Anda di halaman 1dari 24

DENGUE

HEMORRHAGIC FEVER
(DHF)
DISAMPAIKAN OLEH:
ANDITHA RATNADHIYANI
PENDAHULUAN

• Dengue Fever merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh virus dengue
(DENV).
• Nyamuk spesies Aedes aegypti merupakan vektor dengue fever.
• Banyak ditemukan pada daerah tropis dan subtropis.
• Insidens global meningkat pesat, diperkirakan 100 juta hingga 400 juta terinfeksi setiap
tahunnya.
• Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan kondisi
lanjut yang berat dan fatal dari Dengue Fever.
(Oliveira, Itria, & Lima, 2019; CDC, 2020; WHO, 2020).
ETIOLOGI

 Disebabkan oleh virus dari family Flaviviridae → virus dengue (DENV)


serotipe 1, 2, 3, dan 4.
 Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama DENV.
 Nyamuk Ae. Aegypti menggigit orang yang terinfeksi DENV → virus
bereplikasi di tubuh nyamuk → masa inkubasi 8-12 hari → nyamuk
yang terinfeksi DENV mampu dapat mentransmisikan virus DENV
seumur hidupnya.
(Carrington et al. , 2013).
TERMINOLOGI
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF): Demam dengue yang disertai dengan peningkatan
permeabilitas vaskular (kebocoran plasma).
Dengue Shock Syndrome (DSS): DHF yang disertai dengan kebocoran plasma yang sangat berat
sehingga menimbulkan syok.

(Kalayanarooj, 2011; WHO/SEARO, 2011).


KLASIFIKASI & MANIFESTASI KLINIS
(WHO/SEARO 2011)
DENGUE FEVER (DF) DHF

DEMAM TINGGI DENGAN 2 ATAU LEBIH TANDA DAN GEJALA TANDA DAN GEJALA DF DISERTAI DENGAN KRITERIA BERIKUT:
BERIKUT:
• KRITERIA MAYOR:
- SAKIT KEPALA KEBOCORAN PLASMA: ELEVASI HEMATOKRIT ≥ 20 %, TERDETEKSI
ASITES, EFUSI PLEURA.
- NYERI RETRO-ORBITA
• KRITERIA MINOR:
- MYALGIA
a. PERDARAHAN ATAU UJI TOURNIQUET POSITIF
- ARTHALGIA/ NYERI TULANG b. TROMBOSIT ≤ 100.000 /MM3

- RUAM
- MANIFESTASI PERDARAHAN: PTEKIE, EPISTAKSIS, PERDARAHAN
GUSI, HEMATEMESIS, MELENA, UJI TOURNIQUET POSITIF.
- LEUKOPENIA (≤ 5000 /MM3)
- TROMBOSITOPENIA (≤ 150.000 /MM3)
- PENINGKATAN HEMATOKRIT 5-10 %
KLASIFIKASI & MANIFESTASI KLINIS
(WHO/SEARO 2011)… (LANJUTAN)
DSS

• SEMUA KRITERIA DHF, DISERTAI TANDA


KEGAGALAN SIRKULASI:
- NADI CEPAT DAN LEMAH
- NARROW PULSE PRESSURE (< 20 MMHG)
- HIPOTENSI (TD SISTOLIK ≤ 80 MMHG)
- KULIT DINGIN DAN LEMBAP
GRADING DHF (WHO, 2011)
• Grade I: Demam disertai gejala nonspesifik; manifestasi perdarahan berupa uji
tourniquet positif dan/ atau mudah memar.
• Grade II: Manifestasi Grade I disertai dengan perdarahan spontan (ptekie atau
bentuk perdarahan lain).
• Grade III: Manifestasi kegagalan sirkulasi berupa nadi cepat dan lemah, narrow
pulse pressure atau hipotensi, kulit teraba dingin dan lembap, gelisah.
• Grade IV: Syok tahap lanjut ditandai dengan tekanan darah dan nadi tidak
terdeteksi.
Grade III dan IV merupakan DSS.
PATOFISIOLOGI

Diadaptasi dari: Hadinegoro (2011), Kowalak, Welsh, & Mayer (2011);


Price & Wilson, 2006.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK DAN PENUNJANG

LABORATORIUM RADIOLOGI
• Tes respons immunologi • Melihat adanya tanda kebocoran plasma:
• Pemeriksaan antibodi IgM dan IgG (serologi • USG
DHF)
• Analisis parameter hematologi • X- Ray Thorax
• Hitung darah lengkap (Hematokrit, hemoglobin,
leukosit)
• Isolasi virus
• Karakteristik serotipe/ genotipe
• Deteksi asam nukleat virus
• RT-PCR virus dengue
• Deteksi antigen virus
• Pemeriksaan NS1 virus
PENATALAKSANAAN MEDIS
• Dilakukan berdasarkan fase DHF:
1. Fase demam (febrile phase), berlangsung 2-7 hari
2. Fase kritis (critical/ leakage phase), berlangsung 24-48 jam
3. Fase penyembuhan (convalenscence phase), berlangsung 2-7 hari
Fase Demam

Manifestasi Manajemen
 Demam tinggi (±40 ͦC)  Menurunkan demam
 Uji tourniquet positif  Meningkatkan asupan oral
 Leukopenia  Pantau nilai hitung darah lengkap
 Anjurkan untuk segera ke rumah
sakit jika tidak ada perbaikan klinis
meski demam berkurang: nyeri
abdomen, muntah, perdarahan,
gelisah, tidak mau makan/ minum,
urin tidak keluar dalam 4-6 jam.
Fase Kritis
MANIFESTASI MANAJEMEN

Trombosit < 50.000 /mm3 merupakan indikator Pemberian cairan IV yang sesuai (larutan
terjadinya kebocoran plasma. isotonik), dengan mempertimbangkan: klinis
tanda vital, hematokrit, dan urine output.
Deteksi tanda-tanda efusi pleura dan asites
Pemantauan gas darah arteri
Pemberian transfusi darah sesuai kebutuhan
Pemantauan dan koreksi elektrolit
Fase Penyembuhan

Manifestasi Manajemen
• Tanda-tanda pemulihan: ruam • Stop cairan IV
berkurang, nafsu makan membaik, • Pertimbangan pemberian diuretik
> 30 jam setelah periode syok dan pada asites masif atau efusi pleura
> 60 jam setelah terjadi kebocoran masif
plasma.
• Pertimbangan pemberian suplemen
kalium.
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
▪ Identitas ▪ Pemeriksaan fisik head to toe
▪ Kepala dan leher
▪ Keluhan utama
▪ Dada
▪ Riwayat penyakit sekarang ▪ Abdomen
▪ Riwayat penyakit terdahulu ▪ Ektremitas
▪ Akral, kuku
▪ Status nutrisi dan pola makan
▪ Kondisi lingkungan
▪ Pola eliminasi
▪ Istirahat dan tidur
▪ Hygiene personal dan lingkungan
DIAGNOSIS KEPERAWATAN (SDKI, 2016)

• Hipertermia
• Hipovolemia
• Risiko syok
• Risiko perdarahan
• Nyeri akut
• Nausea
• Gangguan rasa nyaman
• Pola nafas tidak efektif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Hipertermia b.d. proses penyakit Termoregulasi Manajemen Hipertermia

DS/ DO: Setelah diberikan intervensi keperawatan selama … - Monitor suhu tubuh
- Suhu tubuh di atas rentang normal x 24 jam diharapkan suhu tubuh dalam rentang - Monitor haluaran urine
- Kulit merah normal dengan kriteria hasil: - Sediakan lingkungan yang dingin
- Takikardi - Longgarkan pakaian
- Takipnea - Suhu tubuh berkisar 36 – 37,5 C
ͦ - Berikan cairan oral
- Kulit terasa hangat - Heart rate 60 – 100 x/menit - Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
- Frekuensi nafas 12-16 x/ menit mengalami hyperhidrosis
- Tidak menggigil - Anjurkan tirah baring
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

Regulasi Temperatur

- Monitor tekanan darah, frekuensi nafas dan


nadi
- Monitor warna dan suhu kulit
- Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien
- Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN …
cont’d
DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Hipovolemia b.d. peningkatan permeabilitas kapiler Keseimbangan Cairan Manajemen Hipovolemia

DS/ DO: Setelah diberikan intervensi keperawatan selama … x - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
- Frekuensi nadi meningkat 24 jam diharapkan tercapai keseimbangan volume - Monitor intake dan output cairan
- Nadi teraba lemah cairan intraseluler dan ekstraseluler dengan kriteria - Hitung kebutuhan cairan
- Tekanan darah menurun hasil: - Berikan asupan cairan oral
- Tekanan nadi menyempit (narrow pulse - Anjurkan memperbanyak asuhan cairan oral
pressure) - Tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg - Anjurkan menghindari perubahan posisi
- Membran mukosa kering - MAP ≥ 60 mmHg mendadak
- Volume urin menurun - Nadi perifer teraba kuat - Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis atau
- Hematokrit meningkat - Intake dan output cairan per 24 jam seimbang koloidal
- Melaporkan lemah - Turgor kulit baik - Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
- Mengeluh haus - Membran mukosa lembap
- Elektrolit serum dalam rentang normal
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN … cont’d
DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Risiko syok dibuktikan dengan kekurangan volume Tingkat syok: Hipovolemik Pencegahan Syok
cairan
Setelah diberikan intervensi keperawatan selama … - Monitor status kardiopulmonal
x 24 jam tidak terjadi syok dengan kriteria hasil: - Monitor status oksigenasi
- Monitor status cairan
- Tekanan nadi kuat - Monitor tingkat kesadaran dan respons pupil
- MAP ≥ 60 mmHg - Berikan oksigen untuk mempertahankan
- TD sistolik ≥ 90 mmHg saturasi oksigen dalam rentang normal
- CRT < 3 detik - Pasang jalur IV jika perlu
- Heart rate 60-100 x / menit - Pasang kateter urin untuk menilai produksi
- Saturasi oksigen ≥ 90 % urin, jika perlu
- Tingkat kesadaran compos mentis - Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis jika
- Tidak gelisah perlu
- Tidak cemas - Jelaskan penyebab/ faktor risiko syok
- Akral tidak dingin - Jelaskan tanda dan gejala awal dari syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Kolaborasi pemberian cairan IV
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN …
cont’d
DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Nausea berhubungan dengan iritasi lambung, Tingkat Mual dan Muntah Manajemen Mual
distensi lambung
Setelah diberikan intervensi keperawatan selama … - Identifikasi pengalaman mual
DS/DO: x 24 jam mual dan muntah berkurang dengan - Monitor mual
- Mengeluh mual kriteria hasil: - Monitor asupan nutrisi dan kalori
- Mengatakan merasa ingin muntah - Identifikasi dampak mual terhadap kualitas
- Tidak berminat makan - Frekuensi muntah berkurang hidup
- Saliva meningkat - Intensitas mual menurun - Kendalikan faktor lingkungan penyebab
- Pucat - Tidak ada sekresi saliva berlebih mual
- Diaforesis - Tidak ada nyeri lambung - Beri makanan dalam jumlah kecil dan
- Takikardi tampilan yang menarik
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup

Manajemen Muntah

- Identifikasi karakteristik muntah


- Periksa volume muntah
- Atur posisi untuk mencegah aspirasi
- Bersihkan mulut dan hidung
- Beri dukungan fisik saat muntah
- Berikan kenyamanan selama muntah
- Anjurkan penggunaan teknik farmakologis
untuk mengelola muntah
- Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN … cont’d
DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
fisiologis
Setelah diberikan intervensi keperawatan selama … x 24 - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
DS/DO: jam nyeri berkurang dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Mengeluh nyeri - Identifikasi skala nyeri
- Tampak meringis - Melaporkan nyeri berkurang - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Bersikap protektif - Melaporkan durasi nyeri semakin singkat memperingan nyeri
- Gelisah - Ekspresi wajah rileks - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
- Frekuensi nadi meningkat - Frekuensi nafas ≤ 20 x / menit nyeri
- Berfokus pada diri sendiri - Tidak diaphoresis - Monitor keberhasilan terapi komplementer
- Dapat beristirahat yang telah diberikan
- Berikan teknik farmakologis untuk untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur

Pemberian Analgesik

- Identifikasi riwayat alergi obat


- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik dengan
tingkat nyeri
- Monitor tanda vital sebelum dan setelah
pemberian analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik
sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Carrington, L.B., et al., Fluctuations at low mean temperatures accelerate dengue virus transmission by Aedes aegypti. PLOS Neglected Tropical Diseases, 2013. 7(4):
p. e2190

Hadinegoro, S. R. (2011). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kalayanarooj S. (2011). Clinical Manifestations and Management of Dengue/DHF/DSS. Tropical medicine and health, 39(4 Suppl), 83–87.
https://doi.org/10.2149/tmh.2011-S10

Kowalak, J.P., Welsh, W., Mayer, B. (2011). Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC.

Oliveira, L., Itria, A., & Lima, E. C. (2019). Cost of illness and program of dengue: A systematic review. PloS one, 14(2), e0211401.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0211401

Price, S. A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Setiati, S., Simadibrata, M.K., Alwi, I., Setiyohadi, B., Sudoyo, A.W. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6 Jilid 3. Jakarta: Internal Publishing.

Tim POKJA SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Tim POKJA SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.

Tim POKJA SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan 2. Jakarta: DPP PPNI.

WHO SEARO. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever Revised and expanded 2011.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai