Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan Pendahuluan
KIMIA ANALITIK
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
Oleh :
Nama : Fahrunnisa
NRP : 063020078
Meja : 4 (empat)
Kelompok : III (Tiga)
Asisten : Devita Indriani
Tgl. Percobaan : 25 Oktober 2007
II TINJAUAN PUSTAKA
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pemeriksaan Uji Reaksi Nyala
Dari hasil pengamatan tidak jauh berbeda dengan
penuntun praktikum tetapi ada beberapa yang berbeda
dengan penuntun praktikum, hal ini mungkin disebabkan
kawat platinum kurang bersih dicelupkan pada larutan HCl
pekat. Sehingga larutan yang tersisa dari kawat platinum yang
kurang bersih tadi mengakibatkan warna yang ditimbulkan
bergabung dengan warna dari unsur sebelumnya dengan
warna dari unsur yang sedang diamati yang telah dipanaskan
dengan api bunsen. Hal ini juga sama dalam pengamatan
nyala dengan menggunakan kaca kobalt.
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam
ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa.Sebagai contoh,
sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki
struktur 1s22s22p6. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan
mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital kosong
manapun pada level yang lebih tinggi
Salah satu fungsi HCl pada percobaan ini adalah untuk
membersihkan kawat yang akan dicelupkan pada sampel
(Svehla, 1990). Dan fungsi kaca kobalt pada percobaan ini
adalah untuk memperjelas warna yang diamati.
4.2.2. Pemeriksaan dengan Mutiara Boraks
Kawat yang digunakan dalam pemeriksaan
menggunakan mutiara boraks sama dengan kawat yang
digunakan pada tes nyala. Digunakan kawat platinum kecil
panjang sekitar 5 cm dan diameter 0,03 – 0,05 mm, yang satu
ujungnya dipadukan ke dalam pipa atau batang kaca pendek
yang berfungsi sebagai pegangan. Jika tak tersedia kawat
platinum, dapat digunakan kawat chromel (atau nichrome)
pendek, ditekuk menjadi lingkaran kecil pada satu ujung dan
ujung lain dimasukkan ke dalam gabus. Ini tak sebaik kawat
paltinum dan tak disarankan (Svehla,1990).
Beberapa pengarang tidak menyarankan penggunaan
kawat platinum yang dilingkarkan karena dianggap permukaan
platinum terlalu banyak disingkap. Menurut prosedur mereka,
bergantian membenamkan ke dalam boraks dan memanaskan
diulang-ulang sampai diperoleh manik dengan diameter 1,5
sampai 2 mm. bahaya manik itu menetes dikurangi dengan
memegang kawat itu mendatar. Menurut pengalaman
pengarang metode kawat melingkar jauh lebih memuaskan,
terutama bagi para pemula, dan tidak menghabiskan waktu
(Svehla,1990).
Kegunaan dari bubuk mutiara boraks pada percobaan ini
adalah agar membentuk manik mirip-kaca, tembus cahaya,
dan tak berwarna, yang terdiri dari suatu campuran natrium
metaborat dan anhidrida borat.
Manik boraks juga merupakan metode yang sangat
bagus untuk membersihkan kawat platinum, setetes manik
boraks digerakkan maju mundur sepanjang kawat dengan
memanasi secukupnya, dan kemudian manik itu dilepaskan
dengan sentakan. Manik boraks berwarna karena
terbentuknya borat berwarna. Dalam hal di mana manik itu
berlainan warna dalam nyala mereduksi dan nyala mengoksid,
dihasilkan borat dengan derajat oksidasi logam yang berbeda
-beda (Svehla,1990)
Pada pengamatan nyala api, digunakan kaca kobalt
yang berfungsi untuk melihat warna nyala pada suatu unsur
yang tidak terlihat oleh kasat mata. Kaca kobalt digunakan
untuk melihat warna kalium yang secara kasat mata tidak
terlihat karena terhalang oleh warna natrium yang berwarna
kuning.
4.2.3. Pemeriksaan Adanya Kation NH3+
Untuk mengetahui adanya suatu kation atau anion, kita
perlu mereaksikan beberapa zat kemudian selanjutnya diamati
melalui perubahan warna yang terjadi dengan menggunakan
kertas lakmus. Dalam percobaan yang telah dilakukan didapat
bahwa kation NH4+ ini berada dalam suasana basa. Hal ini
dapat diketahui melalui kertas lakmus merah yang ditaruh di
atas corong terbalik yang bersamaan dengan larutan yang
sedang dipanaskan, kertas lakmus tersebut berubah wrna
menjadi warna biru. Reaksi yang terjadi adalah NH4Cl + NaOH
NH4OH + NaCl. Dapat dilihat dari reaksi bahwa NH 4Cl yang
direaksikan dengan NaOH menghasilkan NH4OH dan NaCl.
NH4+ terikat dengan OH- yang merupakan ion untuk keadaan
basa, sedangkan Cl- berikatan dengan Na+ yang menunjukkan
suasana asam kuat selain itu dikarenakan sampel
mengandung garam amonium, sehingga kertas lakmus
tersebut berwarna biru yang disebabkan oleh NH 3 yang timbul.
Gas NH3 juga mudah dikenal dari baunya ( Khopkar, 2003 ).
4.2.4. Pemeriksaan Adanya Asetat
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat reaksi
sebagai berikut :
(CH3COO)2Zn + KHSO4 2 CH3COOH + ZnSO4 + K+
Reaksi diatas menguraikan (CH 3COO)2Zn dan KHSO4
menjadi 2 CH3COOH ditambah K+ ditambah ZnSO4. Pada
(CH3COO)2Zn terdapat ion CH3COO-, setelah direaksikan
dengan KHSO4 dalam percobaan ini dengan cara digerus,
tercium bau asam cuka dengan rumus kimia CH 3COOH, hal
ini menunjukkan bahwa terdapat asam asetat dalam reaksi
tadi (Svehla, 1990).
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil percobaan pemeriksaan dengan uji
kering, dapat disimpulkan bahwa logam-logam akan
memberikan warna nyala yang berbeda baik diamati secara
langsung ataupun dengan menggunakan kaca kobalt.
Diantaranya Na berwarna kuning, K berwarna keunguan, Ca
berwarna merah, Ba berwarna hijau, Cu berwarna hijau, Pb
berwarna merah. Dan dengan menggunakan kaca kobalt
diperoleh Na tidak berwarna, K berwarna merah, Ca berwarna
hijau, Ba berwarna hijau, Cu tidak berwarna, Pb tidak
berwarna.
Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan dengan mutiara
boraks dapat disimpulkan bahwa unsur logam (kation) dalam
manik boraks dapat membentuk borat berwarna yang
berbeda. Diantaranya Cu berwarna hijau, Fe berwarna kuning,
Cr berwarna kuning, Mn tidak berwarna ungu, Co tidak
berwarna, dan Ni berwarna hijau.
Berdasarkan pemeriksaan NH4+ dapat disimpulkan
bahwa sampel mengandung NH 4+ ditandai dengan
berubahnya kertas lakmus merah menjadi biru.
Berdasarkan pemeriksaan CH3COO dapat disimpulkan
bahwa sample mengandung asetat ditandai dengan bau khas
(bau cuka) yang menyengat.
DAFTAR PUSTAKA
Uji Nyala
Halaman ini menguraikan bagaimana melakuan sebuah uji nyala untuk berbagai
ion logam, dan secara ringkas menjelaskan bagaimana warna nyala bisa
terbentuk.
Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam jumlah
yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam menghasilkan
warna nyala.
Untuk senyawa-senyawa Golongan 1, uji nyala biasanya merupakan cara yang
paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang terdapat dalam senyawa.
Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya yang lebih dapat
dipercaya - meski demikian uji nyala bisa memberikan petunjuk bermanfaat
seperti metode mana yang akan dipakai.
Melakukan uji nyala
Rincian prosedur
Bersihkan sebuah kawat platinum atau nichrome (sebuah alloy nikel-kromium)
dengan mencelupkannya ke dalam asam hidroklorat pekat dan kemudian
panaskan pada Bunsen. Ulangi prosedur ini sampai kawat tidak menimbulkan
warna pada nyala api Bunsen.
Jika kawat telah bersih, basahi kembali dengan asam dan kemudian celupkan ke
dalam sedikit bubuk padatan yang akan diuji sehingga ada beberapa bubuk
padatan yang menempel pada kawat tersebut. Setelah itu pasang kembali kawat
pada nyala Bunsen.
Jika warna nyala memudar, masukkan kembali kawat ke dalam asam dan pasang
kembali pada nyala seolah-olah anda sedang membersihkannya. Dengan
melakukan ini, anda akan sering melihat kilasan warna yang sangat singkat namun
intensif.
Warna
Warna-warna yang ada pada tabel berikut hanya merupakan panduan. Hampir
setiap orang yang melakukan uji nyala berbeda dalam mengamati dan
menjelaskan warna yang terjadi. Sebagai contoh, beberapa orang menggunakan
kata "merah" beberapa kali untuk menunjukkan beberapa warna yang bisa sangat
berbeda satu sama lain. Disamping itu, ada juga yang menggunakan kata seperti
"merah padam" atau "merah tua" atau "merah gelap", tapi tidak semua orang
mengetahui perbedaan antara kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan warna
ini.
warna nyala
Li merah
K lilac (pink)
Ca orange-merah
Sr merah
Ba hijau pucat
Pb putih keabu-abuan
Apa yang akan anda lakukan jika anda mengamati warna nyala merah untuk
sebuah senyawa yang tidak diketahui dan anda tidak tahu variasi warna merah
tersebut?
Ambil sampel senyawa lithium, strontium (dll) dan ulangi uji nyala, bandingkan
warna yang dihasilkan oleh salah satu dari senyawa yang diketahui dengan
senyawa yang tidak diketahui secara bergantian sampai anda mendapatkan
pasangan yang cocok.
Asal-usul warna nyala
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang
terdapat dalam senyawa.
Sebagai contoh, sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki
struktur 1s22s22p6.
Jika dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah
ke orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi - sebagai contoh,
berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada
berapa banyak energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala.
Karena sekarang elektron-elektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih
tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke
level dimana sebelumnya mereka berada - tapi tidak musti sekaligus.
Sebuah elektron yang telah tereksitasi dari level 2p ke sebuah orbital pada level 7
misalnya, bisa turun kembali ke level 2p sekaligus. Perpindahan ini akan
melepaskan sejumlah energi yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan warna
tertentu.
Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih) dari
tingkat sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun sampai ke
level 2.
Masing-masing perpindahan elektron ini melibatkan sejumlah energi tertentu yang
dilepaskan sebagai energi cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu.
Sebagai akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang
berwarna akan dihasilkan. Warna yang anda lihat adalah kombinasi dari semua
warna individual.
Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi dari satu ion
logam ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan
memiliki pola garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang
berbeda pula.
QUIZ