Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

SEJARAH TENTANG DINASTI SAFAWI DAN DINASTI MUGHAL

DI susun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah :Sejarah Pradaban Islam
Dosen Pengampu:Drs. Salim Hasan M.Pd.I

Oleh :
MEGA MELATI SOFYANA (10620190026)
C1 PGMI 2019

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH MI/SD


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021/2022
Dengan rahmat allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,atas limpahan rahmat dan
nikmatnya sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah yang di diberikan.

Sholawat serta salam tak lupa kita berikan kepada baginda nabi Muhammad SAW .Semoga
kita mendapat syafaat beliau di Yaumil Mahsyar kelak.amin ya Rrabbal’ alamin
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Pradaban Islam,dan judul makalah ini adalah DINASTI SAFAWI DAN DINASTI MUGHAL.
Akhirnya penyusun makalah menyadari bahwa makalah ini bukanlah langka awal yang masih
memerlukan koreksi ,maka dari itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Makassar ,21 november


2021

Mega melati sofyana


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..………………1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….……..2

BAB I PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG……………………………………………...……………………………3


I.II RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………..4
I.III TUJUAN DAN MANFAAT……………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN

II.I PEMBENTUKAN KERAJAAN SAFAWI DAN MUGHAL……………………..………………..6


II.II KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA………………………………………………………….…7
II.III KERAJAAN DI INDIA ……………………………………………………………..…………..8
II.IV KEMAJUAN PADA MASA DINASTI SAFAWI DAN MUGHAL……………………………9
II.V KEMUNDURAN PADA MASA DINASTI SAFAWI DAN MUGHAL………………………10

BAB III PENUTUP


III.I KESIMPULAN
III.II SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


            Sejarah mencatat bahwa dunia Islam mengalami masa kemunduran setelah
bangsa Mongol mengadakan serangan kewilayah barat. Satu demi satu wilayah-
wilayah Islam jatuh ketangan mereka.Transoxiana dan khawarizm dikalahkannya pada
1219 M, Gasna pada 1221 M, Azerbaijan pada 1224 M dan saljuk di Asia kecil pada
1243 M. Setiap daerah yang dilaluinya juga hancur, bangunan- bangunan yang bernilai
sejarah, Sekolah-sekolah, gedung-gedung dan mesjid-mesjid musnah dibakar.
Demikian pula pembantaian terjadi secara besar-besaran.
            Serangan yang dilakukan oleh bangsa Mongol tidak hanya sampai di sana,
tetapi juga Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya
dengan khasanah ilmu pengetahuan juga hancur dibumi hanguskan pada 1258 M.
Kehancuran kota Baghdad ini merupakan pukulan telak yang menentukan bagi
peradaban Islam selanjutnya.
            Ekspansi terakhir yang dilakukan bangsa Mongol terjadi pada permulaan abad
XV dipimpin oleh Timur Lenk yang terkenal bengisnya. Pada waktu itu bangsa Mongol
yang ada diwilayah barat telah memeluk Islam. Akan tetapi, hal itu tidak membawa
perubahan pada tingkah laku mereka termasuk Timur Lenk. Kebiadaban tampak dalam
usahanya menumpuk tengkorak nanusia sebanyak 70.000 setelah serbuan ke kota
ispahan di Persia. Kerajaan Timurlah yang di bangun Timur Lenk terpecah belah pada
akhir abad XV, hingga akhirnya runtuh. Wilayah kerajaan tersebut kemudian
diperebutkan oleh dua suku Turki, yaitu Kara Koyunlu dan Ak Koyunlu.
            Pada kurun waktu 1500-1800 M, pasca keruntuhan dinasti bangsa Mongol,
muncul tiga kerajaan besar. Tiga kerajaan tersebut adalah kerajaan Turki Usmani di
Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Ketiga kerajaan ini
kemudian mencapai kemajuannya dan kejayaanya masing-masing. Meskipun umat
Islam pada masa ini meraih kemajuan diberbagai bidang, tapi belum dapat menyaingi
kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Abbasiyah, khususnya pada bidang Ilmu
pengetahuan. Namun menarik untuk dikaji, karena kemajuan pada masa ini terwujud
setelah dunia Islam mengalami kemunduran beberapa abad lamanya.
Sedangkan Islam di perkirakan masuk ke India pada abad ke-7 melalui jalur
perdagangan. Dalam rangka perluasan wilayah Islam, Khalifah Umar bin Khattab dan
Usman bin Affan pernah merencanakan untuk menaklukkan India. Namun rencana itu
baru bisa dilaksanakan secara efektif pada masa pemerintahan bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Pada masa itu awal dari kekuasaan Islam di India. Barulah
gubernur Irak yang bernama Hajjaj bin Yusuf As-Saqifi pada masa khalifah Umayyah,
al-Walid bin Abdul Malik yang mengirimkan eksepedisi untuk menangani perampokkan
kapal yang di lakukan oleh suatu kelompok yang di lakukan Raja Dahir (salah seorang
penguasa di Sind) pada tahun 706 di Dybut (dekat karachi sekarang). Kapal-kapal yang
dirampok tersebut berisi hadiah tanda persahabatan Raja Sri Lanka kepada khalifah al-
Walid bin Abdul Malik. Eksedisi yang di pimpin oleh seorang jendral perang yang
berusia delapan belas tahun bernama Muhammad bin Qasim dan sejak, itu Muhammad
bin Qasim berhasil menguasai Dibul dan membebaskan para sandra. Bahkan Raja
Dhahir sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kemudian pada 713, wilayah
Multan di kuasai Muhammad Qasim dan sejak itu Muhammad Qasim menjadi seorang
gubernur Sind untuk pemerintahan Umayyah. Kecakapannya memimpin Sind
mendorong banyak orang India masuk Islam.
Setelah Muhammad bin Qasim, ada 10 gubernur dari pemerintahan Umayyah
dan 30 dari gubernur dari pemrintahan Abbasiyah yang melanjutkan kekuasaan Islam di
India sejak itu melalu kontak senjata antara penguasa Hindu India dan penguasa Islam
di berbagai wilayah dekat India, secara bertahap bermunculan berapa wilayah
kekuasaan Islam di daerah ini. Sebagai contoh ialah keberhasilan Dinasti Gasnawi
menguasai wilayah India, antara lain Wahid Mulatan, Nardin, Thanisar, Barn, Mathura,
setelah Gazanawi muncul sejumlah penguasa Islam lainnya seperti Dinasti Guri di India
yang berlangsung dari 1173 hingga 1556. Kesultanan Delhi ini tercatat ada beberapa
Dinasti yang berkuasa yaitu Dinasti Mamluk (1206-1290), Dinasti Khalji (1206-1320),
Dinasti Tugluq (1320-1413), Dinasti Sayid (1414-1451), dan Dinasti Lody (1451-1526).
Penguasa Dinasti Lody yang berakhir adalah Ibrahim Lody, tidak dapat memprtahankan
kekuasaannya berbagai pemberontakan dan pertentangan Interen keluarga. Penguasa,
Kabul, Bubur, saat itu berhasil menyelesaikan kericuhan dalam Dinasti Lody, sehingga
pada 1526 ia berhasil menegakkan Dinasti Mogul di anak benua India.                 

I.II Rumusan Masalah


            Berdasarkan uraian di atas, maka pembahasan makalah ini dibatasi pada
kerajaan Safawi di Persia yang dipokuskan pada tiga masalah utama, yaitu masa
pembentukan, masa kemajuan, dan masa kemunduran. Adapun rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembentukan kerajaan Safawi dan Pembentukan Kerajaan
Mughal ?

2. Bagaimana kemajuan yang di capai kerajaan Safawi dan Perkembangan dan


Kemajuan Kerajaan Mughal  ?

3. Bagaimana kemunduran kerajaan Safawi dan Kemunduran dan Kehancuran


Kerajaan Mughal ?
BAB II
PEMBAHASAN
II.I PEMBENTUKAN DINASTI SAFAWI
1. Proses cultural pembentukan kerajaan Safawi
            Kerajaan Safawi terdiri secara resmi di Persia pada tahun 1501 M /970 H,
tatkala Ismail memperoklamasikan diri sebagai Raja atau Syah di Tabriz. Namun,
event sejarah yang penting ini tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa tersebut berkaitan
dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu
kurang lebih dua abad. Waktu yang hampir sama dengan usia kerajaan Safawi sendiri.
Selama itu, cikal bakal Safawi tumbuh lambat klaun, tetapi pasti menuju zaman yang
penuh dengan muatan histories yang sangat penting.
            Nama kerajaan Safawi berasal dari kata Shafi, yaitu bagian dari nama Shafi al-
Din Ishak al-Ardabily. Shafi al-Din al-Ardabily lahir pada tahun 1252 M/650 H, enam
tahun sebelum Hulagu Khan menghancurkan Baghdad dan mengakhiri Dinasti
Abbasiyah. Ia lahir dikota Ardabil, sebuah kota paling timur dari Azerbaijan. Sejak beliau
ia sudah menggemari amalan dan keagamaan dan kehidupan sufistik.
            Hasrat yang besar untuk menekuni dunia tasawuf mendorongnya untuk mencari
seorang Pir (pemimpin spiritual) di daerah Syiraz, karena tidak seorang pun Pir
setempat yang memuaskan kebutuhan spiritualnya. Ketika tiba di Syiraz, ia tidak
menemukan Pir yang ia cari. kemudian ia menuju ke jalan untuk berguru pada pimpinan
aliran sufi setempat yang bernama Syekh Zahid al-Jilani. Kemudian ia menikahi putri
Syekh Zahid. Setelah Syekh Zahid meninggal, ia menggantikan posisi gurunya sebagai
pimpinan kelompok Zahidiyah. Ketika Shafi al-Din menggantikan posisi Syekh Zahid,
tarekat ia pimpin lebih dikenal dengan tarekat Safawiyah dan berpusat di Ardabil. Sejak
Shafi al-Din mulai memimpin tarekat Safawiyah pada tahun 1301 M sampai Syekh
Ismail1 memperoklamasikan berdirinya kerajaan Safawi pada tahun 1501 M, telah
banyak pengalaman keluarga Safawi dalam perjuangan menegakkan cita-cita selama
dua abad itu. Paling tidak ada dua tahap perjuangan yang mereka lalui. Pertama,
sebagai gerakan keagamaan (cultural) dan kedua, sebagai gerakan politik (structural).
            Selama masa 1301-1447 M (700-850 H ) gerakan Safawi masih murni sebagai
gerakan keagamaan dengan tarekat Safawiyah sebagai sarananya. Selama masa ini,
Safawi mempunyai pengikut yang besar, tidak hanya di Persia tetapi juga sampai ke
Syiria dan Anatilia. Mayoritas pengikutnya adalah suku-suku Turki yang dikenal dengan
sebutan Turkman, yaitu suku Ustajlu, Rumlu, Shamlu, Dulgadir, Takkalu, Ashfar dan
Qajar.
            Pada pase pertama ini, gerakan Safawi tidak mencampuri masalah politik,
sehingga dapat berjalan dengan lancar dan aman, baik pada masa Ikhsan maupun
pada masa timur Lenk. Dalam kondisi politik yang suram saat itu, dapat dimengerti
mengapa kehidupan tarekat sufi dapat tumbuh subur dan mendapat simpati masyarakat
banyak. Umat umumnya hidup dalam suasana apatis dan pasrah melihat anarki politik
yang berkecamuk. Hanya dengan kehidupan sufisme, mereka mendapat kekuatan
mental. Melalui persaudaraan tarekat, mereka merasa aman dalam menyalin
persaudaraan antar sesama muslim.
            Selama pase ini berlangsung, gerakan Safawi mempunyai dua warna. Pertama
bernuansa sunni, yakni pada masa pimpinan Shafi al-Din Ishak (1303-1344 M) dan
anaknya Shadr al-Din Musa (1344-1399 M). Kedua, berubah menjadi Syiah pada masa
pimpinan Khawaja Ali anak Shadr al-Din (1399-1427 M). Perubahan tersebut tanpaknya
wajar saja terjadi karena mungkin bertambahnya pengikut Safawiyah dari kalangan
Syiah sehingga pemimpinnya berusaha menyesuaikan diri dengan aliran mayoritas
penduduknya.
2. Perubahan Safawiyah dari gerakan keagamaan (cultural) kegerakan politik
(structural) pada tahun 1447 M, Gerakan  Safawi memasuki tahap atau fase kedua,
sebagai gerakan politik (structural). Junaid bin Ibrahim memimpin tarekat Safawiyah
menjadi gerakan politik revolusioner. Gerakan Safawi ketika dipimpin dan dijadikan
momentum yang tepat untuk berubah menjadi kekuatan politik dengan memanfaatkan
kehancuran rezim Timuriyah dan komplik suku-suku Turki saat itu.ada dua kerajaan
turki yang saat berkuasa, Kara Koyunlu yang berkuasa di bagian Timur  dan Ak
Koyunlu yang berkuasa di bagian barat. Kara Koyunlu beraliran Syiah, sedangkan Ak
Koyunlu beraliran Sunni.
            Ambisi politik Junaid telah membawa Safawi kedalam suatu konplik dengan
penguasa temporal di Persia, yaitu Kara Koyunlu. Ia terpaksa menyingkir ke Diyar Bakr
dibawa perlindungan Uzun Hasan, penguasa Ak Koyunlu. Secara teoritis dan logis,
bahwa gerakan Safawiyah yang beraliran Syiah seharusnya lebih banyak kecocokan
dengan Kara Koyunlu yang juga beraliran Syiah. Karena pada masa itu kekuatan politik
yang dominan di Persia dan sebelah timur daerah fertile Crescent berada ditangan Kara
Koyunlu, sehingga Safawiyah dan Ak Koyunlu melenyapkan sementara antipati
keagamaan dalam suatu aliansi politik yang diperkuat dengan perkawinan antara
Junaid dengan saudara perempuan Uzun Hasan. Aliansi politik yang diperkuat
kekerabatan ini di perkuat lagi oleh adanya perkawinan antara Haidar putra Junaid
dengan putri Uzun Hasan sendiri.
            Perubahan Safawi dari gerakan keagamaan kegerakan politik cukup menarik
karena sebagai tarekat sufi yang lebih bersifat ukhrawi kemudian berorientasi duniawi
yang profan. Faktor penyebab adanya perubahan tersebut ada pada ajaran tarekat itu
sendiri, yaitu hubungan antara pimpinan tarekat dengan pengikut-pengikutnya.
Pemimpin tarekat yang disebut mursyid mempunyai wakil yang disebut khalifah di
daerah-daerah tertentu tempat pengikut-pengikutnya berada. Anggota tarekat harus
tunduk secara mutlak kepada mursyid dan khalifah. Oleh karena itu, ikatan antara
pemimpin dengan pengikutnya sangat kuat, sehingga ada semacam hirarki spiritual.
Dalam tarekat Safawi, Pemimpin tarekat yang meninggal dunia selalu di gantikan oleh
anaknya seperti dalam kepemimpinan dinasti. Ini menjadi modal dasar yang mendorong
perubahan tersebut. Jika sang pemimpin seperti Junaid memiliki ambisi politik, maka
para pengikutnya dapat disulap menjadi tentara yang fanatic dan mendukung ambisi
pemimpinnya.
Kemunculan ambisi politik Junaid dapat dikatakan sebagai dorongan semangat
jihad yang ada pada dirinya. Ia adalah seorang mursyid yang pertama kali menekankan
pentingnya jihad kepada para pengikutnya. Seruan jihad yang dikumandangkan Junaid
dilakukan untuk menghadapi perlawanan umat Kristen di Georgia dan Trebizond. Selain
itu melawan Negara-negara muslim yang ia kecam sebagai rezim-rezim kafir.
Sebelum cita-cita Junaid untuk mendirikan pemerintahan sendiri terwujud, ia
terbunuh oleh serangan penguasa Syiwan. Ia kemudian digantikan putranya Haidar.
Haidar kemudian merekrut suku-suku pendukungnya menjadi kekuatan militer dan
diberi nama Qizilasy, sebuah nama yang berasal dari nama baret merahnya yang khas
dengan rumbai dua belas. Rumbai dua belas ini melambangkan dua belas Imam Syiah.
Simbol ini berpengaruh dalam menumbuhkan Fanatisme dan militansi para pengikut
Syiah.
Pada tahun 1467 M, Ak Koyunlu menyerang kara Koyunlu untuk membantu
memenuhi ambisi politik dan militer Safawiyah. Tetapi aliansi keduanya kemudian
berantakan, ketika Ak Koyunlu kemudian menjadi pesaing gerakan Safawiyah yang
dipimpin Haidar. Pada saat Haedar berusaha menyerang sircassia (kawasan barat laut
pegunungan kaukasus) dan pasukan Sirwan (kawasan tenggara kaukasus). Ak Koyunlu
membantu Syirwan dan akhirnya pasukan Haidar dapat dikalahkan, Sedangkan Haidar
sendiri terbunuh. Semua anak dan Istri Haidar di tawan oleh ya’qub penguasa Ak
Koyunlu selama empat setengah tahun, yaitu dari 1489 sampai 1493. Anak-anak
Haidar dibebaskan oleh Rustum, seorang pangerang Ak Koyunlu dengan syarat Ali
harus membantu Rustum melawan saudara sepupunya untuk menduduki tahta. Setelah
mengalahkan musuh Rustum, Ali kembali ke Ardabil. Tetapi karena khawatir pengaruh
Ali semakin hari semakin meluas, maka Rustum pada akhirnya membunuh Ali.
Gerakan Safawiyah selanutnya dipimpin Ismail yang menerima wasiat dari Ali
untuk melanjutkan kepemimpinan Safawiyah. Pada tahun 1500 M, Ia menghimpun
7000 pengikutnya di Erzinjan menuju Azerbaijan. Selanjutnya ia menyerang Ak Koyunlu
dalam pertempuran di Syarur dekat Nakhchivan. Inilah peperangan yang sangat
menentukan bagi revolusi Syah. Akhirnya Ismail bersama pasukan Qisilbasy berhasil
mengalahkan Ak Koyunlu. Pada tahun 1501 Ismail menakjubkan Tabriz, ibukota Ak
Koyunlu. Di sanalah ia memperoklamasikan berdirinya kerajaan Safawi. Ia sendiri
sebagai Syah pertama kerajaan Safawi.
Sejak Kerajaan Safawi resmi berdiri, secara berturut-turut dipimpin oleh para raja
sebagai berikut:
1. Ismail 1(1501-1524 M)

2. Tahmasp 1(1524-1576)

3. Ismail II (1576-1577 M)

4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)

5. Abbas I (1588-1628 M)

6. Shafi Mirza (1628-1642 M)

7. Abbas II (1642-1667)

8. Sulaiman (1667-1694 M)

9. Husain (1694-1722 M)

B. Kemajuan
1. Peran Kerajaan Safawi bagi peradaban Islam
            Peran Kesejahtraan Kerajaan Safawi bagi peradaban Islam begitu besar. Hal ini
dapat dilihat dari sisi kemajuan dan kejayaannya. Kendati demikian, masa kemajuan
dan kerajaan Safawi tidak langsung terwujud pada saat kerajaan itu berdiri di bawa
pemerintahan Ismail1 sebagai raja pertama (1501-1524 M). Kejayaan Safawi yang
gemilang baru di capai pada masa pemerintahan Syah Abbas 1 (1587-1629 M) Raja
yang kelima. Walaupun begitu, peran Ismail sebagai pendiri Safawi sangat besar
sebagai peletak pondasi bagi kemajuan Safawi di kemudian hari. Ismail1 juga telah
memberi corak yang khas bagi Safawi dengan menetapkan Syiah sebagai aliran agama
Negara. Di samping itu ia telah mempersembahkan karya besar bagi negaranya berupa
perluasan wilayah.
            Selama sepuluh tahun pertama pemerintahannya, Ismail berhasil memperluas
wilayah pemerintahan Safawi sampai mencakup seluruh wilayah Persia dan sebelah
timur fertileCrescent. Semua ini diperolehnya dengan perjuangan dan pengorbanan
serta keberanian yang besar. Pada tahun 1502 M, Ismail berhasil menguasai Shirwan,
Azerbaijan dan Irak. Pada tahun berikutnya, ia menghancurkan sisa-sisa tentara Ak
Koyunlu di Hamadzan. Selanjutnya ia menduduki propinsi Kaspia dari mazandaran dan
Gurgan. Diyar Bakr ditaklukkan pada tahun 1505 M. Sedangkan Khurasania kuasai
setelah terlibat pertempuran dengan Uzbek. Kemenangan beruntun ini merupakan
sukses mewujudkan kerajaan Safawi  yang membentang dari Heart di timur sampai
Diyar Bakr di barat.     
            Jadi dapat di kemukakan bahwa kehadiran kerajaan Safawi dan perannya di
atas pentas sejarah umat Islam merupakan sumbangsi bagi peradaban Islam. Safawi
tampil ketika dunia Islam dilanda keterpurukan pasca keruntuhan Bagdad akibat
serangan bangsa Mongol. Dengan kemajuan dan kejayaan yang telah diraih, Safawi
telah mengangkat umat Islam dari kejatuhan.
2. Wujud dan corak kemajuan kerajaan Safawi
            Masa pemerintahan Syiah Abbas 1 (996-1038/1588-1629) Dapat dikatakan
puncak pada kejayaan Safaiyah. Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa itu
antara lain:
a. kemajuan dibidang politik
            kemajuan dibidang politik disini adalah terwujudnya integritas wilayah negara
yang luas yang dikawal oleh suatu angkatan bersenjata yang tangguh dan diatur oleh
suatu pemerintahan yang kuat, serta mampu memainkan peran dalam peraturan politik
internasional.
            Ketika Syah Abbas I naik tahta, kondisi kerajaan Safawi dalam keadaan lemah
akibat peperangan dengan kerajaan Turki Usmani yang lebih kuat dan terjadi berkali-
kali pada zaman pemerintahan Tahmasp I, Ismail II, hingga zaman Muhammad
Khudabanda. Selain itu, di dalam negeri sering terjadi pertentangan antara kelompok-
kelompok memperebutkan kekuasaan.
Maka dalam rangka memulihkan kekuatan kerajaan Safawi, Syah Abbas I melakukan
dua langkah, pertama, membangun angkatan bersenjata kerajaan yang kuat, besar dan
modern. Tentara Gizylbasy yang pernah menjadi tulang punggung kerajaan, menurut
Syah tidak bisa diandalkan lagi untuk menopang citra politik Syah yang besar. Untuk itu
perlu dibangun suatu angkatan bersenjata yang baru. Inti satuan militer ini direkrut dari
bekas tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia. Mereka diberi nama
Ghulam. Mereka dibina dengan pendidikan militer yang militan dan dipersenjatai secara
modern. Sebagai pimpinannya, Syah mengangkat Allahwardi Khan, salah seorang dari
Ghulam.
            Dalam membangun kekuatan militer Ghulam, Syah dibantu oleh dua orang
asing berkebangsaan inggeris, yaitu Sir Anthony Sherley dan saudaranya Sir Rebort
Sherley. Mereka mengajari tentara Safawi membuat meriam sebagai perlengkapan
tentara modern Banuan pihak inggeris itu, oleh sebagian sejarawan di pandang sebagai
upaya inggeris untuk melemahkan pengaruh Turki Usmani di Eropa yang menjadi
musuh besar inggeris saat itu. Dengan bantuan kedua orang inggeris tersebut, Safawi
membangun kekuatan militernya, sehingga terbentuk beberapa resimen di antaranya,
satu resimen pengawal sejumlah 3000 orang Ghulam, sebuah resimen tempur yang
terdiri dari orang-orang Persia dengan kekuatan 12.000 prajurit. Saat itu kerajaan
Safawi memiliki tentara sekitar 37000 orang prajurit.
            Langkah kedua Syah Abbas I adalah mengadakan perjanjian damai dengan
Turki Usmani. Dalam perjanjian tersebut, Safawi harus menyerahkan kepada Turki
Usmani wilayah Azerbajian, dan Kurj (Georgia) serta sebagian wilayah Luristan.
Termasuk dalam butir perjanjian, bahwa Syah harus menjamin penghentian
penghinaan terhadap tiga khalifah pertama, yaitu Abu Bakar, Umar dan Usman pada
setiap khutbah diseluruh wilayah kekuasaannya. Sebagai jaminan atas janji tersebut,
Syah menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai Sandra di Istambul.
            Sejak saat itu, Syah Abbas I dapat berkonsentasi memulihkan stabilitas
keamanan dalam negeri dan membentengi wilayah kekuatannya dari serangan bangsa
Uzbek yang sering kali menyerang Khurasan. Setelah itu, Syah Abbas I mulai
mengalihkan perhatiannya keluar dengan berusaha mengembalikan wilayah-wilayah
kekuasaanya yang hilang. Pada tahun 1598 M ia merebut Heart, Merv dan Balkh.
Setelah kekuatannya benar-benar terbina dan sholid, ia pun merusaha merebut kembali
wilayah kekuasannya dari tangan Turki Usmani. Pada akhir kekuasaan Sultan
Muhammad III, Ketika Turki Usmani terlibat perang dengan Australia, Syah Abbas
melancarkan serangannya terhadap Turki Usmani sehingga berhasil merebut kembali
Tabriz, Syirwan dan Baghdad. Selanjutnya pasukan Abbas I merebut Nakhchivan,
Erivan, Ganja, Tiflis dan kepulauan Hurmuz yang menjadi pusat lalu lintas perdagangan
maritim.
            Dengan keberhasilan membangun angkatan bersenjata yang tangguh, lalu
memulikan stabilitas dalam negeri mengembalikan wilayah-wilayah kerajaan yang
pernah direbut kerajaan lain selama pemerintahan raja-raja sebelumnya, maka Syah
Abbas I berhasil membawa Safawi mencapai kemajuan di bidang politik.

b. Kemajuan di bidang ekonomi


            Stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Syah Abbas I telah mendorong
kemajuan di bidang ekonomi, terutama pada sector industri dan perdagangan. Untuk
menunjang kekuatan militer yang memerlukan banyak dana, Syah Abbas I melakukan
usaha besar di bidang  perdagangan. Ia memacu produksi sutera dan memasarkan
produk tersebut melalui para pedagang yang berada dalam pengawasan Negara.
Melalui para pedagang Armenia yang membawa produk tersebut ke Isfahan dan
menjadikan mereka sebagai penengah antara sang Syah dan pelanggang asing, maka
pihak kerajaan memperoleh kedudukan yang kuat di dalam perdagangan Iran. Abbas I
juga mendirikan Sejumlah pabrik kerajaan untuk menghasilkan barang-barang mewah
untuk keperluan kalangan kerajaan dan untuk keperluan perdagangan internasional.
Pembuatan karpet yang semula merupakan kegiatan industri rumah tangga, di
pusatkan pabrik-pabrik besar di Isfahan. Pembuatan sutera juga di ubah menjadi
industri kerajaan yang menghasilkan beludru, kain damas, satin dan kain taf untuk di
perdagangkan  ke Eropa. Kerajaan juga mengembangkan produksi keramik Cina yang
khas di dasarkan pada seni porselin Cina. Untuk menunjang kelancaran kegiatan
perdagangan, di seluruh penjuru Iran di bangun jalan-jalan  dan cavansaries
(perkampungan dagang).
c.kemajuan di bidang militer
pada bidang ini sangat mewarnai sejarah perkembangan kerajaan safawi .Mulai dari al-
Din sampai Abbas III.Pada masa ismail I tentara-tentara tersebut terbentuk dalam I
pasukan Qizilbasy yang bermakna di Ghilan.Pada masa Abba I dua orang inggris,Sir
Antony dan saudaranya Sir Robert Shearley,datang dikerajaan safawi untuk bekerja
sama dalam bidang ini.
d.Kemajuan di bidang fisik tata kota dan seni
            Pembangunan besar-besaran dilakukan Syah Abbas I terhadap kota Isfahan,
Sehingga ibu kota Safawi tersebut menjadi kota yang sangat indah. Di kota Isfahan
didirikan bangunan-bangunan besar lagi indah seperti mesjid-mesjid, rumah-rumah
sakit, sekolah-sekolah, jembatan raksasa diatas sungai Zende Rudd an istana megah
yang di sebut Chihiro l Sutun atau Istana empat puluh tiang. Kota Isfahan juga di
perindah dngan aman-taman wisata yang ditata secara apik yang dikenal dengan
taman bunga empat penjuru.
            Kota Isfahan menunjukkan puncak pencapaian artistic periode Safawi. Isfahan
merupakan Pris atau Washinton pada masanya sendiri. Taman-tamannya,
perpustakannya, pavilion dan mesjid-mesjidnya membuat takjub para pelancong Eropa
yang tidak pernah melihat hal serupa di negeri mereka sendiri. Orang Iran
menyebutkan Nish Al-jahan, yaitu separo dunia, melihatnya berarti melihat separo
dunia.
            Dibangun disuatu tempat sekitar 1600 meter di atas permukaan laut di dataran
Iran tengah dan dikelilingi pegunungan, Isfahan menjadi salah satu  dari kota-kota
elegan di dunia. Syah abbas I membangun kota baru tersebut mengitari Maydan Syah,
yakni sebuah alun-alun yang sangat besar dengan luas sekitar 160x 500 meter. Alun-
alun tersebut berfungsi sebagai pasar, tempat perayaan dan sebagai lapangan
permainan polo. Ia dikelilingi oleh sederetan tokoh bertingkat dua dan sejumlah gedung
utama pada setiap sisinya. Pada sisi bagian timur terdapat mesjid Syekh Lutfullah yang
merupakan sebuah sebuah oratorium yang disediakan sebagai tempat peribadatan
peribadi Syah. Pada sisi bagian selatan terdapat mesjid kerajaan. Pada sisi bagian
barat berdiri Istana Ali Qapu yang merupakan gedung pusat pemerintahan. Pada sisi
bagian utara dari Maydan berdiri bangunan monumental yang menjadi symbol bagi
gerbang menuju bazaar kerajaan dan sejumlah pertokohan, caravansacies dan
sejumlah perguruan. Dari Maydan, terdapat sebuah jalan raya yang disebut Chahar
Bagh sepanjang empat kilometer, degan dihiyasi taman-taman di kedua sisanya.
Chahar Bagh menghubungkan istana musim panas yang di tempat inilah sang
penguasa memberikan saran-saran kepada duta besar dan mengadakan upacara resmi
kenegaraan. Pada sisi lain dari raya ini terdapat tempat tinggal para pegawai istana dan
para duta besar asing. Seluruh ansambel ini merupakan masterpiece bagi tata kota
Timur Tengah.
            Ketika Syah  Abbas I  wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48 perguruan tinggi,
1802  penginapan yang luas para tamu Khalifah dan 273 pemandian umum. Di bidang
seni, kemajuan tampa begitu jelas dalam gaya arsitektur Persia pada bangunan-
bangunannya, seperti terlihat pada mesjid Syah yang dibangun tahun 1611 M dan
mesjid Syekh Luthfullah yang dibangun pada tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat
pula dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian, tenunan,
tenbikar dan benda-benda seni lainnya.
            Adapun seni lukis sudah ada sejak zaman Ismail I dan Tahmasp I. Pada tahun
1510 sekolah lukis Timuriyah di pindahkan oleh Ismail I dari Herat ke Tabriz. Bagdad,
seorang pelukis terbesar pada masa itu dilantik menjadi kepala perpustakaan Raja
sebagai pembimbing sebuah warkshop yang menghasilkan sejumlah manuskrip yang
tercerahkan. Syah Tahmasp juga seorang tokoh seniman besar yang menghasilkan
pakaian jubah, hiasan dinding dan sutra serta sejumlah karya seni logam dan kramik.
Pada masa itu terdapat sekolah seni lukis yang menerbitkan sebuah edisi Syah
Nameh (buku tentang Raja-raja ) yang memuat lebih dari 250 lukisan. Ini adalah salah
satu karya besar seni manuskrip Iran dan Islam yang tercerahkan. Sementara Syah
Abbas I mengembangkan lukisan-lukisan tentang peperangan, pemandangan
perburuan dan upacara kerajaan. Di atas segalanya, secara peribadi Syah Abbas I
mendukung dan mempelopori kegiatan seni seperti mendirikan bengkel-bengkel kerja
para seniman, sehingga mencipakan suatu iklim yang kondusif bagi perkembangan
seni.bahkan kisah populer menyebutkan bahwa Syah Abbas I memegang lilin,
semenara pelukis kaligrafi kesayangannya, Ali Reza bekerja.    
            Selain lukisan, kerajinan logam, tekstil, karpet dan kramik mencapai suatu
penyempurnaan yang baru. Berbagai pencapaian para era ini paling jelas terlihat
bahkan hingga masa sekarang dengan sebuah kunjungan singkat ke makam-makam
dan mesjid-mesjid di Iran: ubinnya, kaligrafinya, warna-warna lukisannya dan simetris
bangunan-bangunannya telah bertahan menghadapi ujian masa berabad-abad.
d. Kemajuan di bidang pendidikan
            Guna memperlancar sosialisasi dan memapankan ajaran Syiah, Syah Abbas I
mendirikan lembaga-lembaga pendidikan Syiah. Banyak sekolah-sekolah dibangun di
Isfahan, Masyad dn Siraj. Di antaranya adalah sekolah teologi, sekolah Khan di Siraj
(Iran Tenggara) yang terkenal dengan seorang tokoh pengajarnya, yaitu Mula Shadra.
Sekolah ini mendapat pengakuan dari para wisatawan asing dari Eropa yang
menyaksikan langsung sebagai tempat kehidupan akademis komherensip dan sangat
aktif.Ini menunjukkan adanya perubahan besar dalaam proses pengembangan lembaga
dan system pendidikan Syiah pada permulaan abad ke-17 di Iran, terutama di ibukota
Isfahan. Sistem pendidikan yang di bangun oleh Syah Abbas I ini merupakan rintisan
yang kelak menjadi model pada masa Dinasti Qajar yang telah melahirkan pusat kajian
yang sangat penting di dunia Syiah.
e. Kemajuan di bidang filsafat dan Ilmu pengetahuan
            Pada masa Dinasti Safawi, filsaat dan ilmu pengetahuan dan bangkit kembali
khususnya dikalangan orang-orang Persia yang berminat tinggi pada perkembangan
kebudayaan. Perkembangan baru ini era kaitannya dengan aliran Syiah yang
ditetapkan Dinasti Safawi sebagai aliran agama resmi Negara.
Dalam Syiah dua belas ada dua golongan, yaitu Akhbari dan Ushuli. Mereka berbeda
dalam memahami ajaran agama. Golongan Akhbari cenderung berpegang teguh pada
hasil-hasil ijtihad pada mujtahid Syiah yang sudah mapan. Sedangkan golongan Ushuli
lebih utamakan mengambil langsung dari sumber ajaran Islam, Alquran dan Hadis
tanpa terikat oeh para mujtahid. Golongan Ushuli inilah yang paling berperan pada
masa Safawi. Pertemuan kedua elemen kelompok inilah yang berperan pada
terwujudnya perkembangan baru dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan yang
kemudian melahirkan beberapa filosof dan ilmuwan.
            Pada masa Safawi berkembang dua aliran filsafat. Pertama, aliran filsafat
perifatetik sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles dan Al-farabi. Kedua,
filsafat Isyragi yang dibawa oleh Suhrawardi  pada abad XII. Kedua aliran ini banyak
dikembangkan di perguruan tinggi Isfahan dan Syiraz. Di bidang filsafat ini muncul
beberapa nama filosof di antaranya, Mir Damad alias Muhammad Baqir Damad (wafat
1631 M) yang diaggap sebagai guru ketiga (mu’allim salis) sesudah Aristoteles dan Al-
farabi. Selain dikenal sebagai filosof, ia juga adalah seorang teolog ahli sejarah serta
seorang ilmuwan yang pernah mengadakan penelitian tentang kehidupan lebah. Tokoh
filsafat lainnya adalah Mullah Shadraatau Shadr al-Din al-Syirazy. Ia adalah seorang
dialektikus yang paling cakap di zamannya. Selain itu, Ia dianggap mempunyai
kemampuan untuk mengambil jalan tengah antara filsafat perifatetik Ibnu Sina dengan
filsafat esoteric Ibnu Arabi, sehingga karyanya dipandang monumental sebagai tingkat
perjalanan agnostic yang sistematis dengan baju logika. Berkembangnya tipe filsafat
semacam ini sesuai dengan minat besar mereka terhadap ilmu pengetahuan dan cara
berfikir mendalam atau filsafat.
            Kemajuan yang dicapai oleh kerajaan Safawi pada masa pemerintahan Syah
Abbas I di atas, menempatkan Syah  Abbas I sejajar dengan Sultan Akbar Agung dari
Dinasti Mughal di India, Ratu EIisabeth I dari kerajaan inggeris, Sulaiman Agung dari
Dinasti Turki Usmani dan Charles V dari Perancis. Walaupun kemajuan  yang dicapai
tidak setaraf dengan kemajuan Islam di masa klasik, kerajaan ini telah memberikan
kontribusinya mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan di berbagai bidang,
baik ekonomi, ilmu pengetahuan, seni dan filsafat.
C. Kemunduran
1. Kronologi kemunduran kerajaan Safawi
            Setelah Syah Abbas wafat, ia digantikan oleh cucunya Syam Mirza yang
diumumkan sebagai raja dengan gelar Syah Shafi pada tanggal 23 Jumadil Akhir
1038/17 Pebruari 1629. Masa pemerintahannya merupakan awal kemunduran pada
masa pemerintahan Syah Shafi disebabkan oleh kebijakannya merubah administrasi
pemerintahan dalam negeri atas saran wazirnya Saru Taqi. Selama ini pemerintahan
daerah-daerah propinsi dibawa dominasi Qizilbasy, tetapi Karena ulah mereka yang
enggan mengisi kas pemerintah pusat, maka Syah menetapkan pemerintahan propinsi-
propinsi tersebut, terutama propinsi kaya seperti Fars langsung dibawa pemerintahan
pusat.
            Hal yang sama masih terus berlangsung hingga masa pemerintahan
selanjutnya, yaitu pemerintahan Syah Abbas II (1052-1077/1642-1666). Propinsi-
propinsi yang selama ini dikuasai kelompok Qizilbasy, khususnya Khurasan, Qazvin,
Azerbaijan, Yazd, Qirman, Gulan dan Mazandaraan semuanya diperintah langsung oeh
Syah. Kebijakan ini  membawa akibat-akibat negatif bagi kerajaan sendiri. Kelompok
Qizilbas, dilemahkan peran mereka dalam pemerintahan. Akibatnya ialah Negara-
nagara kehilangan kekuatannya, baik pemerintahan maupun militer. Kelemahan dan
kekuatan militer yang terdiri dari kelompok Qizilbasy dan para Ghulam tidak segera
ditanggulangi. Kelompok Ghulam tidak memiliki kualitas tempur seperti yang dimiliki
oleh kelompok Qizilbasy.
Setelah Syah Abbas II wafat, kemorosotan kerajaan semakin tak tertahan lagi. Hal ini
disebabkan adanya campur tangan para harem dalam urusan politik, yaitu dalam
pengangkatan seorang Syah. Telah menjadi kebiasaan sejak Ismail I dan Thahamasp
menunjuk calon putra mahkota sebagai Gubernur di Khurasan. Calon putra mahkota
tersebut ditempatkan dibawah asuhan seorang lala (pengasuh). Pangeran muda, calon
putra mahkota itu mendapat pendidikan dan latihan untuk bekal menduduki singgasana
kelak. Saudara-saudaranya yang lain juga diangkat sebagai Gubernur di propinsi yang
berbeda  dengan diasuh oleh seorang lala serta mendapat perlakuan yang sama pula.
Sistem ini sangat berbahaya karena seorang lala tidak jarang merencanakan
pemberontakan terhadap ayah yang memerintah. Terjadilah intrik dan rivalitas antar
pangeran untuk memperoleh kekuasaan. Karena para pangeran itu lahir dari ibu yang
berbeda, maka terjadi pula intrik dan persaingan antara ibu-ibu pangeran tersebut yang
di latar belakangi oleh ambisi masing-masing untuk memperoleh kekuasaan sebagai
Syah. Hal itu terjadi pada penetapan Syah Sulaiman adalah melalui pertarungan antara
wanita-wanita istana itu, Demikian pula halnya dengan Syah Husain.
            Pengganti Syah Abbas II adalah Syah Sulaiman (1070 H-1666 M-1106 H-1694
M). Seperti Syah Shafi, Syah Sulaiman bukan saja tidak cakap dalam masalah politik
kenegaraan, tetapi juga perhatiannya sangat kecil terhadap pemerintahan dan
kemasyarakatan. Ia lebih senang berhura-hura dengan para wanita dan mabuk-
mabukan hingga kecanduan minuman keras. Kondisi ini menyebabkan munculnya
gejala keruntuhan kerajaan Safawi. Kelemahan Syah Sulaiman memerintah
dimanfaatkan kalangan ulama untuk memainkan peran politiknya. Gerakan politik
ulama ini dimotori oleh Muhammad Baqir Majlisi yang menjadi Syekh al-Islam Isfahan
pada 1098 H/1687 M dan Mullabasyi (pemimpin Mullah) pada 1106 H/1698 M.
        selanjutnya Syah Sulaiman digantikan oleh Syah Husain (1694-1722). Ia juga
lemah dan tidak cakap menjalankan pemerintahan. Ia malah menyerahkan urusan
pemerintahan kepada kaum agamawan yang sangat fanatic Syiah, seperti Majelisi.
Keputusan Syah Husain tersebut membuat pemerintah semakin kacau. Ulama fanatic
Syiah semakin menekan kelompok sunni secara membabi buta. Demikian pula
perlakuan yang diterima kelompok Sufi yang diintimidasi habis-habisan.
2. Sebab-sebab kemunduran Kerajaan Safawi
            Di antara sebab-sebab kemunduran kerajaan Safawi adalah sebagai berikut:
a. Pemimpin yang lemah dan tidak cakap dalam menjalankan roda pemerinahan.
Kemorosotan kerajaan Safawi mulai teradi setelah Abbas I digantikan cucunya Syah
Shafi yang lemah. Demikian pula Syah Sulaiman yang tidak cakap dalam urusan politik
dan pemerintahan. Keadaan yang sama juga terjadi ketika Syah Husain mrenyerahkan
urusan pemerintahan  kepada para ulama Syiah.
b. Dekadensi moral yang menimpa sebagian para pemimpin sehingga merusak wibawa
penguasa, bahkan penguasa bejat tersebut bertindak kejam terhadap siapapun yang
dicurigai. Syah Sulaiman adalah pecandu minuman keras dan sangat menyenangi
kehidupan malam. Demikian juga Syah Husain.
c. Perbuatan kekuasaan dalam pemerintahan yang melemahkan kerajaan. Peran para
Harem acap kali mewarnai perbuatan kekuasaan tersebut. Seperti yang terjadi ketika
penetapan Sulaiman  dan Husain menjadi Syah.

d. Kelemahan angkatan bersenjata yang tidak dapat diatasi berakibat pula pada
melemahnya sistem pertahanan kerajaan. Terjadi penurunan kualitas tempur angkatan
bersenjata sejak wafatnya Syah Abbas I. Bahkan ketika Syah Husain berkuasa, ia tidak
mempercayai kelompok Qisilbasy dan kelompok Ghulam dalam mengamankan negara.
e. Penentangan ulama terhadap teori kesucian para raja melemahkan kepercayaan
masyarakat pada penguasa. Menjelang pada abad ke-18 para ulama Syiah mulai
menentang teori tentang hak suci para raja, suatu kongsep yang menyatakan bahwa
Syah merupakan reinkarnasi Imam, bayangan tuhan di bumi. Hal ini berakibat
melunturnya kepatuhan rakyat terhadap Syah.
f. Fanatisme golongan Syiah berkuasa yang selalu mengintimidasi dan menyingkirkan
kelompok sunni, memicu perlawanan dalam bentuk pemberontakan terhadap kerajaan.
Semangat Syiah yang dibangkitkan dan dipertahankan oleh  kerajaan memeng tidak
mengenal balas kasihan, sehingga Syiahisme justru mengikis vitalitas kehidupan
masyarakat dan pemerintahan.
g. Serangan silih berganti dari berbagai kerajaan seperti Turki Usmani dan
Afganistan.    
                                                                                                                    
B. PEMBENTUKAN KERAJAAN MUGHAL DI INDIA  
A. Pembentukan Kerajaan Mughal 
            Istilah Kerajaan dalam sejarah Islam sering kali terdengar, hal ini memberikan
konotasi  bahwa Islam sejumlah wilayah pernah hidup dan berkembang di bawah
kepemimpinan seorang Raja atau Sultan. Dengan demikian, persepsi tentang
kehidupan berpolitik umat Islam berbagai pemerintahan yang bercorak monarchi,
sebagian ada benarnya karena memeng tampak adanya pewaris tahta kepemimpinan
secara turun temurun.
            Kerajaan-kerajaan Islam, seperti halnya pada sebuah negara sering kali
mengalami kemunduran, bahkan kehancuran setelah menikmati kejayaan. Kerajaan
Mughal misalnya hanya mampu bertahan selama kurang lebih 332 tahun kemudian
jatuh dalam cengkaraman Inggeris. Gambaran ini memberikan suatu indikasi bahwa
peranan pelaku sejarah sangat menentukan kejayaan dan kehancuran sebuah
kekuasaan. Dalam artian bahwa potret suatu bangsa sangat ditentukan oleh siapa yang
melakuninya. Jika dilakuni oleh orang-orang yang cerdas dan mempunyai dedikasi
moral keagamaan yang tinggi, maka dapat dipastikan bahwa bangsa tersebut
mengalami kemajuan yang signifikan. Akan tetapi sebaliknya jika dilakuni oleh orang-
orang yang ambisius terhadap kekuasaan, jauh dari moralitas keagamaan, apalagi jia
dilakuni orang-orang yang tidak cerdas, maka dapat dipastikan bahwa bangsa itu
mengalami stagnasi dalam perkembangan.
            Makalah ini membahas kerajaan Mughal di India. Salah satu kerajaan atau
Dinasti Islam yang pernah jaya ketika dunia Islam berada dalam pase kemunduran.
Oleh karena itu, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana perkembangan politik
dan pemerintahan Dinasti Mughal.
            Dinasti Mughal tergolong kerajaan besar Islam termuda yang pernah berdiri
seperempat abad setelah kerajaan Safawi. Dinasti Mughal berkedudukan di India yang
didirikan oleh Zahiruddin Babul (1482-1530 M) dari keturunan Turki Chagathai.
Ayahnya bernama Umar Mizra atau Umar Syeikh Abi Said menjadi penguasa disebuah
kesultanan kecil Timuriyah di Asia Tengah, yakni Farghana. Sedangkan ibunya berasal
dari keturunan Jenghis Khan.
            Kerajaan Mughal sebagai kerajaan yang perah berkuasa, Babur adalah sosok
peribadi yang disegani pada masanya tidak heran kalau ia digelar The lion
King’. Peranan orang tuanya sangat mendukung dirinya sebagai pejuang dan
penguasa kaliber nantinya. Ketika ayahnya wafat pada tahun 1494 M, ketika itu Babur
baru berusia 14 tahun. Sebagai pewaris tahta dari nenek moyangya, Timur Lenk, ia pun
memulai melakukan ekspansi ke berbagai wilayah hingga pada tahun 1504 M. Dapat
merebut Kabul dan Gazni. Pada tahun 1525 M. Dengan mudah ia dapat merebut
Punjab dan tak henti-hentinya bergerak untuk menguasai daerah-daerah lainnya seperti
Delhi dan Panipatyang sudah lama di kuasai oleh Ibrahim Lodi. Setelah perlawanan
Ibrahim Lodi dikalahkan pula, Babur menghadapi serangan dari Ranasanga, penguasa
Mewar yang berkoalisi dengan penguasa Amber, Gwaleor, Ajmer, Chandri dan Sultan
Mahmud Lodi pada tahun 1529 M.
            Pertempuran ini tergolong amat dahsyat di bandingkan dengan pertempuran-
pertempuran lainnya pada masa itu, Babur sebagai perwira yang gagah berani selalu
memotipasi semangat bala tentaranya yang sedang panik menghadapi lawan-
lawannya, sehingga pada akhirnya kemenangan itu berada di pihaknya dan kota Delhi
yang telah direbut ia jadikan ibu kotanya. Demikian berdirinya kerajaan Mughal di India.
            Pada tahun 1530 M, Babur wafat dalam usia 48 tahun setelah pemrintah selama
30 tahun dengan meninggalkan kejayaan yang cemerlang. tahta kerajaan yang di
limpahkan kepada puteranya yang tertua, yakni Humayun.
            Humayun memerintah selama 10 tahun (1530-1540 M). Dalam masa
kepemimpinannya bukannya mengalami kemajuan akan tetapi malahan dari sebagian
wilayah yang pernah di kuasai ayahnya tidak mampu di pertahankan. Hal ini di
sebabkan keterampilan politik Humayun tidak sebaik ayahnya. Berbeda ketika Jalal al-
Din Abdul al-Tahir Muhammad Akbar (1556-1606 M). Tampil menggantikan posisi
ayahnya Humayun, kerajaan Mughal kelihatan banyak mendapatkan kemajuan.
            Akbar, menurut sejarah,  tidak sempat mendapatkan pendidikan formal, namun
kemauan kerasnya untuk belajar sangat tinggi, karir militernya di mulai sejak kecil
hingga ia pun ditetapkan sebagai pewaris tahta kerajaan pada usia 15 tahun ayahnya
mangkat pada tahun 1556 M.
            Sifat kecerdasan, keberanian dan kecakapan yang dimiliki oleh Akbar,
menjadikan wilayah yang pernah direbut oleh ayahnya kembali ia kuasai dan ekspansi
kewilayah-wilayah lainnya senantiasa di usahakan pula sampai kerajaan ini menguasai
hampir seluruh wilayah India. Dari wilayah-wilayah lain ia rebut seperti Gwalior, Aimer,
Janput, Gujarat, Kasmir, dan Kandahar.
            Di awal kepemimpinan terdapat seorang Syah yang bernama Bairam Khan, ia
berperang mengembangkan kerajaan, akan tetapi tatkala Bairan Khan penganjur Syiah
tercium, Akbar dengan segera mengambil dan mengontrol secara penuh kerajaan. Di
samping ia memeng dewasa. Pada sisi lain, Akbar juga terlihat sangat liberal, hal ini
tampak ketika ia ingin menyatukan semua agama dalam satu bentuk agama baru yang
diberi nama Din ilahiy.
            Pada masa pemerintahan Akbar, nama kerajaan Mughal berkibar di India. Akbar
tampil memperlihatkan kekuatannya dan sifat toleransinya, etnis dan agama yang 
deferensial kelihatan di hormati eksistensinya, sehingga kerajaan Mughal betul-betul
terkesan jaya. Selanjutnya pada tahun 1605 M Akbar wafat, kemudian digantikan oleh
puteranya Jengahir. Berturut-turut tiga generasi kerajaan Mughal yag bermula dari
Jengahir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M),
kemajuan yang pernah di capai masih tetap mampu di pertahankan.
            Jehangir (1605-1628 M), berusaha mengikuti jejak ayahnya kelihatan sangat
berbeda dengan program-programnya yang lain, ia memrintahkan kepada seluruh
pemimpin Islam supaya melarang perkawinan campur antara agama, seorang
muslimah tidak dibolehkan kawin dengan laki-laki non muslim. Instruksi seperti ini
sebelumnya tidak pernah di lakukan khususnya pada masa Akbar. Selanjutnya pada
masa Syah Jehan pemberlakuan syariat Islam kembali lebih ditegakkan serta stabilitas
politik masih aman.
            Oleh karena itu, pada masa Aurangzeb, telah terjadi pemberontakan dari pihak
golongan Hindu dan pihak-pihak lainnya, hal ini di akibatkan oleh kebijakan-kebijakan
Aurangzeb yang terlalu memaksakan obsesinya, antara lain ingin mengislamkan
seluruh orang-orang Hindu, pendiskriminasikan antara orang-orang Hindu dengan
Islam,  serta melarang penambahan kuil.
            Adapun yang tergolong pemberontak pada saat itu adalah golongan Sikh
dipimpin oleh guru Tegh Bahadur, guru Gobind Sigh dan golongan Rajput yang
dipimpin oleh Undaipur serta kaum Mahratas yang dipimpin oleh Suwaji dan Sambaji.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh justru membuka jalan bagi munculnya reaksi atau
pemberontakan dari pihak lain, akhirnya dapat dikatakan bahwa pada kemajan-
kemajuan yang telah dicapai tidak dapat dipertahankan oleh Raja-raja berikutnya
sampai Mughal jatuh ketangan Inggeris.
B. Kemajuan dan Perkembangan Kerajaan Mughal
1. Perkembangan Politik dan Pemerintahan
            Sebagaimana di jelaskan di atas, bahwa awal didirikannya kerajaan Mughal
oleh Babur, tampak perogramnya lebih banyak tercurah pada ekspansi wilayah. Itu
artinya bahwa Babur menjalankan sistem poitik agresi. Hal ini dilakukan untuk
memperluas dan memperkokoh kekuasaanya. Atas usaha Babur inilah kemudian
Mughal menjadi suatu imperium yang memusat di India dan diperhitungkan dalam
sejarah Islam. Sebagaimana telah di sebutkan di atas bahwa pada awal
kekuasaannnya Babur telah menaklukkan beberapa wilayah seperti Punjab, Rajput,
Kandahar dan lain-lain. Berbeda pada masa pemerintahan Akbar, stabilitas politik mulai
di mantapkan. Sistem pemerintahannya dapat berjalan dengan baik, sehingga
membawa kemajuan di berbagai bidang.
            Dalam upaya pengembangan sistem politik dan pemerintahan, Akbar
membentuk landasan institusional dan landasan geografis. Hal ini dilakukan dalam
rangka membangun suatu sistem politik dan pemerintahan yang kokoh. Pemerintahan
Mughal dijalankan oleh sebuah elite militer dan politik pada umumnya terdiri dari pada
pembesar Afghan, Iran, Turki dan muslim India. Namun demikian, dalam rangka
pengembangan Mughal, pemerintah tetap akomodatif terhadap orang-orang non
muslim. Hal ini dapat kita lihat dari kebijakan Akbar yang melibatkan orang-orang Hindu
sebagai aristokrasi  Mughal. Beberapa jabatan penting di berikan kepada orang-orang
Hindu, seperi pejabat admiinistrasi, keuangan, pedagang dan lain-lain.
            Dalam pengembangan sistem politik dan pemerintahan, dikembangkan suatu
sistem politik dimana pemerintah berusaha mendapatkan Legitimasi dari rakyat, Oleh
karena itu, penguasa Mughal di kembangkan doktrin loyalitas dan pengabdian kepada
pemerintah. Untuk mewujudkan hal ini, maka kelompok bangsawan yang
disebut biradari, jati atau qawm, di kukuhkan melalui ikatan perkawinan. Di samping itu,
loyalitas di bangun dengan melalui acara-acara saremonial, seperti pemberian hadiah,
konsesi properti, jabatan dan lain-lain.
            Selanjutnya dalam rangka menciptakan suatu sistem politik dan pemerintahan
yang kuat, rezim Mughal membentuk klien-klien yang terdiri dari orang-orang muslim
yang tengah berkuasa dan sejumlah bangsawan Hindu dan penguasa lokal, Hal ini
dimaksudkan sebagai ujung tombak dan penopang bagi kekuasaan Mughal. Strategi
politik ini di lakukan karena di dasari atas suatu pandangan bahwa masyarakat India
merupakan sebuah kondominasi  (baca: negeri) bagi keturunan bangsawan yang
mengikat penguasa melalui konsesi teritorial dan politik. Melalui ikatan perkawinan atau
keluarga, pola kultural dan saremonial, pemerintahan aristokrasi Mughal dinyatakan
dengan term patrimonial dan term muslim.
            Selanjutnya dalam pengembangan sistem pemerintahan dan politik, elite
penguasa di organisir sesuai dengan sistem mansabdar. Ia merupakan sebuah sistem
dimana masing-masing pejabat memiliki dua kedudukan sebagai zat yang menyatakan
posisinya dalam sistem hirarki tersebut dan kedudukan sebagai sawar yang
menyatakan jumlah tentara yang harus di kerahkannya kemedan pertempuran.
Pejabat mansab digaji baik secara tunai atau dengan pemberian sebidang tanah yang
dinamakan jogir yang serupa dengan iqtiba’ di Timur Tengah. Jagir tersebut diberikan
kepada pejabat-pejabat milier Kaisar, penguasa lokal.
            Mansabdar bertanggung jawab atas pengumpulan pendapatan negara dan
atas tunjangan tentara, tetapi beberapa pejabat lainnya sebagian menangani masalah
hukum dan ketertiban lokal. Masing-masing bangsawan membawahi sebuah
administrasi yang terdiri dari sebuah administrasi yang terdiri dari sebuah kontingen
militer, staf urusan finalsial dan administrasi, staf urusan rumah tangga, seorang herem
dan sejumlah pembantuh. Keluarga seorang bangsawan dibentuk sedemikian mirip
dengan keluarga sang penguasa. Bangsawan Mughal juga mengembang tanggung
jawab membangun mesjid, jembatan, dan caravan saries dan atas berkembangnya
kegiatan ilmiah dan sastra.
            Dibawa jabatan mansabdar terdapat sejumlah pimpinan lokal. Posisi tersbut
terdiri dari Zamindar atau bangsawan lokal, yang berhak atas bagian tertentu dari
penghasilan tanah, namun perinsipnya bukan merupakan hak pemilikan atas tanah.
Hak tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari hak imperium lantaran penaklukan
lokal atau lantaran dominasi kasta. Meskipun demikian, zamindar bergantung pada
otoritas kaisar dan mereka dapat dipecat dari jabatannya. Penguasa Mughal terus-
menerus berusaha menurunkan Raiput atau penguasa-penguasa Hindu lainnya
digantikan kepada zamindar muslim.Tetapi, seorang zamindar lokal memiliki jasa besar
dalam peperangan untuk mempertahankan posisinya. Setiap semindar di dukung oleh
pasukan bersenjata yang sangat berperan membentuk ketaatan kaum petani dan yang
melindungi kepentingan zamindar melawan campur tangan pemerintah pusat.
Kecakapan zemindar dalam menguasai kaum petani dan dalam petani dan pemerintah
pusat dalam memberikan kepadanya sebuah kedudukan politik dan ekonomi yang
mapan.
            Dlam menjalankan sistem pemerintahan dan politik, pemerintah Mughal juga
menyusun sebuah pola kultural periode Mughal yang didasarkan kepada kombinasi
antara peninggalan Chaghathay di Asia Tengah (yang disampaikan oleh Babur) dan
warisan oleh kesultan delhi. Peninggalan Chalhaay menekankan peran penguasa
sebagai seorang panglima tentara sebagai pemimpin jihad. Kepada peninggalan ini
Babur menambahkan unsur perkotaan warga sedenter atau pemukiman dan tradisi
Islam persia yang menjadikan ulama sebagai penasehat, pemimbing, diplomat, dan
pegawai administratif bagi penguasa Changhatay. Ia berusaha meninggikan dirinya di
atas peringkat pemimipin yang umum dan merebut kekuasaan atas kota dan teritorial
utama yang harus diperintahnya sendiri. Dalam artian bahwa tidak melalui sebuah
badan yang lebih tinggi atau yang sederajat, tetapi melalui pejabat pejabat
bawahannya.
            Dalam konteks tersebut, dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan Mughal
meliputi sebuah berpaduan konsep-konsep Asia Tengah Turki, dan konsep Persia
tentang pemerintahan. Di samping itu, kesultanan Delhi juga turut menyumbangkan
konsep-konsep tentang otoritas raja yang berasal dari tradisi monarkial Persia, dan
konsep-konsep Islam tentang pertanggung jawaban politik. Dalam hal ini, Dinasti
Mughal secara spesifik berusaha mengunggulkan aspek muslim dalam  tradisi ganda ini
dengan mengintegrasikan Hindu kedalam resim Mughal. Resim Mughal melanjutkan
seruan kesultanan Delhi terhadap elite non muslim dan mendukung sebuah kebijakan
kultural yang dimaksudkan untuk membentuk sebuah kosmopolitan Islam India dari
pada membentuk sebuah kultural muslim secara ekslusif.
2. Kemajuan Peradaban Kerajaan Mughal
            Kerajaan Mughal juga memberikan perhatian dalam perkembangan peradaan.
Kemajuan dalam bidang pendidikan, keilmuan, dan ke Islaman. Antara lain dalam
bidang seni Iukis, cabang seni ini juga memperoleh tempat yang paling tehormat. Raja
Bubar misalnya, dikenal sebagai seorang raja yang gemar mengoleksi berbagai lukisan
pemandangan telagan, air terjun, bunga dan tanaman.
            Selain seni lukis, musik juga mendapatkan perhatian yang baik di zaman
Humayun, misalnya ada seorang penyanyi yang sangat terkenal bernama Baccu.
kemudian pada masa Akbar tercatat ada 36 penyanyi yang bersal dari Iran, Kashmir,
dan Asia Tengah yang tinggal kerajaan, setiap hari dan setiap kelompok
mempertunjukkan kebolehannya. Di antara penyanyi tersebut adalah Raja Baz Bahadur
dan Tan seen. Dimasa Jahangir, musik juga mengalami perkembangan, di istananya
ada ratusan penyanyi baik laki-laki maupun perempuan.
            Selain seni lukis dan musik, seni bangunan juga pada masa Mughal
memperoleh perhatian besar. Raja-raja Mughal di kenal sebagai raja yang gemar sekali
mendirikan gedung-gedung baru. Dalam seni bangunan Mughal terdapat unsur-unsur
bangunan dalam dan luar negeri.pada masa Akbar misalnya terdapat bangunan corak
Iran. Bahkan Bubar dikenal sebagai seorang raja yang kurang menyukai corak
bangunan setempat (India). Karena itu unsur luar tampa mendominasi seni bangunan
diera Bubar. Diantara bangunan Bubar yang masih ada hingga kini adalah mesjid
dikabul Bagh di penipat dan mesjid Agung di kota Sanbhal, India.
            Diantara raja Mughal yang membangun gedung-gedung bersejarah India ialah
Akbar. Tidak sedikit dari gedung-gedung itu yang menggambarkan kehormatannya
terhadap kehidupan beragama, misalnya Fatehpur Sikri dan istana Agra yang
menampilkan corak Hindu dan Islam. Di masa Akbar Istana Fatehpur Sikri merupakan
bangunan yang bersejarah. Fatehpur Sikri ialah sebuah kota yang di bangun oleh Akbar
pada tahun 1569 untuk mengenang seorang sufi dan wali Allah bernama Hazrat Salim
Christi.
            Sementara itu, di antara bangunan yang cukup indah masa Alamagir ialah
mesjid Badsyahi. Mesjid ini terletak di sebelah barat Benteng Lahore. Pintu besarnya
teklertak di bagian Timur yang terbuat dari batu merah. Untuk mencapai pintu ini, harus
melalui 22 anak tangga. Di setiap sudut mesjid terdapat empat menara. Di setiap
menara tersebut terdapat 204 anak tangga. Mesjid terbesar yang kini berada di
Pakistan ini mampu menampung 75.000 orang untuk melaksanakan shalat. Namun
setelah itu tidak ada lagi bangunan-bangunan baru yang besar yang dibangun oleh
kerajaan Mughal dianak banua India.          
C. Kemunduran dan kehancuran kerajan Mughal
            Setelah satu abad setengah berada di puncak kejayaannya, para pelanjut
Auragzeb tidak sanggup mempertahankan yang telah dibina oleh Sultan-sultan
sebelumnya. Pada abad 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran.
Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat pusat menjadi
ajang perebutan gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh dibelahan utara dan
Islam dibagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu para pedagang
Inggeris yang pertama kali oleh Juhangir menanamkan modal di India, dengan di
dukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
            Pada masa Aurangzeb, pemberontakan pada masa pemerintahan pusat
memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi pemberontakan itu bermula dari tindakan-
tindakan Aurangzeb yang dengan penerusnya rata-rata lemah tidak mampu
menghadapi problema yang ditinggalkannya.
            Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan di pegang oleh Muazzam,
putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya pernah menjadi penguasa di Kabul. Putra
Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran
Syiah pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan
pada perlawanan Sikh sebagai akibat dari tindakan ayahnya. Ia juga diperhadapkan
pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan
ajaran Syi’ah kepada mereka.
            Setelah Bahadur Syak meninggal dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi
perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana. Bahadur Syak diganti oleh anaknya,
Azimu Syah. Tetapi pemerintahannya di tentang oleh Zulfikar Kahn, putra Azad Khan,
Wasir Aurangzeb. Asimus Syah meninggal tahun 1712 M. Dan diganti oleh putranya,
Juhandar Syah yang mendapat tantangan dari Farukh Syiar tahun (1713 M). Farukh
Syiar berkuasa sampai tahun (1719 M). Sebagai pengganti diangkat  Muhammad Syah
(1719-1748 M). Namun ia pendukungnya terusir oleh suka Asyfar dibawa pimpinan
Nasir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal terutama karena menurutnya
kerajaan ini banyak sekali memberikan bangunan kepada pemberontak Afghan di
daerah Persia. Oleh karena itu tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia. Ia
menyerang kerajaan Mughal. Muhammad Syah tidak bisa bertahan dan mengaku
tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi setelah
bersedia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah kerajaan Mughal
baru dapat melakukan restorasi kembali, terutama setelah kerajaan Wasir di pegang
oleh China Qilich Khan yang bergelar Nizam al-Mulk (1722-1732 M) karena mendapat
dukungan dari Marathas. Akan tetapi, tahun 1732 M Nizam Al-Mulk meninggalkan Delhi
menuju Hideradab, dan menetap disana.    
            Konflik-konflik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap
daerah lemah. Pemerintah daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari
pemerintah pusat bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannya masing-
masing. Hedaradab dikuasai Nizam al-Mulk, Marathas dikuasai Shivaji, Ratpuj
menyelenggarakan pemerintahan sendiri di bawah pimpinan Jay Singh dari Amber.
Punjab dikuasai oleh kelompok Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadut Khan, Begal di kuasai
oleh Syuja al-Din, menantu Mursyid Qulli, penguasa Begal yang diangkat Aurangzeb.
Sementara wilayah-wilayah pantai banyak dikuasai oleh para pedagang asing, terutama
EIC dari Inggeris. Desintegrasi wilayah kekuasaan Mughal ini semakin diperburuk oleh
sikap daerah, yang disamping melepaskan loyalitas terhadap pemerintah pusat, juga
mereka senantiasa menjadi ancaman serius bagi eksistensi dinasti Mughal itu sendiri.
            Setelah Muhammad Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad
Syah (1748-1745), kemudian, diteruskan oleh Alamghir II (1754-1759 M), dan kemudian
dilanjutkan oleh Syah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal
diserang oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan
dan sejak itu Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan, meskipun Syah Alam tetap
diizinkan memakai gelar Sultan. Demkian seterusnya Mughal terus mengalami
kemunduran sehingga akhirnya kerajaan terakhir Mughal adalah Bahadur Syah diusir
dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang di hancurkan, dan Bahadur Syah,
raja Mughal terakhir, di usir dari istana (1858 M). Dengan demikian berakhirlah sejarah
kekuasaan Dinasti  Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang
harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.
            Untuk lebih jelasnya penulis merinci beberapa faktor yang menyebabkan
kekuasaan Dinasti Mughal itu mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa
kepada kehancurannya pada tahun 1858 M, yaitu:
1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga oprasi militer
Inggeris diwilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatam maritim
Mughal. Begitu juga kekuatan pasukan darat. Bahkan, mereka kurang terampil dalam
mengoperasikan persenjataan buatan Mughal sendiri.

2. Kemorosotan moral dan hidup mewah di kalangan elit politik, yang


mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.

3. karena konflik yang berkepanjangan pemerintah daerah satu persatu


melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat bahkan cenderung memperkuat posisi
pemerintahnya masing-masing.
4. semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah
dalam bidang kepemimpinan.                                                           

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Dari beberapa uraian yang telah di kemukakan di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan sebagai berikut:
1. Safawi adalah nama sebuah kerajaan Islam di Persia, didirikan oleh Syah Ismail
pada tahun 907 H/1501 M. Safawi pada awalnya adalah sebuah aliran tarekat Sufi yang
dalam perjalannya menjadi gerakan keagamaan yang berpengaruh di Persia, Anatolia
dan Suriah. Dalam perkembangan berikutnya Safawi berubah menjadi gerakan politik
dan selanjutnya menjadi sebuah kerajaan yang memiliki wilayah kekuasaan luas di
Persia dan sekitarnya.

2. Kerajaan Safawi benar-benar mencapai puncak kemajuannya pada masa Syah


Abbas I. Kemajuan tersebut dicapai berkat kecakapannya memimpin kerajaan. Ia
menciptakan stabilitas dalam negeri dan melakkan perdamaian dengan pihak luar.
Dalam kondisi yang kondusif tersebut Syah Abbas menjalankan visi dan misinya dalam
membangun negara, sehingga berbagai kemajuan berhasil diraih. Kemajuan yang akan
dicapai antara lain: kemajuan di bidang politik, ekonomi, pembangunan fisik, seni,
pendidikan dan ilmu pemgetahuan.
3. kemunduran kerajaan Safawi tidak terlepas dari kapabilitas para pemimpinnya
sepeninggal Syah Abbas I. Ketidak cakapan dan kemorosotan  akhlak sebagian
pemimpinnya berdampak pada sistem pemerintahan yang rapuh, sehingga situasi
politik dalam negeri menjadi kacau. Keadaan ini menjadikan negara semakin hari
semakin lemah dan tidak dapat menahan serangan dari pihak luar, sehingga pada
akhirnya runtuh. sedangkan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M) dari
keturunan Turki Chagathai yang berpusat di India.

-          Dalam melaksanakan pemerintahannya pemerintah  Mughal memberikan peran yang


cukup besar kepada ulama.
-          Dalam bidang pemerintah, Dinasti Mughal membentuk intitusi-intitusi pemerintahan
yang berfungsi melaksaakan tugas-tugas pemerintah dalam berbagai bidang.
-          Mughal mundur dan membawa kehancurannya pada tahun 858 M. Yaitu: suksesi
kepemimpinan ditingkat pusat menjadi ajang perebutan, Gerakan separatis Hindu di
India tengah, dan Sikh di belahan utara dan Islam di bagian timur semakin lama
semakin mengancam, karena konplik yang berkepanjangan pemerintah daerah satu
persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat bahkan cenderung memperkuat
posisi pemerintahannya masing-masing, kemorosotan moral dan hidup mewah
dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang
negara.
Disadari seopenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan sebagaimana
layaknya suatu karya ilmiah. Oleh karena itu, sumbang saran dan kritik konstruktif dari
semua pihak merupakan kehormatan bagi penulis.        
           
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Akbar S., Discovering Islam, Making Sence of Muslim History and Society, di
terjemahkan Nunding Ram dan Ramli Yaqub, Citra Muslim, Tinauan Sejarah dan
Siosologi, Cet. I;Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,1992.
.........................., From Samarkand to Stornoway: Living Islam, di terjemahkan 
Pangestuningsih, Living Islam, Cet. I; Bandung: Penrbit Mizan,1997.
Azra, Azyumardi, dkk., Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
Brockelmann, Carl, Tarikh al-Syu’ub al-Islamiyyah, Cet. V; Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin,t.t.
Depag RI, Tim Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam Dirjen Binbaga
Islm, Sejarah dan Kebudayaan Islam jilid II, Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1983.
Karim M, Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I; Yokyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007.

Anda mungkin juga menyukai