Disusun oleh:
Edward Cahyono
Yuyun Hartanto
Laporan ini dibuat untuk melengkapi laporan asesmen GAA dari proses yang telah
dilakukan pada tanggal 25-28 November 2019 di sekolah-sekolah di bawah naungan
Yayasan Cahaya Harapan Bangsa (YCHB). Secara garis besar, laporan ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu kekuatan dan area peningkatan.
Kekuatan:
Secara keseluruhan, PG-TK Benih Kasih, SD, SMP, dan SMA Kristen Masa Depan
Cerah dinilai memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk menghidupi dan mencapai
visi “making agents of change”. Sekolah terus meningkatkan ketajaman dari
program dan aktivitas yang sudah dilakukan sejak 3-4 tahun lalu untuk mencapai
visi sekolah. Beberapa poin di bawah ini menggambarkan hal-hal yang diamati oleh
asesor sebagai peningkatan yang sudah dan terus terjadi di setiap unit.
Semua Unit:
1. Peran Yayasan
Yayasan telah memimpin sekolah dengan kepedulian yang tinggi terhadap
personel. Hal ini telah dibuktikan dengan adanya program-program nyata
untuk memperlengkapi personel bukan hanya dalam kemampuan dalam
bidang pendidikan namun juga untuk kehidupan mereka secara pribadi.
Yayasan juga dinilai telah berhasil menciptakan suasana kekeluargaan
dengan tidak mengurangi etos kerja yang baik di antara personel.
4. Standardisasi ISO
Sekolah diapresiasi untuk proses yang telah dijalani dan telah memasuki
tahap finalisasi untuk standardisasi ISO. Standardisasi ISO ini diharapkan
dapat menjadi jawaban dan tindak lanjut terhadap banyak rencana
peningkatan yang diberikan oleh asesor GAA tentang pembuatan panduan
praktek-praktek sekolah pada saat asesmen pertama yaitu 3-4 tahun yang
lalu.
5. MDC Go-Tech
Untuk mengurangi dan menyederhanakan beban administrasi personel, tim
kepemimpinan sekolah telah mengimplementasi penggunaan teknologi yang
dinilai dapat membebaskan sebagian waktu dan tenaga personel untuk hal-
hal lainnya. Selain itu, dengan penggunaan teknologi yang lebih intensif ini,
sekolah juga bermaksud untuk memfasilitasi pembelajaran siswa dengan
teknologi. Hal ini sangat diapresiasi oleh para asesor.
6. Sekolah Inklusi
Sekolah terus mengikut Yesus dalam berbagai macam aspek, salah satunya
dalam berespon terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Sekolah terus
mengupayakan pelayanan yang lebih baik untuk mereka. Salah satu hal
nyata yang dilakukan adalah dengan menyediakan ruangan khusus
menangani anak-anak berkebutuhan khusus dalam situasi tertentu (pull out).
Pemerintah juga telah mengesahkan sekolah sebagai sekolah ramah anak.
7. Pasukan Doa
Sekolah telah berhasil menciptakan budaya syafaat dengan adanya pasukan
doa. Melalui Pasukan Doa, sekolah membawa anak untuk mempunyai hati
Tuhan untuk satu sama lain, untuk sekolah dan kota. Hal ini erat kaitannya
dengan visi sekolah “making agents of change”. Syafaat adalah komponen
kunci untuk melihat perubahan terjadi yang dimulai dengan mempunyai hati
Tuhan bagi lingkungan sekitar. Pasukan Doa menjadi pondasi yang kuat
untuk anak-anak menjadi agen-agen perubahan, karena Tuhan seringkali
menggerakkan hati orang-orang yang bersyafaat untuk menjadi jawaban dari
doa mereka sendiri.
2. Program of Entrepreneurship
Sekolah telah berhasil merancang dan mengimplementasi suatu program di
mana anak-anak dapat mengeksplorasi, menuangkan ide mereka,
mengimplementasikan ide tersebut dan mengkomunikasikannya kepada
orang tua. Hal ini sangat luar biasa dan mendapat apresiasi yang sangat
tinggi dari para asesor. Anak-anak diajak untuk menjadi agen perubahan
melalui program ini. Contoh sederhana seperti stiker lalu lintas atau
kemacetan menjadi suatu bukti bahwa sekolah mampu menggali potensi
dalam diri anak.
3. Metode Inkuiri
Sekolah terus meningkat dalam bagaimana guru memfasilitasi proses
pembelajaran anak. Kali ini peningkatan yang dilakukan adalah bagaimana
guru membiasakan diri untuk bertanya dan menggali apa yang ada di dalam
diri anak dan bukan serta-merta mengajari dan selalu memasukkan apa yang
dianggap baik oleh guru. Hal ini sangat baik karena didasari oleh
pemahaman bahwa anak bukanlah kertas kosong tetapi adalah gambar dan
rupa Allah sendiri. Para asesor juga sangat mengapresiasi bagaimana
pengetahuan yang dibahas selalu didasari dengan sifat, karakter, dan jalan-
jalan Tuhan sebagai pondasinya.
Area Peningkatan:
Rencana peningkatan yang disarankan oleh para asesor melalui asesmen GAA
selalu bertujuan untuk membangun di atas keunikan dan kekuatan sekolah, bukan
menambah sesuatu yang lain yang sama sekali tidak berhubungan dengan arah dan
apa yang dikerjakan oleh sekolah selama ini. Rencana peningkatan yang diberikan
juga bersifat sederhana namun mendasar. Sekolah diharapkan tidak perlu membuat
anggaran yang besar ataupun perubahan yang drastis karena rencana peningkatan
yang disarankan oleh para asesor cenderung menyentuh hal-hal yang bersifat
immaterial namun nyata dan berdampak secara konkret bagi kemajuan sekolah
sesuai prinsip-prinsip Alkitab dalam 10 kategori GAA.
Melihat apa yang sudah dikerjakan oleh sekolah, para asesor meyakini bahwa
sekolah telah berada di jalur yang tepat untuk mencapai visinya. Dengan semua
program dan aktivitas yang telah dirancang dan diimplementasi, para asesor
merasa tidak banyak ruang untuk peningkatan yang dapat dibuat tanpa ada
penajaman visi. Penajaman visi yang diusulkan oleh para asesor untuk
ditindaklanjuti oleh sekolah akan berimplikasi besar terhadap semua program dan
aktivitas sekolah yang sudah dilakukan. Para asesor melihat bahwa semua hal yang
telah dibangun oleh sekolah selama ini menjadi pondasi yang sangat kuat untuk
sekolah bergerak dan membangun di atasnya ketika terjadi penajaman visi.
Satu gambaran yang muncul ketika melihat kapasitas dari apa yang sudah
dilakukan oleh sekolah selama ini adalah sejarah tentang produksi es. Pada
awalnya, es hanya dapat diproduksi ketika musim dingin yaitu dengan “memanen”
es dari danau yang telah membeku. Peningkatan yang dapat dilakukan pada saat itu
hanya sebatas dengan cara meningkatkan kapasitas dalam memanen es dengan
jumlah es yang ada di danau es pada musim dingin tersebut sebagai batasan
maksimal dari jumlah es yang dapat dipanen. Ketika kapasitas memanen es sudah
mencapai jumlah es yang ada di danau es pada musim dingin tersebut, sudah tidak
ada peningkatan produksi es yang dapat dilakukan dalam kerangka tersebut.
Untuk terus dapat meningkat, diperlukan kerangka lain dalam hal produksi es.
Beralih dari jaman danau es, muncullah pabrik es. Ketika ada pabrik es, orang-
orang dapat memproduksi es kapanpun tanpa menunggu musim dingin. Kapasitas
produksi es pada kerangka pabrik es dapat terus meningkat seiring bertambahnya
jumlah pabrik es, kecepatan produksi es di setiap pabrik, dan kapasitas distribusi
es. Faktor-faktor ini menjadi batasan maksimal yang baru dalam hal produksi es.
Beralih dari jaman pabrik es, muncullah lemari es. Dengan kerangka yang baru ini,
orang-orang dapat memproduksi es bukan hanya kapanpun tetapi juga di manapun.
Lompatan kerangka inilah yang menyebabkan peningkatan produksi es yang sudah
mentok dapat dilepaskan ke tingkat yang lebih tinggi.
Dalam hal ini, para asesor merasakan hal yang sama dengan apa yang sudah
dikerjakan oleh sekolah secara luar biasa bahwa sekolah telah mencapai kapasitas
maksimal dalam menjalankan visi dalam tingkat ketajaman visi yang sekarang.
Untuk dapat meningkat lagi dalam mengikut Yesus dalam menghidupi visi “making
agents of change”, dibutuhkan lompatan kerangka dalam memahami visi tersebut.
Lompatan kerangka ini dapat terjadi jika ada penajaman visi sekolah. Dari
penajaman visi ini, secara alamiah akan muncul ruang-ruang untuk peningkatan
yang besar yang dapat dimanfaatkan oleh sekolah untuk menghidupi visi “making
agents of change” dalam rangka mengikut Yesus lebih dekat lagi.
Dalam proses asesmen yang berlangsung selama 4 hari, eksplorasi tentang kata
“change” pada visi sekolah “making agents of change” menjadi fokus utama.
Didapati melalui proses diskusi dengan para pemimpin sekolah (yayasan dan kepala
sekolah dari semua unit) dan wawancara dengan berbagai elemen sekolah (orang
tua, siswa, dan personel dari semua unit), bahwa definisi dari “agents of change”
lebih mengarah ke siswa mengalami perubahan secara holistik. Hal ini juga
konsisten dengan semua program dan aktivitas yang telah dirancang dan
diimplementasi oleh sekolah bahwa titik berat dari “making agents of change”
adalah tentang perubahan hidup siswa. Sekolah telah menghidupi hal ini dengan
semua hal yang sudah dikerjakan. Para asesor juga melihat terjadinya banyak
perubahan hidup yang dialami oleh siswa secara nyata baik dari kesaksian
langsung maupun tidak langsung serta dari bukti-bukti yang disampaikan saat
proses asesmen. Perubahan hidup siswa ini juga tidak jarang membawa dampak
bagi lingkungan sekitar mereka, seperti keluarga, teman, dan lain-lain. Namun,
bilamana perubahan hidup siswa membawa perubahan di lingkungan sekitar
mereka, hal ini baru dilihat sebagai hasil sampingan dan bukan hasil akhir yang
memang dirancang sebagai fokus sambil tidak meninggalkan perubahan hidup
siswa yang merupakan pondasi perubahan atau dampak yang mereka berikan
terhadap lingkungan sekitar.
Berangkat dari hal ini, para asesor melihat bahwa ada penajaman visi yang dapat
dilakukan dengan mendefinisikan “agents of change” secara lebih tajam sebagai
pembawa perubahan di lingkungan sekitar. Penajaman visi yang disarankan oleh
para asesor ini sebenarnya bukanlah hal yang baru, mengingat definisi dari “agents
of change” sebenarnya mengacu pada perubahan di lingkungan sekitar (eksternal),
bukan hanya perubahan dalam diri agen perubahan itu sendiri (internal). Dalam
diskusi dengan para pemimpin sekolah, para asesor juga mendapati bahwa
singkatan MDC juga mempunyai kepanjangan Militan, Disiplin, dan Cakap sebagai
karakter kunci dari apa yang dikerjakan oleh sekolah. Sangat pas bahwa ketika
dibahas lebih dalam, ada gambar yang lebih nyata dan konkret dari kepanjangan
dari singkatan MDC ini bahwa militan digambarkan dengan seorang prajurit, disiplin
dengan seorang atlit, dan cakap dengan seorang petani. Militan, disiplin, dan cakap
sebagai karakter kunci yang ingin dicapai dalam kehidupan siswa bersifat internal
dan cenderung abstrak. Namun ketika dilengkapi dengan gambar seorang prajurit,
atlit, dan petani, gambaran ini lebih bersifat eksternal dan menjadi lebih nyata dan
konkret. Prajurit yang militan membawa dampak bagi lingkungan yang dijaganya
sehingga menjadi aman dan damai. Atlit yang disiplin membawa dampak bagi
lingkungan di sekitar tempatnya berlatih dan berlomba sehingga menjadi terinspirasi
dan mempunyai semangat juang. Petani yang cakap membawa dampak bagi sawah
ladangnya dan lingkungan di sekitarnya sehingga mempunyai kecukupan bahkan
kelimpahan bahan pangan.
Landasan dari rencana peningkatan yang disarankan oleh para asesor tentang
penajaman visi dilandasi dengan bagaimana Yesus sendiri mendefinisikan visiNya.
Visi Yesus adalah tentang kerajaan Allah datang di bumi seperti di surga. Secara
jelas dan konkret, Yesus mendefinisikan misiNya di Lukas 4:18 dengan mengutip
Yesaya 61. Dimulai dengan apa yang terjadi secara internal yaitu “Roh Allah ada
padaKu”, Yesus tidak berhenti sampai di sana dan membiarkan apa yang terjadi
secara eksternal di lingkungan sekitarNya sebagai hasil sampingan. Yesus
melanjutkan misiNya dengan gambaran-gambaran yang sangat jelas dan konkret
bahwa Roh Allah yang ada padaNya telah mengurapi Dia untuk “menyampaikan
kabar baik bagi mereka yang sengsara, merawat mereka yang remuk hati,
memberitakan tahun rahmat Tuhan, menghibur semua orang yang berkabung,
mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta
ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar”, dan
seterusnya. Di sepanjang karyaNya di bumi, Yesus selalu mengajak orang-orang
yang mengikut Dia untuk melihat dan terlibat dalam visi kerajaan Allah yang datang
di bumi seperti di surga. Kebanyakan pengajaranNya adalah untuk menjelaskan
secara nyata dan konkret seperti apa gambaran ketika kerajaan Allah datang di
bumi seperti di surga.
Mengacu pada apa yang Yesus lihat tentang visi dan ketajaman visiNya, para
asesor membawa suatu ilustrasi dari Mazmur 127 tentang pahlawan, anak panah,
dan sasarannya yang digambarkan secara figuratif sebagai rumah dan kota. Kelima
ayat di dalam Mazmur 127 ini sangat membantu dalam melihat bagaimana peran
sekolah bersama orang tua sebagai pahlawan, siswa sebagai anak panah dan
lingkungan sekitar (keluarga digambarkan sebagai rumah, kota, bahkan bangsa dan
dunia) sebagai sasarannya.
Mazmur 127
1
Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-
sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal
kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.
2
Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan
makan roti yang diperoleh dengan susah payah—sebab Ia memberikannya kepada
yang dicintai-Nya pada waktu tidur.
3
Sesungguhnya, anak-anak adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah
kandungan adalah suatu upah.
4
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada
masa muda.
5
Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan
semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-
musuh di pintu gerbang.
Ayat 1 berbicara tentang gambaran rumah dan kota sebagai yang menjadi
lingkungan sekitar dari siswa. Rumah bicara tentang keluarga, sekolah (yang
merupakan rumah kedua siswa), dan lingkungan masyarakat sekitar mereka. Kota
dalam era globalisasi mencakup bangsa dan dunia secara internasional. Sangat
menarik bahwa gambaran rumah dan kota yang ingin dicapai didasarkan pada
rancangan dan isi hati Tuhan. Dikatakan, “Sia-sialah yang membangun rumah jika
bukan Tuhan yang membangunnya. Sia-sialah pengawal yang berjaga-jaga jika
bukan Tuhan yang mengawal kota.” Hal ini berbicara tentang bagaimana Tuhan
sedang bekerja membangun rumah dan mengawal kota. Jadi, fokus utama di sini
adalah kesengajaan sekolah dan siswa untuk memahami rancangan Tuhan dan
menangkap isi hati Tuhan untuk rumah dan kota serta terlibat di dalam apa yang
sedang Tuhan kerjakan. Rencana peningkatan dalam penajaman visi sekolah yang
berkaitan dengan ayat 1 adalah sekolah dapat mendefinisikan kata “change” dalam
visi sekolah secara lebih nyata dan konkret di lingkungan secara eksternal dalam
berbagai macam lingkup berdasarkan apa yang ditangkap dari isi hati Tuhan dan
rancangan Tuhan secara spesifik untuk sekolah. Dalam mendefinisikan kata
“change” secara lebih nyata dan konkret, syafaat menjadi hal yang sangat penting
sebagai suatu proses sekolah menangkap hati Tuhan untuk lingkungan sekitar.
Ayat 2 berbicara tentang nasehat Salomo bahwa bekerja dalam jalur kita sendiri dan
tidak terlibat dalam apa yang Tuhan kerjakan adalah kesia-siaan belaka. Dikatakan
bahwa untuk mereka yang berfokus untuk terlibat dalam apa yang Tuhan kerjakan
untuk rumah dan kota, Tuhan bahkan “memberikan makan kepada mereka yang
dicintai-Nya pada waktu tidur”. Fokusnya di sini bukan bagaimana sekolah dan
siswa melibatkan Tuhan dalam apa yang mereka lakukan, tetapi tentang bagaimana
sekolah dan siswa terlibat dalam apa yang Tuhan sedang kerjakan di “rumah” dan
“kota”. Rencana peningkatan dalam penajaman visi sekolah yang berkaitan dengan
ayat 2 adalah mengelola segala sumber daya yang ada untuk berfokus terlibat
dalam apa yang Tuhan sedang kerjakan di “rumah” dan “kota” seperti yang dibahas
dari ayat 1. Tuntutan dan ekspektasi yang ada dari berbagai pihak, seperti
pemerintah, bermacam-macam orang tua, siswa, dan masyarakat secara luas
terutama yang berseberangan dengan keterlibatan sekolah dan siswa dalam apa
yang Tuhan sedang kerjakan perlu dikelola bahkan diatasi supaya sekolah dapat
terus berfokus terlibat dalam apa yang Tuhan sedang kerjakan di “rumah” dan
“kota”. Seperti yang disampaikan para asesor, sekolah akan terus diperhadapkan
dengan pilihan menjadi sekolah yang berprestasi atau sekolah yang berdampak.
Meskipun dua pilihan ini sebenarnya tidak bertolak belakang, namun pilihan mana
yang menjadi prioritas tetap perlu diperjelas dan dihidupi secara konsisten dan terus
menerus.
Ayat 3 berbicara tentang kebenaran bahwa “anak-anak adalah milik pusaka Tuhan”.
Hal ini berarti anak-anak semestinya bertumbuh menghidupi rancangan dan
panggilan Tuhan dalam hidup mereka. Dalam hal ini, orang tua dan sekolah perlu
memfasilitasi pengembangan kepribadian, bakat, talenta, pengetahuan,
keterampilan, dan karakter siswa sesuai dengan rancangan dan panggilan Tuhan
bagi mereka, bukan rancangan dan keinginan orang tua ataupun sekolah.
Rancangan dan panggilan Tuhan dalam hidup setiap anak-anakNya secara umum
adalah bagaimana mereka dapat terlibat dalam apa yang Tuhan kerjakan di rumah
dan kota dengan menggunakan bekal kepribadian, bakat, talenta, pengetahuan,
keterampilan, dan karakter yang terus diasah. Apa yang diungkapkan di ayat ketiga
beresonansi dengan apa yang menjadi slogan dari sekolah bahwa anak adalah
anugerah. Rencana peningkatan dalam penajaman visi sekolah yang berkaitan
dengan ayat 3 adalah kelanjutan dari rencana peningkatan dari ayat 2 bahwa semua
yang Tuhan sudah berikan kepada anak perlu diarahkan untuk menghidupi
rancangan dan panggilan Tuhan dalam bingkai yang lebih besar yaitu keterlibatan
dalam apa yang Tuhan sedang kerjakan di “rumah” dan “kota”. Semua yang Tuhan
sudah berikan kepada anak dalam hal ini mencakup berbagai macam sumber daya
terutama waktu dan tenaga, potensi dan bakat, serta seluruh keunikan mereka.
Ayat 4 berbicara bahwa anak-anak pada masa muda mereka adalah seperti anak
panah di tangan pahlawan. Di dalam ayat ini, ada sedikitnya 4 elemen penting yang
perlu dibahas untuk penajaman visi sekolah. Empat elemen tersebut adalah sebagai
berikut:
- siswa sebagai anak panah,
- sekolah (yayasan, pemimpin, dan personel) bersama-sama dengan orang
tua sebagai pahlawan,
- dampak atau perubahan di rumah dan kota sebagai sasaran,
- dan masa muda anak-anak sebagai kerangka waktu pahlawan melesatkan
anak panah menuju sasaran.
Dalam konteks sekolah, para asesor mengamati bahwa yang menjadi fokus dari
kegiatan dan program selama ini adalah perubahan internal siswa. Hal ini sangatlah
penting dan tidak boleh dilupakan. Namun ketika kita melihat gambaran siswa
sebagai anak panah, perubahan dan pembentukan anak panah tersebut bukanlah
tujuan akhir mengapa anak panah tersebut dibentuk melalui proses-proses yang
disengaja. Yang merupakan tujuan akhir adalah bagaimana anak panah ini dapat
melesat mengenai sasaran yang di dalam konteks ini adalah perubahan lingkungan
sekitar yang digambarkan dengan “rumah” dan “kota”. Jadi perubahan perlu
dirancang bukan hanya dalam diri siswa namun juga sampai ke lingkungan sekitar.
Dengan demikian rancangan program dan aktivitas sekolah akan berorientasi bukan
hanya pada perubahan internal siswa yang digambarkan sebagai anak panah
namun juga perubahan eksternal di lingkungan sekitar yang digambarkan sebagai
sasaran. Menariknya, ketika siswa diajak untuk mengusahakan secara nyata
perubahan di lingkungan sekitar, sebenarnya perubahan internal siswa pun akan
menjadi lebih nyata. Peralihan orientasi program dan aktivitas sekolah dari
perubahan internal siswa saja ke perubahan internal siswa dan perubahan eksternal
lingkungan dimulai dari pemikiran sederhana dari langkah-langkah dan cara
merancang program dan aktivitas sekolah. Salah satu rencana peningkatan yang
diusulkan oleh para asesor dalam hal ini adalah supaya sekolah selalu memulai
proses merancang program dan aktivitas sekolah bukan hanya dengan perubahan
internal dalam diri siswa yang ingin dicapai tetapi juga dengan perubahan
lingkungan apa yang ingin disentuh secara nyata dan konkret seperti yang sudah
dibahas di rencana peningkatan dari pembahasan ayat 1. Dengan demikian, yang
dimaksudkan oleh ayat 4 sebagai “masa muda anak-anak” sebagai kerangka waktu
pahlawan melesatkan anak panah menuju sasaran benar-benar dihidupi secara
nyata karena tidak perlu menunggu setelah siswa lulus dari sekolah, namun sudah
dimulai saat siswa ada dalam proses bertumbuh saat bersekolah.
Selain itu, para asesor juga memberikan gambaran bahwa penekanan dari
pelayanan pendidikan sekolah yang selama ini bertumpu pada penggembalaan dan
pengajaran perlu terus berkembang dan beralih kepada dasar yang disebutkan oleh
Rasul Paulus di Efesus 2:20 yaitu kerasulan (apostolik) dan kenabian (profetik).
Fokus dari kerasulan dan kenabian adalah bagaimana kerajaan Allah hadir di bumi
seperti di surga. Ketika kita melihat secara seksama bentuk interaksi Yesus dengan
murid-muridNya, ada dua hal kunci seperti yang dirangkum dengan sangat baik oleh
Markus di Markus 3:14. Dua hal kunci ini disebutkan sebagai alasan atau dasar
pemikiran utama mengapa Yesus memilih kedua belas orang untuk muridNya yaitu
supaya mereka bersama-sama dengan Dia dan supaya mereka diutus untuk
memberitakan kabar baik dan untuk diberiNya kuasa untuk mengusir setan.
Bersama-sama berbicara tentang penggembalaan dan pengajaran, sedangkan
diutus berbicara tentang kerasulan (apostolik) dan kenabian (profetik).
2. Project of Entrepreneurship
Program ini sangat cocok untuk menjadi pilot project dari penajaman visi
sekolah karena mempunyai jangka waktu yang cukup panjang yaitu tiga
bulan atau lebih. Berbeda dari yang sebelumnya sudah dilakukan, sekolah
dapat mengarahkan anak untuk mencari hati Tuhan terutama tentang
perubahan apa yang Tuhan inginkan terjadi di dalam lingkungan sekitar
mereka. Perubahan inilah yang menjadi dasar dari proyek yang akan
dikerjakan oleh anak.
3. Metode Inkuiri
Pertanyaan kunci seperti “apa yang Tuhan inginkan?”, “apa yang akan
dilihat/dipikirkan/dirasakan/dilakukan oleh Yesus?”, dan lain-lain dapat
digunakan dalam proses untuk membantu anak untuk ikut mengurusi urusan
Bapa seperti apa yang Yesus lakukan di Lukas 2:49.
2. Family Day
Kegiatan yang melibatkan orang tua seperti Family Day dapat didasari
dengan bagaimana sekolah menghidupi visi “making agents of change”. Jadi
selain mengadakan kegiatan kebersamaan yang mengakrabkan orang tua
dan anak, sekolah dapat mengajak mereka untuk menghidupi identitas
mereka sebagai agen perubahan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
merancang suatu kegiatan kebersamaan yang mengarahkan orang tua dan
anak untuk membawa perubahan ke lingkungan sekitar. Sekolah dapat
merancang suatu kegiatan mengacu pada gambaran nyata dan konkret
tentang perubahan dalam lingkungan sekitar yang telah dikembangkan dari
penajaman visi sekolah.
3. Pasukan Doa
Syafaat merupakan komponen kunci dari menangkap hati Tuhan dan terlibat
dalam apa yang Tuhan kerjakan di lingkungan sekitar. Khususnya di SD,
kegiatan Pasukan Doa dijalankan secara efektif sehingga sudah menjadi
budaya dan gaya hidup untuk para siswa yang terlibat secara aktif. Hal ini
dapat diteruskan dan dikaitkan dengan gambaran nyata dan konkret tentang
perubahan dalam lingkungan sekitar yang dikembangkan melalui penajaman
visi sekolah. Ketika ada gambaran nyata dan konkret tentang perubahan
dalam lingkungan sekitar yang dikembangkan melalui penajaman visi
sekolah, para siswa dapat bersyafaat secara lebih tajam dan menangkap ide
dari Tuhan bahkan mengimplementasikan ide itu melalui kesempatan-
kesempatan yang ada atau yang perlu diadakan.
2. Science Trip
Kegiatan ini dapat dikemas dalam suatu rancangan yang tujuan utamanya
adalah suatu perubahan nyata dan konkret dari lingkungan sekitar yang
sudah ditentukan sebelumnya. Jadi rangkaian kegiatan Science Trip akan
lebih dari akuisisi pengetahuan dan keterampilan dari kegiatan yang
dilakukan, dan akan sampai ke penerapan pengetahuan dan keterampilan
tersebut bahkan sampai ke melihat adanya perubahan di lingkungan sekitar.
2. Program Live In
Sama halnya dengan program Social Cultural Study di SMP, kegiatan Social
Live In dapat berfokus membawa perubahan nyata di tempat yang akan
didatangi. Jadi, fokusnya bukan hanya pada rancangan kegiatan yang akan
dilakukan tetapi pada perubahan apa yang akan diharapkan terjadi di tempat
yang akan didatangi. Tentunya hal ini memerlukan penelitian pendahuluan
sebelum siswa datang ke tempat tersebut. Hal ini akan mempengaruhi
keseluruhan kegiatan ini terutama dalam apa yang diproses secara internal
oleh siswa dan interaksi siswa dengan orang-orang di tempat yang akan
mereka datangi. Jika dieksplorasi lebih jauh, program Live In mungkin dapat
dirancang menjadi kelanjutan dari program Social Cultural Study.
Semua Unit:
1. Peran Yayasan
Yayasan dapat memberikan dukungan dalam aspek-aspek sumber daya
yang bermacam-macam, baik secara hubungan, kompetensi, materi, dan
lain-lain dalam rangka sekolah menghidupi identitasnya sebagai agen
perubahan. Dukungan dari yayasan akan dapat menjadi lebih strategis dan
tajam ketika ada gambaran nyata dan konkret tentang perubahan lingkungan
sekitar yang dikembangkan melalui penajaman visi sekolah.
2. In-house Training untuk Personel
Pelatihan personel dapat menyentuh hal-hal yang sangat berkaitan dengan
personel menjadi agen perubahan. Dengan keyakinan bahwa penting sekali
bagi personel untuk berproses menjadi agen perubahan jika personel ingin
menjadi fasilitator yang baik dalam membantu siswa menjadi agen
perubahan, maka pelatihan-pelatihan yang berfokus memperlengkapi
personel untuk menjadi agen perubahan sangatlah penting. Pelatihan ini
perlu dikemas dalam bentuk komunitas yang bersifat relasional dan nyata
bukan sekedar sebagai tugas dan teori saja.
4. Standardisasi ISO
Ketika ada penajaman visi yang dilakukan, hal ini akan berpengaruh ke
dalam standar-standar sekolah yang mencakup kebijakan, panduan, sampai
ke SOP. Hal ini sangat baik untuk terus dikembangkan untuk memastikan
keberlanjutan.
5. MDC Go-Tech
Peningkatan yang baru saja dilakukan oleh sekolah melalui penggunaan
teknologi secara lebih intensif untuk memudahkan komunikasi dan
mengurangi beban administrasi ini tentunya akan memberikan tambahan
waktu dan energi khususnya bagi personel. Waktu dan energi tambahan ini
dapat dimanfaatkan untuk mengerjakan rencana peningkatan yang
disarankan oleh asesor yaitu mempertajam visi serta implikasinya berkaitan
dengan program dan aktivitas sekolah sehingga sekolah dapat lebih efektif
lagi dalam menghidupi visi “making agents of change”.
Kesimpulan:
Kondisi Sekarang
Perubahan perlu dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai kondisi yang
diinginkan melalui proses yang tepat. Di bawah ini merupakan rangkuman langkah-
langkah yang disarankan bagi sekolah untuk rencana peningkatan seperti yang
telah dibahas di atas.
1. mulai dengan doa (syafaat) untuk menangkap hati Tuhan untuk lingkungan
sekitar, “rumah” dan “kota” dalam konteks Mazmur 127
2. memperjelas dan mempertajam visi, supaya bukan hanya membantu anak
menjadi agen perubahan tetapi melihat perubahan eksternal seperti apa di
lingkungan sekitar yang Tuhan ingin sekolah kerjakan
3. membagi jangkauan dan mendefinisikan perubahan lingkungan sekitar yang
ingin dicapai untuk setiap unit
4. menyusun dan meningkatkan program dan aktivitas berdasarkan penajaman
visi di masing-masing unit sebagai implikasi dari penajaman visi sekolah
(contoh-contohnya dapat dilihat di pembahasan di atas)
5. melakukan pilot project