e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 9 No 3 November 2020
Abstract
This study aims to determine cross-cultural leadership between countries in Asia and in western
countries, this is because leaders have subordinates consisting of different cultures, ethnicities,sosial
status, and citizenships. Culture, values, norms, and ethics have an influence on the attitude of a
leader in behavior. The research method used in this research is literatur study, with the development
of various literaturs such as scientific journals and books, data collection techniques used are
obtained from secondary data sources and media. The results show that there are many differences in
the culture, attitudes, and language used in behaving as leaders, many studies show similarities in
leadership between western countries and countries in Asia. This similarity is shown in the same
perception of leadership. There are many differences that are influenced by culture, so in cross-
cultural leadership, a competent leader is needed.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan lintas budaya antar negara di asia dan di
negara-negara barat, hal ini disebabkan karena pemimpin mempunyai bawahan yang terdiri dari
budaya, etnis, status sosial, dan kewarganegaraan yang berbeda. Budaya, nilai, norma, dan etika
mempunyai pengaruh terhadap sikap seseorang pemimpin dalam berperilaku. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka,dengan pengembangan dari berbagai literatur
seperti jurnal ilmiah dan buku, teknik pengumpulan data yang digunakan diperoleh dari sumber data
sekunder dan media. Hasil penelitian memperlihatkan adanya banyak perbedaan dalam budaya, sikap,
dan bahasa yang digunakan dalam berperilaku sebagai pemimpin, banyak penelitian yang
menunjukkan kesamaan dalam kepemimpinan antara negara-negara barat dan negara-negara di asia.
Persamaan tersebut ditunjukkan dalam persepsi yang sama tentang kepemimpinan. Banyaknya
perbedaan yang dipengaruhi oleh budaya, maka dalam kepemimpinan lintas budaya dibutuhkan
pemimpin yang mempunyai kompetensi.
248
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 9 No 3 November 2020
bahwa terdapat 21 sifat dan perilaku pemimpin negara-negara barat cenderung mempunyai
yang spesifik secara umum dianggap budaya power-distance yang rendah. Power-
memberikan kontribusi terhadap efektivitas distance yang tinggi mempunyai ciri dimana
kepemimpinan; sebelas penemuan pemimpin dan pengikut jarang berinteraksi
berhubungan erat dengan yang disebut dengan dengan tingkatan setara serta menempatkan
kepemimpinan berbasis pada nilai (Luthans, pemimpin sebagai pembuat keputusan utama.
2012). Perbedaan budaya dapat mempengaruhi Power-distance yang rendah pemimpin dan
seseorang dalam bersikap terhadap orang lain, anggotanya sering berinteraksi pada tingkatan
termasuk pandangan pada seorang pemimpin. yang setara serta pengambilan keputusan
Budaya yang dimiliki oleh suatu kelompok berdasarkan pada aktivitas partisipatif
akan mempengaruhi cara mereka bersikap dan kelompok yang berkepentingan. Hofstede juga
penilaian terhadap pemimpin mereka. Oleh menjelaskan tentang budaya orientasi yang
karena itu budaya yang dimiliki satu negara terdiri dari orientasi jangka panjang dan
dan negara lain berbeda, hal ini akan orientasi jangka pendek. Individu dengan
memberikan pengaruh yang berbeda pula budaya orientasi jangka panjang akan
dengan perilaku dari masing-masing negara mempunyai pandangan tentang masa depan
dengan kebudayaan yang berbeda. Seperti seperti hemat dalam pengeluaran dan
yang dijelaskan pada dimensi kebudayaan menabung untuk masa depan serta akan lebih
Hofstede, dimana perilaku individu dibedakan bersemangat dalam mencapai tujuan. Budaya
menjadi individu yang individualistis dan orientasi jangka pendek akan lebih
kolektivisme. Amerika serikat, Inggris, dan mementingkan kebahagian masa sekarang,
Kanada mempunyai budaya individualistis sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan
yang tinggi. Negara-negara tersebut melihat yang segera adalah menjadi prioritas yang
bahwa kepentingan pribadi adalah yang paling harus diwujudkan. Negara-negara Asia dikenal
utama, hal ini berbanding terbalik dengan sebagai negara dengan orientasi jangka
negara Asia yang mempunyai budaya panjang dengan tabungan per kapita yang
kolektivisme dimana nilai dan tujuan dari tinggi, sedangkan sebagian negara di Eropa
kelompok adalah hal yang harus di dan Amerika Serikat mempunyai orientasi
prioritaskan. jangka pendek dengan menghabiskan banyak
Dimensi kedua dari Hofstede adalah pengeluaran dan menabung lebih sedikit.
individu dilihat dari tinggi rendahnya budaya Dimensi yang terakhir adalah dimensi
penghindaran ketidakpastiann. Negara-negara maskulinitas dan feminitas, Hofstede
barat seperti Amerika Serikat dan Kanada menjelaskan konteks maskulinitas sebagai
mempunyai budaya ketidakpastian yang budaya yang menekankan ketegasan dan
rendah dimana masyarakat merasa nyaman dan budaya kompetitif untuk uang dan materi.
lebih dapat menerima hal yang belum tentu Feminitas menggambarkan budaya yang
terjadi (ketidakpastian) serta lebih dapat menekankan bagaimana mengembangkan dan
mentoleransi risiko. Budaya penghindaran memelihara hubungan pribadi dan kualitas
ketidakpastian tinggi cenderung dimiliki oleh hidup yang tinggi. Negara jepang dan Italia
negara-negara di Asia. Hal ini terjadi karena mempunyai budaya maskulinitas yang tinggi
masyarakat mayoritas tidak mentoleransi risiko sedangkan Swedia dan Denmark adalah contoh
dan menghindari ketidakpastian, mereka juga dari negara yang mempunyai budaya feminitas.
akan merasa nyaman ketika masa depan dapat Kepemimpinan tidak lepas dari peran individu
diprediksi dan terjamin. Tinggi rendahnya yang terlibat dalam organisasi. Sikap,
budaya power-distance juga dapat keyakinan dan nilai seorang individu akan
mempengaruhi individu. Asia mempunyai mempengaruhi cara berperilaku (Lussier et al,
budaya power-distance yang tinggi dan 2010) dan hal tersebut juga akan berpengaruh
251
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 9 No 3 November 2020
pada sikap ketika menjadi seorang pemimpin Tabel perbedaan tujuan manajemen negara
maupun sebagai bawahan. barat dan asia tenggara
Berikut beberapa perbedaan budaya negara Tujuan Manajemen
barat dan asia tenggara: Negara barat Negara asia tenggara
Negara barat/western: individualism, Maksimalkan laba Tanggung jawab sosial
kepentingan pribadi lebih utama, menyukai Efisiensi laba Suasana kerja harmonis
tantangan, pencapaian tujuan adalah aktualisasi Produktivitas Kinerja tinggi dianggap
diri, memiliki daya saing tinggi, tidak sungkan tinggi kejam
melakukan agresi dan suka konfrontasi Sumber: When Cultures Collide: Leading
langsung, mempunyai tindakan yang jelas, Across Cultures (Lewis, 2006)
melakukan persuasi, adu argumen, persaingan,
perubahan teknologi sangat cepat, cenderung
Literatur lain menjelaskan beberapa perbedaan
pada external reward, sensitif pada laba,
yang membaginya menjadi dua yaitu western
perilaku ditentukan oleh hokum dan kewajiban
and southeast asian (Lewis, 2006). Asia
kontraktual, tidak segan mengungkap kata-kata
tenggara adalah negara-negara yang
kasar, cenderung mendelegasikan pada
mempunyai perekonomian yang sedang
professional, mempunyai planning top down
berkembang. Kedua wilayah antara negara-
(Lewis, 2006)
negara barat yang mempunyai perekonomian
Negara di Asia: kolektif, kepentingan pribadi
maju menunjukkan perbedaan perilaku
telah disubordinasikan ke dalam kepentingan
individu dengan negara-negara yang berada
kelompok, lebih menyukai keamanan dan
pada wilayah asia tenggara. Perbedaan tersebut
harmoni, prestasi harus berkontribusi pada
disajikan dalam tabel berikut. Sebagai contoh
tujuan kelompok, senang melakukan kegiatan
implikasi budaya dalam kepemimpinan adalah
dengan kerjasama, cenderung menahan diri,
pada negara Amerika Serikat mempunyai
beradaptasi dengan yang lain, persuasi
budaya yang mengedepankan individualitas
dianggap sebagai tindakan yang lancang dan
dalam pengambilan keputusan dan
orang asia mencari kesamaan dalam berbagi,
akuntabilitas, tetapi hal tersebut bertolak
perubahansosial dan budaya adalah evolusi,
belakang dengan negara Jepang yang lebih
cenderung internal reward, peka terhadap
cenderung pada peran kelompok dalam
tekanansosial, selalu menjaga raut wajah
membuat keputusan yang penting bagi
karena wajah menentukan perilaku,
organisasi dan juga perusahaan.
mengutamakan kesopanan, kelembutan, suara
Contoh lain adalah persaingan kerja
rendah, pangkatsosial, dan saling
antar anggota kelompok di Amerika Serikat
menghormati, mendelegasi kekerabatan, sistem
sering dilakukan guna mencapai kemajuan dan
perlindungan (patronage system), kebijakan
peningkatan karir yang dinginkan. Budaya
dan panduan bersifat top down dan rencana
tersebut berbeda dengan budaya disebagian
taktis bottom up (Lewis, 2006).
negara yang lain. Anggota kelompok
Pada budaya negara barat tujuan manajemen
cenderung menolak bersaing dengan rekan
berbeda dengan negara asia tenggara beberapa
kerja mereka karena hal tersebut dianggap
perbedaan tersebut antara lain adalah:
akan mengganggu atau bahkan merusak
hubungan diantara anggota. Kenyataan
tersebut juga tidak dilakukan untuk
menghindari munculnya keinginan untuk
memenuhi kepentingan pribadi. Beberapa
penelitian yang dilakukan terhadap bisnis
lintas budaya sering menemukan bahwa
perbedaan budaya adalah salah satu penyebab
252
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 9 No 3 November 2020
kesulitan interpersonal termasuk konflik dan ditemukan persamaan dalam kedua wilayah
buruknya kinerja. Oleh karena itu pemimpin tersebut, ditemukan pula perbedaan dalam
lintas budaya menghabiskan lebih banyak hubungan antara kepemimpinan
waktu dan energi untuk menangani konflik transformasional yang dijelaskan oleh variabel
antar individu daripada berusaha untuk budaya yaitu jarak kekuasaan, ketegasan, dan
mencapai tujuan individu. nilai-nilai tradisionalitas (Liden, 2012).
Persamaan dan perbedaan tentang Hal yang sama juga berlaku pada penelitian
kepemimpinan pada negara barat dan asia juga tentang servant leadership di antara negara-
dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian negara barat dan asia.
kepemimpinan. Penelitian yang dilakukan Servant leadership adalah suatu kepemimpinan
diantaranya adalah penelitian tentang LMX yang berawal dari perasaan tulus yang timbul
(Leader-Member Exchange) di negara-negara dari hati yang berkehendak untuk melayani
barat dan asia. LMX adalah teori yang (Greenleaf, 1977). Greenleaf (1977) yang
menyatakan bahwa pemimpin memperlakukan menuliskan tentang servant leadership
bawahan dengan berbeda dimana pemimpin dianggap sebagai salah satu pelopor dalam
dan bawahan akan mengembangkan hubungan pengembangan dalam bidang kepemimpinan.
dyadic yang mempengaruhi perilaku pemimpin Servant leadership menjelaskan bahwa
dan bawahan (Luthans, 2012). Pada teori ini memberikan pelayanan terhadap karyawan
terkenal dengan istilah “in group” dan “out merupakan salah satu bentuk dari nilai yang
group”, dan pemimpin akan memperlakukan diberikan kepada mereka. Hasil penelitian
bawahan sesuai dengan predikatnya. Hasil dari menunjukkan tidak ada perbedaan yang
penelitian mengungkapkan bahwa tidak ada ditemukan tentang servant leadership,
perbedaan persepsi tentang LMX diantara dibuktikan dari sampel karyawan yang diambil
kedua bagian wilayah tersebut (Liden, 2012). dari bank multinasional Amerika Serikat dan
Hal ini menunjukkan bahwa western dan asia Hong Kong (Schaubroeck, Lam, Peng, 2011).
mempunyai persamaan persepsi tentang LMX.
Selain LMX, banyak penelitian yang meneliti KESIMPULAN DAN SARAN
tentang kepemimpinan transformasional. Terdapat banyak penelitian yang
Kepemimpinan transformasional mendasarkan berkembang dalam bidang kepemimpinan,
pada pergeseran nilai, kepercayaan pemimpin salah satu usaha yang digunakan untuk
dan kebutuhan para pengikutnya; membawa mencari kepemimpinan yang efektif.
keadaan menuju kinerja tinggi pada organisasi
Penelitian tentang kepemimpinan bukan
yang menghadapi tuntutan pembaharuan dan
hanya berlaku pada wilayah lokal, tetapi
perubahan (Luthans, 2012). Dalam paradigma
fungsionalis Barat saat ini, para pemimpin
saat ini telah banyak yang melakukan
transformasional menaruh perhatian khusus penelitian tentang kepemimpinan lintas
pada pembangunan kepercayaan yang budaya. Sebuah program penelitian yang
menjamin keandalan dan kepastian tanggapan meneliti tentang kepemimpinan lintas
karyawan serta untuk mengurangi kebutuhan budaya adalah program GLOBE (Global
akan pengawasan dan control (Blunt dan Leadership and Organizational
Jones, 1997). Hasil menunjukkan bahwa Effectivness) (House dan Javidan , 2014)
mereka juga tidak memiliki perbedaan pada dalam Globe sebuah program yang
lintas budaya. Hal ini dibuktikan dengan dicetuskan oleh Robert House. GLOBE
hubungan positif antara kepemimpinan
menggunakan beberapa dimensi nilai dari
transformasional dengan kinerja serta OCB di
Hofstede yaitu individualisme
Cina sama dengan pada negara-negara barat
(Wang dan Howell, 2010). Meskipun
kolektivisme, penghindaran ketidakpastian,
253
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 9 No 3 November 2020
254
p-ISSN : 2301-7775
e-ISSN : 2579-8014
NIAGAWAN Vol 9 No 3 November 2020
255