Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN MINGGUAN

KIMIA ANALITIK
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

Oleh :
Nama : Fahrunnisa
NRP : 063020078
Meja : 4 (empat)
Kelompok : III (Tiga)
Asisten : Devita Indriani
Tgl. Percobaan : 25 Oktober 2007

LABORATORIUM KIMIA ANIALITIK


JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2007
I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai, (1) Latar Belakang


Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan
(4) Reaksi Percobaan.

1.1. Latar Belakang Percobaan


Kimia analitik adalah ilmu kimia yang mendasari
penentuan atau pemisahan komposisi suatu bahan atau
materi. Dahulu hal tersebut adalah tujuan utama seorang ahli
kimia analitik. Kimia analitik bisa dibagi menjadi bidang-bidang
yang disebut analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis
kuanlitatif yaitu analisis yang berkaitan dengan penentuan
susunan atau komposisi materi baik berupa unsur, radikal,
gugus fungsi, atau senyawa dari suatu bahan. Sedangkan
analisis kuantitatif yaitu analisis untuk menentukan jumlah
atau kadar bahan dari suatu materi ( Khopkar, 2003).
Analisis kualitatif dapat dilakukan pada berbagai macam
skala. Dalam analisis makro kuantitas zat yang dikerjakan
adalah 0,5 – 1 gram dan volume larutan yang diambil untuk
analisis hanya sekitar 20 ml. Dalam apa yng biasa disebut
dengan analisis semi mikro, kuantitas yang digunakan untuk
analisis dikurangi dengan faktor 0,1 – 0,05, yakni sekitar 0,05
gram dan volume larutan sekitar 1 ml. Untuk analisis mikro
faktor itu adalah 0,01 atau kurang. Analisis kualitatif
menggunakan dua macam uji, reaksi kering dan reaksi basah.
Rekasi kering dapat diterapkan untuk zat–zat padat dan reaksi
basah untuk zat dalam larutan. Kebanyakan reaksi kering
yang diuraikan dapat digunakan unuk analisis semi mikro
dengan hanya modifikasi kecil ( Svehla, 1979).
Pada pemeriksaan pendahuluan, yang meliputi
pemeriksaan dengan uji kering, antara lain reaksi nyala dan
manik boraks. Analisis lainnya adalah pemeriksaan ion logam
( kation) dalam larutan dan pemeriksaan anion dalam larutan.
Zat yang akan dianalisis dapat berupa: padat dan non logam,
cairan( larutan), logam atau aliase dan zat tak larut
( Svehla, 1990).

1.2. Tujuan percobaan


1.2.1. Test Nyala
Tujuan percobaan test nyala adalah dapat mengetahui
cara membedakan warna, baik dengan pengamatan langsung
maupun dengan melalui kaca kobalt, untuk mengetahui
perubahan warna nyala api yang terjadi.
1.2.2. Mutiara Boraks
Tujuan percobaan mutiara boraks adalah agar praktikan
memahami bahwa pemeriksaan sejumlah uji dapat dilakukan
dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan sampel dan
agar praktikan mengetahui warna nyala oksidasi dalam
keadaan panas yang ditimbulkan oleh sampel sebagai
identitas sampel tersebut.
1.2.3. Pemeriksaan Kation NH4+ dengan NaOH
Tujuan percobaan kation NH4+ adalah dengan
menggunakan NaOH dapat mengetahui cara pembentukan
kation, dapat mengetahui perubahan kertas lakmus merah
menjadi biru, dapat mengetahui adanya kation dan anion
dengan cara amonium.
1.2.4. Pemeriksaan Pendahuluan untuk Asetat
Tujuan percobaan dengan asetat (CH 3COO) adalah
dapat mengetahui reaksi antara KHSO4 dengan asetat yang
menghasilkan asam asetat yang bau cuka, untuk mengetahui
adanya kandungan CH3COOH dari campuran CH3(COO)2Cu
dengan KHSO4.

1.3. Prinsip Percobaan


1.3.1. Test Nyala
Prinsip percobaan test nyala adalah berdasarkan warna
nyala langsung dan warna melalui kaca kobalt yang dihasilkan
sampel.
1.3.2. Mutiara Boraks
Prinsip percobaan mutiara boraks adalah berdasarkan
warna nyala oksidasi maupun reduksi dalam keadaan panas
suatu sampel.
1.3.3. Pemeriksaan Kation NH4+ dengan NaOH
Prinsip percobaan Pemeriksaan Kation NH 4+ dengan
NaOH adalah berdasarkan perubahan warna pada kertas
lakmus merah basah.
1.3.4. Pemeriksaan Pendahuluan untuk Asetat
Prinsip percobaan pemeriksaan pendahuluan untuk
asetat adalah berdasarkan bau dan warna yang dihasilkan .
1.4. Reaksi Percobaan

1.4.1. Reaksi Percobaan Test Nyala


1.Na+ + HCl → NaCl + H+
NaCl → Na+ + Cl- >> kuning emas
2. K+ + HCl → KCl + Cl-
KCl → K+ + Cl- >> Violet
3.Ca + 2HCl → CaCl2 + 2H+
2+

CaCl2 → Ca2+ + 2Cl- >> merah bata


4.Ba + 2HCl → BaCl2 + 2H+
BaCl2 → Ba2+ + 2Cl- >> hijau kekuningan
5.Cu2+ + 2HCl → CuCl2 + 2H+
CuCl2 → Cu2+ + 2Cl >> hijau
6. Pb + 2HCl → PbCl2 + 2H+
PbCl2 → Pb + Cl- >> biru pucat
1.4.2. Reaksi Percobaan Mutiara Boraks
1. Na2B4O7 → B2O7 + 2NaBO2
2. CuSO4 + B2O3 → Cu(BO2)2 + 2NaBO2 + SO3
CuSO4 + NaBO2 → NaCuBO3 + SO3 >> hijau
3. Fe2+ + B2O3 → Fe(BO2)2 + 2NaBO2
Fe2+ + NaBO2 → NaFeBO3 >> coklat kuning
4. Cr3+ + B2O3 → Cr(BO2)3 + 2NaBO2
Cr3+ + NaBO2 → NaCrBO3 >> kuning gelap
5. KMnO4 + B2O3 → KBO3 + 2 NaBO3
KMnO4 + NaBO2 → NaKBO3 + MnO3 >> violet
6. Na3CO(NO2)6 + Na2BO3 + 6NO2 >> biru
7.NiCl2 + B2O3 → Ni(BO2)3 + 2NaBO2
Ni2+ + NaBO2 → NaNiBO3 >> transparan
1.4.3. Pemeriksaan kation NH4+dalam NaOH
1.NH4+ + NaOH  NH4OH + Na
2.NH4OH → NH3 + H2O

Membirukan kertas lakmus
1.4.4. Reaksi Percobaan Pemeriksaan pendahuluan untuk
Asetat
CH3(COO)2Cu + KHSO4 → CH3COO- + K+ + SO4

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan mengenai, (1) Analisis Kualitatif


(2) Analisis Kuantitatif, (3) Reaksi Kering, (4) Reaksi Basah,
dan (5) Asal Usul Nyala.

2.1. Analisis Kualitatif


Analisa kualitatif dapat dilakukan pada berbagai macam
skala. Dalam analisis makro kuantitas zat yang dikerjakan
adalah 0,5 – 1 gram dan volume larutan yang diambil untuk
analisis sekitar 20 ml. Dalam apa yang biasa disebut analisis
semimikro, kuantitas yang digunakan untuk analisis dikurangi
dengan faktor 0,1 – 0,05, yakni sekitar 0,05 gram dan volume
larutan sekitar 1 ml. Untuk analisis mikro faktor itu adalah 0,01
atau kurang. Tak ada batas yang tajam antara analisis
semimikro dan mikro : yang pertama pernah disebut analisis
sentigram dan yang kedua analisis milligram, tetapi istilah-
istilah ini hanya menyatakan sangat kasar mengenai kuantitas
yang digunakan dalam analisis (Svehla,1990).

2.2. Analisis Kuantitatif


Banyak sedikitnya sampel dan jumlah relatif konstituen
penyusun sampel adalah karakteristik penting metode analisis
kuantitatif. Metode-metode ini dapat diklasifikasikan sebagai
makro, semimikro dan mikro tergantung pada banyak sedikit
nya sampel. Penentuan analisis kuantitatif terbagi menjadi
beberapa tahapan diantaranya: (1) Usaha mendapatkan
sampel (2) Mengubahnya menjadi keadaan yang dapat
terukur (3) Pengukuran konstituen yang dikehendaki
(4) Perhitungan dan intrepertasi data numerik
( Khopkar, 2003).
2.3. Reaksi Kering
Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan dapat
digunakan untuk analisis semimikro dengan hanya modifikasi
kecil. Uji kering nampaknya kehilangan kepopulerannya dalam
lingkungan-lingkungan tertentu; namun seringkali uji ini benar-
benar memberikan informasi yang bermanfaat dalam waktu
yang singkat dan pengetahuan bagaimana itu dilakukan patut
diketahui semua mahasiswa analisis kualitatif (Svehla,1990).
Reaksi kering adalah uji yang dapat dilakukan untuk
menganalisis zat tanpa melarutkan contoh. Reaksi kering
yang dapt dilakukan yaitu dengan cara uji nyala dan uji
mutiara boraks.
2.4. Reaksi Basah
Uji-uji ini dibuat dengan zat-zat dalam larutan. Suatu
reaksi diketahui berlangsung (a) dengan terbentuknya
endapan, (b) dengan pembebasan gas, (c) dengan perubahan
warna. Mayoritas reaksi analisi kualitatif dilakukan dengan
cara basah. Alat-alat yang digunakan dalam reaksi basah ini
antara lain, tabung reaksi, gelas piala (beakers), labu
erlenmeyer atau konis, batang pengaduk, botol cuci.
Sedangkan metode yang digunakan adalah pengendapan,
pengendapan dengan sulfida, penyaringan, melepaskan
endapan dari kertas saring, membantu penyaringan,
penguapan, mengeringkan endapan, membersihkan alat, dan
beberapa petunjuk kerja (Svehla, 1990).

2.5. Asal Usul Nyala


Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam
ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa.Sebagai contoh,
sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki
struktur 1s22s22p6. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan
mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital kosong
manapun pada level yang lebih tinggi - sebagai contoh,
berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya,
tergantung pada berapa banyak energi yang diserap oleh
elektron tertentu dari nyala. Karena sekarang elektron-elektron
berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil dari
segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali
ke level dimana sebelumnya mereka berada - tapi tidak musti
sekaligus.
Sebuah elektron yang telah tereksitasi dari level 2p ke
sebuah orbital pada level 7 misalnya, bisa turun kembali ke
level 2p sekaligus. Perpindahan ini akan melepaskan
sejumlah energi yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan
warna tertentu. Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun
sampai dua tingkat (atau lebih) dari tingkat sebelumnya.
Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun sampai ke
level 2.
Masing-masing perpindahan elektron ini melibatkan
sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi
cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu. Sebagai
akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum
garis yang berwarna akan dihasilkan. Warna yang anda lihat
adalah kombinasi dari semua warna individual.
Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi
energi, bervariasi dari satu ion logam ke ion logam lainnya. Ini
berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan memiliki pola
garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang
berbeda pula ( wikipedia, 2007).
III ALAT, BAHAN, DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan yang


digunakan, (2) Alat yang digunakan, dan (3) Prosedur
Percobaan.

3.1.. Alat yang Digunakan


Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas
ukur, gelas kimia, bunsen, plat tetes, pipet tetes, corong,
kawat kasa, kaki tiga, erlenmeyer, amplas, mortir.
3.2. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pemeriksaan
pendahuluan ini adalah HCl pekat, natrium, Na, K, Ca, Ba, Cu,
Pb, Cr, Mn, Co, Ni, NaOH dan KHSO4.

3.3. Metode Percobaan


3.3.1. Pemeriksaan Uji Nyala
Ujung cincin kawat Pt/Ni dicelupkan pada HCl pekat dan
bakar dalam api bunsen. Kemudian kawat Pt/Ni tadi
dicelupkan pada sampel di plat tetes secara bergantian dan
pijarkan dalam api bunsen, amati nyala api yang terjadi pada
masing-masing sampel.
3.3.2. Pemeriksaan Mutiara Boraks
Ujung cincin kawat Pt/NI di celupkan pada HCL pekat
dan bakar dalam api Bunsen. Kemudian kawat Pt/NI tadi di
celupkan pada boraks padat, panaskan dengan api bunsen di
dapat manik yang tidak berwarna. Manik panas di celupkan ke
dalam sample dan panaskan pada nyala oksidasi api Bunsen.
Lakukan pada masing-masing sample. Amati nyala api yang
terjadi.
3.3.3. Pemeriksaan kation NH4 dengan NAOH.
Sebanyak 10 ml NaOH dimasukkan ke dalam
erlenmeyer yang ditambahkan dengan 0,5 ml sampel.
Selanjutnya, corong disiapkan dan diposisikan terbalik di atas
erlenmeyer yang akan dipanaskan dengan kertas lakmus
merah diletakkan di ujung corong pada bagian atas. NaOH
yang ditambahkan sampel, dipanaskan dan perubahan warna
yang terjadi pada kertas lakmus merah dan bau amoniak yang
timbul diamati.

3.3.4. Pemeriksaan Asetat.


Pemeriksaan CH3COO- dilakukan dengan menggerus
(CH3COOH)2Pb yang ditambahkan KHSO4 di dalam mortir.
Setelah menggerus hingga halus, kemudian perubahan warna
dan bau khas yang timbul diamati.

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan,


dan (2) Pembahasan.

4.1 Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,
didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1.1. Pemeriksaan Uji Reaksi Nyala
Tabel 1.Hasil Pengamatan Pada Pemeriksaan Uji Reaksi
Nyala
Warna Nyala
No Unsur
Langsung Kaca Kobalt
1 Na Kuning -
2 K Keunguan Merah
3 Ca Merah Hijau
4 Ba Hijau Hijau
5 Cu Hijau -
6 Pb Merah -
Sumber : Fahrunnisa, Kelompok III, Meja 4

4.1.2. Pemeriksaan dengan Mutiara Boraks


Tabel 2.Hasil Pengamatan Pada Pemeriksaan dengan Mutiara
Boraks
No Logam Nyala Oksidasi Panas
1 Cu Hijau
2 Fe Kuning Keemasan
3 Cr Kuning
4 Mn -
5 Co -
6 Ni Hijau
Sumber : Fahrunnisa, Kelompok III, Meja 4
4.1.3. Pemeriksaan Adanya Kation NH4 +
Hasil pengamatan dari pemeriksaan kation NH 4+ ini
diperoleh reaksi,
NH4+ + NaOH → NH4OH + Na+
NH4OH → NH3 + H2O
Kertas lakmus yang berwarna merah berubah menjadi
lakmus biru yang disebakan oleh adanya NH4OH yang
menguraikan gas NH3 yang menguap sehingga menghasilkan
senyawa gas yang bersifat basa.
4.1.4. Pemeriksaan Adanya Asetat
Hasil pengamatan dari pemeriksaan Asetat ini diperoleh
reaksi,
CH3COO- + KHSO4 → CH3COOH + K+ + SO42-
(CH3COO)2Pb + KHSO4 setelah digerus menghasilkan bau
cuka yang menyengat.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Pemeriksaan Uji Reaksi Nyala
Dari hasil pengamatan tidak jauh berbeda dengan
penuntun praktikum tetapi ada beberapa yang berbeda
dengan penuntun praktikum, hal ini mungkin disebabkan
kawat platinum kurang bersih dicelupkan pada larutan HCl
pekat. Sehingga larutan yang tersisa dari kawat platinum yang
kurang bersih tadi mengakibatkan warna yang ditimbulkan
bergabung dengan warna dari unsur sebelumnya dengan
warna dari unsur yang sedang diamati yang telah dipanaskan
dengan api bunsen. Hal ini juga sama dalam pengamatan
nyala dengan menggunakan kaca kobalt.
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam
ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa.Sebagai contoh,
sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki
struktur 1s22s22p6. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan
mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital kosong
manapun pada level yang lebih tinggi
Salah satu fungsi HCl pada percobaan ini adalah untuk
membersihkan kawat yang akan dicelupkan pada sampel
(Svehla, 1990). Dan fungsi kaca kobalt pada percobaan ini
adalah untuk memperjelas warna yang diamati.
4.2.2. Pemeriksaan dengan Mutiara Boraks
Kawat yang digunakan dalam pemeriksaan
menggunakan mutiara boraks sama dengan kawat yang
digunakan pada tes nyala. Digunakan kawat platinum kecil
panjang sekitar 5 cm dan diameter 0,03 – 0,05 mm, yang satu
ujungnya dipadukan ke dalam pipa atau batang kaca pendek
yang berfungsi sebagai pegangan. Jika tak tersedia kawat
platinum, dapat digunakan kawat chromel (atau nichrome)
pendek, ditekuk menjadi lingkaran kecil pada satu ujung dan
ujung lain dimasukkan ke dalam gabus. Ini tak sebaik kawat
paltinum dan tak disarankan (Svehla,1990).
Beberapa pengarang tidak menyarankan penggunaan
kawat platinum yang dilingkarkan karena dianggap permukaan
platinum terlalu banyak disingkap. Menurut prosedur mereka,
bergantian membenamkan ke dalam boraks dan memanaskan
diulang-ulang sampai diperoleh manik dengan diameter 1,5
sampai 2 mm. bahaya manik itu menetes dikurangi dengan
memegang kawat itu mendatar. Menurut pengalaman
pengarang metode kawat melingkar jauh lebih memuaskan,
terutama bagi para pemula, dan tidak menghabiskan waktu
(Svehla,1990).
Kegunaan dari bubuk mutiara boraks pada percobaan ini
adalah agar membentuk manik mirip-kaca, tembus cahaya,
dan tak berwarna, yang terdiri dari suatu campuran natrium
metaborat dan anhidrida borat.
Manik boraks juga merupakan metode yang sangat
bagus untuk membersihkan kawat platinum, setetes manik
boraks digerakkan maju mundur sepanjang kawat dengan
memanasi secukupnya, dan kemudian manik itu dilepaskan
dengan sentakan. Manik boraks berwarna karena
terbentuknya borat berwarna. Dalam hal di mana manik itu
berlainan warna dalam nyala mereduksi dan nyala mengoksid,
dihasilkan borat dengan derajat oksidasi logam yang berbeda
-beda (Svehla,1990)
Pada pengamatan nyala api, digunakan kaca kobalt
yang berfungsi untuk melihat warna nyala pada suatu unsur
yang tidak terlihat oleh kasat mata. Kaca kobalt digunakan
untuk melihat warna kalium yang secara kasat mata tidak
terlihat karena terhalang oleh warna natrium yang berwarna
kuning.
4.2.3. Pemeriksaan Adanya Kation NH3+
Untuk mengetahui adanya suatu kation atau anion, kita
perlu mereaksikan beberapa zat kemudian selanjutnya diamati
melalui perubahan warna yang terjadi dengan menggunakan
kertas lakmus. Dalam percobaan yang telah dilakukan didapat
bahwa kation NH4+ ini berada dalam suasana basa. Hal ini
dapat diketahui melalui kertas lakmus merah yang ditaruh di
atas corong terbalik yang bersamaan dengan larutan yang
sedang dipanaskan, kertas lakmus tersebut berubah wrna
menjadi warna biru. Reaksi yang terjadi adalah NH4Cl + NaOH
 NH4OH + NaCl. Dapat dilihat dari reaksi bahwa NH 4Cl yang
direaksikan dengan NaOH menghasilkan NH4OH dan NaCl.
NH4+ terikat dengan OH- yang merupakan ion untuk keadaan
basa, sedangkan Cl- berikatan dengan Na+ yang menunjukkan
suasana asam kuat selain itu dikarenakan sampel
mengandung garam amonium, sehingga kertas lakmus
tersebut berwarna biru yang disebabkan oleh NH 3 yang timbul.
Gas NH3 juga mudah dikenal dari baunya ( Khopkar, 2003 ).
4.2.4. Pemeriksaan Adanya Asetat
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat reaksi
sebagai berikut :
(CH3COO)2Zn + KHSO4  2 CH3COOH + ZnSO4 + K+
Reaksi diatas menguraikan (CH 3COO)2Zn dan KHSO4
menjadi 2 CH3COOH ditambah K+ ditambah ZnSO4. Pada
(CH3COO)2Zn terdapat ion CH3COO-, setelah direaksikan
dengan KHSO4 dalam percobaan ini dengan cara digerus,
tercium bau asam cuka dengan rumus kimia CH 3COOH, hal
ini menunjukkan bahwa terdapat asam asetat dalam reaksi
tadi (Svehla, 1990).

V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan, dan


(2) Saran.

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan Hasil percobaan pemeriksaan dengan uji
kering, dapat disimpulkan bahwa logam-logam akan
memberikan warna nyala yang berbeda baik diamati secara
langsung ataupun dengan menggunakan kaca kobalt.
Diantaranya Na berwarna kuning, K berwarna keunguan, Ca
berwarna merah, Ba berwarna hijau, Cu berwarna hijau, Pb
berwarna merah. Dan dengan menggunakan kaca kobalt
diperoleh Na tidak berwarna, K berwarna merah, Ca berwarna
hijau, Ba berwarna hijau, Cu tidak berwarna, Pb tidak
berwarna.
Berdasarkan pemeriksaan pendahuluan dengan mutiara
boraks dapat disimpulkan bahwa unsur logam (kation) dalam
manik boraks dapat membentuk borat berwarna yang
berbeda. Diantaranya Cu berwarna hijau, Fe berwarna kuning,
Cr berwarna kuning, Mn tidak berwarna ungu, Co tidak
berwarna, dan Ni berwarna hijau.
Berdasarkan pemeriksaan NH4+ dapat disimpulkan
bahwa sampel mengandung NH 4+ ditandai dengan
berubahnya kertas lakmus merah menjadi biru.
Berdasarkan pemeriksaan CH3COO dapat disimpulkan
bahwa sample mengandung asetat ditandai dengan bau khas
(bau cuka) yang menyengat.
DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, (2003). Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press,


Jakarta.

Underwood, (1981). Analisis Kuantitatif, Erlangga,


Surabaya.

Vogel, (1990). Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimakro, Edisi Ke Lima, Penerbit PT. Kalman Media
Pustaka, Jakarta.
Wikipedia, (2007). Uji Nyala.

Uji Nyala
Halaman ini menguraikan bagaimana melakuan sebuah uji nyala untuk berbagai
ion logam, dan secara ringkas menjelaskan bagaimana warna nyala bisa
terbentuk.
Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam jumlah
yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam menghasilkan
warna nyala.
Untuk senyawa-senyawa Golongan 1, uji nyala biasanya merupakan cara yang
paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang terdapat dalam senyawa.
Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya yang lebih dapat
dipercaya - meski demikian uji nyala bisa memberikan petunjuk bermanfaat
seperti metode mana yang akan dipakai.
Melakukan uji nyala
Rincian prosedur
Bersihkan sebuah kawat platinum atau nichrome (sebuah alloy nikel-kromium)
dengan mencelupkannya ke dalam asam hidroklorat pekat dan kemudian
panaskan pada Bunsen. Ulangi prosedur ini sampai kawat tidak menimbulkan
warna pada nyala api Bunsen.
Jika kawat telah bersih, basahi kembali dengan asam dan kemudian celupkan ke
dalam sedikit bubuk padatan yang akan diuji sehingga ada beberapa bubuk
padatan yang menempel pada kawat tersebut. Setelah itu pasang kembali kawat
pada nyala Bunsen.
Jika warna nyala memudar, masukkan kembali kawat ke dalam asam dan pasang
kembali pada nyala seolah-olah anda sedang membersihkannya. Dengan
melakukan ini, anda akan sering melihat kilasan warna yang sangat singkat namun
intensif.
Warna
Warna-warna yang ada pada tabel berikut hanya merupakan panduan. Hampir
setiap orang yang melakukan uji nyala berbeda dalam mengamati dan
menjelaskan warna yang terjadi. Sebagai contoh, beberapa orang menggunakan
kata "merah" beberapa kali untuk menunjukkan beberapa warna yang bisa sangat
berbeda satu sama lain. Disamping itu, ada juga yang menggunakan kata seperti
"merah padam" atau "merah tua" atau "merah gelap", tapi tidak semua orang
mengetahui perbedaan antara kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan warna
ini.

warna nyala

Li merah

Na orange cemerlang terus menerus

K lilac (pink)

Rb merah (lembayung kemerah-merahan)

Cs biru? lembayung? (lihat berikut)

Ca orange-merah
Sr merah

Ba hijau pucat

Cu biru-hijau (sering disertai percikan berwarna putih)

Pb putih keabu-abuan

Apa yang akan anda lakukan jika anda mengamati warna nyala merah untuk
sebuah senyawa yang tidak diketahui dan anda tidak tahu variasi warna merah
tersebut?
Ambil sampel senyawa lithium, strontium (dll) dan ulangi uji nyala, bandingkan
warna yang dihasilkan oleh salah satu dari senyawa yang diketahui dengan
senyawa yang tidak diketahui secara bergantian sampai anda mendapatkan
pasangan yang cocok.
Asal-usul warna nyala
Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang
terdapat dalam senyawa.
Sebagai contoh, sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki
struktur 1s22s22p6.
Jika dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah
ke orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi - sebagai contoh,
berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada
berapa banyak energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala.
Karena sekarang elektron-elektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih
tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke
level dimana sebelumnya mereka berada - tapi tidak musti sekaligus.
Sebuah elektron yang telah tereksitasi dari level 2p ke sebuah orbital pada level 7
misalnya, bisa turun kembali ke level 2p sekaligus. Perpindahan ini akan
melepaskan sejumlah energi yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan warna
tertentu.
Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih) dari
tingkat sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun sampai ke
level 2.
Masing-masing perpindahan elektron ini melibatkan sejumlah energi tertentu yang
dilepaskan sebagai energi cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu.
Sebagai akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang
berwarna akan dihasilkan. Warna yang anda lihat adalah kombinasi dari semua
warna individual.
Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi dari satu ion
logam ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan
memiliki pola garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang
berbeda pula.

QUIZ

1. Apa yang dimaksud dengan :


a. sample
b. sampling
Jawab:
a. Sample adalah bagian terpilih dari suatu materi yang pada
dasarnya memiliki sifat keseluruhan dari materi itu sendiri atau
zat yang digunakan.
b. Sampling adalah metode penarikan sample yang akan
digunakan.
2. Sebutkan dan jelaskan jenis bahan yang dianalisa
berdasarkan penyediaan cuplikan!
Jawab :
 Cuplikan homogen
 Cuplikan Heterogen
3. Apa yang dimaksud dengan analisis kimia, sebutkan
bagian dari analisis teresbut. Jelaskan!
Jawab :
Analisis kimia merupakan salah satu proses untuk mencari
cara baru yang lebih baik untuk menghasilkan analisis kimia
dari suatu zat, terutama untuk senyawa yang terdapat dalam
campuran yang sulit dipisahkan.
Bagian-bagian dari analisis kimia :
 Analisis Kualitatif : analisa yang diketahui untuk
mengetahui jenis unsur ion (kation dan anion) dari suatu
senyawa yang tedapat dalam sampel.
 Analisis Kuantitatif : analisa kimia yang dilakukan
untuk mengetahui susunan atau komposisi yang terdapat
dalam sampel, misalnya dalam bentuk persen (%),
Normalitas (N), Molaritas (M), Molalitas (m), dan
konsentrasi lainnnya.
4. Sebutkan dan jelaskan jenis bahan yang dianalisa
berdasarkan komposisi dasarnya!
Jawab :
 Bahan essential
 Bahan non essential

Anda mungkin juga menyukai