Anda di halaman 1dari 1

Manajemen Strategik GALUH WICAKSANA

Minggu ke-5 NIM 043031059

DISKUSI SESI 5
Jelaskan latar belakang yang mendorong lahirnya Matriks Daya Tarik Industri!
Berdasarkan matriks implikasi strategis yang dikemukakan oleh A. T. Kearny Inc yang dikutip oleh
Hax dan Majluf (1984) terdapat salah satu sel dengan kekuatan bisnis medium dan daya Tarik
industry rendah. Pada sel tersebut strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah
memelihara posisi, mencari sumber kas masuk, dan investasi ala kadarnya. Silahkan anda cari salah
satu contoh perusahaan di Indonesia yang sesuai dengan strategi tersebut dan berikan alasan anda
mengapa demikian!
Jawab
1. Matriks Daya Tarik Industri (MDTI) atau yang juga dikenal sebagai Layar Bisnis Sembilan Sel GE
lahir karena ada kebutuhan yang begitu mendesak bagi CEO perusahaan besar yang
terdiversifikasi dalam melakukan pengelolaan perusahaan, terutama dalam hal
mengalokasikan sumber daya (resources) yang dimiliki pada berbagai unit usaha strategis yang
dimiliki. Pada awal tahun 1970an itu GE telah memiliki banyak divisi, bersaing dalam banyak
pasar, dan juga telah memiliki banyak departemen. Ketika itu, teknik alokasi anggaran yang
ada adalah capital budgeting, yang dinilai tidak memadai – secara teknis dan politis. Alat
analisis baru lain yang belum lama lahir adalah matriks BCG. Alat analisis baru ini tampak
demikian canggih dan sederhana. Tetapi teknik tersebut juga dinilai memiliki kelemahan
struktural yang melekat pada kesederhanaanya. Ketika itu, perusahaan sedang menikmati
keberhasilan implementasi strategi pertumbuhan. Oleh karena itu tidak heran jika berbagai
teknik baru tersebut mendapatkan sambutan yang luar biasa. Mereka lahir pada momentum
yang tepat.
2. Perusahaan yang terdapat pada salah satu sel dengan kekuatan bisnis medium dan daya Tarik
industri rendah menurut saya adalah PT Garuda Indonesia (PT GI). Perusahaan penerbangan
milik negara itu tercatat mengalami kerugian senilai US$ 898,66 juta atau setara Rp 13,03
triliun (kurs Rp 14.496/US$) pada enam bulan pertama tahun ini. Kerugian ini meningkat
26,29% dibandingkan pada semester I-2020, sekaligus menjadi yang terdalam.
Besarnya kerugian yang dialami Garuda dipicu oleh merosotnya pendapatan sebesar 24,04%
menjadi US$ 696,8 juta pada paruh pertama 2021. Sementara, beban operasional hanya turun
16% menjadi US$ 1,38 miliar. Beban keuangan pun meningkat 44,77% menjadi US$ 293,53
juta. Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk Irfan Setiaputra mengakui, fokus perusahaan
saat ini adalah pada restrukturisasi utang yang sudah dijalankan sejak beberapa bulan
sebelumnya. Kembali dibukanya sektor pariwisata diharapkan menjadi momentum dalam
upaya perbaikan kinerja maskapai kebanggaan nasional itu

Sumber :
BMP EKMA5309 Managemen Strategik Modul 6
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/02/kerugian-garuda-bengkak-jadi-rp-13-triliun-pada-semester-i-
2021
https://nasional.sindonews.com/read/578268/18/menunggu-nasib-garuda-1635073847/10

Anda mungkin juga menyukai