maritim
Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil dalam
mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian yang telah di kemukakan di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut:
1. Safawi adalah nama sebuah kerajaan Islam di Persia, didirikan oleh Syah Ismail
pada tahun 907 H/1501 M. Safawi pada awalnya adalah sebuah aliran tarekat Sufi yang
dalam perjalannya menjadi gerakan keagamaan yang berpengaruh di Persia, Anatolia
dan Suriah. Dalam perkembangan berikutnya Safawi berubah menjadi gerakan politik
dan selanjutnya menjadi sebuah kerajaan yang memiliki wilayah kekuasaan luas di
Persia dan sekitarnya.