Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AGAMA
“Sumber Ajaran Islam”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK : II (DUA)
NAMA :
1. LUTFI DWI ACPA (2114201131)
2. RESKIA BANI PUTRI (2114201144)
3. DEA ANANDA (2114201117)
4. VANIA ARIANTI (2114201157)
PRODI : S1 KEPERAWATAN
KELAS :1C
DOSEN PEMBIMBING :
MUSLIM, S.Ag.,M.Ag

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) ALIFAH PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat nya sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak

terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun

menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan

maupun pengalaman saya. Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,

Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 22 September 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam.pedoman hidup kaum
muslimin yang kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah beriman kepada Al-
quran sebagai sumber hukum, maka secara otomatis harus percaya bahwa hadits
sebagai sumber hukum islam juga. Sebab ayat-ayat Al-quran dalam hal itu hanya
berbicara secara global dan umum, yang menjelaskan secara terperinci justru Sunnah
Rasulullah, selain itu juga akan mendapat kesukaran-kesukaran dalam hal
menafsirkan ayat-ayat yang musytarak, dan muhtamal, dan sebagainya yang mau
tidak mau memerlukan hadits atau sunnah untuk menafsirkannya atau
menjelaskanya. Pemahaman Umat terhadap Islam harus melalui Al-quran dan Al
hadits.
Mengenai Al-Quran, Tidak sorang pun yang mengaku muslim akan
meragukan bahwa isinya benar dari Allah yang maha mengetahui dan maha meliputi
segalanya. Demikian pula halnya dengan keterangan-keterangan dari Rasululah saw,
yang selalu di imbangi oleh wahyu ilahi, baik dalam ucapan maupun tindakannya.
Hanya saja, disebabkan ucapan-ucapan Rasulullah tidak di catat secara teliti di masa
hidupnya seperti yang telah dilakukan terhadap ayat-ayat Al-Quran, maka timbulah
beberapa persoalan disekitar hadits-hadits beliau, baik yang bersangkutan dengan
aqidah (ihwal keimanan) atau Syariah (hukum-hukum yang mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhannya atau dengan sesamanya).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian al-Qur’an, Al-Qur’an sebagai kitab samawi terakhir,
Pemeliharaan al-Qur’an, Pokok-pokok isi kandungan al-Qur’an, Ayat-ayat
yang terkait dengan kesehatan.
2. Pengertian hadits dan macam-macamnya, kedudukan dan fungsi hadits,
perbedaan al-Qur’an dengan hadits, hadits yang berkaitan dengan kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumber Ajaran Islam


1. Pengertian Al-Quran Secara Bahasa
Bila kita rujuk dalam literatur Islam, maka kita akan mendapati banyak
pendapat terkait definisi Al-Quran. Semisal dalam buku Al-Qur’an dan Qira’ah
Syadzah  karya Muhammad Aqil Haidar, ada beberapa kelompok yang
mendefiniskan Al-Quran secara bahasa.
2. Menurut al-Lihyani
Pendapat pertama ini mengatakan bahwa Al-Quran berasal dari kata (– َ‫ق َرأ‬
‫قُرْ انًأ‬-ُ‫ )يَ ْق َرأ‬berupa mashdar yang berarti bacaan. Keterangan ini bersumber dalam
kitab al-itqan fi ulumil qur’an karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi sebagaimana
berikut:

‫ان ُس ِّم َي بِ ِه ْال ِكتَابُ ْال َم ْق َروْ ُء‬


ِ ‫ان َو ْال ُغ ْف َر‬ ُ ‫قَا َل قَوْ ٌم ِم ْنهُ ْم اَلِّ ْلحْ يَانِي هُ َو َمصْ َد ٌر لَقَ َر ْأ‬
ِ ‫ت َكالرَّجْ َح‬
ِ ‫ب تَ ْس ِميَّ ِة ْال َم ْفعُوْ ِل بِ ْال َمصْ د‬
‫َر‬ ِ ‫ِم ْن بَا‬
“Ada sebagian kelompok berkata diantaranya adalah al-Lihyani
yang berpendapat bahwa Al-Quran adalah mashdar dari
qara’a.Sebagaimana dalam kata rujhan dan ghufron. Penamaan Al-
Quran adalah kitab yang dibaca termasuk dalam bab penamaan
maf’ul dengan mashdar.
3. Menurut az-Zajjaj dan Abu Ubaidah
Masih dalam kitab yang sama, pendapat kedua Imam as-Suyuthi
menisbatkan pendapat golongan kedua pada az-Zajjaj dan Abu Ubaidah. Kata
Al-Quran berasal dari kata (‫ )اَ ْلقُرْ ُء‬yang bermakna mengumpulkan.Pendapat ini
beranggapan bahwa Al-Quran mengumpulkan surat-surat dan ayat-ayat.
Al-Zajjaj berkata:

ْ‫ض اَي‬ ُ ‫ق ِم ْن ْالقُرْ ِء بِ َم ْعنَى ْال َج ْم ِع ِو ِم ْنهُ قَ َر ْأ‬


ِ ْ‫ت ْال َما َء فِ ْي ْال َحو‬ ٌّ َ‫ف َعلَى فُ ْعاَل نُ ُم ْشت‬
ٌ ْ‫هُ َو َوص‬
ُ‫َج َم ْعتُه‬
“Al-Quran adalah kata sifat berwazan (fa’lanu) yang merupakan
musytaq dari kata (al-qur’u) yang berarti
mengumpulkan.Sebagaimana dalam kata aku mengumpulkan air
dalam bak.

Abu Ubaid berkata:


ٍ ‫ضهَا اِلَى بَع‬
‫ْض‬ َ ‫َو ُس ِّم ُي بِ َذالِكَ َج َم َع ال ُّس َو َر بَ ْع‬
“Dinamakan Al-Quran karena ia mengumpulkan surat—surat dan
menggabungkannya”.

Ar-Raghib al-Ashifani berkata:


‫ب السَّالِفَ ِة ْال ُمنَ َّزلَ ِة‬ ِ ‫َواِنًّ َما ُس ِّم َي قُرْ انًا لِ َكوْ نِ ِه َج َم َع ثَ َم َرا‬
ِ ُ‫ت ْال ُكت‬
“Dinamakan Al-Quran karena dia mengumpulkan inti dari kitab-
kitab Allah yang ada sebelumnya.

4. Menurut al-Asy’ari
Kelompok yang ketiga ini berpendapat bahwa kata Al-Quran berasal dari
kata (‫ ِئ‬‰‰‰‫الش‬ ّ َ‫رنَ ا‬‰‰‰
َّ ِ‫ ُئ ب‬‰‰‰‫لش‬ ِ َ‫ )ق‬yang berarti menggabungkan satu dengan yang
lainnya.Pendapat ini beralasan karena kitab suci ini menggabungkan surat-surat,
ayat-ayat dan huruf-hurufnya.

‫َر َو ُس ِّم َي بِ ِه لِقُرْ ا ِن ال ُّس َو ِر‬


ِ ‫ت اَ َح َدهَ َما اِلَى ااْل َخ‬ َ ‫َت اَل َّش ْي ُئ بِال َّش ْي ِء اِ َذا‬
ُ ‫ض َم ْم‬ ْ ‫ق ِم ْن قَ َرن‬ٌّ َ‫هَ َو ُم ْشت‬
ِ ْ‫ت َو ْال ُحرُو‬
‫ف فِ ْي ِه‬ ِ ‫َوااْل َيَا‬
“Al-Quran musytaq dari kata  (qorona) sesuatu dengan yang
lainnya. Maksudnya adalah ketikasaya mengumpulkan kepada
salah satu dari keduanya kepada yang lain. Dinamakan demikian
karena Al-Quran mengumpulkan surat-surat, ayat-ayat dan huruf-
huruf di dalamnya.
B. Pengertian Al-Quran Secara Istilah
Menurut Sayyid Muhammad Awi al-Maliki al-Makki al-HasaniSedangkan
menurut istilah atau ‘urf, dalam kitab Zubdatul Itqan fi ‘Ulumil Qur’an, Sayyid
Muhammad Alwi al-Maliki al-Makki al-Hasani mendefinisikan Al-Quran sebagai
berikut :

ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْال ُمع‬


ُ‫ْج ُز بِسُوْ َر ٍة ِم ْنه‬ َ ‫اَ ْلكَاَل ُم الْ ُمنَ َّز ُل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬

Kalam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.yang dapat


memberikan mukjizat dengan surat di dalamnya.Menurut Syekh al-Jurjani.
Menurut Sayyid asy-Syarif Abi al-Hasan ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali al-
Husaini al-Jurjani al-Hanafi dalam kitabnya at-ta’rifat, mendefiniskan Al-Quran
sebagai berikut:

‫ف ْال َم ْنقُوْ ِل َع ْنهُ نَ ْقاًل‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ال َم ْكتُوْ بُ فِي ْال َم‬
ِ ‫صا ِح‬ َ ‫هُ َو ال ُمنَ َّز ُل َعلَى ال َّرسُوْ ِل‬
‫ُمتَ َواتِرًا‬

Sesuatu yang diturunkan kepada Rasul SAW.yang ditulis dalam beberapa


mushaf yang dinukil dengan nukilan secara mutawatir.
Menurut ulama ushul fikih Menurut ulama ushul fikih, dalam hal ini adalah
Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh mendefinisikan Al-
Quran sebagai berikut:

ِ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بِاللِّ َسا ِن ْال َع َربِ ِّي لِإْل ِ ْع َج‬
‫از‬ َ ِ‫كَاَل ُم هللاِ تَ َعالَى ال ُمنَ َّز ُل َعلَى َرسُوْ ِل هللا‬
‫د بِتِاَل َوتِ ِه ْال َم ْبدَوْ ُء‬‰ُ َّ‫ف ْال َم ْنقُوْ ُل بِ ْال ُمتَ َواتِ ِر ْال ُمتَ َعب‬ َ ‫ص َر سُوْ َرةً ِم ْنهُ ْال َم ْكتُوْ بُ فِي ْال َم‬
ِ ‫صا ِح‬ َ ‫بِأ َ ْق‬
ِ َّ‫بِسُوْ َر ِة ْالفَاتِ َحة ْال َم ْختُوْ ُم بِسُوْ َر ِة الن‬
‫اس‬

Kalamullah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW.dengan lisannya orang


Arab (bahasa Arab), untuk memberikan mukjizat paling sedikitnya satu surat saja,
yang ditulis di beberapa mushaf, dinukil secara mutawatis, yang dianggap beribadah
dengan membacanya, dibuka dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-
naas.
Dalam Alquran surah Al-Hijr (15) ayat 9, Allah berfirman, ''Sesungguhnya,
Kami-lah yang menurunkan Alquran dan Kami pula yang menjaganya.''Ayat ini
memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Alquran selama-lamanya
hingga akhir zaman dari pemalsuan.
Karena itu, banyak umat Islam, termasuk di zaman Rasulullah SAW, yang
hafal Alquran. Dengan adanya umat yang hafal Alquran, Alquran pun akan
senantiasa terjaga hingga akhir zaman.Selanjutnya, demi memudahkan umat
membaca Alquran dengan baik, mushaf Alquran pun dicetak sebanyak-banyaknya
setelah melalui tashih (pengesahan dari ulama-ulama yang hafal Alquran).Alquran
pertama kali dicetak pada tahun 1530 Masehi atau sekitar abad ke-10 H di
Bundukiyah (Vinece).Namun, kekuasaan gereja memerintahkan agar Alquran yang
telah dicetak itu dibasmi. Kemudian, Hankelman mencetak Alquran di Kota
Hamburg (Jerman) pada tahun 1694 M atau sekitar abad ke-12 H. (Lihat RS Abdul
Aziz, Tafsir Ilmu Tafsir, 1991: 49). Kini, Alquran telah dicetak di berbagai negara di
dunia.
Pemeliharaan Alquran tak berhenti sampai di situ.Di sejumlah negara,
didirikan lembaga pendidikan yang dikhususkan mempelajari Ulum Alquran (ilmu-
ilmu tentang Alquran).Salah satu materi pelajaran yang diajarkan adalah hafalan
Alquran. Di Indonesia, terdapat banyak lembaga pendidikan yang mengajak
penuntut ilmu ini untuk menghafal Alquran, mulai dari pendidikan tinggi, seperti
Institut Ilmu Alquran (IIQ) hingga pesantren yang mengkhususkan santrinya
menghafal Alquran, di antaranya Pesantren Yanbuul Quran di Kudus (Jateng).
Demi memotivasi umat untuk meningkatkan hafalannya, kini
diselenggarakan Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ), dari tingkatan satu juz, lima juz,
10 juz, hingga 30 juz. ''Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Alquran
dan mengajarkannya.'' (HR Bukhari). Adanya lembaga penghafal Alquran ini maka
kemurnian dan keaslian Alqurannya.
C. Al-Qur'an sebagai kitab samawi terakhir
Alquran sebagai kitab samawi terakhir yang diberikan kepada muhammad
sebagai penuntun dalam rangka pembinaan umatnya sangatlah fenomenal lantaran di
dalamnya sarat nilai nilai yang unik pelik dan rumit sekaligus luar biasa hal ini
disebabkan karena eksistensi yang tidak hanya sebagai ajaran keagamaan saja
melainkan ajaran kehidupan yang mencakup total tata nilai semenjak hulu
peradaban.
Al-Quran sebagai kitab terakhir samawi yang diturunkan kepada Rasulullah
Saw yang merupakan penyempurna syariat-syariat yang ada sebelumnya. Dan jelas
bahwa kitab-kitab samawi sebelumnya seperti Taurat, Injil, Shuhuf Ibrahim, Zabur
Daud menyokong dan menegaskan kebenaran Al-Quran serta memandang bahwa
ajaran-ajarannya adalah cahaya dan petunjuk dari sisi Allah Swt. Tentu saja bagian-
bagian dari kitab-kitab itu yang belum mengalami penyimpangan.
Di sini kami akan menyebutkan sebagian dari ayat tersebut sebagai berikut:

«‫َو إِذا قی َل لَ ُه ْم آ ِمنُوا بِما أَ ْن َز َل هَّللا ُ قالُوا نُؤْ ِمنُ ِبما أُ ْن ِز َل َعلَ ْینا َو َی ْکفُرُونَ بِما َورا َءهُ َو‬
»…‫صدِّقا ً لِما َم َع ُه ْم‬ َ ‫ق ُم‬ ُّ ‫ُه َو ا ْل َح‬

a. “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Berimanlah kepada apa yang telah
diturunkan oleh Allah!”, mereka berkata, “Kami hanya beriman kepada apa
yang diturunkan kepada kami.” Dan mereka mengingkari Al-Qur’an yang
diturunkan sesudahnya, sedangkan Al-Qur’an adalah (kitab) yang hak, yang
membenarkan kitab yang mereka miliki. (Qs. Al-Baqarah [2]:91)

«‫َو إِذا قی َل لَ ُه ْم آ ِمنُوا بِما أَ ْن َز َل هَّللا ُ قالُوا نُؤْ ِمنُ بِما أُ ْن ِز َل َعلَ ْینا َو یَ ْکفُرُونَ ِبما َورا َءهُ َو‬
‫صدِّقا ً لِما َم َع ُه ْم‬َ ‫ق ُم‬ ُّ ‫»… ُه َو ا ْل َح‬

b. "Dan ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan; sebuah kitab
yang penuh berkah dan membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan)
sebelumnya. (Kami menurunkannya agar kamu memberi kabar gembira
kepada umat manusia dengan pahala Ilahi) dan memberi peringatan kepada
(penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di sekitarnya.” (Qs
Al-An’am [3]:92)

«‫صدِّقا ً لِما بَیْنَ یَ َد ْی ِه ِمنَ الت َّْورا ِة َو آتَ ْیناهُ اإْل ِ ْنجی َل‬ َ ‫َو قَفَّ ْینا عَلى آثا ِر ِه ْم بِعی‬
َ ‫سى ا ْب ِن َم ْریَ َم ُم‬
‫ى َو َم ْو ِعظَةً لِ ْل ُمتَّقین‬ َ ‫ى َو نُو ٌر َو ُم‬
ً ‫صدِّقا ً لِما بَیْنَ یَ َد ْی ِه ِمنَ الت َّْورا ِة َو هُد‬ ً ‫»فی ِه هُد‬

c. “Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Isra’il) dengan Isa putra
Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami
telah memberikan kepadanya kitab Injil, sedang di dalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya, dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat, menjadi
petunjuk, dan nasihat untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al-Maidah
[5]:46)
d. Dalam pandangan al-Quran, iman kepada para nabi Allah dan kitab-kitabnya
merupakan salah syarat iman.

‫صدِّقا ً لِما بَیْنَ یَ َد ْی ِه ِمنَ الت َّْورا ِةوتیاه اإْل ِ ْنجی َل فی ِه‬
َ ‫سى ا ْب ِن َم ْریَ َم ُم‬َ ‫َو قَفَّ ْینا عَلى آثا ِر ِه ْم بِعی‬
‫ظةً لِ ْل ُمتَّقین‬
َ ‫ى َو َم ْو ِع‬ َ ‫ى َو نُو ٌر َو ُم‬
ً ‫صدِّقا ً لِما بَیْنَ یَ َد ْی ِه ِمنَ الت َّْورا ِة َو هُد‬ ً ‫هُد‬

"Rassul telah beriman kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari


Tuhan-nya, begitu juga orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-Nya.
(Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul-Nya”,
dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan
kami, dan hanya kepada-Mu-lah tempat kembali.” (Qs. Al-Baqarah [5]:285)
Al-Quran dengan segala sokongan ini, menegaskan bahwa kitab-kitab yang
ada ini penuh dengan penyimpangan yang dilakukan oleh para pembenci atau
ulama sesat dan rusak lalu menyelewengkan ajaran-ajarannya

ْ َ‫تاب بِأ َ ْیدی ِه ْم ثُ َّم یَقُولُونَ هذا ِمنْ ِع ْن ِد هَّللا ِ لِی‬


«ً‫شتَ ُروا ِب ِه ثَ َمنا ً قَلیال‬ َ ‫ک‬ ِ ‫َف َو ْی ٌل لِلَّذینَ یَ ْکتُبُونَ ا ْل‬
‫سبُون‬ ِ ‫»فَ َو ْی ٌل لَ ُه ْم ِم َّما َکتَبَتْ أَ ْیدی ِه ْم َو َو ْی ٌل لَ ُه ْم ِم َّما یَ ْک‬
“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab
dengan tangan mereka sendiri, lalu mereka berkata, “Kitab ini berasal dari
sisi Allah,” (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit
dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka akibat apa yang
ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka
akibat apa yang mereka kerjakan.” (Qs Al-Baqarah [2]:79)

D. Dasar pemeliharaan al-Qur’an


Sejak awal diturunkannya Empat belas abad yang lalu Sampai masa modern
saat ini Al-Qur’an senantiasa terjaga kemurnian dan kesuciannya. Karena Al-Qur’an
satu-satunya kitab yang dijaga oleh Allah keotentikannya, sebagiamana firman Allah
SWT., dalam Q.S. Al-Hijr (15) : 9 sebagai berikut :
Terjemahnya :
Sesungguhnya kami telah menurunkan peringatan (Al-
Qur’an) dan sesungguhnya kamilah yang memeliharanya.
Demikianlah Allah SWT., menjamin keaslian Al-Qur’an, jaminan yang
diberikan atas dasar kemahakuasaan dan kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-
upaya yang dilakukan oleh mahluk-mahluk-Nya, terutama oleh manusia.
Tulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW. belum terkumpul
dalam satu mushaf, di mana setiap ayat yang turun Rasulullah Muhammad SAW.,
hanya memerintahkan kepada para sahabat yang pandai untuk menulisnya di
pelepah-pelepah tamar, di kulit hewan, serta di atas batu.
Rasulullah berpulang ke rahmatullah di saat Al-Qur’an belum dikumpulkan
sama sekali, maksudnya ayat-ayatnya belum dikumpulkan secara tertib dalam satu
mushaf. Ayat-ayat dan surat-surat dipisah-pisahkan, dan setiap surah berada dalam
satu lembaran secara terpisah. Al-Khattabi dalam Jalaluddin Assuyuti mengatakan:
Rasulullah tidak mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf karena Nabi
masih selalu menanti turunnya wahyu dari waktu kewaktu. Susunan penulisan Al-
Qur’an tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi setiap ayat yang turun dituliskan
ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi. Oleh sebab itu penulisannya
dilakukan kemudian setelah Al-Qur’an turun semua pada saat Nabi Muhammad
SAW., telah wafat.
Pada masa Abu Bakar menjalankan urusan-urusan Islam sesudah Rasulullah,
ia dihadapkan kepada peristiwa-peristiwa besar berkenaan dengan kemurtadan. Oleh
sebab ia segera menyiapkan pasukan memerangi orang-orang murtad itu, sehingga
pada tahun ke dua belas hijra terjadilah peperangan yamamah. Dalam peperangan itu
ada tujuh puluh qari’ dan huffadz dari para sahabat yang gugur. Kenyataan ini
membuat Umar bin Khattab cemas dan khawatir, jangan sampai terjadi lagi
peperangan yang lain sehingga jumlah jumlah sahabat yang hafidz Qur’an
bertambah banyak yang gugur. Apabila hal ini terjadi maka Al-Qur’an bisa saja akan
musnah dan hilang seiring dengan hilangnya para huffadz.
Inilah yang menjadi dasar dan alasan bagi Umar bin Khattab, sehingga dia
mendesak Khalifah Abu Bakar agar segera mengumpulkan tulisan al-Qur’an yang
pernah ada pada masa Rasulullah Muhammad saw.
Proses Pemeliharaan a-Qur’an di Masa Nabi Muhammad saw., di Masa
Sahabat dan di Masa Sekarang. Sejarah Al-Qur’an demikian jelas sejak turunnya
sampai masa kini dibaca oleh kaum muslimin sejak dahulu sampai sekarang,
sehingga Al-Qur’an sangat terbukti keotentikannya. Al-Qur’an membuktikan dirinya
sebagai firman Allah dan membuktikan hal tersebut dengan menantang siapa pun
untuk menyusun seperti keadaannya. Dengan demikian apa yang dibaca sebagai al-
Qur’an pada hari ini tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh
Rasulullah SAW., empat belas abad yang lalu. Terpeliharanya keotentikan redaksi
al-Qur’an tersebut tiadak lain karena andil dari Rasulullah saw dan para sahabatnya
serta segenap umat Islam yang lain.

E. POKOK- POKOK ISI KANDUNGAN AL QUR’AN


Secara garis besar isi kandungan al qur’an itu meliputi :
1. Tauhid
Kata tauhid bermakna meng-Esa-kan tuhan/maha pencipta alam ini. Semua
ajaran akidah para rasul hanya bertuhan satu, oleh sebab itu maka akidah islam
bukanlah yang dibawa Rasul SAW saja, tetapi sudah sejak mulai rasulnya yang
pertama atau Adam AS.
2. jani mendapat nikmat dan janji mendapat azab
Fazlur rahman menegemukakan sepuluh tema pokok isi kandungan al-qur’an
yaitu manusia sebagai makhluk individu, manusia sebagai makhluk sosial, alam
semesta, kenabian, wahyu, eskatologi, setan, kejahatan serta masyarakat muslim.
3. Akidah
Akidah merupakan masalah utama ketaatan dan kesalehan mesti terbangun
diatasnya, sesuatu perbuatan baik tidak dapat dibangun dengan kesalehan jika
tidak dibangun diatas akidah tauhid. Akidah dalam persepektif al-qur’an
merupakan suatu sistem yang berkaitan antar satu dengan yang lain, dimana
tonggak utamanya beriman kepada allah SWT.
4. Akhlak
Kata akhlak merupakan jamak dari al-khuluq berasal dari kata khalaqa yang
berarti menjadikan dan al-khuluq berarti kejadian. Maka dapat ditegaskan bahwa
akhlak sangat erat kaitannya dengan perilaku, dimana perilaku merupakan
cerminan dari keadaan dan kehendak jiwa yang melahirkan perilaku.
5. Hukum
Hukam allah merupakan khitbah allah berkaitan dengan perbuatan para mualaf,
segara garis besar hukum yang diperbincangkan dalam al-qur’an meliputi dua hal
yakni ibadah dan muamalah. Ibadah meliputi shalat, puasa, zakat, haji dan
muamalah meliputi hukum keluarga, inayah, hudud, politik dan ekonomi.
6. Sejarah
Perbincangan al-qur’an mengenaisearah tidaklah bertujuan agar manusia
menguasai pengetahuan sejarah, tetapi bagaimana sejarah dapat mengantarkan
manusia kepada kepribadian yang sadar bahwa dia adalah makhluk tuhan yang
perlu patuh dan bersyukur kepadanya.

F. Ayat Ayat Yang Terkait Dengan Kesehatan


QS. An-Nahl Ayat 69
ٌ ِ‫ك ُذلُاًل ۗ يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بُطُوْ نِهَا َش َرابٌ ُّم ْختَل‬
ٗ‫ف اَ ْل َوانُه‬ ِ ِّ‫ت فَا ْسلُ ِك ْي ُسبُ َل َرب‬ ِ ‫ثُ َّم ُكلِ ْي ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم ٰر‬
َ ِ‫اس اِ َّن فِ ْي ٰذل‬
‫ك اَل ٰ يَةً لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّك َر‬ ۤ
ِ ۗ َّ‫ۖفِ ْي ِه ِشفَا ٌء لِّلن‬
69. kemudian makanlah dari segala (macam) buah-buahan lalu
tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam
warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir
QS. Al-Isra' Ayat 82
ٰ ‫ونُن َِّز ُل منَ ْالقُرْ ٰان ما هُو شفَ ۤا ٌء َّورحْ مةٌ لِّ ْلم ْؤمن ْي ۙنَ واَل يز ْي ُد‬
‫الظّلِ ِم ْينَ اِاَّل خَ َسارًا‬ ِ َ َ ِِ ُ َ َ ِ َ َ ِ ِ َ
82. Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an (sesuatu) yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi
orang yang zalim (Al-Qur'an itu) hanya akan menambah kerugian.
1. Pengertian hadits
Hadits adalah segala perkataan ( sabda ), perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun
hukum dalam agama islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama islam
selain alquran, ijma dan qias, dimana dalam hal ini kedudukan hadits merupakan
sumber hukum kedua setelah alquran.
Secara bahasa, hadis berarti berbicara, perkataan, percakapan. Hadis
disebut juga 'Sunnah', yang secara istilah berarti segala perkataan (sabda),
perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
landasan syariat Islam.
Sedangkan Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari
Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini
adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.
Adapun fungsi hadits yakni menguatkan dan mengaskan hukum-hukum
yang tersebut dalam Alquran atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk
ini Hadits hanya seperti mengulangi apa-apa yang tersebut dalam Alquran.
Dari segi kekuatan dan kelemahan hadits, para ulama membagi hadits
berdasarkan kualitasnya dalam tiga kategori, yaitu hadits shahih, hadits hasan,
hadits dhaif.
Berikut kategori atau macam-macam hadits:
2. Hadits Shahih
Dikutip dari ponpes.alhasanah, Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya
bersambung atau mutawatir, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak
lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat.
Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits menjelaskan hadits shahih
adalah:

‫ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال علة‬
Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan
oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad,
tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.
3. Hadits Hasan
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang
rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit,
tidak terdapat syadz dan ‘illah. Perbedaan dari kedua jenis hadits ini adalah
kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih. Ulama hadits
sebenarnya berbeda-beda dalam mendefenisikan hadits hasan. Menurut Mahmud
Thahhan, defenisi yang mendekati kebenaran adalah definisi yang dibuat Ibnu
Hajar. Menurut beliau hadits hasan ialah:

‫هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ وال‬
‫علة‬

Hadits yang diatas bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun


kualitas hafalannya tidak seperti hadits shahih, tidak terdapat syadz dan ‘illah.

4. Hadits Dhaif
Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih
dan hadits hasan. Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan hadits hasan adalah:

‫ فهو الضعيف وهو اقسام كثر‬# ‫وكل ما عن رتبة الحسن قصر‬


Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari hadits hasan adalah dhaif
dan hadits dhaif memiliki banyak ragam. Dilihat dari definisinya, dapat dipahami
bahwa hadits shahih adalah hadits yang kualitasnya paling tinggi, kemudian di
bawahnya adalah hadits hasan. Para ulama sepakat bahwa hadits shahih dan
hasan dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Sementara hadits dhaif ialah
hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum. Namun
dalam beberapa kasus, menurut ulama hadits, hadits dhaif boleh diamalkan
selama tidak terlalu lemah dan untuk fadhail amal.
5. kedudukan dan Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar
ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang secara
amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits. Dengan
demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an. Hal ini
telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl:64
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu.
Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi hukum
fiqh, maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya sebagai bayani
dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi senagai berikut :
a. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumyang tersebut dalam Al-
Qur’an atau disebut fungsi ta’kid dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits
hanya seperti mengulangi apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur’an.
Umpanya Firman Allah dalam surat Al-Baqarah :110 yang artinya :
“ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh
sabda Nabi yang artinya :
“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada
tuhan selain Allah dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat.
b. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an
dalam hal : Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
c. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
d. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
e. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an
Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur’an umpamanya kata
shalat yang masih samar artinya, karena dapat saja shalat itu berarti do’a
sebagaimana yang biasa dipahami secara umum waktu itu. Kemudian
Nabi melakukan serangkaian perbuatan, yang terdiri dari ucapan dan
pebuatan secara jelas yang dimulai dari takbiratul ihram dan berakhir
dengan salam. Sesudah itu Nabi bersabda : inilah shalat itu, kerjakanlah
shalat sebagimana kamu melihat saya mengerjakan shalat.
f. Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak terdapat
dalam Al-Qur’an.
Dengan demikian kelihatan bahwa Hadits menetapkan sendiri
hukumyang tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam
bentuk ini disebut itsbat. Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan
jelas bahwa apa yang ditetapkan hadits itu pada hakikatnya adalah
penjelasan terhadap apa yang disinggung Al-Qur’an atau memperluas apa
yang disebutkan Al-Qur’an secara terbatas. Umpamanya Allah SWT
mengharamkan memakan bangkai, darah, dan daging babi. Larangan
Nabi ini menurut lahirnya dapat dikatakan sebagai hhukum baru yang
ditetapkan oleh Nabi, karena memang apa yang diharamkan Nabi ini
secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Tetapi kalau dipahami lebih
lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai penjelasan terhadap larangan
Al-Qur’anlah memakan sesuatu yang kotor.
G. Perbedaan al- quran dengan hadis
1. Berdasarkan pengertian
Secara umum, Al Qur’an diartikan sebagai firman Allah SWT yang
diwahyukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melalui Jibril
‘alaihis salam sebagai pedoman dan petunjuk hidup manusia. Sedangkan Hadis
secara umum diartikan sebagai segala ucapan, perbuatan, ketetapan, dan cita-cita
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
2. Berdasarkan redaksi
Al Qur’an merupakan firman Allah SWT. Dan karena itu, redaksinya pun
disusun langsung oleh Allah SWT. Adapun malaikat Jibril ‘alaihis salam hanya
bertugas sebagai menyampaikan wahyu tersebut kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Adapun Hadis, redaksinya berbeda-beda antara satu hadis dengan hadis
yang lain meskipun mengandung makna yang sama. Hal ini disebabkan pada
awalnya hadis disampaikan melalui hafalan para sahabat Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan ditulis.
3. Berdasarkan nisbat
Al Qur’an hanya dinisbatkan kepada Allah SWT semata dan tidak pada
hal lain. Istilah yang digunakan adalah “Allah SWT berfirman, … “
Adapun hadis, diriwayatkan Nabi dengan disandarkan kepada Allah yang
bersifat insya’i atau diadakan.
Misalnya, “Dari Abu Hurairahr.a berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, ‘Allah berfirman …”
4. Berdasarkan kemukjizatan
Al Qur’an merupakan mukjizat baik lafdz maupun maknanya. Adapun
hadis bukanlah merupakan mukjizat.
5. Berdasarkan lafadz dan makna
Lafadz dan makna Al Qur’anbearasal dari Allah. Adapun hadis, lafadz
berasal dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi makna berasal
dari Allah.
6. Berdasarkan nilai membaca
Al Qur’an sebagai kitab umat muslim wajib dibaca pada saat shalatfardhu
atau shalat wajib maupun macam-macam shalatsunnah. Selain itu, Al Qur’an
juga wajib dibaca di luar shalat sebagai ibadah. Adapun hadis, membacanya
tidaklah dinilai sebagai ibadah dan dilarang untuk dibaca ketika shalat.
7. Berdasarkan kepastian isi
Kepastian seluruh isi Al Qur’an bersifat mutlak karena dinukil secara
mutawatir.Hal ini berbeda dengan hadis dimana kepastian isinya tidaklah mutlak
karena perawi pada tiap tingkatan sanadnya. Maka dari itu, sering didapati hadis
yang sifatnya shahih, hasan, atau dha’if.
8. Berdasarkan tujuan dan fungsi
Sebagai sumber dari segala sumber hukum Islam, fungsi Al Qur’an
dalam kehidupan atau fungsi Al Qur’an bagi umat manusia di antaranya sebagai
berikut.
a. Pedoman dan petunjuk bagi manusia
b. Pembenar dan penyempurna kitab-kitab terdahulu
c. Salah satu mu’jizat Nabi Muhammadshallallahu‘alaihiwasallam
d. Pembimbing bagi manusia menuju keselamatan dan kebahagiaan
e. Pelajaran dan penerang kehidupan
Adapun fungsi hadis terhadap Al Qur’anatau fungsi hadis dalam Islam
adalah sebagai berikut.
a. Menguatkan maksud redaksi wahyu dalam Al Qur’an atau bayan taqrir.
b. Menjelaskan atau menafsirkan redaksi Al Qur’an atau bayan tafsir.
c. Menetapkan hukum yang tidak terdapat dalam Al Qur’an atau bayan
tasyri’.

H. Nikmat Yang Penting Itu Adalah Kesehatan

ْ ‫وت يَوْ ِم ِه فَ َكأَنَّ َما ِحيز‬


‫َت لَهُ ال ُّد ْنيَا‬ ُ ُ‫َم ْن أَصْ بَ َح ِم ْن ُك ْم ُم َعافًى فِي َج َس ِد ِه آ ِمنًا فِي ِسرْ بِ ِه ِع ْن َدهُ ق‬
“Dari Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan
sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada
hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.” [HR Ibnu
Majah, no. 4141; dan lain-lain; dihasankan oleh Syaikh Al Albani di dalam
Shahih Al Jami’ush Shaghir, no. 5918]
ُ ‫ص َّحةُ َو ْالفَ َرا‬
‫غ‬ ٌ ‫نِ ْع َمتَا ِن َم ْغب‬
ِ َّ‫ُون فِي ِه َما َكثِي ٌر ِمنَ الن‬
ِّ ‫ ال‬، ‫اس‬
Dari Ibnu Abbas, dia berkata: Nabi n bersabda: “Dua kenikmatan,
kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”.
[HR Bukhari, no. 5933].

‫ك قَب َْل فَ ْق ِر‬


َ ‫ َو ِغنَا‬، َ‫ك قَ ْب َل َسقَ ِمك‬
َ َ‫ص َّحت‬
ِ ‫ َو‬، ‫ك‬ َ ‫ َشبَا بَكَ قَ ْب َل ه ََر ِم‬: ‫س‬ ٍ ‫م‬ ْ ‫ِإ ْغتَنِ ْم َخ ْمسًا قَ ْب َل َخ‬
‫ك‬ َ ِ‫ َو َحيَا تَكَ قَ ْب َل َموْ ت‬، ‫ك‬ َ ِ‫ك قَ ْب َل ُش ْغل‬
َ ‫ َو فَ َرا َغ‬، ‫ك‬ َ
Ambillah kesempatan lima (keadaan) sebelum lima (keadaan). (Yaitu)
mudamu sebelum pikunmu, kesehatanmu sebelum sakitmu, cukupmu sebelum
fakirmu, luang waktumu sebelum sibukmu, kehidupanmu sebelum matimu. [HR
Al Hakim di dalam Al Mustadrak; dishahihkan oleh Syaikh Al Albani di dalam
Shahih At Targhib wat Targhib 3/311, no. 3355, Penerbit Maktabul Ma’arif, Cet.
I, Th. 1421 H / 2000 M].

I. Menjaga Kebersihan Lingkungan

‫س أَ ْو‬ ِ ‫سو َل هَّللا ِ قَا َل « الَّ ِذى َيت ََخلَّى فِى طَ ِر‬
ِ ‫يق النَّا‬ ُ ‫ قَالُوا َو َما اللَّعَّانَا ِن يَا َر‬.» ‫اتَّقُوا اللَّعَّانَ ْي ِن‬
‫ِفى ِظلِّ ِه ْم‬

“Waspadalah dengan dua orang yang terkena laknat.” Mereka berkata,


“Siapakah yang kena laknat tersebut?” Beliau menjawab, “Orang yang buang
hajat di tempat orang lalu lalang atau di tempat mereka bernaung.” (HR. Muslim
no. 269).

‫ب يُ ِح ُّب الطَّيِّ َب نَ ِظيفٌ يُ ِح ُّب النَّظَافَةَ َك ِري ٌم يُ ِح ُّب ا ْل َك َر َم َج َوا ٌد يُ ِح ُّب ا ْل ُجو َد‬ َ ‫إِنَّ هَّللا َ تَ َعالى‬
ٌ ِّ‫طي‬
‫فَنَظِّفُوا أَ ْفنِيَتَ ُك ْم‬
Sesungguhnya Allah swt. Itu baik, Dia menyukai kebaikan. Allah itu
bersih, Dia menyukai kebersihan. Allah itu mulia, Dia menyukai kemuliaan.
Allah itu dermawan ia menyukai kedermawanan maka bersihkanlah olehmu
tempat-tempatmu. (H.R. at –Tirmizi: 2723)

J. Makan Berlebihan Tidak Sehat


‫ فاعال‬‰‫ما مأل آدمي وعاء شرا من بطنه بحسب ابن آدم لقيمات يقمن صلبه فإن كان البد‬
‫) فثلث لطعامه وثلث لشرابه وثلث لنفسه ) رواه اإلمام أحمد والترمذي وغيرهما‬

“Tidaklah seorang anak Adam (manusia) mengisi bejana (kantong) yang


lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap yang bisa
menegakkan tulang sulbinya. Jikalau memang harus berbuat, maka sepertiga
untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya.”
(HR. Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan rahimahumullah selainnya)

A. Dianjurkan Untuk Berobat

‫ فإن هللا لم يضع داء إال وضع له شفاء إال‬، ‫ ( تداووا‬: ‫يا رسول هللا أال نتداوى ؟ قال‬
) ‫ ( الهرم‬: ‫ يا رسول هللا وما هو ؟ قال‬: ‫داء واحد ) قالوا‬

‘’Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,’’berobatlah,


karena sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti
menurunkan obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya),’’ mereka
bertanya,’’apa itu’’ ? Nabi bersabda,’’penyakit tua.’’ (HR.Tirmidzi 2038, dan
disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi diatas dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran islam
adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan pedoman, dasar untuk menjalankan
syariat islam. Sebagai umat islam, kita diwajibkan untuk mengetahui serta
memperdalam sumber ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW.Karena
sumber ajaran agama islam merupakan merupakan media penuntun agar kita dapat
melaksanakan semua perintah Allah dan semua larangan-Nya. Agama islam pun
tidak mempersulit kita dalam mempelajari seluk beluk agama islam.

DAFTAR PUSTAKA
KH. Bustani Qadri Oleh shabri shaleh Anwar Jamaluddin: Pendidikan Al-Qur’an
Tahun 2020
Al Safee, Al Mahdee, The True Furqan, (United State: Wine Press Publishing,
1999).
Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur'an; Studi Kompleksitas Al-Qur'an,
terj. Amirul Hasan dan Muhammad Halabi (Yogyakarta: Titian Ilahi Press,1999)
Fajrul Munawir Dkk, Al-Qur'an, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan
Kalijaga,2005).
Ignaz Goldziher, Kata Pengantar dalambuku “Mazhab Tafsir; Dari Klasik Hingga
Modern,”(Yogyakarta: elSAQ Press, 2006).

Anda mungkin juga menyukai