Anda di halaman 1dari 20

Judul : What is new in dermatotherapy?

Penulis : Das Anupam, Toshniwal Anand, Madke Bhushan


Diambil dari : Das Anupam, Toshniwal Anand, Madke Bhushan. What is new in
dermatotherapy? Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2021; 87:135-
43.
Penerjemah : Aldian Indirawaty

APA YANG BARU DALAM DERMATOTERAPI?

Pendahuluan
Dermatologi adalah disiplin ilmu yang terus berkembang dengan penemuan
entitas baru setiap hari. Demikian pula, patogenesis penyakit yang lebih dipahami
akhir-akhir ini disebabkan oleh adanya penelitian yang dilakukan secara global.
Dengan demikian, dermatoterapi akan berhasil dan berkembang dengan penemuan
molekul baru selain dari aplikasi yang lebih baru dan indikasi molekul yang
terdahulu.
Pencarian literatur dalam bahasa Inggris dilakukan secara komprehensif dari
2015 hingga Agustus 2020 pada beberapa database (PubMed, EMBASE, MEDLINE
dan Cochrane) menggunakan kata kunci (tunggal dan dalam kombinasi) telah
dilakukan. Istilah-istilah yang digunakan “apa yang baru”, “kemajuan terbaru dalam
terapi”, “pengobatan terbaru” dan “dermatologi”. Dalam ulasan ini, penulis telah
merangkum opsi terapi medis yang lebih baru (berdasarkan urutan abjad) untuk
berbagai kondisi dermatologis dengan mekanisme aksi molekul yang diusulkan
(dimana pun berlaku).

Apremilast untuk terapi terbaru


Mekanisme kerja obat ini adalah sebagai penghambat fosfodiesterase yang
mengikat fosfodiesterase-IV dan reseptor seperti Toll-4 di sel darah perifer yang
menyebabkan peningkatan kadar adenosin monofosfat siklik yang mengurangi sitokin

1
pro-inflamasi (tumor necrosis factor-alpha), interleukin-23, interleukin-12, leukotrien
B-4) dan meningkatkan kadar sitokin anti-inflamasi interleukin-10.
Apremilast digunakan pada penyakit Behcet, hidradenitis supurativa, dermatitis
atopik dan pioderma gangrenosum yang rekalsitran. Apremilast digunakan pada
hidradenitis suppurativa sedang dengan dosis 30 mg dua kali sehari selama 16
minggu. Pada penyakit Behcet, digunakan untuk pengobatan ulkus mulut dengan
dosis 30 mg dua kali sehari selama 12 minggu. Apremilast menyebabkan peningkatan
aktivitas phosphodiesterase 4 sel imun pada dermatitis atopik, sehingga membawa
penurunan yang cukup besar pada sitokin yang dilepaskan dari sel T. Dalam kasus
pioderma gangrenosum, apremilast 30 mg digunakkan dua kali sehari ditambahkan ke
regimen prednison oral 7,5 mg setiap hari dan metotreksat subkutan 18 mg setiap
minggu, selama 4 bulan. Perbaikan ulkus terlihat.
Beta bloker untuk pencegahan pembentukan keloid pada dermatosis dengan
bula akibat autoimun.
Mekanisme aksi: Ada tiga jenis reseptor beta-adrenergik. reseptor 1 bekerja
pada miokardium, 2 pada pembuluh darah dan bronkus dan reseptor 3 pada adiposit.
Faktor pertumbuhan endotel vaskular berfungsi sebagai mitogen sel endotel,
meningkatkan permeabilitas vaskular dan deposisi matriks fibrin ekstraseluler.
Hal ini juga diekspresikan dalam jumlah yang lebih tinggi di dermis, keratinosit
dan fibroblas keloid bila dibandingkan dengan kulit normal. Beta bloker dapat
mencegah perkembangan bekas luka menuju keloid, dengan memblokir faktor
pertumbuhan endotel vaskular. Selain itu, obat ini juga dapat mencegah pembentukan
keloid dengan mengaktifkan kinase ekstraseluler yang mempercepat migrasi dan
proliferasi sel inflamasi dan menghambat apoptosis. Dengan demikian, beta bloker
telah diusulkan karena memiliki peran dalam pencegahan pembentukan keloid

2
Biologik (molekul terbaru)
Molekul terbaru yang ditemukan telah ditampilkan pada tabel 1.
Tabel 1. Regimen Terbaru
Regimen Mekanisme kerja Indikasi Status
Ixekizumab Merupakan aktivitas monoklonal Psoriais plak, FDA menyetujui
subkelas IgG4 dengan aktivitas psoriasis artritis untuk psoriasis plak
penetralisir terhadap IL-17RA. (Maret 2016) dan
Diberikan dengan dosis 160 mg psoriasis artritis
subkutan pada minggu 0 dan 80 (Desember 2017)
mg pada minggu 2, 4, 6, 8, 10 dan
12 diikuti oleh 80 mg setiap 4
minggu
Brodalumab Merupakan antibodi IgG2K Psoriasis plaq FDA menyetujui
monoklonal manusia terhadap (Juli 2016)
IL-17RA. Regimen ini diberikan
dengan dosis 210 mg subkutan
pada minggu 0, 1 dan 2 dan
210 mg setiap 2 minggu
Guselkumab merupakan antibodi monoklonal Psoriasis plaq FDA menyetujui
IgG1 lambda monoklonal (Juli 2017)
manusia melawan reseptor IL-23.
Obat ini diberikan secara
subkutan 100 mg pada minggu 0,
4 dan setiap 8 minggu sesudahnya
Tildrakizumab Merupakan antibodi IgG1/K Psoriasis plaq FDA menyetujui
monoklonal manusia terhadap (Maret 2018)
Reseptor IL-23 dan diberikan
secara subkutan 100 mg pada
minggu 0, 4 dan 100 mg setiap 12
minggu
Risankizumab Merupakan antibodi IgG Psoriasis plaq FDA menyetujui
monoklonal manusia terhadap (April 2019)
IL-23. Obat diberikan subkutan
pada 150 mg minggu 0, 4 dan
setiap 12 minggu sesudahnya
Bimekizumab Merupakan antibodi IgG Psoriasis plaq, Sedang fase trial
monoklonal manusia terhadap psoriasis artritis ketiga
IL-17A dan IL-17F.
Dosis diberikan secara subkutan
dengan dosis pemuatan 320 mg
dan 160 mg
setiap 4 minggu sesudahnya
Mirikizumab Merupakann adalah antibodi IgG4 Psoriasis plaq, Sedang fase trial
antibodi monoklonal manusia psoriasis artritis ketiga
terhadap IL-23. Dosis diberikan
dengan dosis 300 mg sekali dalam
4 minggu
Dupilumab Merupakan antibodi monoklonal Dermatitis atopik, FDA menyetujui

3
yang sepenuhnya manusiawi yang prurigo nodularis, untuk dermatitis
menghambat IL4 dan IL3 melalui bullous pemfigoid atopic pada Maret
pengikatan subunit alfa dari 2017
reseptor IL4. Selain itu, ini
menurunkan sekresi IgE dengan
menurunkan regulasi kemotaksis
eosinofil dan TH2 (aktivitas
kemokin terkait) (CCL17,
CCL18, CCL22, dan CCL26),
menghambat B yang telah
diaktifkan sebelumnya sel,
mengarahkan sel B untuk beralih
ke sintesis IgG4. Kondisi ini
mungkin meningkatkan
pruritus dengan mengurangi
pensinyalan neuron sensorik
perifer melalui efek langsungnya
pada IL-4 dan IL-13 dan melalui
efeknya pada eosinofil yang
mengakibatkan penurunan sekresi
IL-31
Lebrikizumab Merupakan antibodi monoklonal Dermatitis atopik Sedang fase trial
manusiawi yang menghambat ketiga
IL-13. Dosis diberikan dengan
dosis 125 mg subkutan sekali
seminggu selama 12 minggu
Nemolizumab Merupakan adalah antibodi Dermatitis atopik Sedang fase trial
monoklonal manusiawi yang ketiga
menghambat IL-31. Itu diberikan
dengan dosis 0,5-1 mg/kg secara
subkutan selama 6-12 bulan
Spartalizumab Merupakan antibodi monoklonal Melanoma Sedang fase trial
manusiawi, mengikat PD-1 dan ketiga
memblokir interaksinya dengan
PD-L1 dan PD-L2. Agen ini
bertindak sebagai kekebalan
penghambat pos pemeriksaan
Cemiplimab- Merupakan penghambat reseptor Lokal dan FDA menyetujui
rwlc kematian terprogram bermetastasis (September 2018)
(PD-1/PD-L1). Dosis yang karsinoma sel
dianjurkan adalah 350 mg sebagai skuamosa
infus intravena setiap 3 minggu
Selumetinib Merupakan penghambat protein Pasien anak, usia FDA menyetujui
kinase yang diaktifkan mitogen 2 tahun (April 2020)
dengan demikian mengurangi dan lebih tua
fosforilasi ERK dengan NF1 yang
memiliki
PN yang
simtomatik dan
tidak dapat
dioperasi

4
Ligelizumab Ini adalah antibodi monoklonal Urtikaria kronis Sedang fase trial 2B
manusiawi yang mengikat IgE
dan bertindak sebagai
imunomodulator. Ini diberikan
secara subkutan dengan dosis
24 mg, 72 mg, dan 240 mg setiap
bulan. Ini membutuhkan lebih
jarang suntikan (dibandingkan
dengan omalizumab) dan pada
dosis 72 mg, dan itu lebih efektif
daripada omalizumab
Avelumab Merupakan antibodi monoklonal Sel Merkel FDA menyetuj
IgG1 anti-PD-L1 yang Metastatik (Maret 2017)
sepenuhnya manusia yang karsinoma pada
memblokir interaksi PD-1/PD-L1. orang dewasa dan
Diberikan secara intravena anak-anak
infus setiap 2 minggu sekali berusia 12 tahun
ke atas
Lanadelumab Merupakan antibodi monoklonal Mencegah FDA menyetujui
manusia sepenuhnya yang angioedema (Agustus 2018)
menghambat plasma aktif herediter
kalikrein dan dengan demikian
menurunkan bradikinin.
Sistem kalkreninkinin jaringan.
Ini diberikan secara subkutan
150-300 mg sekali dalam 2
minggu
Bleomisin Intralesi untuk Limfangioma Sirkumskripta

Bleomisin merupakan obat antineoplastik, antibakterial, dan obat antiviral.


Mekanisme aksi bleomisin akan memecah DNA melalui radikal bebas yang
dihasilkan dan juga memiliki aksi sklerosan pada sel endotel. Obat ini menyebabkan
kelasi pada besi, membentuk pseudoenzim dan bereaksi dengan oksigen sehingga
menghasilkan superoksida dan radikal bebas yang memecah DNA. Obat ini juga
menghambat penggabungan timidin ke dalam DNA. Prosedurnya terdiri dari
rekonstitusi bleomisin dengan 5 mL air suling dan kemudian dengan mencampur 1
mL larutan dengan 2 mL lignokain 2% dan akhirnya menyuntikkan dengan jarum
26G, hasilnya adalah warna putih pada bagian yang disuntikan. Baru-baru ini,
kombinasi intralesi injeksi triamsinolon, bleomisin dan bevakizumab digunakan
dalam pengobatan limfangioma sirkumskripta pada lidah.

5
Setirizin Topikal pada Alopesia Androgenetik
Mekanisme aksi dari obat ini adalah Prostaglandin E dan F mendukung
pertumbuhan rambut dan prostaglandin D2 menghambat pertumbuhan rambut
(menyebabkan perkembangan rambut menuju miniaturisasi). Telah ditemukan bahwa
kadar prostaglandin D2 sintetase meningkat di kulit kepala yang botak jika
dibandingkan dengan kulit kepala normal.
Setirizine topikal dapat menjadi salah satu modalitas yang menjanjikan untuk
alopesia androgenetik dengan menekan prostaglandin D2 dan infiltrat inflamasi di
kulit kepala botak, tetapi buktinya terbatas dan tidak jelas. Sebuah penelitian pilot
dilakukan di antara 85 pasien (67 kasus dan 18 kontrol) untuk mengevaluasi
kemanjuran setirizin topikal versus plasebo pada pasien dengan alopesia
androgenetik. Setirizin topikal dapat meningkatkan kepadatan rambut total, kepadatan
rambut terminal dan variasi diameter dari T0 ke T1.

Klorin Dioksida Pada Keratosis Pilaris


Kompleks klorin dioksida tidak beracun bagi penggunaan manusia dan
merupakan produk antiseptik dan antiinflamasi yang sangat baik. Bahan ini
merupakan gas yang mudah menguap yang beracun pada konsentrasi tinggi, tetapi
ketika dilarutkan dalam air dan diterapkan pada jaringan manusia, efek sampingnya
tidak ada karena inaktivasi oleh mekanisme pertahanan intraseluler. Berperan sebagai
agen pembersih yang efektif pada keratosis pilaris.
Mekanisme aksi bahan ini menetralkan molekul oksigen reaktif dan
mendegradasi ikatan disulfida intramolekul dan antarmolekul yang menstabilkan
keratin, sehingga bertindak sebagai keratolitik. Bereaksi dengan beberapa asam
amino spesifik, tetapi tidak bereaksi dengan atau mengoksidasi lipid, karbohidrat,
atau molekul organik lainnya. Secara khusus, bahan ini bereaksi dengan sistein,
tirosin, triptofan, metionin, prolin, hidroksiprolin, dan histidin, dengan sebagian besar

6
aktivitas biologisnya berasal dari reaksi dengan sistein, metionin, tirosin, dan
triptofan.
Krim klaskoteron pada akne vulgaris krim klaskoteron 1%, adalah penghambat
reseptor androgen topikal terbaru. Mekanisme kerja dari krim ini yakni androgen
akan berikatan dengan reseptornya pada keratinosit, kelenjar sebasea, dan sel papilla
dermal, yang kemudian bertranslokasi ke dalam sitoplasma dan berinteraksi dengan
gen yang diregulasi androgen, sehingga menyebabkan produksi sebum dan inflamasi.
Klaskoteron menghambat pengikatan dihidrotestosteron ke reseptor. Krim ini dapat
diaplikasikan dua kali sehari dan digunakan pada pasien usia 9 tahun dan lebih. Krim
dapat menembus kulit dan memetabolisme menjadi korteksolon, sehingga membatasi
potensi efek samping.

Krisaborol Pada Dermatitis Atopik


Krisaborol disetujui pada bulan Desember 2016 oleh Food and Drug
Administration Amerika Serikat, untuk pengobatan dermatitis atopik.
Mekanisme aksi dari fosfodiesterase meningkatkan kadar sitokin inflamasi
melalui degradasi adenosin monofosfat siklik. Krisaborol bila dioleskan akan
menghambat phosphodiesterase inhibitor 4 dan menekan pelepasan sitokin dengan
menurunkan regulasi faktor nuklir kappa B dan faktor nuklir. Tidak seperti
kortikosteroid topikal dan inhibitor kalsineurin yang memiliki potensi efek samping
yang merugikan dengan penggunaan terus menerus, krisaborol menunjukkan profil
keamanan yang menjanjikan.

Gentamisin (Topikal) pada Hipotrikosis Herediter Kepala


Hipotrikosis pada kulit kepala ditandai dengan hilangnya rambut pada kulit
kepala secara progresif. Hipotrikosis nonsindromik yang dominan adalah hasil dari
mutasi pada gen CDSN dan APCDD1, dan varian resesif disebabkan karena mutasi
bi-allelik pada gen LIPH dan LSS. Mutasi ini terkait dengan perkembangan kodon
terminasi prematur yang mengarah pada pembentukan molekul korneodesmosin
terminal-C, membentuk agregat yang buruk bagi folikel rambut.

7
Mekanisme kerja dari gentamisin topikal (0,1%) yakni bila diaplikasikan dua
kali sehari selama 6 bulan dapat mencegah kerontokan rambut progresif yang
disebabkan karena akumulasi agregat korneodesmosin. Obat ini akan menyebabkan
sintesis korneodesmosin berlanjut dengan aktivitas mutasi (kelanjutan transkripsi
DNA di luar sinyal berhenti normal atau urutan terminator) dan memulihkan seluruh
panjang biosintesis korneodesmosin pada hipotrikosis keratinosit kulit kepala.

Gentian Violet untuk Indikasi Yang Lebih Baru


Aplikasi topikal gentian violet telah ditemukan dapat menginduksi apoptosis
dan membunuh sel-sel limfoma sel T kulit. Gentian violet telah ditemukan memiliki
sifat anti bakteri, anti jamur, anti cacing, anti tripanosomal, anti-l angiogenik dan antil
tumor. Gentian violet intralesi telah dilaporkan efektif pada limfoma kulit primer sel
B difus.
Mekanisme aksi yakni dengan mengaktifkan jalur apoptosis ekstrinsik dengan
meningkatkan kaspase 8, death reseptor 4 dan 5, reseptor faktor nekrosis tumor dan
ligan Fas. Regimen ini telah digunakan dalam studi in vitro dan temuan praklinis ini
memberi gagasan penelitian ke depannya tentang fitur antineoplastik dari gentian
violet. Dalam studi yang baru-baru ini diterbitkan, penyakit patch lokal yang bandel
pada pasien dengan limfoma sel T kulit stadium IB (T2, N0, M0) secara klinis
merespons pengobatan dengan gentian violet topikal (larutan 1%).
Gentian violet juga memiliki berguna pada eritema multiforme. Angiopoietin 2
adalah mediator angiogenik yang terkait dengan peradangan dan kebocoran vaskular.
Angiopoietin 2 banyak diekspresikan pada lesi eritema multiforme dan kebocoran
vaskular membantu pembentukan bula. Gen nicotinamide adenine dinucleotide
phosphate oxidase diduga terkait dengan angiogenesis dan mengatur angiopoietin 2.
Gentian violet bertindak sebagai inhibitor nicotinamide adenine dinucleotide
phosphate oxidase sehingga menurunkan regulasi produksi angiopoietin 2.
Glikopironium dan Gel Sofpironium Bromida pada Hiperhidrosis Aksila

8
Glikopironium tosilat adalah antikolinergik topikal yang disetujui oleh US Food and
Drug Administration untuk hiperhidrosis aksila primer untuk usia > 9 tahun. Regimen
ini digunakan sekali sehari di aksila dengan handuk yang sudah dibasahi selama 4
minggu.
Sofpironium bromida adalah analog ester dari glikopirolat yang menghambat
reseptor muskarinik termasuk kelenjar keringat. Regimen ini dikembangkan sesuai
dengan prinsip desain obat retrometabolik, dimana tujuannya adalah untuk
mengembangkan senyawa aktif yang siap dimetabolisme in vivo menjadi bagian yang
tidak aktif dalam satu reaksi yang dapat diprediksi. Formulasi baru yang mengandung
5%, 10% atau 15% obat aktif ini, dapat menginduksi penurunan klinis yang
signifikan pada hiperhidrosis aksila.

Vaksin Hepatitis B pada Kutil


Vaksin virus Hepatitis B intralesi merupakan alternatif terapi yang potensial
dalam pengobatan kutil. Pasien diberikan 0,2 mL vaksin di kutil terbesar, setiap 2
minggu selama maksimal lima sesi. Mekanisme aksi yang tepat tidak diketahui tetapi
mekanisme yang paling mungkin adalah stimulasi respon imun Th1 dengan pelepasan
sitokin seperti interleukin -2, interleukin -12 dan interferon gamma.

Hidrogen Peroksida untuk Keratosis Seboroik


Keratosis seboroik merupakan pertumbuhan jinak yang terjadi pada orang
lanjut usia. Losio hidrogen peroksida 40% ketika digunakan secara topikal, dapat
membantu dalam mengatasi keratosis seboroik, dan molekulnya telah disetujui FDA
untuk digunakan pada kondisi tersebut.
Mekanisme aksi pastinya tidak diketahui. Dengan penggunaan losio hidrogen
peroksida 40% pada lesi, dapat menyebabkan terjadinya oksidasi jaringan,
pembentukan dari jenis oksigen reaktif, peroksidasi lemak dan pembangkitan
konsentrasi oksigen yang tinggi, yang pada akhirnya akan menyebabkan hancurnya
lesi dari keratosis seboroik.

9
Lidokain untuk Dermatitis Peristomal
Gel lidokain digunakan pada area yang mengalami lesi dan kemudian
dibersihkan dengan cara membilas dengan air hangat. Efek anti-inflamasi dari
lidokain dapat mengurangi kemerahan, bintik-bintik dan sensasi menyengat yang
disebabkan karena penggunaan bahan perekat. Hal ini juga meningkatkan kepatuhan
dan mengurangi kebocoran.

Losartan untuk Epidermolisis Bulosa


Kelainan genetik pada kolagen VII menyebabkan distrofi yang resesif pada
epidermolisis bulosa. Hal ini merupakan gangguan integritas kulit yang ditandai
dengan lepuhan yang bertahan lama, fibrosis progresif dan terjadi kontraktur.
Losartan tampaknya bermanfaat pada penyakit seperti fibrosis progresif.
Mekanisme aksi: Pada epidermolisis bulosa distrofik, mengubah faktor
pertumbuhan yaitu beta dan peradangan merupakan pendorong utama terjadinya
fibrosis. Losartan merupakan reseptor antagonis angiotensin 1 yang mengurangi
sinyal transformasi faktor pertumbuhan beta pada fibroblas dermis epidermolisis
bulosa distrofik, sehingga diharapkan dapat memperbaiki gejala klinis dan kualitas
hidup.

Melatonin pada Dermatitis Atopik


Gangguan tidur sering terjadi pada anak yang mengalami dermatitis atopik.
Melatonin memiliki sifat menginduksi tidur dan sebagai anti-inflamasi dimana
keduanya dapat membantu pada kasus dermatitis atopik.
Mekanisme aksi: Melatonin dapat mengatur ritme sirkadian dan
meningkatkan latensi tidur. Melatonin juga memiliki efek anti-inflamasi dengan
menginduksi sintesis dari interleukin-2, interleukin-6 dan interleukin-12. Hal ini akan
meningkatkan enzim antioksidan, sehingga menetralkan radikal bebas dan
melindungi membran sel, dimana hal ini akan memungkinkan terjadinya perbaikan
kondisi dari pasien. Melatonin merupakan obat yang aman dan dapat diberikan
dengan dosis 3 mg / hari selama 4 minggu serta pemberian di malam hari sebagai

10
tambahan. Secara randomized, double-blinded, placebo- controlled trial yang
dilakukan pada 70 anak (dengan rentang usia 6-12 tahun) yang didiagnosis dengan
dermatitis atopik, pemberian suplementasi melatonin memiliki efek menguntungkan
pada keparahan penyakit, kadar serum IgE total dan juga (Kuesioner Kebiasaan Tidur
Anak). Suplementasi melatonin telah ditemukan menjadi modalitas yang aman dan
efektif untuk meningkatkan waktu permulaan dari latensi tidur dan keparahan
penyakit pada anak-anak dengan dermatitis atopik.

Metformin (topikal) pada Melasma


Metformin topikal dapat dibuat dengan mencampur 30 g bubuk metformin
dengan alkohol 70% dan propilen glikol dengan berat 30% dari rasio volume dan
losio 30% yang disiapkan dibagikan dalam botol berwarna kuning. Bahan ini bisa
digunakan sekali di malam hari.
Mekanisme aksi: Metformin memiliki aksi melanopenik bila digunakan secara
topikal. Hal ini dapat mengurangi akumulasi adenosin siklik monofosfat dan
fosforilasi dari elemen responsif adenosin siklik monofosfat pengikat protein, yang
menyebabkan penurunan ekspresi MITF (Microphthalmia Associated Transcription
Factor) dan protein melanogenik lainnya seperti protein terkait tirosinase-1, protein
terkait tirosinase-2 serta tirosinase. Hal ini juga menghambat diasilgliserol dan
mencegah pengikatan protein kinase pada melanosom.

Minosiklin untuk Indikasi yang Lebih Baru

Minosiklin Topikal
Minosiklin oral telah digunakan dalam kasus jerawat ringan sampai sedang
namun memiliki keterbatasan yaitu dapat menyebabkan timbulnya pigmentasi. Untuk
mengatasi efek samping tersebut, preparat busa minosiklin topikal 4% yang baru
telah dikembangkan untuk dapat digunakan dalam mengobati lesi inflamasi pada
jerawat tanpa nodul yang bersifat sedang hingga berat pada orang dewasa dan anak-
anak berusia 9 tahun atau lebih. Bahan ini tidak bersifat fotoalergi dan telah disetujui

11
oleh Food and Drug Administration dari Amerika Serikat pada bulan Oktober tahun
2019.

Minoksidil oral
Dosis minoxidil oral yang digunakan untuk hipertensi adalah sebesar 5-100
mg. Minoxidil oral dosis rendah (yaitu 0,5 hingga 1 mg/hari) dapat diberikan untuk
mengobati alopesia yang disebabkan oleh kemoterapi, monilethrix diberikan pada
wanita dan pria yang mengalami alopesia. Pada wanita dengan alopesia, diberikan
dengan dosis 0,25-1,25 mg/hari dan pada pria dengan alopesia, diberikan dengan
dosis 2,5-5 mg/hari.
Mekanisme aksi: mekanismenya adalah adanya pembuka saluran kalium yang
disebabkan oleh hiperpolarisasi membran, yang menimbulkan terjadinya vasodilatasi.
Hal ini dapat mengurangi masuknya kalsium ke dalam sel, sehingga akan
menghambat faktor pertumbuhan epidermis yang menginduksi penghambatan dari
pertumbuhan rambut. Hal ini juga mengaktifkan sintesis enzim prostaglandin-1 yang
dapat merangsang pertumbuhan rambut.

12
Molekul (lebih baru) untuk Angioedema Herediter
Beberapa molekul lebih baru telah diringkas pada tabel 2
Tabel 2. Molekul terbaru untuk angioudim herediter
Molekul Mekanisme Aksi Indikasi Keterangan
Berinert Merupakan plasma Sesuai permintaan dari Disetujui FDA
pembawa penghambat angioudim herediter (Oktober 2009)
C1 esterase. Bahan ini
diberikan secara
intravena dengan dosis
20 internasional unit
per kilogram berat
badan
Ruconest Merupakan Pengobatan untuk Disetujui FDA (Juli
penghambat serangan akut dari 2014)
rekombinan C1 angioudim herediter
esterase. Bahan ini
diberikan secara
intravena sebagai infus
tetesan lambat selama
5 menit dengan dosis
50 internasional unit
per kilogram
Haegarda Merupakan plasma Pencegahan dari Disetujui FDA (Juni
pembawa konsentrat serangan akut 2017)
dari penghambar C1 angioudim herediter
esterase. Bahan ini
diberikan secara
subkutis dengan dosis
60 internasional unit
per kilogram berat
badan 2 kali dalam
seminggu
BCX7353 Merupakan molekul Pencegahan dan Sedang pada uji
(Berotralstat) kecil penghambat dari pengobatan dari coba fase 3
human plasma serangan akut
kallikrein yang dapat angioudim herediter
diberikan secara oral.
Bahan ini diberikan
dengan dosis 35 mg
QID selama 28 hari
FDA: Food and Drug Administration, QID : four times daily

13
Mupirocin Topikal untuk Balanitis Plasmaseluler Sirkumskripta - Zoon's
Balanitis
Zoon's balanitis merupakan inflamasi kronis mukositis idiopatik yang bersifat
jinak. Berbagai modalitas pengobatan seperti penghambat kalsineurin topikal, asam
fusidat, steroid, terapi fotodinamik, krioterapi dan sirkumsisi telah digunakan.
Keberhasilan pengobatan Zoon's balanitis telah diamati dalam penggunaan mupirocin
topikal 2% bila diterapkan selama 3 bulan.
Mekanisme aksi – Zoon's balanitis disebabkan oleh adanya interaksi
kompleks dari berbagai faktor seperti dermatitis iritan kronis, panas, hipospadia dan
infeksi Mycobacterium smegmatis. Mupirosin bekerja dengan penghambatan
ireversibel dari sintesis isoleucyl-transfer RNA, sehingga menghambat sintesis
protein bakteri dan sintesis RNA. Efektivitas dari mupirosin pada Zoon's balanitis
meningkatkan kemungkinan bahwa kondisi ini dapat dipicu oleh adanya infeksi
bakteri atau superantigen.

Narrow Band Ultraviolet B untuk Veruka Plana


Pita sempit ultraviolet B efektif pada veruka plana yang luas. Dosis sebesar
0,3 J/cm2 diberikan pada anak laki-laki berusia 11 tahun tanpa efek samping yang
signifikan selain dari penggelapan kulit pada veruka plana. Perbaikan sempurna
diperoleh setelah 12 kali paparan.
Mekanisme aksi: Tidak diketahui, tetapi mungkin penjelasannya adalah
penghambatan replikasi DNA virus akibat pita sempit ultraviolet B, yang dapat
menyebabkan penghentian siklus sel.

Injeksi Normal Salin untuk Atrofi yang Diinduksi Steroid


Injeksi salin telah digunakan untuk atrofi lemak dan atrofi yang diinduksi
steroid.
Mekanisme aksi: Steroid tidak melarutkan jaringan lemak tetapi
memungkinkan keluarnya trigliserida dari sel melalui pembesaran pori-pori sel.
Injeksi normal saline mengubah steroid yang diendapkan menjadi larutan. Pada

14
akhirnya, makrofag akan memperlakukan larutan sebagai benda asing, hal ini
menyebabkan pemindahan steroid dari area yang terkena.

Krim Ozenoxacin untuk Impetigo


Impetigo merupakan infeksi bakteri superfisial yang disebabkan oleh spesies
Staphylococcus dan Streptococcus. Krim ozenoxacin 1% yang dioleskan dua kali
sehari selama 5 hari akan membantu dalam perawatan pada kasus impetigo.
Mekanisme Aksi – Ozenoxacin merupakan kuinolon non-fluorinated yang
bersifat bakteriostatik dan bakterisida terhadap sebagian besar organisme patogen
gram positif. Hal ini dapat menghambat enzim yang berperan dalam replikasi DNA
bakteri seperti DNA girase A dan topoisomerase IV.

Ranitidin pada Moluskum Kontagiosum


Moluskum kontagiosum merupakan infeksi virus yang umum terjadi.
Ranitidin dengan dosis 5 mg/kg/hari yang terbagi dalam dua dosis merupakan
alternatif yang efektif untuk perkembangan moluskum pada anak imunokompeten.
Mekanisme aksi: Mekanisme pastinya masih belum jelas. Sebelumnya,
simetidin telah terbukti memberikan manfaat dengan terjadinya efek imunomodulator
(yaitu peningkatan kekebalan sel T dengan cara menghambat fungsi supresor
limfosit). Hal ini telah diekstrapolasi menjadi ranitidine dan molekulnya telah
digunakan dalam pengobatan moluskum kontagiosum. Ranitidine memiliki efek
imunostimulan dengan cara meningkatkan limfosit cluster of differentiation 4 (CD4)
dan penurunan limfosit cluster of differentiation 8. Hal ini juga seharusnya dapat
meningkatkan aktivitas natural killers, Killer Cells yang diaktivasi limfokin dan sel
pembunuh yang diaktifkan interferon. Ranitidin mungkin mengerahkan efek
antivirusnya, dengan meningkatkan aktivitas sel ini. Tapi, kita harus ingat limfosit
cluster of differentiation 8 itu memiliki peran penting, dalam berkontribusi terhadap
kekebalan antivirus. Sejak adanya bukti peran ranitidine pada kasus moluskum
kontagiosum tetap masih belum jelas, penelitian dengan ukuran sampel yang lebih

15
besar harus dilakukan, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai
gagasan tentang kegunaan molekul ini.

Rapamisin Topikal dan Kalsitriol untuk Angiofibroma pada Sklerosis Tuberosa


Sklerosis tuberous ditandai dengan adanya disfungsi pada hamartin tuber
heterodimer yang menyebabkan penekanan target mamalia rapamicin, yang
menghasilkan hamartoma. Kombinasi rapamisin kalsitriol ini dibuat dengan cara
menggabungkan 1 g bubuk rapamisin, 1 g dari salep kalsitriol 0,3% dengan 998 g
minyak bumi. Bahan ini kemudian disimpan pada suhu 4°C dan akan digunakan
dalam waktu 3 bulan. Salep ini dapat dioleskan dua kali sehari selama 24 minggu.
Hal itu membantu dalam memperbaiki kemerahan yang lebih cepat. Pengurangan
ukuran papula secara signifikan dan daya tahan lebih lama (setelah penghentian
pengobatan).
Mekanisme aksi: Selain target mamalia dari aktivasi jalur rapamisin yang
berlebihan, target mamalia dari sinyal faktor pertumbuhan beta yang mentransformasi
independen rapamisin juga berperan dalam sklerosis tuberous. Vitamin Analog D
mengurangi transformasi faktor pertumbuhan beta yang diinduksi proliferasi
fibroblas. Hal itu juga dapat menurunkan regulasi target mamalia dari jalur
pensinyalan rapamisin dengan peningkatan regulasi transkrip 4 yang dapat
menginduksi kerusakan DNA, dengan demikian meningkatkan potensi aksi
rapamisin.
Saresiklin pada Jerawat
Saresiklin merupakan tetrasiklin spektrum sempit dan ketika dibandingkan
dengan tetrasiklin spektrum luas, ia akan menyebabkan lebih sedikit gangguan
gastrointestinal. Hal itu telah disetujui oleh US Food and Drug Administration pada
bulan Oktober tahun 2018 untuk kasus jerawat sedang hingga berat dengan dosis
tunggal harian sebesar 1,5 mg/kg/hari.

16
Serlopitan untuk Pruritus Psoriasis
Terdapat ekspresi berlebihan dari reseptor neurokinin 1 dan substansi P pada
pruritus psoriasis. Intensitas dari gatal berkorelasi dengan jumlah zat P positif pada
serat saraf. Serlopitan merupakan reseptor antagonis neurokinin 1 yang poten yang
membantu dalam pengurangan pruritus. Bahan tersebut diberikan sekali sehari
dengan dosis 5 mg dan tidak menimbulkan efek mengantuk seperti efek samping dari
antihistamin. Dalam data yang dipublikasikan baru-baru ini dari percobaan fase 2,
yang dilakukan pada sebanyak 204 pasien yang diacak untuk menerima serlopitan
sebesar 5 mg atau mendapatkan plasebo setiap hari selama 8 minggu. Serlopitan
ditemukan secara signifikan dapat mengurangi pruritus yang berhubungan dengan
psoriasis yang bersifat ringan sampai sedang.

Silimarin Mencegah Munculnya Alanin Aminotransferase dan Enzim Hati


Aspartat Transaminase pada Pasien yang Memakai Isotretinoin
Silybum marianum, juga dikenal sebagai milk thistle yang merupakan famili
Asteraceae. Silimarin diekstraksi dari tanaman.
Mekanisme aksi: Bahan ini menghambat radikal bebas, mempromosikan
DNA polimerase dan meningkatkan kadar glutation sehingga dapat mencegah
kerusakan hati lebih lanjut. Bahan ini juga dapat berikatan dengan hepatosit, sehingga
dapat mengubah serapan toksin oleh sel dengan mengubah lapisan ganda fosfolipid.
Obat ini diberikan dengan dosis 140mg/hari.

Timolol Topikal pada Fisura Kronis dan Berulang serta Erosi Eksim Tangan
Eksim pada tangan ditandai dengan adanya peradangan, timbulnya sisik,
vesikel dan hiperkeratosis. Keratinosit mengekspresikan reseptor beta 2 yang
membantu dalam homeostasis kulit. Timolol dapat meningkatkan migrasi keratinosit,
fosforilasi, kinase terkait sinyal ekstraseluler dan meningkatkan terjadinya epitelisasi
ulang. Hal ini akan dapat mengembalikan pelindung kulit yang rusak. Penggunaan 1-
2 tetes larutan tetes mata timolol 0,5% pada waktu tidur, berguna dalam eksim pada
tangan.

17
Tofasitinib pada Alopesia Areata dan Dermatitis Atopik
Tofasitinib topikal dan oral digunakan dalam pengobatan dermatitis atopik.
Menjadi penghambat Janus kinase, formulasi topikal 2% dapat membantu dalam
mengurangi kebutuhan untuk obat oral untuk penyakit lokal. Tofasitinib oral 5 mg
hingga 10 mg yang dikonsumsi dua kali setiap hari dapat diberikan pada alopesia
yang terjadi secara general.
Mekanisme aksi: Janus kinase yang merupakan transduser sinyal dan aktivator
sitokin yang bergantung pada transkripsi, interferon dan interleukin-15 mendorong
aktivasi autoreaktif dari sel T cluster of differentiation 8 (CD8) yang penting dalam
patogenesis alopesia areata. Tofasitinib merupakan penghambat enzim Janus kinase 1
dan Janus kinase 3, sehingga dapat mengganggu dengan transduksi sinyal Janus
kinase dan aktivasi sinyal jalur transkripsi. Oleh karena itu, dia memblokir sebuah
cluster of differentiation 8 (CD8) penghancuran rambut yang dimediasi sel folikel
pada alopesia areata.

Asam Traneksamat (5%) untuk Kemerahan Pasca Jerawat


Kemerahan pasca inflamasi terjadi karena adanya pelepasan mediator
inflamasi dan sitokin.
Mekanisme aksi: Asam traneksamat menekan tumor nekrosis faktor alfa dan
interleukin 6 serta angiogenesis. Asam traneksamat yang dapat disuntikkan
diencerkan dengan natrium klorida 0,9% dan larutan yang diperoleh (asam
traneksamat 5%) dapat digunakan secara topikal sekali sehari di malam hari. Larutan
ini dapat mempertahankan potensi selama 90 hari.
Asam Traneksamat untuk Stevens Johnson Syndrome / Toxic Epidermal
Necrolysis.

Keterlibatan mukosa pada Stevens- Johnson syndrome/toxic epidermal


necrolysis sering menyebabkan perdarahan oral yang sulit untuk ditangani. Larutan
asam traneksamat 5% dapat digunakan pada kain kasa dan ditempatkan di rongga

18
bukal, hal ini dapat digunakan sebagai teknik untuk menangani lesi perdarahan oral
yang terkait dengan Stevens-Johnson syndrome/toxic epidermal necrolysis.
Mekanisme aksi: Asam traneksamat merupakan analog dari lisin sintetis yang
dapat menghambat konversi plasminogen menjadi plasmin, dengan mencegah
perlekatan plasminogen pada molekul fibrin. Selain itu, dia juga menghambat
aktivitas plasmin secara langsung pada dosis yang lebih tinggi. Telah dicatat bahwa
asam traneksamat juga menghambat pemecahan fibrin. Larutan dari asam
traneksamat 5% dapat dibuat dengan cara mengencerkan preparat cairan intravena
(500 mg dalam 5 mL) dengan 5 mL air steril.
Larutan ini dapat digunakan untuk mengontrol perdarahan di mukosa mulut
pada Stevens-Johnson syndrome/toxic epidermal necrolysis.

Krim Trifaroten untuk Jerawat


Trifaroten merupakan retinoid topikal baru yang dapat digunakan sekali setiap
hari di malam hari untuk jerawat pada badan dan wajah. Hal ini telah disetujui oleh
Food and Drug Administration dari Amerika Serikat pada bulan Oktober tahun 2019.
Mekanisme aksi: bahan ini merupakan reseptor agonis asam retinoat dengan aktivitas
signifikan pada reseptor subtipe gama dari asam retinoat. Stimulasi reseptor asam
retinoat menghasilkan modulasi gen yang terlibat dalam diferensiasi sel dan
inflamasi. Tretinoin bekerja pada reseptor asam retinoat-alfa dan reseptor asam
retinoat-beta serta adapalen bekerja pada reseptor asam retinoat-beta, efek terapeutik
yang dihasilkan menjadi komedolitik. Trifaroten seperti yang disebutkan bekerja pada
reseptor asam retinoat-gama dan efek samping seperti iritasi, pruritus serta sensasi
terbakar yang terjadi pada penggunaan tretinoin dan adapalene, tidak terlihat pada
penggunaan trifaroten.

Valasiklovir sebagai Modalitas untuk Zosteriform Mycosis Fungoides


Varian langka yang ditandai oleh adanya lesi dalam distribusi zosteriform ini
disebut Zosteriform mycosis fungoides. Hal ini dipicu oleh virus varicella zoster.
Valasiklovir, bila diberikan dengan dosis 500 mg setiap hari, dapat membantu dalam

19
perbaikan penyakit. Dalam laporan kasus sederhana, seorang wanita tua Afrika-
Amerika yang mengalami zosteriform mycosis fungoides berulang, diberikan
valasiklovir 1000 mg setiap hari. Pada perpanjang pemberian terapi antivirus, eritema
dan pruritusnya sembuh dalam dua bulan, hanya menyisakan perubahan pigmentasi
pada distribusi zosteriform.

Zoliflodasin pada Gonore


Zoliflodasin merupakan molekul yang lebih baru dalam uji coba untuk
mengobati gonore tanpa komplikasi. Obat ini diberikan sebagai dosis tunggal 2-3 g
secara oral.
Mekanisme aksi: Bertindak dengan menghambat biosintesis mikroba dengan
cara menarik kompleks kovalen girase yang terbelah dan pembentukan DNA sirkular
leburan yang diperlukan untuk sintesis.

Kesimpulan
Dalam artikel ini, penulis telah merangkum pilihan terapi yang lebih baru
dalam kondisi dermatologis. Penulis telah mempertimbangkan menghitung
penggunaan molekul yang lebih baru dari molekul yang digunakan sebelumnya,
selain dari membuat daftar nama dan indikasi dari molekul yang baru saja disetujui.
Namun, penulis ingin menyampaikan bahwa pilihan yang disebutkan di atas harus
dipertimbangkan, dengan memperhatikan faktor ketersediaan, profil efek samping
dan biaya.

Telah dibacakan pada 23 November 2021


Moderator,

Dr. Widyawati, Sp.KK

20

Anda mungkin juga menyukai